NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Our Dating Story [LN] Volume 1 Chapter 1 Bahasa Indonesia

 Chapter 1

Ketika aku naik ke tahun kedua sekolah menengah, hal pertama yang aku pikirkan adalah, "Aku beruntung berada di kelas yang sama dengan Shirakawa-san. "

Shirakawa-san sangat cantik. Kecantikannya jauh lebih dari dengan bintang remaja di TV, tapi menurutku, dia bahkan lebih baik dari itu.

Mata yang besar dan bulu mata yang panjang. Bagian Sisi hidung kecil dan hidung mancung . Mulutnya sedikit terangkat di sisi dan bibir yang indah. Semua bagian itu disusun dengan sangat sempurna di wajah mungilnya

Tubuhnya juga luar biasa dan ketika Kamu melihatnya berjalan dari kejauhan, dia akan terlihat seperti model. Meskipun aku mengatakan itu, dia tidak seperti model pada umumnya. Pahanya yang memanjang dari rok pendeknya memiliki jumlah daging yang pas dan siluet Opp41nya yang melimpah, knop yang berkedip dari dua atau tiga yang selalu dibiarkan terbuka di blusnya. Itu yang terbaik. Ini bukan seperti aku yang menyukai Gal seperti itu, tetapi, memang wajar bahwa itu ada padanya, rambut panjang bergelombang lembut berwarna cerah yang diwarnai dan meningkatkan daya tariknya.

Jika aku bisa berpacaran dengan Shirakawa-san.

Jika aku bisa berpacaran dengan Shirakawa-san

Aku pikir ada banyak sekali pria di sekolah yang mengalami pemikiran seperti itu.

Untuk mengubah mimpi itu menjadi kenyataan, bahkan ada pria yang mulai berjalan di sekitarnya ketika mereka beruntung ditempatkan di kelas yang sama dengannya.

Namun, aku adalah orang yang tidak gudluking dan suram. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak bisa aku lakukan.

Tidak peduli seberapa lama kita berada di ruang yang sama, ada celah ticker yang tak terkalahkan daripada pelat akrilik, di antaranya Shirakawa-san dan aku. Ini jarak sosial yang wajar.

Jarak ini tidak akan pernah berubah.

Dengan pemikiran itu, aku hanya bisa melihat kecantikannya dari jauh.

Namun, ada momen datang secara tiba-tiba.

Pada hari itu, setelah beberapa hari berlalu sejak aku ditempatkan di kelas yang sama dengan Shirakawa-san. Di kelas sebelum kami pulang, Shirakawa-san menyerahkan cetakannya kepada guru. Jika ingatanku benar, hanya siswa yang kemarin lupa menyerahkan formulir balasan mengenai pemberitahuan rapat orang tua-guru yang seharusnya dipanggil oleh guru dari tempat duduk dan maju ke depan.

Namaku Kashima Ryuuto, dan ditetapkan berdasarkan nomor siswa, mejaku kebetulan ditempatkan di barisan depan dekat meja guru. momen itu terjadi ketika aku entah bagaimana melihat Shirakawa-san dengan mata aku, yang tiba-tiba muncul di depanku dari kursi belakang kelas dengan cetakan di satu tangan.

"Shirakawa-san, kamu belum menulis namamu di sini, lho."

Guru yang telah menerima cetakan dari Shirakawa-san berkata seperti itu, dan dengan itu mengembalikan kertas itu kepadanya lagi.

"Oh, ya benar."

Shirakawa-san melihat cetakan yang dia terima, lalu berbalik dengan sedikit mengibarkan rok pendeknya.

Dan kemudian .... Dia membuka mulutnya padaku, yang berbalik secara mendadak.

"Hei, bisa pinjami aku pensil mekanikmu sebentar?"

Aku terkejut dan aku pikir jantung aku akan copot melewati mulut aku

"Uuuah? Ooh...."

Aku secara refleks mengularkan kata itu dan mengambil pensil mekanik dari kotak pensilku, lalu  menyerahkannya. Aku memang secara refleks mengeluarkan suara aneh, untung saja, aku bisa menahan tanganku dari gemetar.

Shirakawa-san pun mengambil pensil dan membungkuk di depanku

"....!?"

Yang lebih mengejutkan lagi, melihat dia yang mulai menuliskan namanya pada cetakan di atas mejaku.

Aku sangat gugup hingga mulai mengeluarkan keringat dingin dan dari itu juga merasa senang karena bisa melihat Shirakawa-san dari jarak dekat.

