Chapter 133 – Pertandingan Latihan
[Bagian 1]
Hari berikutnya. Sebuah peristiwa yang menunjukkan perbedaan suasana antara kelas 2-10 dan 2-11 terjadi.
Itu terjadi selama pelajaran olahraga.
Sebelum pertandingan antar kelas yang sebenarnya dimulai, semua siswa, baik laki-laki atau perempuan akan berkumpul sesuai dengan acara yang akan mereka ikuti untuk pertandingan latihan.
Sudah diputuskan bahwa anak laki-laki akan bermain sepak bola dan softball di lapangan terbuka. Sedangkan, anak perempuan tinggal di dalam gym untuk bola voli dan bola basket atau setidaknya itu rencananya.
“Aku harap hujannya tidak akan berhenti.."
Aku bergumam pada diriku sendiri sambil mengganti pakaian olahragaku. Suaraku ditenggelamkan oleh suara derasnya hujan yang mengguyur tanpa henti sejak pagi tadi.
Sejak awal bulan, langit cerah tanpa sedikit pun awan. Tapi hari ini, entah kenapa, langit benar-benar tertutup awan gelap sepanjang hari. Padahal, ramalan cuaca mengatakan akan cerah di malam hari. Jadi, pelatihan khusus kami masih bisa dilanjutkan.
Bagaimanapun, hujan membuat anak laki-laki tidak mungkin mengadakan pertandingan latihan mereka. Itu sebabnya, mereka memutuskan untuk membiarkan semua orang tetap berada di dalam gym.
[Umi: Sudah lama sejak kita mendapat kelas bersama, bukan?]
[Maki: Ya, mereka selalu memisahkan anak laki-laki dan perempuan…]
[Maki: Bagaimanapun, aku menantikan penampilan kelasmu.]
[Umi: Mm! Meskipun tim A dari kelas kami tidak berpengalaman. Tapi, seharusnya mereka bisa melakukannya dengan baik.]
[Umi: Yah, nantikan saja, oke..]
[Maki: Ya, aku akan menantikannya.]
Setelah mengirim pesan LINE kepada Umi, aku mengikuti gadis-gadis di kelasku ke gym.
Total ada sekitar 60 orang di dalam gym karena mereka mengumpulkan semua siswa/i dari kelas 2-10 dan 2-11 di sana. Oleh karena itu, gym lebih sempit dari biasanya.
Meskipun kami masih bisa melakukan lempar-tangkap, tetapi risiko mengenai seseorang secara signifikan lebih tinggi dari biasanya.
Setelah mereka selesai menyiapkan peralatan, aku duduk di sudut lapangan basket. Aku mendengar beberapa anak laki-laki berbicara.
'…Oi…'
'Aku tahu.'
'Ya, kau tidak perlu memberitahu kami, kami tahu.'
'Tetap saja, bukankah ini pemandangan yang luar biasa..?'
'Aahh, aku senang kita berada di kelas yang sama ...'
Setelah melihat apa yang ada di depan mata mereka, aku menghela nafas.
Mereka menatap Amami-san yang sedang berlatih dengan gembira bersama rekan satu timnya.
Aku tahu apa yang mereka maksud dengan 'luar biasa'. Dua gunung kembar itu biasanya disembunyikan oleh blazer sekolah. Tapi sekarang setelah dia mengenakan pakaian olahraganya, siapa pun yang memiliki sepasang mata yang tajam dapat melihatnya dengan jelas. Setiap kali dia mencoba mencetak poin, dua gunung itu akan bergetar.
Sungguh, aku mengerti perasaan kalian ....
Bagaimanapu juga, aku anak SMA yang normal seperti mereka. Aku sudah berusaha untuk tidak melihatnya. Namun, mataku tidak mau mengikutiku... seperti ada magnet yang menarikku untuk menatapnya.
Mari kita kesampingkan hal itu, mungkin menontonnya adalah satu hal bagi anak laki-laki.. Tapi, mereka malah membuatnya menjadi topik pembicaraan?
Apa mereka tidak pernah mempertimbangkan bahwa kata-kata mereka bisa mencapai telinga Amami-san yang membuatnya merasa tidak nyaman? Apakah sulit untuk mengendalikan libido mereka?
Kau akan dicap sebagai orang mesum, kau tahu? Apa kau tidak mempertimbangkan itu? Yah, itu bukan urusanku juga...
Pikiran seperti itu muncul di pikiranku. Tapi sejujurnya, ini bukan hanya tentang Amami-san.
Lagipula, jika mereka menatap Amami-san dengan tatapan menjijikan itu.. kemungkinan besar mereka akan menatap Umi dengan cara yang sama.
