-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 3 Prolog

Prolog

¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯


Shirogane K. Howard, 41 tahun.

Dia memiliki kehidupan yang sangat mulus sejauh ini.

Lahir dalam keluarga bergengsi di Inggris, dia lulus dengan nilai tertinggi di kelasnya dari Universitas bergengsi.

Segera setelah itu, dia jatuh cinta dengan seorang wanita, pindah ke Jepang dan menikahinya.

Bisnis impor mebel antik yang dia mulai dengan tangannya sendiri mulai berkembang dan kini telah berkembang menjadi perusahaan yang cukup besar.

Pernikahannya dengan Istrinya berjalan dengan baik dan mereka memiliki dua putri yang sangat cantik.

Meskipun keduanya sedikit tidak akur, mungkin karena masih anak-anak. Tapi, mereka sangat mencintai satu sama lain dan juga dengan Ibunya.

Orang-orang menyebut Howard "Seorang pria yang menjalani kehidupan sempurna bagai lukisan”.

Tentu saja, dia menyadari hal ini.

Dia tidak tahu bahwa dia akan menghadapi krisis terbesar dalam hidupnya di kampung halamannya, yang sudah lama tidak dia kunjungi.

"Itu dia! Orang itu!"

"Hah...?"

Itu semua terjadi saat perjalanan bisnisnya ke Inggris.

Mitra bisnisnya sudah mengatur agar mereka bertemu di sebuah restoran kecil yang mewah di sudut kota.

Itu adalah malam yang menyenangkan dan sebagian besar meja di restoran dipenuhi pengunjung dengan musik jazz yang diputar mengiringi seisi restoran.

Sebelumnya, rekan bisnisnya sudah memberitahunya bahwa dia akan datang terlambat. Jadi, Howard sendirian di meja memeriksa pesan di smartphonenya.

Restoran tiba-tiba menjadi berisik, tetapi dia memutuskan itu bukan urusannya dan berkonsentrasi pada smartphonenya.

Itu bukan pesan yang berhubungan dengan pekerjaan... melainkan pesan penting dari Istrinya.

Dia mengatakan kepada Howard bahwa semuanya baik-baik saja dengan keluarganya hari ini dan dia bahkan mengundang pacar putrinya untuk makan malam. Dalam foto tersebut, Koyuki dan Naoya terlihat sedang menyusun piring bersama dengan akrab.

Melihat putrinya semakin dekat dengan Naoya, membuat Howard terharu. Tapi, pada saat yang bersamaan dia juga merasa iri setelah melihat foto itu. Itu karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaanya sehingga dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama calon mantunya lebih lama.

Gagasan tentang “pacar putrinya” seharusnya tidak terlalu menarik bagi seorang Ayah. Tapi, itu tidak berlaku bagi Howard. Dia sangat tertarik dengan Naoya seolah-olah dia adalah putranya sendiri.

Tepat ketika Howard sudah memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke Jepang sesegera mungkin, dia tiba-tiba mendengar suara yang keras.

Tiba-tiba, Howard dihadapkan oleh suara keras dari sisi lain ruangan.

"Hei, hei, Nyonya, tenanglah."

"Hei! Kau pasti mencurinya! Kembalikan cincinku!"

Wanita tua histeris yang mengacungkan jari telunjuknya ke arah Howard adalah wanita yang cantik dan mempunyai postur tubuh bagus.

Dia memiliki penampilan yang elegan dengan jari-jarinya dihiasi oleh beberapa permata besar 

Jelas sekali bahwa wanita itu adalah orang kaya.

Dan, saat ini.. dia tiba-tiba menuduh Howard sebagai pencuri yang membuat pelanggan lain disekitar mereka menatap ke arah mereka. Bukan hanya itu saja, keributan itu bahkan membuat musik jazz yang diputar terhenti.

Howard mulai malu ketika dia menarik perhatian seluruh restoran.

Namun, sebagai seorang pria terhormat, dia menahan lidahnya dan berusaha selembut mungkin dalam kata-katanya.

"Pasti ada kesalahan, Nyonya. Saya belum pernah bertemu Anda sebelumnya."

“Kau berbohong! Kita baru saja berpapasan di kamar mandi!”

“Ugh, ya, jika diingat-ingat lagi...”

Howard pikir dia melewatinya ketika dirinya berdiri di toilet beberapa menit yang lalu. Aroma parfumnya begitu kuat sehingga meninggalkan kesan yang kuat padanya.

