Chapter 8 - Bagian 2
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
"Aku Yuu Okita."
Setelah kami memasuki rumah Anju, aku memperkenalkan diri.
"Jadi, kamu yang namanya Yuu-kun!? Sekali lagi, aku Anju Majima."
"A-Aku tahu..."
Mata Anju melebar karena terkejut saat aku mengatakan ini.
"Hah? Kenapa?!"
"Aku adalah fans Ripqle...."
"Oh, benarkah?! Senang mendengarnya~!"
Aku secara naluriah mundur saat aku melihat Anju mencoba meraih tanganku.
Ketika aku melakukan itu, dia tampak malu dan berkata, "Maafkan aku."
"Oh, um, aku juga minta maaf... aku... takut pada wanita...."
Aku melihat ekspresi bingung di wajahnya.
"Eh? Tapi, bukankah kalian berdua sedang menjalin hubungan...?"
"Tidak, itu..."
"Iya, kami pacaran."
Akira memotongku tepat saat aku hendak menanggapinya.
"Yuu akan baik-baik saja selama jarak fisiknya tidak terlalu dekat."
"Ah, aku mengerti, baiklah... Maafkan aku? Apa ini jarak yang aman?"
"Ya. Aku minta maaf karena sudah membuatmu khawatir...."
"Tidak apa-apa. Aku mengerti kok~"
Aku tidak bisa menahan nafas lega ketika aku melihat Anju tersenyum lembut.
"Astaga, Idol sangat baik hati... termasuk Mao."
Ketika aku mencoba untuk mengekspresikan diriku, kedua gadis itu menatapku.
"Apa itu?"
Akira memiringkan kepalanya.
Aku menjawab, tatapanku jatuh ke lantai.
"Um... kau tahu... gynophobia-ku... tidak banyak orang yang memahaminya."
"....Begitukah?"
"Ya... lebih sering diolok-olok. Itulah mengapa aku mencoba untuk tidak memberitahu orang lain sebisa mungkin."
Aku mengangguk saat aku merenungkan masa lalu.
Sampai baru-baru ini, ketika aku mengungkapkan gynophobiaku, aku sering diejek atau diberitahu, "Apa kau bercanda?"
Seiring dengan semakin banyaknya hal ini terjadi, menjadi semakin sulit untuk memberitahu orang lain.
Aku tidak bisa mengubah pola pikirku dengan segera dan aku tidak yakin apakah aku bisa menjelaskan setiap detail kepada orang lain dan masih mendapatkan pemahaman mereka.
Yang bisa kulakukan hanyalah menghindari kontak dengan wanita.
"Sungguh menenteramkan mengetahui bahwa saat aku terbuka dan jujur seperti ini, kau tidak mengejekku dan malah berkata, 'Tidak apa-apa'..."
Ketika aku mengatakan itu, Anju, yang duduk di seberang meja dariku, mengangguk dengan ekspresi lembut.
"Aku tidak akan mengejekmu. Sungguh, ada berbagai macam orang di luar sana. ...Idol diharapkan untuk bersikap adil kepada semua orang."
Anju melanjutkan pidatonya dengan ekspresi lembut di wajahnya.
"Mereka semua telah melalui banyak hal dalam hidup mereka dan merekalah yang menemukan kita. Dengan memperlakukan mereka dengan baik, mereka juga akan memperlakukan kita dengan baik. Dengan cara ini, sang Idol membangun hubungan saling percaya dengan fans mereka...."
Anju tampak terkejut dan meletakkan tangannya di atas mulutnya setelah mengatakan hal itu.
Lalu, dia melambaikan kedua tangannya dengan meremehkan dan tersenyum.
"Tapi, datang dari seorang mantan Idol, itu tidak terdengar sangat menarik, bukan?"
Wajahnya cerah dan ceria, tetapi suaranya sedikit bergetar.
Merasakan melankolis dalam kata-katanya, aku meninggikan suaraku tanpa sadar.
"I-itu tidak benar!"
Aku bangkit dari tempat dudukku.
"Kau berdedikasi, sopan... dan aktivitas Idolmu sangat menyenangkan. Aku mengagumimu! Aku terkejut ketika... aku mengetahui bahwa kau akan pensiun."
