Suara logam yang hancur dan dibungkam menggelegar di udara. Naga tengkorak yang besar merobek baling-baling pesawat dengan rahangnya yang kuat. Pesawat tercanggih tergelincir sesaat sebelum jatuh.
Naga Undead itu meraung, mata merahnya yang bersinar begitu mengancam saat uap mematikan keluar dari rahangnya.
"Fakta bahwa seseorang akan berpikir untuk menyebut tumpukkan sampah dan baut dengan nama naga yang luhur adalah penghinaan murni," Leonis meludahkan ketidaksenangan dan mengarahkan Staff of Sealed Sins ke atas langit.
Bola-bola cahaya muncul di atasnya dan memancarian sinar ke arah dek. Leonis menatap di bawah ke daerah sekitarnya dari atas kepala makhluk tulang yang mengerikan. Setelah beberapa saat, matanya tertuju pada Dark Elf berambut hitam yang memegang Pedang Iblis di tangannya.
Itu pasti pemimpinnya, Leonis menyimpulkan.
Sesuatu tentang wanita itu berbeda dari teroris lainnya.
"Dark Elf. Apa kau keturunan dari klan Hazashin?" seru Leonis.
"Apa?"
"Jadi, kau tidak tahu tentang mereka. Hmph ..." Leonis mengangkat bahu.
Klan Hazashin adalah ras Dark Elf yang ahli dalam pembunuhan. Seribu tahun yang lalu, mereka membentuk sebagian besar pasukan rahasia Necrozoa. Seandainya wanita ini adalah keturunan suku itu, Leonis mungkin akan menunjukkan belas kasihan padanya.
"Apa kau yang memberikan Pedang Iblis kepada para Beastmen mereka?" Tanya Leonis.
"... Kmu ... siapa kau ...?!" Sharnak mengabaikan pertanyaan itu, sebaliknya merespons dengan pertanyaannya sendiri yang dalam bingung dan ketakutan.
"Kau akan menjawab apa yang kuminta," kata Leonis dengan dingin, meningkatkan intensitas aura kematiannya.
Para Beastmen yang mengelilingi Sharnak untuk melindunginya semuanya berlutut terhadap kekuatan Leonis. Wanita Dark Elf itu terbukti lebih tahan terhadap aura, tapi dia masih menelan ludah dengan gugup dan mundur.
"Hmph. Baiklah, kalau begitu. Aku akan menjawab pertanyaanmu terlebih dahulu. Aku adalah Raja Iblis."
"......"
Ada keheningan sesaat. Kemudian, mulut wanita itu terbuka.
"... heh-heh. Ah-Ha-Ha, Ah-Ha-Ha-Ha-Ha-Ha!" Seoarang manik, tawa bernada tinggi keluar dari mulutnya.
"Apa yang lucu?" tanya Leonis dengan dingin.
"Seorang anak sepertimu mengklaim sebagai Raja Iblis?!" Ekspresi wanita itu berkerut pada kebencian saat dia memanggil Mana di tangannya. "Beraninya kau menganggap nama dirimu sebagai Raja Iblisssss!"
Dia bisa menggunakan sihir...
Black Flames Leaden dengan energi terkutuk melahap tubuh besar tengkorak Naga, bersama Leonis.
"Ah-ha-ha-ha! Aku tidak tahu siapa kau, tapi sepertinya hari ini bukan hari keberuntunganmu!" Sharnak memekik dengan gembira.
"Oh? Sopan kah begitu?"
"... I-itu tidak mungkin!"
Api hitam Sharnak dengan mudah dibelokkan oleh penghalang Mana Naga Tengkorak dan langsung dipadamkan.. Leonis menghela nafas panjang dan jengkel.
Melihat dia bisa menggunakan sihir membuatku mengharapkan sesuatu yang lebih, tapi jika cuma itu yangbisa dia lakukan...
Mengingat berapa banyak sihir yang telah dilupakan dalam seribu tahun ini, Dark Elf itu tidak diragukan lagi akan tampak sangat kuat bagi kebanyakan orang. Namun, bagi Leonis, sihirnya tidak lebih seperti permainan anak-anak. Sejak awal, wanita itu menggunakan mantra yang dibuat oleh Leonis sendiri: Black Flame Inferno. Jika dia mengingatnya dengan benar, dia membuatnya dalam perayaan penyelesaian pembentukan Necrozoa ...