Melihat  Shirakawa-san dari dekat, dengan bulu matanya yang tertunduk terlihat mempesona. Ketika aku ingin mencoba melihat 0ppa1nya, tetapi bajunya menghalangi, sehingga itu sedikit menjengkelkan.

Meski begitu, dia orang yang ceria. Terlalu ceria. Jika itu aku, jika meja aku berjarak 100 meter di belakang, aku akan tetap pergi dan menulis nama aku di meja itu tetapi sebaliknya, melihat kesigapan sebagai hal yang penting, dia meminjam pensil tanpa ragu-ragu .... dari teman lawan jenis sekelasnya yang tidak pernah dia ajak bicara sekali pun, dan mungkin yang namanya bahkan tidak dia ketahui .... keberanian itu, kurasa aku tidak akan bisa memilikinya tidak peduli berapa kali aku terlahir Kembali

Mungkin itulah yang aku rasakan ketika aku mengamati Shirakawa-san. Meskipun dia adalah gadis populer yang selalu dikelilingi oleh banyak teman, dia tidak akan ragu untuk berbicara dengan siswa yang tergabung dalam kelompok itu. Aku telah melihat hal seperti itu beberapa kali selama tahun pertamaku.

Apa karena dia memiliki sifat ceria sehingga dia dapat melakukan hal itu? Mungkin, karena dia memiliki popularitas yang sudah tidak perlu di ragukan lagi, dia bahkan tidak perlu disibukkan pada pandangan orang padanya dengan menghindari kontak dengan orang yang muram, dan menghiraukan cara orang melihatnya.

Pada saat aku kehabisan akal pada kejadian yang tak terduga dan memikirkan hal-hal seperti itu, dengan kecepatan lentera yang berputar, dia selesai menulis namanya, Shirakawa-san mengangkat wajahnya dan menatapku.

"Terimah kasih.”

Senyuman yang indah dan bersinar. Dan aku merasakan Kehangatan pada pensil mekanik yang dikembalikan.

Itu adalah serangan batin yang kuat.

Itu semua hanya peristiwa yang berlangsung beberapa detik.

Namun, itu adalah kejadian yang sudah cukup membuatku tertarik pada Shirakawa-san.

Aku ingin Kamu membayangkannya. Adegan seorang gadis cantik, yang tampak seperti keluar dari poster remaja, di depan Kamu dan berkata "Terima kasih!", Dan tersenyum padamu. Dan kemudian, aku ingin mengatakan bahwa aku sudah tanpa pacar sekitaran 16 tahun terakhir dalam hidupku, dan di atas semua itu, aku adalah seorang pria suram yang sangat menginginkan pacar.

Apa aku akan jatuh cinta?

Dan karena alasan itu, aku tertarik pada Shirakawa-san. Sampai sekarang dia selalu menjadi seseorang yang aku kagumi, tetapi sekarang, aku menyadarinya.

Tentu saja, itu tidak selalu membuat aku berpikir, "Aku ingin berpacaran dengannya". Aku berada pada usia di mana tidak aneh memiliki pemikiran yang kuat dengan satu atau lain cara, tetapi seperti yang diharapkan, aku tidak cukup berani untuk melangkah sejauh itu.

Selama satu tahun ini di kelas yang sama, mungkin ada kesempatan untuk sedikit lebih dekat dengannya, seperti, diminta untuk meminjamkan sesuatu hal .... Tapi hanya ada sedikit harapan di diri aku, Dan aku hanya akan menjalani kehidupan sekolah dengan damai.

Dengan demikian, waktu berlalu dan tidak ada kesempatan untuk melakukan kontak dengan Shirakawa-san, dan kami sudah mendekati pertengahan semester pertama.

***

Pada saat Istirahat makan siang.

Aku sedang makan dengan dua temanku di sudut kelas.

Tentu saja aku juga punya beberapa teman. Tapi semuanya pria. Kemudian jika Kamu bertanya kepadaku siapa lagi selain mereka berdua?, aku akan merasa sedikit sedih mendengar itu.

 

"Fuwaah ~ benar-benar terasa berat. Aku kurang tidur semalam."

Orang yang mengatakan itu di depanku, yang sedang makan dari kotak makan siangnya dan menyuapkan ke mulutnya sambil menguap adalah Ijichi Yuusuke dari kelas yang sama, dijuluki "Ichi".

Kami adalah teman sekelas sejak tahun pertama dan kami juga memiliki nasip yang sama. Karena dia menjalani kehidupan yang tidak sehat karena tenggelam dalam video game, sehingga tubuhnya menjadi agak sedikit berisi. Dan dikombinasikan dengan tinggi badannya, dia memberikan ketampilan luar yang cukup besar. Dia besar tapi .... sayangnya, hampir menyedihkan dia hanya orang yang suram. Aku dapat menjamin itu. Ngomong-ngomong, wajahnya terlihat mirip dengan mantan yokozuna Asa ryuu.

