-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha V8 Chapter 1

Chapter 1 - Mengetahui Perasaan Itu


Memasuki sekitar minggu kedua pada bulan Oktober, kau pasti menyadari dan mengatakan 'Ini musim gugur, ya.' benar, bukan? Ngomong-ngomong, ketika aku masih di kelas 1 SMP, aku sama sekali tidak menyadari hal ini dan pergi ke sekolah dengan seragam musim panasku, membuatku kedinginan seperti anak domba yang tersesat.

Angin dingin menggelitik bulu-bulu tubuhku yang berdiri tegak. Bahkan anak laki-laki yang pergi ke sekolah dasar pada pertengahan musim dingin dengan celana pendek untuk bermain dodgeball akan mulai sadar saat itu.

Di sisi lain, diseret-seret oleh adik perempuan Sasaki, Yuki-chan dan dipaksa untuk memberikan nasihat cinta yang tulus kepadanya, merupakan hari yang sangat menyebalkan.

Tuh Kakak Adik pada kenapa sih, astaga.. Tapi.. aku akan menikmati hari ini sepenuhnya...

"Oh, Sajou! Lu nggak bawa apa-apa, hah?"

"Jelas dong, full santai lah."

"Heh, pasti menyenangkan tidak memiliki klub, ya."

"Berisik lu."

Sebagai peralihan yang indah ke musim yang hangat dan nyaman, seragam musim dingin mengusung warna hitam. Sambil menatap seluruh sekolah yang penuh dengan orang random, aku memasuki ruang kelas, hanya untuk mendapatkan sebuah pukulan di sisiku, bukan sapaan biasa. Kurasa aku terlalu santai dalam perjalanan karena jam yang tergantung di atas papan tulis memberitahuku bahwa aku tiba di sini cukup terlambat. Namun, sekali lagi, Festival Budaya ini masih berlangsung. Jadi, keterlambatan beberapa menit tidak akan merusak jam kerja. Meskipun begitu, cukup menarik untuk datang ke sekolah tanpa tas sekolah atau apa pun.

"Sup, sup."

"Ah, Sajocchi. Gimana kabarmu?"

"Aman, hm?"

"Tepat sekali."

"?"

... Otw sekolah -> Masuk kelas.

Aku yakin ini adalah rutinitas yang normal bagi pelajar sekolah yang rajin sepertiku. Jadi, kenapa dia begitu meragukannya?

Tapi saat aku melihat ke arah Ashida, bersandar ke dinding di sisi jendela, dia hanya mengangguk-angguk seolah-olah memahami sesuatu. Aku merasa kata-kata dan tatapannya menempel padaku seperti lem atau madu dan aku tidak menyukainya.

Apa ini? Apakah dia mempelajari keterampilan "Normie dari kejauhan" saat aku tidak melihatnya? Tinggal satu langkah lagi dan dia akan menyempurnakannya.

"... S-Selamat pagi."

"Hm? Ah, yo, pagi juga..."

Dan sesuai dengan urutan yang biasa, tidak butuh waktu lama bagi Natsukawa untuk menoleh ke arahku, memberiku sapaan yang agak canggung. Sebagai akibatnya, aku bahkan mulai merasa tidak aman.

Mungkinkah ini saatnya mengatakan itu? Seperti 'Jangan salah paham dulu!' Oh, pas banget. Jendelanya terbuka, haruskah aku pergi lompat keluar sekarang?

-Ya, mari kita kesampingkan lelucon gak jelasku... 

Aku tahu betapa baiknya Natsukawa. Dia tidak akan pernah berpikir seperti itu. Ini mungkin masalah gadis seperti tidak enak badan, lelah atau hal lainnya. Aku akan berpura-pura tidak menyadarinya-karena aku... memiliki kebijaksanaan dan pertimbangan!

"......"

"... Hm?"

T-Tunggu... apa aku melenceng? Maksudku, sudah jelas bahwa dia bertingkah gelisah. Bahkan orang-orang di sekitar kita pun seharusnya menyadari hal itu. Namun, di mataku, dia terlihat anggun. Gestur dan gerakannya yang penuh wibawa membuatnya tampak seperti melangkah di atas panggung yang tak terlihat di dalam kelas ini... Tunggu, mungkin ada yang salah denganku?