Saat aku mengatakan itu, aku menyadari bahwa aku telah mengatakan sesuatu yang memalukan saat itu dan kata-kataku memudar secara bertahap.
Aku duduk dengan tenang, malu.
Tapi Anju, menatapku dengan mata bulatnya, tersipu malu.
"He-he, aku belum pernah menerima pujian langsung seperti itu dalam waktu yang lama... Makasih."
"T-Tidak..."
"Nee, jangan terlalu lembut padanya, oke?"
Sebuah tatapan tajam kemudian menusukku dari samping.
"Kamu bilang hanya aku yang kamu suka...."
"Huh, tidak, maksudku sebagai seorang Idol..."
"Aku tahu, bodoh!"
Suasana hati Akira tiba-tiba berubah.
"Ah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu...."
Anju menyela, terlihat sedikit gelisah.
Aku lega mengetahui bahwa hubungan mereka tidak berubah meskipun mereka tidak lagi bersama.
"T-Tapi... bisakah aku mengatakan sesuatu padamu sekarang?"
Anju bertanya, tangannya gelisah di atas meja.
Aku tahu apa yang akan dia katakan, begitu pula Akira.
Udara tiba-tiba berubah.
"Saat Akira-chan mengatakan padaku kalau dia punya pacar... sejujurnya aku tidak bisa mempercayainya."
"...Ya."
"Akira-chan adalah seorang 'pro,' kan? Dan sekarang kamu bilang kamu punya pacar... Oh, dan Yuu-kun? Aku pikir dia pria yang menarik... Tapi, bukankah menurutmu itu sedikit mendadak?"
Anju secara implisit mengatakan, 'Apa kalian berdua benar-benar menjalin hubungan?'
Akira mengangguk seolah-olah dia mengerti apa yang dikatakannya.
"Aku ingin mengatakan bahwa... kami benar-benar berpacaran."
Ketika Akira mengatakan itu, Anju menggerakkan tubuhnya dan menatap Akira dengan tajam.
"Apa maksudnya itu?"
"...Anju, kamu bukan orang yang seharusnya berhenti dari dunia Idol."
"I-Itu..."
"Jika itu tidak terjadi, kamu dan aku bisa naik ke puncak." [TN: Maksud dari kata 'puncak' menjadi Idol top atau nomor 1]
"Akira-chan, aku sudah selesai dengan itu...."
"Jadi, kamu ingin mengatakan bahwa kamu tidak peduli lagi? Tidak mungkin. Kamu hanya berbicara tentang Idol dengan binar di matamu."
"...!"
Anju tersedak pada kata-katanya.
"Aku... ingin menyingkirkan siapa pun yang melakukan perbuatan buruk di industri ini."
"...Oh, tidak."
Pandangan Anju jatuh ke meja.
"Aku bisa melakukannya. Aku tahu aku bisa."
Akira mengatakan ini untuk menyemangati Anju yang gelisah, lalu menatapku.
"Bagi para Idol, memiliki pacar adalah hal yang paling tabu. Jadi, aku harus mewujudkannya dan membuat agensi melakukan yang terbaik untuk melindungiku. Kalau begitu, aku akan menjadi 'pengacau' baik dalam nama maupun perbuatan, bukan?"
"Akira-chan... apa kamu...."
Anju mengangkat kepalanya dan menatap Akira dengan prihatin.
Akira mengangguk muram dan menjawab.
"Tepat sekali. Seperti kamu, Anju, aku perlu diajak ke 'prostitusi'."
"Tidak, kamu tidak bisa melakukan itu!"
Anju membanting meja dan berdiri.
Akira dan aku sama-sama terkejut. Akira tentu tidak menyangka Anju akan meninggikan suaranya seperti itu.
"Kamu tidak perlu melakukan itu, Akira-chan! Tidak apa-apa! Bahkan jika kamu sendirian... kamu bisa berada di puncak popularitasmu... K-Kenapa kamu bertingkah seperti ini sekarang?! Itu tidak masuk akal!"
"Tidak masuk aka, katamu!!?"
Akira balas berteriak. Anju tersentak kali ini.
"Tidakkah kamu pikir aku dirampok secara tidak adil dari partnerku yang berharga...? Industri Idol adalah tempat yang buruk di mana hal-hal seperti itu dibiarkan berlangsung. Aku tahu Idol seharusnya berbagi mimpi mereka dengan orang lain! Tapi, bukan berarti mimpi mereka harus dieksploitasi!"