"kemarin KEN mengupload video pada tengah malam jadi akhirnya aku nonton lho. Setelah itu aku melanjutkan bermain game sampai subuh."

(Tln: KEN itu keknya seorang youtuber gaming)

Mendengar perkataan Ichi, pria yang sedang makan dari kotak makan siangnya di sampingku juga merespon.

"Aku juga kurang tidur karena menonton KEN. Aku bangun subuh karena pemberitahuan perekrutan KEN di Twitter jadi kupikir aku punya kesempatan untuk bergabung dengan mereka, tapi saat mencoba aku ditolak karena kapasitasnya penuh. Aku sedikit frustasi. Aku melampisakan dengan bermain game sampai waktu sekolah tiba. "

Tang mengatakan itu adalah Nishina Ren dari kelas sebelah, dijuluki "Nishi". Dia juga berada di kelas yang sama pada tahun pertama. pada saat itu ichi mendengar kabar bahwa ada seseorang yang memiliki nasip seperti kami, lalu dia memanggilnya dan itulah mengapa kami mencapai pada titik ini dimana kami makan siang bersama.

Jika itu hanya wajah Nishi, dia bisa menjadi bagian dari grup yang ceria. Dia memiliki mata bulat yang lucu, dan wajah bayi yang membuatnya terlihat seperti dia di SMP. Berbeda dengan Ichi, dia memiliki perawakan yang sedikit tinggi. Dan tepat di tengah-tengah mereka adalah aku yang bertubuh sedang dengan wajah pas-pasan.

"Kalian berdua luar biasa, sungguh. Mengikuti video KEN adalah hal terbaik yang bisa kulakukan di sini."

Aku berkata dengan tulus dan menutup kotak makan siang aku yang sekarang kosong.

Kami memiliki minat yang sama yaitu video game .... lebih tepatnya, dengan menjadi penggemar "KEN", youtuber dengan konten yang lumayan banyak di minati yaitu ayo main video game.

Ken adalah mantan pro-gamer, yang kini terus-menerus mengupload beberapa jenis video dengan jenis konten mari bermain video game, setiap hari. Keterampilan tingkat tinggi, ceria, dan percakapan playthrough yang lucu menarik minat banyak orang, dan jumlah subscribers channel YouTube-nya lebih dari satu juta dan itu masih terus meningkat.

Penggemar KEN yang biasa disebut "KENS's Kids", dan bahkan ada pemain terampil di antara Anak-anak yang secara pribadi didekati oleh KEN agar dapat bermain bersama dalam konten video ayo mainnya. Ichi dan Nishi diam-diam mengincar itu dan terus mengasah keterampilan mereka dalam video game setiap hari.

Bagiku, aku hanyalah penggemar biasa yang hanya menonton 4 atau 5 video yang diupload KEN setiap hari. Bahkan dengan semua itu, pada saat Kamu menulis komentar, dalam sekejap mata 2 atau 3 jam telah berlalu. Jadi hobi mungkin itu bisa memakan banyak waktu. Di hari libur, terkadang aku bermain online sambil mengobrol dengan Ichi dan lainnya tapi bukan berarti aku bisa bermain sehebat KEN jika aku bermain game sendiri, jadi seperti yang diharapkan menonton video ayo bermain lebih menyenangkan.

Namun, penonton tipe biasa seperti itu juga ada baiknya. Karena Kamu tidak harus memaksakan diri, Kamu dapat menjalani hidup dengan kemauan kamu sendiri.

"Kalau dipikir-pikir, kita akan menerima hasil ujian tengah semester kita kembali, kan?"

Saat Nishi mengatakan itu, ekspresi Ichi menjadi kaku.

"Berhenti ~! Kali ini benar-benar kacau. KEN juga kejam ya.”

Mengharuskan murid-murid untuk mengikuti ulangan.

" Benar sekali. Aku mencoba yang terbaik tapi kayaknya aku tidak bisa. "

Nishi juga menjawab dengan wajah putus asa dan menghela nafas.

"Bagaimana dengan Kashi? Bagaimana ulangannya?"

Tiba-tiba oferan kata datang padaku,"Eh?", Dan melihat mereka. Benar, aku dipanggil "Kashi" oleh mereka berdua.

"Ya .... Aku juga tidak begitu yakin. Ini ujian pertama sejak pergantian guru, jadi soal ulangnnya juga berbeda."