"Di mana kita harus memeriksanya terlebih dahulu?"

"Kios! Crepes!"

"Hal pertama di pagi hari?"

"Yup!"

Aku mengambil pamflet Festival Budaya dari saku belakang jaketku dan bertanya kepada keduanya, ketika Ashida melompat sambil mengepalkan tangan, menyuarakan keinginannya. Sepertinya pemain terbaik di klub bola basket ini tidak terlalu mempermasalahkan berat badannya. Meskipun memiliki usia yang sama, dia hanya membuatku berpikir, 'Ah, masa muda,' dan aku tidak tahu bagaimana perasaanku mengenai hal itu. Bahkan anak laki-laki sepertiku pun menyadari betapa beratnya masalah ini... Sekali lagi, ini bukan bagian dari duniaku karena aku tidak memiliki klub.

"Bagaimana denganmu, Natsukawa? Apa kau ingin ikut?"

"I-Iya..."

"Oh. Sekarang aku bisa melihatmu dengan baik, apa kau baru memotong rambutmu?"

"Eh...? Nggak kok."

"Kamu baru saja mengatakannya, kan?" Gerutu Ashida di belakang kami.

Tapi tentu saja, sensor Natsukawa-ku tidak akan pernah melewatkan apa pun yang menyangkut dirinya. Sejak awal, aku sudah tahu bahwa dia tidak memotong rambutnya. Makanya itu, aku tidak ingin melewatkan pesonanya, hanya karena sensorku tumpul... Jadi aku memastikannya. Terlebih lagi, tidak mungkin indraku menjadi tumpul.

"A-Apa ada yang aneh dengan penampilanku?"

"Hmm, gimana ya..."

"Oi, jaga tatapanmu." Ashida melompat lagi.

Yah... Karena ini adalah kesempatan yang sah bagiku untuk menatap Natsukawa! Dan aku tidak bisa membiarkan hal itu sia-sia! Akhir-akhir ini, mataku selalu ingin menatapnya karena kami tidak duduk di barisan kursi yang sama lagi. Tetapi tentu saja, aku masih sangat senang bisa duduk sedekat ini dengannya. Terutama mengingat kebiasaanku di masa lalu... Ughhh, menjijikkan.

Aku menatap matanya, saat dia berhenti dengan sikap anggunnya dan malah memalingkan wajahnya seolah-olah dia ingin menghindari tatapanku.

Ughh, sepertinya dia terkena damage berkat mata cabulku ini.. Oke, Wataru.. kau harus hentikan itu.. Aku akan mulai menangis.

"... Hm?"

"Apa?"

"Ah, tidak, bukan apa-apa."

"Tunggu, apa? Ayolah, sekarang aku penasaran..."

"Tidak serius, lupakan saja."

Aku bisa menangkap pancaran samar dari bibir Natsukawa. Bibirnya terlihat lebih mengkilap dari biasanya. Kurasa dia mulai menggunakan lip gloss. Menyadari hal ini sekilas saja sudah cukup menjijikkan, tapi itu sebabnya, aku tidak bisa mengatakan, 'Oh, kau menggunakan lipgloss?' Bagaimana kalau dia malah menjawab, 'Menjijikan...!' sebagai balasannya...?

"Aku... aku tidak terlihat aneh, kan?"

"Tentu saja tidak! Mana mungkin Dewi-ku terlihat aneh, kan!?"

"....."

"Ah, hamba minta maaf. Jangan khawatir, Natsukawa-sama. Anda imut seperti biasa.."

"A-Apa yang kamu bicarakan, muu...!"

Setelah memeriksa sekali dengan cermin yang dilipat dan kemudian dengan bantuan Ashida, Natsukawa kemudian melotot padaku.

Kurasa mencoba menyembunyikan kebenaran adalah langkah yang salah untuk dilakukan di sini? Tapi, ketika aku mencoba menyelamatkan situasi dengan sedikit pujian, dia hanya mengeluh dan melihat ke arah lain.

Aku pasti terdengar seperti seorang playboy... Yah, aku tidak berbohong, jadi terserahlah.

"Pokoknya, ayo kita berfoto dengan crepe di satu tangan. Pasti fyp, aku tahu itu."

"Apa kamu mau ikut foto juga?"

"Kau bisa menutupi mataku dengan sensor hitam."