"Izinkan aku untuk menunjukkan kepadamu seperti apa sihir sesungguhnya."
Leonis melambaikan tongkatnya dengan ringan dan merapalkan mantra yang sama dengan Sharnak.
Whooooooooosssshhhhh!
Api yang membara berkobar dengan liar, menyebabkan tiga pesawat di belakang Dark Elf itu untuk meledak sekaligus.
"... T-tidak ... Ini ... Itu mantra rahasia dari Raja Iblis dari legenda ..." Wanita elf itu terhuyung mundur, ekspresinya kaku dengan tidak percaya.
Naga tengkorak meraih Sharnak, jari-jari tulangnya melingkari tubuhnya.
"Ahh! ... Ngh ... Khhh ... Apa ini? Siapa kau sebenarnya?!"
Meskipun Sharnak menggeliat dan meronta-ronta saat dia melepaskan satu mantra demi satu, semua itu dibelokkan oleh penghalang mana Naga Tengkorak itu dan membuatnya tidak bisa membebaskan diri.
Naga Tengkorak mengencangkan cengkeramannya membuat Leonis bisa mendengar suara retakan tulang mendalam.
"Berhentilah berteriak, bodoh. Aku punya beberapa pertanyaan yang akan kau jawab, "perintah Leonis dengan nada seperti es.
"... Ugh ... GAH ..."
"Apa tujuanmu?"
"T-Tetesan ... kematian ..."
Leonis menyuruh Naga mengencangkan cengkeramannya lagi, dan suara seperti ranting yang patah mencapai telinganya.
"... Ngghhaahhh! Demon ... Sword ... untuk menghasilkan lebih banyak Pedang Iblis ...,"Sharnak mengakui.
"Begitu ...?"
Atas perintah Raja Iblis, Naga Tengkorak melonggarkan cengkeramannya pada Dark Elf itu.
"Dan apa sebenarnya Pedang Iblis itu? Apa kau mampu memberikan kekuatan itu kepada orang lain?"
"Aah, Nng, Aah ... aku ... memberikan kekuatan ... yang kebalikan dari Holy Sword ..."
"Begitu ya. Jadi tidak seperti Holy Sword, seseorang tidak membangkitan kekuatan itu. Itu sesuatu yang diberikan."
"I-itu benar! K-Kita harus menjadi sekutu!" Wanita itu berkata susah payah untuk memenangkan hati Leonis. "Aku bisa memberimu Pedang Iblis! Dengan kekuatan yang kau miliki, kau pasti akan naik peringkat di dalam sekte. Dewi pasti akan tersenyum padamu!"
"Tunggu. Apa yang barusan kau katakan?" Ekspresi Leonis berubah.
"Aku ... aku mengatakan ... Kita harus bekerja-"
"Bukan itu! Apa kau baru saja berbicara tentang Dewi?" Leonis menekan. "Para Dewa seharusnya jatuh ke dalam kehancuran seribu tahun yang lalu. Dewi apa? Siapa namanya?"
"... NAMA ..." Sharnak tersentak.
"Ya? Siapa dia?!" Leonis mencondongkan tubuh ke depan.
Namun, pada saat itu, bibir Dark Elf itu mengerut dalam senyum yang menjengkelkan.
"Dia ... nama ... nama ... nama, nama, nama, namanamanamanam!"
".....?!"
Demon Sword hitam Sharnak tiba-tiba merobek tenggorokannya sendiri.
Apa!?
Muncratan darah keluar dari leher Dark Elf, mewarnai dada Naga Tengkorak menjadi merah. Kepalanya sekarang diambil dari tempat bertenggernya, tubuh wanita aneh itu meleleh.
Apa dia bunuh diri? Tidak, aku tidak berpikir begitu....
Sisa-sisa Sharnak melebur melingkari Pedang Iblis dan mulai membengkak. Darah dan daging menggeliat, mengambil bentuk monster yang menjijikkan.
Begitu ya, wanita ini bukan dalangnya... Dalangnya...