Nilai kami bertiga mungkin akan tidak terlalu buruk. Menurutku, kita semua berada di sepertiga teratas di tahun ajaran kita. Sekolah ini awalnya adalah SMA pilihan kedua aku, jadi menurutku posisinya biasa-biasa saja.

"Kamu yakin !? Kamu benar-benar yakin kan !? Jangan mengkhianati kami oke !?"

"Y-ya .... Itu akan baik-baik saja, Ichi."

Tapi, mereka terlihat seperti sedang dalam keadaan serius kali ini. Jadi meskipun itu masalah tentang orang lain, aku sedikit khawatir tentang mereka.

"Aku benar-benar kawatir. Jika nilaiku turun, orang tuaku akan memarahiku untuk berhenti bermain game ....!"

"Ini juga buruk bagiku juga .... Mereka mengancam akan menyita ponselku jika mendapat nilai buruk dalam ulangan."

Nishi juga setuju, dan Ichi meraih tangannya dengan sungguh-sungguh.

"Kamu juga ya! Kita kan teman kan !?"

"Tentu saja. Itu sebabnya, mari kita buat pria dengan nilai terbaik melakukan apa pun yang dikatakan pria dengan nilai terburuk."

"Lahh kok gitu !?"

Akulah satu-satunya yang membalas perkataan Nishi.

Pada saat itu aku tidak terlalu memikirkannya dan tidak bisa menolaknya dengan kuat karena suasana hati, jadi aku akhirnya menerima janji yang tidak masuk akal itu.

***

Kemudian minggu berikutnya, pada saat istirahat makan siang, pada hari ketika kertas ujian untuk semua mata pelajaran telah di bagikan.

"Tidak ada gunanya ... semuanya sudah berakhir ...."

Di tangan Ichi, ada lembar jawaban bahasa Inggris dengan 18 poin yang ditulis dengan tinta warna merah.

Jadi, sebagai hasil semestinya dari pencapaian skor seperti itu, skor keseluruhan Ichi adalah yang terburuk di antara kami bertiga. Meski tidak seburuk Ichi, Nishi juga tidak dalam performa terbaiknya. Alhasil, aku yang terlihat biasa-biasa aja, mendapatkan hasil terbaik.

"kalem, Ichi .... Kalau kamu bilang kamu akan lebih berusaha di akhir semester, aku yakin ibumu akan mengizinkanmu bermain game. Bener kan, Ichi?"

"...."

Meski terlihat seperti mengharapkan persetujuannya, Nishi juga terlihat takut dengan wajah pucat.

Keduanya .. mungkin akan dimarahi oleh orang tua mereka atas dasar itu, kataku.

"Kalem lah klean berdua ...."

Saat aku mencoba berusaha menghibur mereka berdua, Ichi tiba-tiba mencengkeram lenganku dengan erat.

"Hei coeg kamu ingat kan? Sebuah janji."

Tatapan itu seperti zombie, hampa dan mengerikan.

"Emm...."

"Orang dengan nilai terbaik harus mendengarkan apa yang dikatakan orang dengan nilai terburuk."

"Y-ya, kurasa begitu ...."

"Ini perintah dariku. Kashi, kamu harus menyatakan perasaanmu pada gadis yang kau suka."

"Haah!?"

Aku tanpa sadar meneriaki perintah gila itu dan gemetar ketakutan pada tatapan teman sekelasku untuk sesaat.

"Ke-kenapa? Kenapa perintah seperti itu? Ada banyak hal lain yang bisa kamu perintah seperti, mentraktirmu makan, atau seperti, menjadi pengikutmu sepanjang hari ...."

"Diam! Aku benar-benar terendah sekarang! Aku akan mendorongmu ke titik terendah juga! Jika kamu, tipe yang suram sepertiku, harus mengaku kepada seseorang, tentu saja kamu akan ditolak dengan menyedihkan! Nikmati rasa menjadi orang terendah sepertiku!!! "

"Terlalu kejam itu braderr!"

Mungkin akan berakhir seperti yang dia katakan, tetapi jika teman dekat temanku mengatakan itu langsung di depan wajahku, terlalu menyedihkan sehingga aku ingin menangis.

"Apa dengan balasan itu! Pertama-tama ....!"

"Itu akan baik-baik saja, Kashi."

Saat aku mencoba memprotes, Nishi meletakkan tangannya di pundakku.

"Setidaknya, aku akan mengambil dadumu, oke."

Dia mengatakan itu dengan senyum manis.

Sangat menyenangkan bahwa Kamu terlihat seperti Kamu dengan cepat mendapatkan kembali semangat Kamu tetapi, aku dapat melihat kata-kata Melayani Kamu dengan benar. Tertulis di seluruh wajah Kamu.