Para pelayan juga saling memandang dan menatap Howard dengan curiga.

“... Permisi, Tuan.”

“Ya? Ada apa?”

Seorang pelayan dengan tubuh agak besar menghampiri mereka dan meraih koper Howard dari kursi.

Segera setelah itu, dia mengubrak-abrik isi tasnya dan menyebarkan isinya di atas meja.

Suara Howard hampir meninggi sebagai protes, tapi ...... protesnya terhenti di tenggorokannya.

"Itu dia! Cincin berlian!"

"Hah?"

Pelayan mengeluarkan sebuah cincin dengan berlian besar di atasnya dari tasnya.

Wanita tua itu melihatnya dan berteriak seperti iblis.

"Itu dia! Itu pasti cincinku!"

"Apa maksudnya ini, Tuan?"

"Tidak, itu tidak mungkin...! Pasti ada kesalahan!"

Howard pun tersandung dari kursinya.

Seluruh restoran gempar dan mata putih menoleh padanya. Dia bisa melihat bahwa semua orang mempercayai kata-kata wanita tua itu dan memang demikian.

Dan memang seharusnya begitu. Bukti dalam tas Howard meyakinkan. Tidak seorang pun kecuali Howard, yang sama sekali tidak tahu apa-apa, yang dapat meragukannya.

Kenapa ada benda semacam itu didalam tasku?

Howard tidak bisa mengerti apa yang terjadi. Satu-satunya hal yang bisa dia mengerti adalah bahwa keringat mengalir dari wajahnya.

Pelayan itu meraih pergelangan tangannya dan menatapnya tajam.

"Tuan, kenapa benda ini ada di sini ... bisakah Anda ikut ke belakang restoran?"

"Yah, tunggu! Aku tidak melakukannya! Tolong dengarkan aku!"

"Kau bohong! Polisi! Seseorang panggil polisi!"

"POLISI!"

Ledakan histeris wanita tua itu membuat kepala Howard semakin pusing.

Dia tidak bersalah, itu sudah pasti. Namun, jika dia salah dan ditangkap... keluarganya yang berharga akan berada dalam masalah.

Ini tidak mungkin...

Dia berusaha untuk mengatakan bahwa dia bersalah, tapi..

"Maaf, bisakah kalian semua menunggu sebentar?"

"Hmm...!?"

Tiba-tiba terdengar suara yang begitu tenang, menghampiri mereka. Suara itu bahkan hampir tidak cocok dengan suasana tegang di sana.

Howard berhenti berbicara dan berbalik untuk melihat seorang pria asing berdiri di sana.

Dia adalah seorang pria dengan perawakan yang tidak begitu khas. Rambut hitamnya disisir ke belakang dan dia mengenakan setelan dengan kualitas yang cukup bagus. Dia mungkin setengah baya, tetapi dia terlihat cukup muda untuk disebut seorang pria paruh baya.

Dia melihat Howard dengan senyum lembut di wajahnya, yang membuat Howard merasa kebingungan.

Siapa? Apa aku pernah melihatnya di suatu tempat?

Dalam perjalanan kerjanya, Howard bertemu dengan berbagai macam orang.

Oleh karena itu, dia berusaha menghafal perawakan orang lain yang dia temui. Dia dapat dengan mudah mengingat wajah, nama dan afiliasinya.

Namun, tidak ada informasi yang terlintas dalam pikirannya mengenai pria di depannya itu.

Jadi, ini pertama kalinya dia bertemu orang itu. Namun, dia merasa seperti dia sudah mengenal orang itu dengan baik.

Menghadapi orang misterius ini, Howard hanya bisa mengedipkan matanya, melupakan situasinya.

Di sisi lain, wanita tua itu juga menatapnya.

"Siapa kau? Apa kau salah satu dari pencuri ini?"

"Tidak, tidak. Saya belum pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya."

Pria itu menundukkan kepalanya dengan sopan dan tersenyum pada wanita tua itu.

Cara berbicaranya sangat halus dan lembut, yang membuat orang disekitarnya tidak menaruh curiga padanya. Dia menggunakan cara berinteraksi pengusaha kelas satu.

Dia meletakkan tangannya di dagunya dan melanjutkan dengan suara lembut.

"Tapi, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Saya minta maaf jika mengganggu pembicaraan kalian."

"Sesuatu yang menarik perhatianmu..?"