"Tidak, kamu bukan penjahat."

Di antara kelompok kami, Ashida adalah orang yang benar-benar terlibat dengan media sosial. Dia memiliki 90% dari semua pengikut yang dikumpulkan teman-teman sekelas kami dan aku tidak diizinkan untuk muncul di linimasanya. Dan sejujurnya, aku selalu berpikir bahwa lebih baik membiarkan foto-foto semacam ini hanya untuk perempuan. Laki-laki tidak ada hubungannya di sana. Jadi, aku akan membiarkannya memegang kamera.

Kau akan mengarahkan kamera dari perutmu, kan? Aku tahu itu.

Karena aku sudah mencoba crepe dengan Ichinose-san dan Sasaki-san kemarin, aku merasakan rasa manis yang berbeda hari ini.

Hm? Yuki-chan? Maaf, aku nggak kenal si brocon yandere itu...

Dan makanan manis biasanya dibungkus dengan kertas. Jadi, mungkin sesuatu di dalam cangkir akan lebih baik hari ini. Meskipun, aku akan baik-baik saja dengan ayam goreng juga. Lagipula, aku tidak diizinkan di timeline-nya.

"....."

"... Apa lagi?"

Aku kembali membaca pamflet itu sekali lagi, saat aku menyadari bahwa Ashida masih menatapku. Terkadang, dia mengirimiku tatapan mendalam yang sayangnya tak bisa kuartikan dengan kemampuanku yang kurang.

"Tidak, aku hanya berpikir hari ini kamu tampak lebih bersemangat. Meskipun kemarin kamu tampak bersenang-senang dengan Ichinose-chan dan yang lainnya, hm?"

"Apa sih? Bukan berarti aku tidak bisa bersenang-senang hari ini, kan?"

"Ah, benar... Ya, benar."

"Nee, Kei..."

"...?"

Ada apa ini? Tidak hanya Ashida, sekarang Natsukawa juga menatapku... Mungkin ada yang salah denganku? Tapi, aku cukup yakin aku sudah memeriksa rambutku, baik di kepala maupun di dalam hidungku. Selalu ketika aku mencuci muka juga. Ah, begitu. Aku mengerti. Ini karena wajah mob-ku, kan? Maaf karena memiliki wajah karakter sampingan seperti ini.

Ketika aku menyentuh wajahku untuk mencoba memperbaiki beberapa bagian seperti tanah liat yang lembut, aku bisa mendengar suara cekikikan samar.

"Hee hee, bukan apa-apa kok."

"... Ehh?"

Melihat ke atas, Natsukawa meletakkan satu tangan di mulutnya saat dia tertawa pelan. Kurasa kepanikanku atas penampilanku pasti menjadi pemandangan yang cukup lucu. Pasti ini adalah caranya untuk membalas dendam.

Dan setelah kupikir-pikir, aku bertingkah seperti orang bodoh. Apa gunanya ini? Aku tidak akan secara ajaib berubah menjadi tampan. Astaga, sungguh memalukan...

Aku mengalihkan pandanganku untuk mengatasi rasa malu yang muncul saat aku mendengar suara yang benar-benar menarik semua perhatianku.

'... S-Saitou-san.'

"....!"

Mendengar suara yang tidak asing dari ruang kelas yang bising membuat tubuhku membeku. Biasanya, aku selalu membenci menit-menit dimana aku dipaksa untuk mendengarkan suara itu. Tapi hari ini, suara itu membuatku tetap fokus. Itu adalah Sasaki, si pemula yang sedang jatuh cinta dan Saitou-san yang baru saja menyatakan cinta padanya. Pasangan yang tinggal selangkah lagi untuk jadian-Jika ini adalah sebuah manga, telingaku mungkin akan membesar tiga kali lipat hanya dengan mendengar suaranya. Dan bisakah kau menyalahkanku? Tapi, aku tidak ingin dimarahi nanti. Jadi, aku akan berpura-pura tidak melihat-

'Sasaki-kun...'

'Apa kau... ada waktu hari ini?'

Karena segala sesuatu di sekeliling kami begitu terang benderang, maka sulit untuk melihat secara persis apa yang sedang terjadi di dalam ruang kelas. Meski begitu, menatap Natsukawa dari kejauhan, melatih mataku sehingga aku dapat menciptakan kembali pemandangan di dalam kepalaku.