"Kalian terlalu kejam!, bukankah nilai-nilamu turun dalam ulangan adalah hanya kamu membayar kesalahanmu sendiri !?

"Uwaah, jadi itu yang kau pikirkan ya, Kashi!"

"Kashi, ini tidak seperti yang dijanjikan! Kamu memang berjanji, kan !? Bukankah kita ini teman !?"

Ketika Ichi mengatakan itu dengan keras kepadaku, aku kehilangan kata-kata.

Aku benar-benar berjanji. Kita adalah teman. Sebaliknya, jika orang-orang ini tidak menjadi teman aku, aku tidak tahu kehidupan sekolah seperti apa yang aku miliki sekarang. Setiap waktu istirahat aku mungkin pergi ke toilet, dan mungkin pergi ke tempat lain, dan menghitung jumlah kerutan di tangan aku, menunggu istirahat berakhir ....

Alasan kenapa aku tidak menghabiskan hari-hariku seperti itu adalah karena aku punya Ichi dan Nishi. Keduanya sekarang menatapku dengan ekspresi seolah mengatakan persahabatan kita hamper berakhir .....

".... Aku mengerti, oke! Aku hanya perlu menyatakan perasaanku, kan !?"

Sampai jumpa, perasaan cintaku yang singkat.

Jadi, beginilah akhirnya aku mengaku pada gadis yang aku suka, yaitu Shirakawa-san.

Meskipun demikian, hanya memikirkan seseorang sepertiku yang mengaku pada Shirakawa-san, gadis tercantik di tahun ajaran, dan mungkin di seluruh sekolah, membuat lututku gemetar sampai-sampai pijakanku seperti ingin rubuh.

Tapi, yah .... Jika aku memikirkannya, bahkan jika aku terus menahan perasaan ini untuk Shirakawa-san, aku pikir tidak akan ada kesempatan juga untuk dapat berpacaran. Sebaliknya, jika aku tidak beruntung, Shirakawa-san mungkin mulai berpacaran dengan teman sekelas dan aku mungkin akan mengalami kerusakan mental karena menyaksikan mereka saling menggoda satu sama lain.

Sebelum itu terjadi, lebih baik Kamu ditolak dan atasi perasaan tak berbalas Kamu, sehingga Kamu bisa menikmati sisa kehidupan sekolah Kamu. Aku juga bisa memikirkannya seperti itu.

Dan dengan demikian, aku dengan putus asa mendorong keinginanku untuk menepati janji teman-temanku.

Jika aku ditolak, aku pikir tidak akan ada banyak kerusakan sosial bagi aku. Jika aku memikirkan tentang kepribadian Shirakawa-san, kurasa dia bukan tipe orang yang akan menghibur dirinya sendiri dan pergi ke mana-mana memberi tahu teman-temannya hanya karena dia diakui oleh pria suram sepertiku. Aku pikir dia juga sudah terbiasa untuk hal seperti itu dan aku merasa dia benar-benar akan melupakannya keesokan harinya.

Kata-kata Mengikuti Ujian di Sekolah tanpa memperhatikan takdir terlintas di benak aku.

Dari sudut pandanganku, Shirakawa-san adalah gadis yang sulit untuk aku miliki yang selalu aku impikan dan tidak itu terwujudkan. Aku merasa aku harus mencobanya dan setidaknya membuat kenangan pada diriku. Jika bukan karena kesempatan ini, aku tidak akan pernah melakukan sesuatu seperti menyatakan perasaan padanya dalam hidupku.

Begitulah cara aku meyakinkan dan dengan putus asa memberanikan diriku sendiri.

....Ya. Lezzgoo. Ayo kita coba.

Dengan tangan gemetar, aku menuliskan serangkai kata-kata pada kertas surat lepas selama jam pelajaran.

Akhirnya sepulang sekolah, di saat itu, aku langsung bergegas pergi ke suatu tempat untuk menyatakan perasaanku.

Aku merasa seperti aku akan putus asa dan berubah pikiran jika aku menunggu terlalu lama. Dan jika aku perlu melakukannya, aku ingin menyelesaikan ini secepat mungkin.

Ditolak bukan berarti akhir dari segalanya. Saat aku pulang, aku akan menonton video baru KEN untuk menyembuhkan hatiku.

Aku berkata pada diriku sendiri dan sepulang sekolah, aku meletakkan catatan yang telah aku tulis tadi di kelas dan menaruh itu di rak sepatu Shirakawa-san.

_____________________________________________

Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Setelah membaca ini, silakan datang ke tempat parkir untuk staf di belakang gedung sekolah.