"Ya"

Kemudian, dia dengan cepat menyipitkan matanya.

Hanya dengan melakukan itu, udara di sekitarnya berubah total. Sikapnya yang tenang seperti seorang pemburu yang akan melepaskan anak panah. Senyum lembutnya seperti binatang buas yang menakutkan dengan taring.

Wanita tua dan pelayan itu tersentak. Pelanggan yang melihat semuanya terdiam sekaligus dan bahkan Howard kehilangan kata-kata.

Suasana di restoran benar-benar diambil alih oleh pria itu pada saat itu.

Kemudian, dengan nada percaya diri yang aneh, dia melanjutkan.

"Nyonya... Anda berbohong, kan?"

"Haa?"

Mendengar kata-kata itu, wanita tua itu hanya bisa mengedipkan mata, tidak percaya.

Sementara itu, para pelanggan dan pelayan restoran lainnya hanya bisa melihat adegan itu dari pinggir.

Dan Howard, yang berada di tengah-tengah semua itu, tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata-kata.

Jadi, wanita ini berbohong...?

Tapi, dia sama sekali tidak tahu untuk tujuan apa wanita itu berbohong.

Saat Howard memperhatikan situasinya, wanita tua itu tiba-tiba mengangkat alisnya dan berkata.

"Heh, jangan asal bicara kau ya! Aku sama sekali tidak berbohong!"

"Begitu? Jadi, Anda bersikeras bahwa pria ini adalah pencurinya?"

"Tentu saja! Saat aku kembali dari toilet, cinciku hilang! Dan, kebetulan aku melewati pria itu! Jelas bahwa dia pelakunya!" kata wanita itu sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Howard.

"Buktinya aku menemukan cincin itu ada di dalam tasnya!"

"Begitukah?"

"Huh? Apa yang--"

"Yah.. Lagipula, Anda bekerja sama dengan pelayan itu."

"Hah.......!"

Kali ini, giliran pelayan tersebut yang terkejut dengan kata-kata pria itu.

Di sisi lain, ekspresi pria itu sama sekali tidak berubah. Dia tetap membuat senyum lembut saat dia mengucapkan kata-katanya dengan sikap acuh tak acuh.

Itu mengingatkanku pada 'Malaikat Maut' yang sedang memoles sabitnya.

"Trik yang kalian lakukan itu murahan. Anda membuat seolah-olah pria ini mengambil cincin milik Anda ketika Anda berjalan melewati pria ini."

"Itu tuduhan palsu! Mana buktinya!?"

"Bukti? Ada cukup banyak bukti."

Dia kemudian mengambil cincin berlian yang dimaksud.

"Pertama-tama, cincin berlian dan perhiasan yang dimiliki wanita itu... semuanya hanya tiruan. Pria itu mungkin akan meminta sejumlah besar uang sebagai imbalan agar tidak melaporkan kejadian ini. Nomong-ngomong, apa Anda disini sendirian hari ini?"

"Eh? Tidak... aku akan bertemu dengan seseorang untuk membahas pekerjaan."

"Kalau begitu, rekan bisnis itu pasti dalang di balik semua ini. Dia menyewa para pembohong ini untuk menjatuhkanmu."

"Eh, tidak mungkin.. Tidak, kalau dipikir-pikir lagi.. Oh, jadi begitu.'

Howard mencoba menyangkal kata-kata pria itu, tetapi dia menyadarinya di tengah kalimat dan berhenti.

Perusahaan tempat rekan dia bekerja kali ini adalah pesaing Howard.

Mereka tumbuh dengan saling bersaing, tetapi perusahaan Howard sedikit lebih unggul darinya dalam hal kinerja. Namun, tiba-tiba perusahaan tersebut menawarkan kerja sama dengan perusahaan Howard.

Ini membuatku bertanya-tanya.. tapi..

Jika dia mencoba menjebakku sebagai bayarannya, itu sangat masuk akal. Tapi, bagaimana dia bisa begitu yakin bahwa orang ini menjebakku?

Di saat Howard merasa bingung dengan kejadian didepannya. Pria itu melanjutkan kata-katanya.

Di sisi lain, wanita tua dan pelayan itu. Mereka melihat keduanya secara bergantian dan kemudian memusatkan pandangannya pada kaki mereka.

"Selain itu... sepatumu. Saya yakin dapat melihat lumpur di sepatumu."

"Apa yang salah dengan itu!? Kemarin hujan. Jadi, itu hal yang normal."