Untuk memastikan itu, aku menatap ke arah Umi yang sedang berlatih shoot-nya.. dan mata kami bertemu satu sama lain.
'Maki~'
Dia menggerakkan bibirnya sambil melambai padaku.
.... Astaga, dia imut sekali!
…Aku ingin menyimpannya untuk diriku sendiri… Apakah aku egois?
“….. Fufu, kamu sepertinya kerepotan, Maehara-kun."
“Oh, Nakamura-san 'ya ...”
"Yo. Astaga, begitu mereka membiarkan anak laki-laki dan perempuan bersama-sama, mereka langsung mulai melirik tubuh gadis-gadis itu… Dasar, me-sum.."
Aku yakin tidak ada orang di sampingku. Bagaimana dia bisa sampai di sini tanpa aku sadari? Dia sangat tinggi, tidak mungkin seseorang seperti dia tidak terlihat, kan?
“A-Aku juga laki-laki, tahu?”
“Yah, sepertinya kamu lebih masuk akal— Tidak, kamu juga sama.. Atau lebih tepatnya, kamu hanya terobsesi dengan Umipai, kan?” [TN: Umi+Oppai..] [ED: Njir Umipai]
"Uh-huh.."
Aku bisa menebak apa yang dia maksud dengan Umipai. Tapi, aku akan menggunakan hakku untuk tetap diam.
...Meskipun, dia tidak salah. Aku pernah aset berharga Umi bergoyang juga. T-Tapi, aku pacarnya.. seharusnya tidak apa-apa bagiku untuk menatapnya, bukan?
Terobsesi dengan tubuhnya seharusnya tidak masalah juga karena aku adalah pacarnya.
“Ngomong-ngomong, Nakamura-san, olahraga apa yang akan kau mainkan?”
"Basket. Yah, aku bisa bergabung dengan Tim Basket atau Voli karena tinggi badanku. Dua kubu itu mencoba yang terbaik untuk memenangkanku. Tapi pada akhirnya, Umipai yang memenangkanku."
"…Begitu, ya."
“Haa, kamu nggak asik, Maehara-kun. Seharusnya kamu memberikan reaksi yang 'waah' dong."
"Tidak, meskipun kau mengatakan itu.."
Nakamura-san tertawa kecil sambil melepas kacamatanya.
Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya karena kepribadiannya yang eksentrik menutupinya sejauh satu mil. Tapi, setelah aku melihatnya lebih dekat.. dia terlihat sangat keren. Dia memiliki wajah yang cool dan tinggi badanya yang lebih tinggi dari gadis-gadis di kelasnya. Singkatnya, dia tampaknya menjadi seseorang yang akan sangat populer di kalangan gadis-gadis.
“Baiklah, aku akan bergabung dengan mereka dulu. Ah, Maehara-kun. Kamu akan menyemangati Asanagi-chan kesayanganmu, kan?”
“Tentu. Tapi, entah kenapa aku merasa bersalah menyemangati tim musuh."
"Menurutmu begitu? Tapi, bukankah menyemangati tim yang tidak pantas disemangati itu sangat melelahkan meskipun kamu seharusnya berada di pihak yang sama?”
"Eh?"
"Atau semacam itu…"
Nakamura-san tertawa kecil lagi sebelum pergi ke sisi Umi.
'Nakamura, apa yang kamu bicarakan dengan Maehara-shi?'
'Ah, bukan apa-apa, cuma basa-basi~ ... Btw, akurasi kartu AS kita mulai turun. Ada apa, Asanagi-chan~?”
'B-Bukan apa-apa!'
'Ugh! Asanagi-chan, kamu sangat imut!'
''Asanagi-chan, imut sekali!''
'D-Diam, bodoh.'
Rasanya canggung mendengar percakapan mereka dari sini. Tapi, setidaknya aku menemukan sinergi tim mereka cukup baik.
Dan yang terpenting, aku bisa melihat sisi imut Umi..
Sementara itu di sisi lain.
“Um, mohon bantuannya, Arae-san... Ayo lakukan yang terbaik bersama!”
“Hm? Ah, ya, tentu, terserah.”
“…Eh…”
Selain gadis-gadis yang berada di kubu Amami-san, gadis-gadis di kubu Arae-san masih terdiam tanpa melakukan latihan apapun. Jelas sekali bahwa gadis di kelasku dibagi menjadi dua kubu. Amami-san dan Arae-san.
.... Begitu, ya ... Ini yang dia maksud dengan menyemangati tim yang tidak layak.
Aku awalnya berpikir bahwa Umi adalah pusat dari kelas 2-11, tetapi itu mungkin tidak terjadi.
Catatan Penerjemah:
Ohayojiwaaa, selamat beraktvitas dan tetap semangat!
|| Previous || Next Chapter ||
5 comments