"...!"
Akira terus berbicara dengan panik. Suaranya tegang saat dia mengunci tatapannya pada Anju.
"Bagaimana dengan mimpimu?! Apa yang akan terjadi dengan mimpi kita?!"
"Tapi... itu... aku bukan..."
Seorang Idol lagi...
Sebelum Anju bisa mengatakan kata-kata itu...
"Kita akan melakukannya, bukan?!"
Akira berseru.
"Kamu dan aku, bersama-sama!!! Bukankah kita bilang kita akan tampil di Budokan?!"
Mata Anju melebar saat mendengar kata-kata Akira.
"Akira-chan... janji itu...."
"Bagaimana mungkin aku bisa lupa...? Sejak... sejak hari kamu berhenti... aku sudah memikirkannya...!"
Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengingatnya.
Mereka memenangkan tempat pertama dalam jajak pendapat popularitas Idol saat masih tampil sebagai Ripqle. Kemudian seorang pewawancara bertanya kepada mereka.
'Sederhananya, apa tujuan kalian?!'
Akira dan Anju saling mengedipkan mata seolah-olah mereka adalah anak kecil.
''Untuk tampil di Budokan!!!''
Mereka mengatakannya dengan polos.
Aku yakin para fans setuju mereka bisa melakukannya... bersama-sama.
Aku, salah satunya, tidak pernah meragukannya.
"Aku ingin memastikan, Anju, bahwa kamu bisa kembali dengan tenang. Itu sebabnya... pertaruhan ini sangat penting."
"....Aku mengerti. Ya..."
Anju menatap Akira dengan mata berair.
"Nee, Akira-chan..."
"Apa?"
"Aku senang kamu merasa seperti itu. Tapi..."
Mata Anju berkaca-kaca dan dia terpuruk sejenak.
Ketika dia mendongak lagi, raut wajahnya membuatku dan Akira terhenyak.
"Tapi kalau kamu berhenti menjadi Idol, aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku."
"....!"
Itu adalah kata-kata kuat yang tak terduga dari seseorang yang sebelumnya begitu rendah hati.
"Aku sangat menikmati bekerja denganmu, Akira-chan. Tapi, lebih dari itu... Aku jatuh cinta dengan 'Idol' Akira-chan. Itulah sebabnya...."
Dengan air mata di matanya, Anju berhenti sejenak.
"Aku tidak akan pernah, pernah... kembali ke dunia Idol tanpamu, Akira-chan."
Akira menghela nafas menanggapi kata-kata Anju.
"...Iya, itu adalah janji."
Dia kemudian mengulurkan kelingking tangan kanannya kepada Anju.
Anju akhirnya tersenyum ketika dia melihat ini.
"Janji~"
Anju menautkan kelingkingnya ke kelingking Akira.
Kemudian mereka berdua tertawa kecil.
Akira menghembuskan napas dalam-dalam sambil bersandar di sandaran kursi.
"Huft, aku sangat gugup."
"G-Gugup?"
Ketika Anju memiringkan kepalanya, bibir Akira mengerucut dan dia melirik ke atas ke arahnya.
"...Aku belum pernah melihatmu membuat wajah yang begitu menakutkan."
"A-Aku tidak berpikir aku terlihat seseram itu."
"Kamu ini! Benar 'kan, Yuu?"
"Eh? Ah, y-ya..."
Aku menganggukkan kepalaku setuju.
Memang, aku belum pernah melihat Anju dengan ekspresi serius di wajahnya. Seolah-olah dia akan menelan Akira utuh-utuh.
Siapa tahu, mungkin Anju hanya mempertahankan "persona ceria" di atas panggung dan dalam aktivitasnya.
"Maaf mengganggu momen ini, tapi..."
Akira ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu dan melemparkan tatapan lembut pada Anju.
"Setelah aku mengatasi kegugupanku, aku benar-benar ingin merokok..."
Anju mengangkat alisnya dan berkata, "Muu~," ketika Akira mengatakan itu.
"Kamu masih merokok? Aku sudah bilang padamu untuk berhenti."
"Itu tidak mungkin. Aku tidak bisa membayangkan tidak ada alkohol dan rokok dalam hidupku."