"Tidak. Permisi sebentar, Nyonya."

"Apa yang sedang kau lakukan?!"

Pria itu berjalan ke arah mereka dan berlutut di kaki mereka.

Dia menyeka lumpur dari sepatunya dengan saputangan. Dia menatap mereka, lalu mengatakan sesuatu dan tersenyum....

"Sama-sama bahan merah dan minyak gorengnya...Ini minyak yang dibuat khusus di toko ini… Sepertinya kalian saling bertemu sebelumnya di gang belakang toko.. itu bukti kuat hubungan kalian."

"Bagaimana kau tahu itu? Itu hanya lumpur! Jangan asal menuduh!"

"Ya, saya tahu kalau ini hanya lumpur. Tapi, saya tahu kebenarannya hanya dengan melihatnya."

Pria itu tersenyum tidak peduli pada pelayan yang terperangah.

Meskipun kata-katanya tidak logis. Tapi, tidak ada seorang pun di ruangan itu yang bisa menertawakannya.

Mata hitamnya, yang penuh dengan kecerdasan, benar-benar meyakinkan, seolah-olah dia memiliki kekuatan untuk melihat segala sesuatu, seperti yang dia katakan.

"Jika kalian tidak mau mengakuinya, tidak apa-apa. Yang harus kalian lakukan adalah pergi ke polisi dan minta mereka memeriksa kamera pengintai di sekitar restoran. Jika kalian benar-benar tidak bersalah... seharusnya tidak ada masalah, kan?"

"Cih, sialan...!"

"Kyaa!?"

Akhirnya, pelayan itu memyerah dan pergi bersama wanita tua itu.

Dia mendorong wanita tua itu ke sampingnya dan berlari keluar seperti banteng yang mengamuk ke arah pria itu - dan ke pintu restoran di belakangnya. Seorang pria biasa pasti tidak akan mampu menghentikannya.

"Minggir!"

"Ah, itu berbahaya…"

Sesaat berikutnya, Howard mencoba menghentikannya.

"Fuu!"

"Agh!"

Tubuh pelayan itu terlempar dalam lengkungan yang indah. Itu adalah lemparan belakang yang indah. Dia terbanting ke lantai dari belakang dan terkapar. Terlihat gelembung keluar dari mulutnya.

Orang-orang yang ada di restoran tidak bisa berkata-kata ketika melihat kejadian tersebut.

Dan, setelah itu. Mereka memberikan tepuk tangan yang meriah kepada pria itu.

Pria itu masih terus tersenyum di hadapan sorakan itu dan dengan lembut menyesuaikan kerah jasnya, yang sedikit acak-acakan.

"Sejujurnya, aku terbiasa terlibat dalam urusan semacm ini. Aku terbiasa terlibat dalam masa-masa sulit dan aku terbiasa dengan teknik bela diri sederhana. Sekarang, apa Anda terluka, Nyonya?"

"Aaahhhh..."

Wanita tua itu merosot ke lantai dan tidak mengambil tangan pria itu, tetapi hanya gemetar dengan wajah pucat.

"... Mari tinggalkan dia sendiri untuk saat ini."

Kemudian seorang pria keluar dari kerumunan para tamu. Dia adalah orang Inggris dewasa dengan tatapan tajam di matanya.

Dia mengeluarkan buku catatan polisi dari sakunya.

"Jangan bergerak, Nyonya. Maaf, saya polisi."

“Hah? Polisi sudah ada di sini!"

"Ya, saya kebetulan berada di kota untuk makan. Jadi, kalian kurang beruntung. Kami akan menginterogasi kalian di kantor polisi."

"Uhhhhhhhhhh..."

Setelah memastikan bahwa wanita tua itu tidak berniat melawan, petugas polisi itu tiba-tiba muncul dan mulai dengan cepat menginstruksikan pelayan lain dan menelepon ke suatu tempat dengan smartphonenya.

Pada saat itu, Howard akhirnya mendapat kejelasan..

Dia dianggap tidak bersalah dan dibebaskan.

Ketika dia menyadari hal ini, dia merasa sangat lega. Dia bergerak cepat ke depan pria itu dan membungkuk padanya.

"Terima kasih banyak! Anda benar-benar membantuku! Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kalau Anda tidak menolongku."

"Tidak, tidak. Saya tidak berbuat banyak. Dan bukannya kita memang harus saling membantu jika ada masalah?"

Pria itu hanya tersenyum tipis.