 

- Tahun Kedua, Kelas A. Kashima Ryuuto

_____________________________________________

Alasanku secara jelas menulis namaku adalah karena aku pikir menulis itu tanpa nama  akan mempersempit kemungkinan buat dia datang. Alasanku bahkan menyatumkan kelas itu karena jika hanya namanya, "Siapa sih nih orang? Aku tidak tahu jadi biarkan saja.", itu bisa saja berakhir sepertin itu. "Aku tidak tahu siapa ini tapi, sepertinya dia dari kelas yang sama jadi dia pasti punya urusan denganku.", Dan dengan menuliskan kelasku, kupikir itu akan membuatnya lebih mudah untuk datang.

"Eh, di antara semua gadis, jadi yang disukai Kashi adalah Shirakawa-san !?"

"Menyatakaan perasaan pada seorang bintang bahkan ada batasannya! Apa kau waras !?"

Ichi dan Nichi memastikan nama rak sepatu dari belakang dan mereka terguncang dengan keras.

Reaksi keduanya membuatku sadar lagi bahwa aku telah melakukan hal yang tidak wajar, dan lututku mulai gemetar.

Jika aku bisa, aku hanya ingin menaruh catatan ini dan pulang .... Itulah yang aku pikirkan, tetap aku tidak ingin teman-teman aku berpikir bahwa aku adalah pria yang tidak bisa menepati janjinya.

Tetap kalem wahai diriku

Untuk sekarang, aku hanya akan menyelesaikan  ini "menyatakan perasaan" Itu saja yang perlu aku lakukan.

Aku menarik napas dalam-dalam, dan meyakinkan pada diriku sendiri berulang kali, dan menuju ke tempat yang ditentukan.

***

Tempat parkir untuk staf di belakang gedung sekolah, sejauh yang aku tahu, adalah tempat paling tidak populer di sekolah.

Pada saat seperti ini saat kelas baru saja kelar dan kegiatan klub sedang berlangsung, masih belum ada staf  atau guru yang datang untuk pulang. beberapa mobil diparkir berdampingan, dan di sana aku menunggu Shirakawa-san sendirian dengan keadaan diam.

Ichi dan Nishi seharusnya bersembunyi di balik mobil di suatu tempat dan mengawasiku dari jarak jauh.

Shirakawa-san tidak akan datang dengan mudah. Sepulang sekolah, Contoh gadis seperti dia akan selalu mengobrol hal menyenangkan dengan teman-temannya di kelas dan aku tidak pernah melihatnya meninggalkan kelas lebih awal dariku. Jadi aku tidak tahu sedikit pun berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dia melihat surat di rak sepatunya.

Mungkin akan memakan waktu 20 sampai 30 menit…untuk menunggunya.

Ketika aku akhirnya melihatnya muncul dari sisi lain gedung sekolah, aku sangat lega karena sebelum itu aku telah di hujani perasaan bosan.

Aku telah mempersiapkan kalau seandainyaa dia tidak datang, jadi meskipun aku belum menyatakan perasaan padanya, aku merasakan sesuatu seperti pencapaian.

Shirakawa-san melihat sekeliling dan mendekati aku setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar.

"Apa kau yang menaruh ini?"

Kertas putih yang dia pegang dan mengangkat ke samping wajahnya adalah pesan yang aku berikan.

"Y-yaa"

Saat aku menjawab dengan suara gemetar, Shirakawa-san tertawa pelan.

"Fufuu."

Dia menertawakanku .....!

Ketika aku memikirkan hal itu, wajahku menjadi panas karena malu.

"Kenapa caranya terlalu sopan? Bukankah kita di kelas yang sama? Umur juga sama kan?"

Ketika dia mengatakan itu, aku tidak merasakan ada hal seperti dia sedang mempermainkanku. Bukan tentang suaraku yang gemetar, tapi dia sepertinya benar-benar menganggap sesuatu yang sopan itu lucu.

Aku merasa sedikit lega tetapi pada saat yang sama, aku merasa sedih karena aku pikir dia tidak tau tentang keadaanku, meskipun aku mengetahuinya. Bahkan jika aku mempersiapkan diri, bukanlah tugas yang mudah untuk mencoba sesuatu yang sudah terjamin gagal.

"Ku-kurasa juga begitu ...."

Untuk saat ini, aku membalas Shirakawa-san dengan ucapan santai seperti yang dia katakan kepada aku.

Saat dia mendekatiku, dia berhenti sekitar dua meter di depanku.

"Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan?"

Suara yang jelas dan indah. Itu adalah suara yang memancarkan kepribadian baiknya yang tidak terdengar seperti dia sedang mempermainkan pria suram.