Akhirnya Leonis mengerti. Dia tahu identitas makhluk yang terbentuk di depan matanya.
***
Regina mati-matian berlari menyusuri koridor yang berwarna merah tua oleh cahaya darurat. Lambung kapal berderit dengan suara keras, meskipun mungkin itu adalah suara Void yang mencakup jalan menuju dunia nyata. Sulit untuk mengataknya. Sepertinya, pipa air telah rusak, karena lantai itu banjir.
Aku harus cepat....
Leonis sudah berjanji untuk menyelamatkan adik perempuannya, Putri Altiria, dan sudah menuju ke dek di mana para teroris berada seorang diri.
Aku akan membiarkan anak itu menyelamatkannya. Aku harus...
Tugas Regina adalah untuk mendapatkan kembali kendali atas kapal dan menjauhkan kapal dari terumbu Void. Di ujung koridor, dia bisa melihat pintu. Carbuncle, yang berlari di depannya, menjerit. Itu pasti ruang kendali.
Crack ...
Namun segalanya tidak akan mudah, karena disana ada retakan yang mengukir jalan di udara di depan pintu.
".....?!"
Regina berhenti di tempatnya. Void mendorong jalan keluar dari robekan di ruang kosong. Kawanan iblis laut menggeliat mendekatinya. Membuat Regina mengangkat Holy Sword miliknya untuk melindungi carbuncle.
"Minggir dari jalanku!"
Drag Striker memuntahkan api, pelurunya menembus beberapa makhluk mengerikan itu sekaligus. Sayangnya, itu seperti mencoba menyendok lautan dengan sendok. Void muncul lebih cepat dari yang bisa Regina lalukan untuk menjatuhkan mereka.
"Tidak! Padahal aku sudah sangat dekat!"
Lagi dan lagi dia terus menembak. Meskipun dia membunuh banyak dari mereka, tentakel-tentakel yang menggeliat perlahan melilit di sekitar kaki Regina.
"T-Tidaaaaaaak!"
Kalau terus seperti ini, dia akan diseret ke dalam kawanan yang terbentuk di ujung lain koridor! Tapi, saat itulah seberkas cahaya melesat menembus ruangan dan menebas banyak Void air.
"Regina!"
Holy Swordsmen berambut perak muncul tepat pada waktunya.
"Selia-sama!" teriak Regina.
"Aku berhasil tepat waktu!" kata Selia sambil tersenyum.
Selia menerjang ke arah kerumunan Void, pedang keperakannya bersinar saat bergerak membentuk busur di udara. Tetesan darah gadis itu meregang dan berubah menjadi bentuk seperti pisau menyayat lebih banyak monster mengerikan.
"Luar biasa ...," gumam Regina dengan takjub.
"Regina, aku akan menangani ini!" seru Selia.
"Ya, Selia-sama!" Regina berdiri dan mulai berlari ke depan, mengikuti Carbuncle."berubah-Drag Howl!"
Dia meledakkan dan menerobos masuk ruang kendali dan terjun ke dalam.
"Jadi ini ruang kendali!"
Itu adalah ruangan yang agak tertutup. Mengambang di tengah-tengah ruangan itu adalah kristal Mana biru yang berkilauan. Objek seperti permata itu adalah apa yang memasok energi sihir kepada Elemental Buatan yang mengendalikan Hyperion. Regina mengangkat Carbuncle dan berlutut didepan kristal seperti Pendeta Putri yang terlatih. Wujud Carbuncle menghilang ke dalam mana kristal.
Pikiran Reginapun terhubung dengan Hyperion.
***
Badai tampak semakin buruk. Monster yang muncul itu berukuran sama dengan Naga Tengkorak Leonis. Delapan bilah hitam terselimuti oleh miasma menggeliat seperti kaki laba-laba. Satu, mata merah yang bersinar tertanam di tengah perutnya yang bengkak, menatap langsung ke arah Leonis.
Raksasa yang menjijikkan ini mucul dengan menggunakan tubuh Dark Elf. Namun, saat Leonis melihat mahluk yang mengerikan itu dari atas, dia mengerutkan alis.