Dia tidak terlalu bangga atau menyesal. Terlihat bahwa membantu orang lain adalah hal yang sudah biasa baginya.

Ugh.. baik sekali orang ini...

Howard menelan ludah.

Namun, rasa terima kasihnya tidak akan pernah surut ketika dia diberitahu itu.

Bahkan sebelum dia bisa mulai mengungkapkan rasa terima kasihnya... polisi itu mendekati mereka dengan gaya berjalan santai.

"Maaf, mengganggu. Bolehkah saya menanyakan beberapa pertanyaan nanti?"

"Ya, tentu saja."

Pria itu tersenyum pada polisi saat Howard menundukkan kepalanya dengan canggung.

"Terima kasih, Inspektur Lester. Sisanya aku serahkan kepadamu, ya."

"Tentu saja. Saya yakin ada lebih banyak hal untuk diinterogasi pada pasangan ini. Saya harus memberi mereka tekanan yang baik."

"Kedengarannya bagus. Aku yakin pria itu akan mengaku lebih cepat daripada wanita itu. Jadi, lebih baik kita menginterogasinya dulu."

"Itu instingmu yang biasanya, bukan? Kalau begitu, saya akan menuruti apa yang Anda katakan."

Howard hanya bisa menganggukkan kepalanya saat kedua pria itu berbicara dengan nada ramah.

"Jadi... kalian berdua saling mengenal...?"

"Oh. Kita makan malam bersama hari ini."

Polisi itu berkata dengan santai dan memberikan senyuman sinis kepada pria itu

"Tapi, tetap saja.. Anda membuatku sedikit kerepotan, Mr. Sasahara."

(TN: Sasahara disini ditulis dalam katakana pada sumber aslinya. Jadi aku menambahkan "Mr." sebagai pembeda.)

"Maaf, maaf. Aku memang tipe orang yang tidak bisa diam dalam hal ini."

"... Sasahara?"

Howard mengangkat alisnya saat mendengar nama itu.

Nama itu adalah nama yang selalu disebutkan di rumah kami akhir-akhir ini.

Howard menelan ludahnya dan langsung menyela.

"Maaf sebelumnya, apakah Anda kebetulan datang dari Jepang?"

"Ya, benar. Saya di sini untuk urusan bisnis dan... Maaf sedikit terlambat. Ini kartu namaku."

Pria itu kemudian mengeluarkan kartu nama seperti seorang pengusaha.

Berikut nama yang tertulis di kartu tersebut.

[Housuke Sasahara.]

Nama belakangnya sama dengan nama orang yang sangat dikenal oleh Howard.

"Sasahara-san...Maaf, apa Anda mengenali anak ini...?"

Howard mengeluarkan smartphonenya dan menampilkan sebuah foto. Itu adalah foto Putrinya dan pacarnya, Naoya Sasahara, yang dikirimkan kepadanya oleh keluarganya di Jepang.

Melihat ini, pria--, Housuke Sasahara, memutar matanya dengan lemah.

"Ini kan foto anakku.. Kenapa bisa ada di.. Ah, begitu ya."

Dia terkekeh pelan.

Dia sepertinya sudah mengetahui semuanya. Lalu, dia membungkuk hormat dan memperkenalkan dirinya sekali lagi.

"Saya sudah mendengarnya dari anak saya, Naoya. Anda pasti Ayah dari Koyuki Shirogane, kan? Senang bertemu dengan Anda. Nama saya, Housuke Sasahara. Terima kasih sudah menjaga anak saya."

"O-Oh, senang bertemu denganmu juga, Naoya Otou-san."

Tanpa basa-basi, Howard meraih tangannya dan dengan kuat menggenggam tangan Housuke.

Dan setelah kejadian itu. Mereka sering bertemu satu sama lain setiap ada waktu luang. Dan setiap kali mereka bertemu, Howard akan terlibat masuk kedalam kasus-kasus yang ditangani oleh Housuke, sama seperti kisah Sherlock Holmes dan John Watson.

Tapi, itu cerita di lain waktu.

Karena cerita utama di sini adalah...

"Aku mencintaimu."

"Ya, aku juga."

Itu karena kisah cinta Naoya dan Koyuki jauh lebih penting dan tidak bisa dilewatkan dengan cerita lainnya.


TL: Retallia

Editor: Sipoi



|| Previous || ToC || Next Chapter ||

Post a Comment

Post a Comment

close