Aah, Shirakawa-san....

Aku terlalu gugup untuk melihatnya tetapi aku yakin bahkan sampai sekarang, dia tetap masih memiliki wajah yang sangat cantik.

Aku ... tentang dirimu, aku benar-benar ....

Aku akan mengatakannya. Aku Harus mengatakannya. Jika aku terus menunduk dan diam seperti ini, bahkan seseorang dengan kepribadian baik seperti Shirakawa-san akan bosan denganku.

Dengan pemikiran itu, aku dengan nekat melihat ke arahnya.

"....!"

Wajah Shirakawa-san yang sangat cantik menatap lurus ke arahku sampai menembus hatiku, dan meski aku membuka mulut, suaraku tidak keluar dengan jelas dari tenggorokanku.

"Su….su-su-sukk!"

Apa-apaan ini, aku tidak percaya, aku gugup karena suatu pengakuan!

Tapi sekarang aku sudah sampai sejauh ini, sudah tidak ada jalan untuk kembali.

"sukk, aku suka padamu!"

Aku sudah melakukannya.

Pria yang sangat muram.

Yang sangat menjijikkan .. aku ...

Aku membenci diri sendiri dan pada saat ini, aku hanya ingin menggali ke dalam tanah beton dan pergi.

"Eh? Susuki?"

Shirakawa-san mengerutkan alisnya dan menatap tajam ke arahku. Setelah itu, dia melihat apa yang tertulis di kertas di tangannya dan membuat wajah yang lebih serius.

Sekali lagi, aku pikir dia cantik. Karena dia berpakaian seperti seorang gadis, aku pikir dia mungkin tidak memakai make-up, tapi aku terpesona oleh segi kecantikannya yang natural, seperti bayangan area mata dan garis dari hidung ke dagunya.

Dengan melakukan pernyataan yang sudah pasti gagal, tidak ada lagi yang perlu dipermalukan dan aku secara tidak sengaja mampu mengamatinya secara hati-hati sebelum aku ditolak.

"Hei, Suzuki itu siapa?"

Shirakawa-san masih memasang ekspresi tegang.

"Eh?"

Aku berpikir, Serius siapa sebenarnya Suzuki ini .... Kemudian aku tersadar. Karena pengakuanku yang kaku, dia pasti salah dengar. (Tln: Lahh Suzuki saha?:V… jadi gini brad loe tau sendiri kan Bahasa jepun nya “aku suka padamu” itu “Sukidesu” nah di karenakan lidah si MC keplitek jadi kedengaran kek “Suzuki”)

"Tidak. Umm .... Aku.. menyukaimu...."

Kali ini, meski terbata-bata aku mengatakannya dengan benar. Mungkin karena aku pernah gagal sekali, jadi tidak ada keraguan lagi.

Kemudian mata Shirakwa-san terbuka lebar.

".... Ah, jadi maksudmu itu?"

Untuk sesaat, Shirakawa-san memalingkan muka dariku seolah-olah dia sudah tahu.

Dia tampak seperti sedang kesulitan. Mungkin, dia tidak begitu mengenalku sehingga dia tidak tahu cara terbaik untuk mengatakan tidak.

"....Mengapa?"

Itu sebabnya pertanyaan Shirakawa-san mungkin adalah pertimbangan yang dia pikirkan untukku, sebagai awalan sebelum dia menolakku.

"Eh...."

"Kenapa kamu menyukaiku?."

Aku tidak menyangka akan ditanyai seperti itu dan aku langsung berpikir sendiri.

Mengapa? Kenapa aku menyukainya?

Hal seperti itu .... Bukankah itu sulit dijelaskan.

".... Karena kamu .... cantik."

Aku takut suaraku akan kaku, aku langsung mengaatakan itu walau suaraku rada pelan.

Yah, tapi ....

Tidak peduli berapa kali aku gagal, ini akan menjaadi kejadian paling terakhir aku di tolak. Aku memikirkan itu pada diri aku sendiri dan aku merasa sedikit lebih baik.

"...."

Shirakawasan mengedipkan matanya dan menatapku. Pipinya sedikit memerah dan dia menunduk seolah malu.

"Fuu ...."

Dia bergumam seolah menutupi rasa malunya. Dan pada saat berikutnya dia menatapku, dan dia mengucapkan sesuatu yang mengagetkanku.

"Kalau begitu, haruskah kita mulai pacaraan? Aku sekarang bebas, jadi ayok."

Awalnya, aku tidak mengerti apa yang baru saja dia katakan.