"... Benar-benar mengejutkan. Aku tidak pernah menyangka aku bisa melihat bilah ini lagi."Kata-kata itu keluar dari mulutnya seolah menyapa teman lama.
Ya, delapan bilah berwarna cerah itu adalah pemandangan yang tidak asing bagi Leonis. Meskipun, bilah-bilah itu dalam keadaan menyedihkan, dia tidak salah mengira kedelapan bilah itu.
"Pedang Penebas Kejahatan, Zolgstar Mezekis."
Senjata itu adalah teman lamanya. Itu adalah salah satu dari Arc Seven yang diberikan kepadanya oleh para Dewa ... seorang Pahlawan bernama Leonis Shealto pernah memegang pedang pembunuh Raja Iblis.
Secara total, Pahlawan telah memegang empat senjata pembunuh Raja Iblis. Holy Sword berbilah delapan, Zolgstar Mezekis adalah pedang kedua yang diberikan kepadanya dan telah hilang dalam pertempuran dengan Veira, Raja Naga yang berakhir seri.
Kehadiran objek semacam itu menimbulkan banyak pertanyaan. Bagaimana itu bisa ditemukan di sini? Apa yang mengubahnya menjadi monster seperti itu?
"Kuras kau tidak akan kembali untuk melayani tuan lamamu, kan?" tanya Leonis dengan mencemooh diri sendiru saat dia melihat wujud Senjata itu saat ini.
Uap yang tebal di muntahkan dari monster itu. Hal itu cukup menjijikkan bahkan menarik jeda dari Raja Iblis. Sesuatu tentang hal itu memberi Leonis perasaan yang sama yang dia miliki saat melawan Arakael Degradios, Archsage dari Six Bravea, di bawah Taman Assault Ketujuh.
Ini adalah Void Lord - makhluk yang memimpin Void lahir dari ketiadaan.
Tidak kusangka bahkan senjata legendaris bisa dikonsumsi oleh Void ... Leonis menatap bola mata besar yang terletak di perut monster laba-laba. Dark Elf itu hanyalah semacam boneka. Holy Sword, yang dirusak oleh void, adalah tuan yang sesungguhnya berada di sini.
Apa itu artinya Void ini merencanakan semuanya?
Tidak yakin apakah itu mungkin terjadi, Leonis menolak gagasan itu. Arakael entah bagaimana mempertahankan sebagian dari kecerdasannya, tapi Void Lord ini memiliki Holy Sword sebagai intinya. Tentu saja, itu tidak memiliki pemikiran yang tepat.
Seseorang pasti sudah memberikan Zolgstar Mezekis kepada wanita itu....
Seorang yang menjadi sosok perhatian di balik pembajakan.
Wanita itu jelas mengatakan 'Dewi'",renung Leonis. Itu bisa jadi referensi kepada orang yang dia cari. Tapi dengan matinya Dark Elf itu, satu-satunya petunjuk Leonis adalah monster busuk yang berdiri di depannya.
Tidak peduli apapun yang terjadi, aku akan merebut kembali senjata itu.
Mencengkeram Staff of Sealed Sins, senyum tak kenal takut terukir di wajah Leonis. Seolah-olah sebagai jawabannya, Zolgstar Mezekis melebarkan mata tunggal dan melompat ke udara. Pada saat itu, mantra Leonis sudah selesai.
"Al Gu Belzelga!" Leonis melepaskan mantranya ke arah Void Lord yang melompat ke langit malam yang gelap. Itu adalah mantra urutan kedelapan dan mantra elemen api kelas taktis terkuat, Fire Ball Grand Annihilation. Api merah tua berkobar di kegelapan malam.
Ka-Boooom!
Ledakan gemuruh mengguncang udara. Mantra Leonis memanggil api dari Alan Muspelheim, menciptakan panas yang begitu kuat, ia mampu mereduksu Naga menjadi abu. Namun, delapan bilah monster itu mengeluarkan cahaya pucat, dan saat api bersentuhan dengannya, itu dihancurkan, seolah-olah diserap oleh senjata.
Begiti ya, dia tidak kehilangan kemampuan bawaaan Pedang Suci untuk menyebarkan sihir.