Sial! Kalau bukan karena profil Natsukawa yang mempesona di sebelahku! Dia menarik perhatianku!

'Mm.. aku luang.'

"Huh...?"

'Aku bisa meluangkan waktu ... kapanpun ...'

'S-Saitou-san...!'

Tetapi setelah mendengarkan beberapa saat, aku tidak bisa terus mencari alasan yang sama sekali berbeda. Jika aku menyaksikan adegan ini secara langsung, mata dan dadaku mungkin akan terbakar. Kalau aku punya crepe atau cokelat di saku, pasti sudah meleleh sekarang. Meskipun begitu, Saitou-san mungkin tidak bisa berpaling begitu saja. Bagi orang-orang di sekelilingnya, hal ini mungkin terlihat manis dan romantis, tetapi dia masih menunggu jawaban dari pengakuannya dan aku bisa membayangkan betapa stresnya hal itu. Dan baginya, semua ini pasti pahit seperti kentang gosong... Sungguh contoh yang mengerikan. Aku pikir aku hanya lapar.

Meskipun begitu, aku akan berbohong jika aku mengatakan bahwa aku tidak peduli bagaimana hubungan mereka. Biasanya, aku tidak akan memberikan dua sen pun tentang kehidupan asmara dan cinta Sasaki, tapi aku agak terjebak di sana.

Kenapa aku bahkan mengoceh tentang hal itu kemarin? Mendukung cinta Saitou-san atau tidak, itu adalah perbedaan antara ditikam oleh Yuki-chan atau diinjak-injak kuda. Aneh... Mengapa hidupku dalam bahaya karena percintaan mereka?

Dan aku hanya tahu Sasaki yang menarikku ke dalam kekacauan ini.

Tunggu, bukankah ini berarti aku punya hak untuk melihat bagaimana kisah cinta mereka terungkap? Karena jika mereka mulai berpacaran, maka berkat kata-kataku lah Saitou-san berhasil menggenggam hati Sasaki! Benar, aku tidak perlu mendengarkan secara diam-diam seperti ini!

Aku seharusnya menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri dan kemudian menggodanya. Karena aku masih punya beberapa perasaan terpendam tentang Sasaki. Jadi, ayo, tunjukkan pada sang guru cinta bahwa fia adalah gadis yang kau sukai-

'Kalau begitu...'

"Ah, maaf... Tunggu, kenapa kalian berdua berdiri membeku seperti itu?"

"..."

"..."

"..."

"Eeeh? Tunggu, kenapa kau memelototiku sekarang?! Kenapa kau mendesah?! Dan kenapa Natsukawa-san bergabung denganmu?!"

Kami bertiga langsung menatap Matsuda yang muncul di barisan belakang kami. Sayangnya, di sinilah banyak barang dan benda-benda lain disimpan... jadi ini bukan salahnya. Sebenarnya, kami yang harus disalahkan karena berkeliaran di sini. Ashida menyingkir dengan wajah pucat yang belum pernah kulihat sebelumnya, tapi... Matsuda, suatu kehormatan bisa menerima tatapan Natsukawa.

"...?"

Tunggu sebentar... Cara mereka berdua bertingkah sepertinya... mereka tahu tentang Sasaki dan Saitou-san. Natsukawa mungkin telah melihat sesuatu sebelum dia pulang kemarin... Yah, gadis-gadis itu cepat berbagi informasi. Jadi, bahkan jika Sasaki tidak memberitahu siapa pun kecuali aku, Saitou-san mungkin telah menyebarkan berita itu. Meskipun, dia tidak terlihat seperti orang yang tidak punya lidah... Astaga.

* * *

"Yosh, geser dikit! Dekatkan wajah kalian!"

"Iya... Ah, tunggu! Kenapa kamu malah jongkok?!"

"Mereka mengatakan di TV bahwa posisi ini akan mencerminkan gayamu dengan lebih baik..."

"Mundur beberapa langkah dulu!"

"Uwah. Si cabul, Sajocchi."