"Kamu tahu itu buruk bagi kesehatanmu... Keluarlah ke balkon kalau kamu ingin merokok. Aku mungkin tidak akan pindah. Tapi, aku akan menjaga tempat ini tetap bersih. Jadi, aku bisa mendapatkan kembali uang jaminan keamananku secara penuh untuk berjaga-jaga."
"Baik, aku akan menggunakan balkonmu."
Akira berlari ke balkon.
Pintunya ditutup dan aku mendengar bunyi "ding" dan suara korek api Zippo dinyalakan beberapa detik kemudian.
Anju dan aku ditinggalkan sendirian di ruang tamu dan ada keheningan singkat yang canggung di antara kami.
"Er... Yuu-kun, kan?"
"Ah, y-ya. Itu benar."
Anju adalah orang pertama yang berbicara.
"Apa kamu menyukai Akira-chan?"
Dia bertanya dengan senyum lembut.
Untuk sesaat, aku tidak bisa memikirkan apa pun untuk dikatakan.
Aku yakin dia sudah tahu bahwa Akira dan aku tidak benar-benar berpacaran. Kurasa dia menanyakan hal itu karena dia ingin tahu apakah aku memiliki "Perasaan romantis" pada Akira.
Dan jika itu masalahnya, hanya ada satu hal yang bisa dikatakan.
"Aku menyukai Akira... 'sebagai Idol'."
Mata Anju melebar saat aku dengan gugup mengatakan itu. Tapi dia dengan cepat mengangguk, tampak lega.
"....Begitu, ya."
Dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Kamu tahu, gadis itu, dia kuat dan luar biasa ... Aku mengaguminya."
"Aku... mengerti maksudmu."
Dia memain-mainkan tangannya yang terkatup di atas meja dan terus berbicara dengan tulus.
"Namun, terkadang keberaniannya membuatku sangat gugup."
Aku merasakan aura pelindung di sekelilingnya saat dia melihat ke arah balkon.
"Dia tampaknya berpikir bahwa dia bisa melakukan semuanya sendiri. Meskipun itu tidak benar."
"Kelihatannya seperti itu...."
Aku yakin bahwa apa yang dikatakan Anju memiliki arti lebih dari sekedar kata-kata.
Terutama baginya, yang terpaksa berhenti karena "Keadaan dewasa[1]...
"Oleh karena itu, kalau kamu adalah fans sejati dari dirinya... pastikan kamu ikut campur jika dia akan melakukan sesuatu yang berisiko."
Anju kemudian menatap mataku.
"Aku harap kamu bisa membantu Akira-chan melanjutkan karier Idolnya dengan cara yang benar."
Hatiku terasa sakit saat mendengar kata-kata Anju.
Kedua anggota Ripqle masih memiliki perasaan yang kuat satu sama lain.
Sebagai seorang fans, aku sangat senang menyaksikan fakta itu.
"Ya... Sebagai fans Akira, aku akan melakukan yang terbaik."
Mata Anju berkabut seolah-olah dia diliputi oleh emosi. Dia kemudian tiba-tiba berdiri.
"Eh...?"
Sementara aku masih tertegun, dia mengitari meja dan mendekatiku.
"Makasih~!"
Kemudian dia memelukku erat-erat saat aku duduk.
"...?!"
Pemikiranku terhenti seolah-olah pikiranki mengalami korsleting.
Wajahku menempel pada perut Anju dan sesuatu yang berat dan lembut berada di atas kepalaku.
'Kelembutannya' meresap ke seluruh tubuhku.
Kejadian tak terduga itu membekukan pikiran dan tubuhku, tetapi otakku perlahan-lahan memahami situasinya dan berkata, "Bergerak!"
"Mmm... mmmm...!"
Saat aku berjuang, perutnya menekan lebih keras lagi ke wajahku dan aku tidak bisa bernapas.
"Ah?! A-Aku minta maaf! Aku lupa tentang gynophobia-mu!"
Anju melepaskanku saat dia berteriak.
"Fiuh...! Oh, tidak, um, a-aku tidak apa-apa...."
Wajahku memerah panas.
Seperti robot yang rusak, aku menggelengkan kepalaku dari sisi ke sisi dengan kaku.