Ketahanan sihir adalah salah satu kemampuan yang umum diberikan kepada Arc Seven. Saat Leonis menggunakan Zolgstar Mezekis di masa lalu, dengan pedang itu dia dengan mudah menebas napas naga. Bilah dari Pedang Suci memotong lengkungan yang meninggi, menghancurkan wujud raksasa tengkorak naga. Tulang-tulang yang tak terhitung jumlahnya ditumbuk hinga hancur berkeping-keping. Leonis melompat menjauh dari konstruksi naganya, yang dimana dia sudah merapalkan mantra berikutnya.
"Mayat yang tertidur di medan perang, semoga kematian tidak memberimu kedamaian ... Zoa Raisilor!"
Tulang-tulang yang berserakan melayang dan mulai membangun kembali diri mereka dengan kecepatan mengejutkan. Berkumpul menjadi satu, mereka membentuk Naga Bumi raksasa yang melepaskan raungan hampa. Monster itu membuka rahangnya yang besar dan menyerang Zolgstar Mezekis. Kemudian menundukan kepalanya dan menghancurkan mahkuk seperti laba-laba di atas dek kapal.
Crrrraaaasssh!
Hull Hyperion bergemuruh saat lubang besar terbentuk di lantai. Leonis mengangkat tongkatnya dan melepaskan mantra kelas taktis lainnya.
"Voira Zo!"
Itu adalah mantra tingkat kedelapan yang menjebak targetnya di bawah lingkup besar gaya gravitasi. Bahkan dengan ketahanan sihir, kekuatan mantra semacam itu seharusnya sudah cukup untuk menghancurkan makhluk berdaging itu.
Meskipun dia berjuang untuk bergerak, Void Lord tetap terjebak di dek, tidak bisa bergerak di bawah kekuatan luar biasa yang membebani itu.
"Sekarang, untuk serangan terakhir," kata Leonis, sebelum menjentikkan jarinya.
Naga Bumi yang terbuat dari tulang menundukkan kepalanya lagi. Namun, pada saat itu, robekan di ruang muncul, dan Void Lord menghilang.
Apa!?
Merasakan sesuatu di belakangnya, Leonis berputar dan mengangkat Staff of Sealed Sins, menggunakan pegangannya untuk menahan serangan yang datang.
....Mahkuk itu bisa berteleportsi?
Zolgstar Mezekis tidak memiliki kemampuan seperti itu. Ini pasti kekuatan yang telah diperolehnya setelah menjadi Void. Arakael tidak pernah menggunakan kekuatan seperti itu, jadi Leonis tidak menduga akan hal ini. Void Lord mengayunkan delapan bilahnya, bilah-bilah yang pernah digunakan membunuh monster dan naga yang tak terhitung jumlahnya.
Leonis melompat mundur saat tengkorak Naga Bumi melompat ke depan untuk melindungi tuannya. Naga itu ditelan dalam angin puyuh dari garis blash pusaran tebasan yang menghancurkanya menjadi berkeping-keping.
Tulang-tulang itu langka oi! Namun, Leonis tidak punya waktu untuk meratapinya. Bilah Holy Sword kembali mendekatinya.
"Farga! Carga! Farga!"
Dia melepaskan mantra tingkat keempat secara berturut-turut. Ketahanan Holy Sword terhadap sihir membuat sihir-sihir yang ditembakkan Leonis tidak berarti apa-apa. Tapi, cahaya dan gelombang kejut yang mereka hasilkan cukup memberikan celah bagi leonis untuk menjauhkan diri.
Mata merah Void Lord bersinar dalam kegelapan malam saat mahluk itu mengarahkan tatapanya tepat pada Leonis. Mungkin monster itu didorong oleh sifatnya sebagai salah satu dari Arc Seven untuk membunuh Raja Iblis.
Ini lebih merepotkan dari yang kukira. Leonis mendecakkan lidahnya saat dia bergerak menjauh.
Ini tidak sehebat dan mengancam musuh seperti Archsae Arkael dulu, tapi Zolgstar Mezekis adalah senjata yang dibuat untuk menghancurkan eksitensi seperti Leonis. Mengingat bahwa dia saat ini tidak mampu melakukan pertempuran jarak dekat, ini adalah pertarungan terburuk baginya.