Kami pindah ke tengah halaman. Natsukawa dan Ashida sedang memadatkan pipi mereka dengan kain krep. Jadi, aku mencoba memotret mereka sambil berjongkok. Meski begitu, Natsukawa dengan marah menarik roknya ke bawah sambil mengeluh dan Ashida juga membentakku. Merenungkan tindakanku, aku tidak ada bedanya dengan pria-pria menyeramkan yang mengambil foto cosplayer secara diam-diam. Hampir saja... Naluriku mengatakan kepadaku untuk melewati batas dan mengintip ke balik roknya.

"K-Kei, ini memalukan..."

"Ehh? Tapi, ini bakal fyp loh."

"Bukan itu masalahnya!"

Alasan Natsukawa mengeluh pada Ashida sekarang juga terkait dengan roknya. Ashida berusaha membuat foto itu lebih menonjol dengan mengangkat sedikit roknya. Meskipun awalnya Natsukawa mengeluh, namun akhirnya ia menurut dengan wajah merah, bahkan membuatku bertanya, 'Tunggu, apa kau serius?' tetapi aku hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya dengan lantang. Tentu saja, kaki telanjang mereka adalah pemandangan yang luar biasa, tetapi melihat Natsukawa gelisah dengan canggung, terlalu merusak, aku tidak pernah bisa berharap untuk menang melawan dorongan hati dan berbalik.

Namun, kebahagiaan hanyalah separuh dari apa yang kurasakan pada saat itu. Kebingungan dan keraguan adalah sisi lainnya. Natsukawa tidak begitu terbuka dan sebagai lawan jenis, bisa menyaksikan hal ini dari jarak yang begitu dekat, membuatku merasa bingung. Itulah mengapa aku mengabaikan keinginanku dan memutuskan untuk mendukung Natsukawa.

"Menurutku, kalian tidak perlu memotret seluruh tubuh kalian. Cukup ambil foto wajahmu dan crepe di tangan kalian."

"Oh, menurutmu begitu 'ya, Sajocchi?"

"Yup, yup.. Setidaknya itu lebih baik dan membuat wajah imutmu menonjol."

"Wueh?! Benarkah...?"

"K-Kamu mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu lagi..."

Ashida tampak puas dengan usulanku, tapi Natsukawa melemparkan keluhan lain padaku sambil berbalik untuk membetulkan roknya. Mengetahui bahwa perlindungannya telah meningkat ke tingkat yang aman membuatku menghela napas lega. Ashida juga melakukan hal yang sama. Jadi, aku pun melanjutkan persiapan untuk memotret. Aku sudah terlalu lama menahan diri untuk sementara waktu, sehingga jantungku rasanya mau meledak.

"Kalau begitu, biarkan aku lebih dekat."

"Apa...?!"

Karena tidak perlu mengambil foto seluruh tubuh, aku bergerak ke arah mereka dengan smartphone di tangan. Dan aku juga tidak terlalu memusingkan soal sudut pengambilan foto. Kalaupun ada, satu-satunya yang kupedulikan adalah keseimbangan latar belakang.

"T-Tunggu, Sajocchi...! Mari atur suasana dulu.."

"Tapi, krepmu nanti meleleh."

"B-Begitu, baiklah..."

"Ayo, Natsukawa. Mendekatlah."

"I-Iya ... Mmm!"

"Mmm...!"

Mereka menempelkan pipi mereka bersama-sama, mengeluarkan suara-suara menyihir yang bisa kutangkap dari sebelah mereka. Aku seperti sedang mendengarkan ASMR R18 yang sangat menggoda. Dan saat pipi mereka memerah, cream krep mulai meleleh karena panas-aku mengambil bidikan.

"Tunggu, kalian tidak tersenyum dalam ... Oooh...!"

"...!"

Aku memeriksa hasil karya foto yang sudah kuambil dan aku dibuat bingung. Pada awalnya, aku hanya berpikir untuk mengambil foto yang lucu tanpa banyak memikirkan apa pun di baliknya, tetapi foto yang kuambil ternyata merupakan suatu mahakarya yang menunjukkan rasa manis dan asam masa muda dengan segala kemuliaannya. Aku tidak tahu, apakah ini hanya imajinasiku. Tapi menurutku, mereka berdua juga menatap foto itu dengan tak percaya. Dari pose mereka, mungkin terlihat bahwa mereka sangat menikmatinya, tetapi ekspresi mereka menunjukkan rasa malu yang jelas. Cara mereka menatap kamera sekuat tenaga untuk menyembunyikan rasa malu, menunjukkan vektor kehebatan yang berbeda. Mengesampingkan Natsukawa, melihat Ashida yang begitu gelisah, membuatnya menjadi lebih baik. Jika kau mencetak foto ini dan menggantungnya, foto ini layak diberi nama "Tekad Ciuman." Ini menunjukkan ekspresi mereka yang dewasa, karena mereka saling menyadari satu sama lain.