"Aku selalu diberitahu bahwa aku terlalu perhatian... Aku tahu itu buruk. Tapi, aku tidak bisa menahan diriku sendiri... Lagipula, Yuu-kun, kamu imut, seperti adik laki-laki..."
"An~ju~????"
"Hah?!"
Pintu yang mengarah ke balkon terbuka dan Akira berdiri dengan ekspresi iblis di wajahnya.
"Aku tahu kamu menyukai laki-laki yang condong ke arah tipe herbivora[2], tapi..."
"I-Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Akira-chan..."
"Apanya~ kenapa kamu begitu cepat dalam mengambil keputusan?"
"Ini kesalahpahaman."
Anju yang ketakutan melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh.
Kemudian tatapan tajam Akira bergeser padaku, yang membuatku terkejut.
"Dan juga, apa yang kamu lakukan? Kamu selalu menolakku saat aku mendekatimu tapi... kenapa kamu begitu jinak dan lemah lembut pada Anju...?"
'Kecemburuan' yang tampak jelas di matanya membuatku bingung.
Benar, Akira dan aku berpura-pura menjadi 'Sepasang kekasih', tapi itu tidak berarti dia harus merasa kesal karena hal seperti ini... pikirku.
Pada saat yang sama, aku tidak bisa tidak bertanya-tanya mengapa, ketika Anju memelukku, aku tidak mengabaikannya sebanyak yang kulakukan ketika Akira menerobos masuk ke rumahku.
Anju dan Akira sama-sama cukup feminin dan tidak banyak perbedaan di antara mereka. Selain itu, ini adalah percakapan langsung pertamaku dengan Anju dan tubuhku seharusnya menolak ide itu lebih kuat daripada yang dilakukannya...
Mungkinkah keterlibatanku dengan Akira telah membuatku lebih terbiasa dengan wanita...?
Itulah yang kupikirkan.
"Aku tahu itu! Itu pasti karena Anjupai, kan!? Pasti karena Oppainya, bukan?!"
Akira berteriak.
"Hah?"
Anju dan aku mengangkat suara kami secara bersamaan.
"Sejak masa kita sebagai Ripqle, aku bersumpah itu adalah payudara besar itu...!"
Akira memelototi dada Anju. Kemudian dia menekan jari telunjuknya ke dada Anju sekeras yang dia bisa.
Aku segera mengalihkan pandanganku. Itu bukan sesuatu yang harus kulihat.
"Aku juga memiliki dada yang besar. Tapi karena ukuran tubuhku selalu dibandingkan denganmu, aku dicap 'si pendek tanpa dada' di papan pesan!"
"Aku selalu memperingatkanmu untuk tidak melihat papan pesan karena mereka penuh dengan antis!"
Anju mencoba menenangkan Akira saat dia mulai emosi.
"Diam! Hanya karena kamu tidak sering dipanggil dengan sebutan yang kejam, tidak memberimu hak untuk menceramahiku!"
"Aku juga pernah dipanggil 'Holstein[3] yang sok tahu,' kau tahu."
"Kamu sudah melihat mereka! Kamu telah melihat papan pesan!!!"
Aku tersenyum saat melihat mereka bertengkar sekali lagi.
Akan sangat menyenangkan jika keduanya bisa tampil bersama lagi di atas panggung.
Aku merenungkan pemikiran seperti itu sambil mendengarkan suara keras mereka.
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
[1] Otona no jijou (大人の事情), yang secara harfiah berarti "keadaan dewasa", adalah bahasa gaul Jepang yang berfungsi sebagai penjelasan eufemistik dan sengaja dibuat samar-samar untuk hal-hal yang biasanya tabu atau situasi yang sulit untuk dikatakan. Ini terutama digunakan oleh media dan sering terdengar di variety show.
[2] Soushoku-kei danshi (草食系男子), yang secara harfiah berarti "pria herbivora" atau "pria pemakan rumput", adalah istilah yang digunakan di Jepang untuk menggambarkan remaja laki-laki yang tidak terlalu berminat untuk menikah atau bersikap tegas dalam hubungan dengan wanita.
[3] Holstein adalah sapi besar dengan pola warna hitam dan putih atau merah dan putih. Mereka dikenal sebagai hewan penghasil susu tertinggi di dunia.
Post a Comment