Jika aku menggunakan mantra tingkat kesepuluj seperti Azram, itu mungkin bisa memberikan kerusakan.
Namun, lawan Leonis sepertinya tidak mungkin memberinya waktu untuk merapalkan mantra yang sangat kuat. Karena alasan inilah dia tidak bisa memggunakan, Demon Sword yang diberikan kepadanya oleh Dewi. Dáinsleif.
Menggunakan pedang tersebut akan menghabiskan semua mana miliknya.
Seandainya Blackas ada disini. Dia bisa menghancurkan benda ini dengan mudah. Leonis menggertakan giginya.
Shary mengkhususkan diri dalam pembunuhan dan tidak akan bisa menekan Zolgstar Mezekis. Meski begitu, Leonis masih memiliki satu lagi kekuatan yang disegel dalam bayangannya, tapi ...
Yang ini, malah memberikan kesempatan untuk membunuhku..
Leonis tidak mau menambah lawan lain ketika situasinya saat ini saja sulit dikendalikan. Memutuskan taktik yang berbeda, Leonis membuka gerbang bayangan dan memanggil Death Knight-nya. Ini adalah sekelompok dua belas ksatria kerangka yang dipersenjatai dengan senjata sihir dan menunggang kuda.
Dulu, mereka menjadi penjaga Kekaisaran Necrozoa, sosok-sosok yang dihidupkan kembali dari sisa-sisa Pahlawan terhebat Kerajaan Rognas. Masing-masing adalah tentara satu orang. Bahkan melawan Holy Sword legendaris, mereka tidak akan dikalahkan dengan mudah. Untuk memastikan kemenangan mereka, Leonis mengeluarkan mantra tingkat keenam yang disebut Calamity Moon.
Bulan merah tua muncul di atas langit, bersinar menembus awan badai. Itu menambah undead dengan memberikan mereka kekuatan Raja Iblis. Death Knight, yang bertindak untuk melayani Raja Undead, mengangkat teriakan perang tanpa suara saat mereka menyerang Void Lord.
"Raaaaaaah!"
Bilah Void Lord mendesing sebagai respon. Tiba-tiba, pilar cahaya meletus dari kedalaman lautan yang mengamuk. Cahaya itu tidak keluar dari laut itu sendiri, melainkan dari terumbu Void di dalamnya. Void yang tak terhitung jumlahnya menanggapi panggilan dari Void Lord saat bersiap untuk menelan Hyperion.
Crack... crack... crack...
Udara di sekitar Leonis mulai retak dan celah sebagai segerombolan iblis laut keluar dari retakan di dunia nyata. Itu mengingatkan Leonis, Demon Sword kemungkinan besar bertanggung jawab atas serangan di pelabuhan juga. Miasma yang tercemar mulai memenuhi udara.
"... Ini buruk." Leonis melihat ke belakangnya, matanya tertuju pada salah satu pesawat besar yang telah rusak oleh Naga Tengkoraknya. Seseorang yang ada di dalamnya adalah adik perempuan Regina, Putri Altiria. Leonis mengayunkan tongkatnya dan membentuk penghalang kematian di sekitar pesawat.
Memunggungi musuh berarti memberi musuh kesempatan untuk melakukan sesuatu. Leonis berjanji untuk menyelamatkan Sang Putri, dan dia menolak untuk menarik kembali kata-katanya. Kehormatan Raja Iblis tidak akan mengizinkan hal seperti itu.
Zolgstar Mezekis meraung, memerintahkan Void yang tak terhitung jumlahnya yang keluar dari udara untuk menyerang Leonis.
Aku harus berhasi! Leonis berbalik dan mengangkat tongkatnya dengan sekuat tenaga untuk melindungi dirinya sendiri.
Pada saat yang sama, peluncur rudal yang ditetapkan di sisi Hyperion terbuka, melepaskan sejumlah rudal kecil untuk menghujani segerombolan Void sebelum mereka bisa mencapai mangsa mereka.
Ba-boom, boom, boom!
Ledakan beruntun mengguncang dek. Api melonjak di udara, menyinari langit yang gelap. Di sekelilingnya, alarm melengking menggelegar.