"Ini pasti dapat like banyak...!"

"Hapus itu!"

"Waaah, smartphonenku...!"

Pada saat aku menerima smartphonenku lagi, foto yang kuambil sudah lama hilang. Karena aku sangat menyukainya, aku menanyakan alasan mengapa mereka memutuskan untuk menghapusnya dan mereka berdua tersipu malu, lalu berteriak, 'Karena foto itu jelek!'

Astaga, padahal kau tidak perlu semarah itu, gadis-gadis...

Meskipun... memiliki ribuan orang yang melihat wajah mereka secara online pasti merupakan pemikiran yang menakutkan, jadi aku mengerti.

"Daripada itu, ayo kita berfoto bersama! Kamu juga, Sajocchi!"

"Eeehh? Tapi, aku hanya menghalangi kecantikan kalian saja loh."

"Berisik! Cepat kemari!"

Krim krepnya mulai meleleh saat dia memberi isyarat kepadaku, masih sedikit malu-malu. Nah, jika Dewi media sosial Ashida ini mengatakan tidak apa-apa, maka aku tidak punya alasan untuk membantahnya. Karena perbedaan tinggi badan dan jenis kelamin kami, aku akhirnya berdiri di belakang mereka agar tidak merusak estetika. Aku mendorong smartphone itu ke depan dan mencoba mengambil foto dengan smartphonenku ketika Ashida dengan cepat memberikan smartphonenya kepadaku. Jangan tanya padaku kenapa, kamera tersebut seharusnya memiliki kualitas yang hampir sama. Ashida bertindak seperti produserku dan menyuruhku menyumpal mulutku dengan ayam goreng, saat mereka berdua bergerak mendekat untuk mengambil pose yang sama seperti sebelumnya. Sambil memegang tangan secara diagonal ke arah kanan, aku berhasil memotret kami semua dalam bingkai

Tapi, melihat mereka berdua begitu dekat, sungguh membuatku merasa cemas. Ahhh, terserahlah!

"Ofay! (Chess)!"

"Pffft!"

Aku mengambil foto dengan sekuat tenaga, tetapi ketika para gadis mendengarku berusaha keras untuk memasukkan ayam goreng ke dalam mulut, mereka tertawa terbahak-bahak.

Oke, oke, ulangi lagi!

"Tidak boleh diulang!"

"Fwy (Mengapa)?"

"Karena aku sudah bilang begitu!"

Pertama, Ashida menolak permintaanku, diikuti oleh Natsukawa yang menyatakan bahwa keinginanku batal tanpa memberikan alasan yang tepat. Bahkan mencuri smartphoneku dariku sebelum aku bisa melakukan apapun.

Um, Natsukawa-san? Caramu mematikanku akhir-akhir ini mulai terdengar seperti Airi-chan. Melihat mereka bersenang-senang memang menyenangkan, tapi Airi-chan tidak akan senang. Ups, ayam goreng di mulutku membuatku ngiler.

Aku mengunyahnya dan melihat bahwa Ashida telah mengirimkan foto itu ke grup kami yang terdiri dari tiga orang. Dibandingkan dengan mereka berdua yang tertawa terbahak-bahak di depan, aku terlihat hampir putus asa dengan mata terbelalak. Dan sangat payah juga... Oh, baiklah.

"... Kau yakin tentang ini?"

"Huh? Tentu saja!"

"... Baiklah."

Mengesampingkan penampilanku yang menyedihkan, foto ini membuatnya tampak seakan-akan aku sedang memeluk mereka dari belakang. Jika ini berakhir di media sosial, mungkin akan menimbulkan badai dan membuat Ashida kehilangan banyak pengikut. Meski begitu, semuanya baik-baik saja, selama hal ini tidak tersebar di dunia maya. Dan ketika aku sedang sibuk dengan makananku, smartphonenku mengatakan bahwa aku menerima pesan lain. Mengusap layar, aku melihat foto selfie lain dari Natsukawa dan Ashida.

Ah, mereka mengambilnya saat aku sedang makan... Ya, aku lebih suka yang ini.

* * *

Kami selesai mengambil semua foto, ketika Natsukawa mengangkat tangannya untuk menyuarakan tujuan yang diinginkannya. Sepertinya dia memiliki tujuan yang jelas.

"Buku bergambar?"

"Mm. Ditangani oleh para sukarelawan di antara para siswa. Kei yang memberitahuku."

"Oh, ya. Itu tidak ada di pamflet."

Hanya para petinggi dan pemimpin yang memiliki daftar semua atraksi yang dilakukan oleh klub dan komite. Dan hal-hal yang benar-benar penting bahkan tidak ada di pamflet. Hal ini mungkin akan menimbulkan masalah pada Festival Budaya tahun depan. Meskipun mungkin tidak ada hubungannya denganku.

"Klub-klub itu bercampur aduk menjadi satu. Mereka setidaknya harus memisahkan antara atraksi budaya dan olahraga, kau tahu."

"Begitu. Aku akan memberitahukan ini kepada Aneki nanti."

"Apa... Sebaiknya jangan! Sebaiknya jangan, kamu dengar nggak?!"

Oh? Mungkin dia hanya berpura-pura... atau begitulah yang kupikirkan, tapi dia memegang lenganku dengan tekanan yang cukup kuat untuk membuat pembuluh darah di dalamnya muncul. Tidak seperti biasanya yang suka bercanda, dia terlihat sangat serius kali ini.

Kakakku, Sajou Kaede.. Dikenal sebagi Wakil Ketua OSIS yang paling menakutkan.

Jika dia setakut itu, bukankah seharusnya dia bersikap lebih baik padaku?

Setelah aku berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Ashida, Natsukawa menghampiri dan bertanya padaku, terlihat agak enggan.

"Bisakah... kita?"

"Tentu saja, kenapa tidak. Bagaimana menurutmu, Ashida?"

"Aku tidak masalah dengan itu."

"Aku hanya ... berpikir bahwa mungkin itu bukan kesukaanmu."

"... Eh? Kau bicara padaku?"

Entah mengapa, Natsukawa berusaha keras untuk mengetahui pendapatku. Dia bahkan terlihat takut dengan jawabanku. Tapi aku tidak tahu mengapa dia bersikap seperti itu. Jadi yang bisa kulakukan hanyalah membalas pertanyaannya.

Mengapa dia peduli? Memang, ini bukan sesuatu yang akan kulakukan untuk memeriksanya, tapi bukan berarti aku tidak akan merasa senang dengan hal itu. Aku bisa menyaksikan Natsukawa memilihkan buku bergambar untuk Airi-chan dan karena aku dan Ashida menyukai Airi-chan, aku tidak keberatan untuk memilihkan hadiah untuknya. Oleh karena itu, aku tidak punya alasan untuk menolaknya, meskipun Natsukawa tidak ikut serta.

Namun yang mengejutkanku adalah sikap Natsukawa terhadapku. Sepertinya dia mencoba untuk memperhatikan perasaanku... Yah, mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan, tetapi dihibur dengan cara seperti ini membuat tubuhku terasa gatal. Aku tidak tahu apakah kami semakin dekat atau tidak... Melirik ke arah Ashida, dia juga menatapku, menunggu jawabanku. Apa ini normal? Biasanya, Ashida akan menjadi orang yang bersikap seperti 'Jangan khawatir, ikut saja!' tapi sekarang dia juga sedang panas.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku juga tertarik dengan hal itu."

"O-Oke... Terima kasih."

"B-Benar juga."

Dia tampak lega sambil tersenyum bahagia. Cara dia menyuarakan kegembiraan dan rasa terima kasihnya membuatku bingung. Ini tidak seperti aku baru saja jatuh cinta padanya, tapi aku bisa mengatakan bahwa suhu tubuhku meningkat. Namun, setelah aku menangkap perasaan ini 2 tahun yang lalu, aku tidak terlalu naif untuk menunjukkan gejolak batinku. Aku akan membiarkannya membawaku ikut serta dan menikmatinya.

"Kalau begitu... ayo kita pergi?"

"A-Aye."

Aku mengikuti Natsukawa.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close