"Jadi kau berhasil," gumam Leonis, senyum puas di bibirnya.
Sepertinya, Regina akhirnya berhasil mendapatkan kendali atas Hyperion.
"Grooooooooooooooooooh!" Void Lord melolong, berputar-putar dan merotasikan delapan bilahnya. Saat itu, lontar peluncu pesawat yang di pasang di lantai terbuka.
"-Leo-kun!"
Sesosok bayangan muncul dari celah, melebarkan sayapnya melayang di kegelapan malam. Sepasang sayap mana meninggalkan jejak merah di belakang mereka, menyinari rambut perak yang berkibar. Tangan orang yang terbang menggenggam Holy Sword yang membelah awan void.
Itu adalah Familiat Raja Iblis, Ratu Vampir.
"Itu cara masuk yang mengesankan, Selia-san," kata Leonis.
"Y-Yah, Regina mengatakan itu cara tercepat dan terkeren ...," Selia tergagap dan kemudian berbalik, rambut peraknya berputar-putar memgikuti gerakan.
"Selia-san, aku akan meminjamkanmu para Death Knightku. Aku ingin kau memberiku waktu."
"Death Knight?" Selia mengerutkan alisnya.
Death Knight (Ksatria Kematian) yang dipanggil Leonis melangkah maju, seolah-olah bangkit untuk melayani ratu mereka.
"Mereka semua adalah pahlawan yang tak tertandingi dalam hak mereka sendiri. Perintahkan mereka menggantikanku."
"B-Baiklah!" Selia mengangguk dengan penuh perhatian, meskipun masih agak bingung.
Dia mengayunkan Bloody Sword (Pedang Berdarah)-nya seperti pemandu dan tetesan darah yang mengalir dari pergelangan tangannya berubah menjadi bilah merah yang melindunginya dari serangan yang akan datang.
"Ikuti aku, semuanya!" teriak Selia saat dia menghunuskan pedangnya.
Atas perintahnya, para Death Knight mulai menyerang. Bulan Malapetaka menyinari langit malam, memberi Selia yang merupakan Undead, persediaan Mana yang sangat besar.
Suara benturan senjata dibawakan oleh angin kencang. Di bawah perintah Selia, Death Knight menebas gerombolan Void dengan cepat. Leonis memegang Staff of Sealed Sins yang beresonansi, melepaskan pegangannya, dan meraih gagang Demon Sword yang disegel di dalamnya.
Engkau pedang untuk menyelamatkan dunia, diberkahi oleh Surga.
Engkau pedang untuk menghancurkan dunia, dibuat untuk memberontak melawan Surga.
Pedang Suci, disucikan oleh para Dewa.
Pedang Iblis, diberkati oleh Dewi.
Biarkan namamu, yang tenggelam dalam kegelapan, dinyatakan - "Demon Sword, Dáinsleif!"
.
.
.
Pedang Iblis yang telah diberikan kutukan dari Goddess of Rebellion (Dewi Pemberontak) memancarkan warna EBON terdalam. Kawanan Void goyah dan Zolgstar Mezekis, setelah memerobos Death Knight, menyerang Leonis seolah-olah disusul oleh kegilaan.
"Bodoh sekali. Apa kau tidak sadar kau itu senjata rendahan?" gumam Leonis, dan dia melompat dari tanah.
Dengan Dáinsleif yang ditarik, Leonis sekali lagi mendapatkan kembali kekuatannya yang tersegel sebagai Holy Swordsmen terkuat. Delapan bilah Zolgstar Mezekis meluncur kebawah, tapi Leonis bisa membaca dan mengelak serangan dengan mudah.
Leonis menggunakan ilmu pedang perguruan Kerajaan Rognass; Gerakannya seperti tarian yang mengalir dan elegan. Dáinsleif menikam bola mata bear Void Lord.
"Gwoooooooooooooooooooooooooooh!"
Jeritan kematian Void Lord mengguncang laut gelap.
"Seni Pedang Rahasia dari perguruan Kerajaan Rognas-Ragna Lost!"
Sebuah cahaya gelap yang melonjak membanjiri Void Lord, memusnahkannya dan membelah Void Reef.
__________