Kalau begitu, haruskah kita mulai pacaran? Aku sekarang bebas, jadi ayok.

Pacar?pacar?

Pacar .. Shirakawa-san? Dengan siapa?

Jangan-jangan.... denganku !?

"Eeeh!?"

Aku merasa seperti aku akan pingsan.

 

Aku langsung mengira dia hanya mempermainkanku, tetapi jika itu benar, rasanya tidak enak.

"kenapa terkejut? Bukankah kau yang mengaku!"

Melihatku seperti itu, Shirakawa-san tertawa pelan. Apakah Kamu memberi tahu aku bahwa dia serius? Atau dia hanya menikmati melihat reaksiku?

Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.

"....Jadi apa yang ingin kau lakukan? "

Shirakawa-san, yang telah menghentikan tertawa pelannya, mengambil langkah mendekatiku dan bertanya.

"Apa kau ingin pacaran denganku? "

Matanya yang sedikit melihat ke atas terlihat sangat imut. Jantungku hampir berhenti.

Bagaimana bisa jadi seperti ini? Aku tidak membayangkan perkembangan ini sama sekali.

Aku tidak begitu yakin, tetapi sesuatu yang sangat beruntung telah terjadi padaku.

Aku seorang pria yang suram tanpa ada sesuatu untuk dibanggakan, yang hobinya adalah hanya menonton konten video ayo main game, dan aku tidak berani melepaskan bagian itu dengan mudah.

Mungkin saja dia mempermainkanku. Mungkin saja ini hanya mimpi, tetapi jika memang demikian, semakin jelas jawabanku.

"....Yaa...."

Aku mengangguk dengan wajah memerah dan Shirakawa-san tersenyum terlihat puas.

"Baikklah!"

Wajahnya yang tersenyum manis. Tidak, senyumnya juga manis. Ini bukan VR, kan? Aku tidak percaya Shirakawa-san sedekat ini denganku dan tersenyum untukku.

Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku untuk selama-lamanya.

"Kalau begitu, ayo kita pulang bersama! Aku bilang pada teman-temanku aku punya beberapa tugas, jadi lessgoo lahh."

Dan dengani itu, aku mulai berjalan bersama dengan Shirakawasan menuju gerbang belakang.

Ketika aku sedang berjalan melewati tempat parkir, aku melihat Ichi dan Nishi berjongkok di belakang mobil dengan wajah kehilangan kata-kata, tampak seperti mayat.

Bagaimanapun, ini tidak terlihat seperti prank yang di rencanain dari orang-orang itu.

***

Ya ampun ... apa ini !?

Aku tidak sedang bermimpi kan !?

Aku benar-benar ... berjalan menyusuri jalanan ... berdampingan dengan Shirakawa-san ... kan !?

Situasi apa ini !?

Apa dia benar-benar serius ingin pacaran denganku!?

Dengan jantung yang berdebar kencang, aku hanya menggerakkan kakiku dan tidak mengeluarksn sedikit kata pun.

".... Namamu, bagaimana cara bilangnya? Kuwashima?"

"Ka ... Kashima, Ryuuto."

"Oh, Ryuuto! keren banget!"

Shirakawa-san tersenyum dengan mata berkilau. Serangan mendadak dari wajahnya yang tersenyum dan "Keren banget", membuat detak jantungku yang sudah naik sejak tadi dan sekarang naik lebih tinggi lagi.

Kalem, kalem.

Karena aku sebegitu senangnya, aku hamier tidak bisa memulai pembicaraan.

Lagipula aku akan segera dicampakkan. Beberapa menit kemudian dia akan berkata Sambil tertawa, "Aku hanya bercanda. Apa kamu benar-benar mengira kita akan pacaran?", Pasti bakal seperti itu.

Aku mengatakan itu pada diriku sendiri dan berusaha untuk tetap tenang, entah bagaimanapun.

"Hei, Ryuuto."

Shirakawa-san dengan polosnya mulai berbicara denganku.

"Apakah kita ... pernah berbicara satu sama lain?"

"Eh!? Ah... Emm..."

Untuk sesaat, aku berpikir untuk mengatakan padanya tentang saat aku meminjamkan pensil mekanik itu padanya, tapi itu mungkin hanya kejadian sepele, dan kurang tepat kalau menganggap itu sebagai "pembicaraan".

".... Tidak, tidak terlalu ...."

"Fuu, gitu toh."

Bagaimanapun juga, aku adalah aku, aku harus menanyakan sesuatu yang harus kutanyakan.

"Shirakawa-san .. Emm, kenapa .... kamu rela pacaran denganku ....?"

Sambil mengatakan itu, aku tetap tenang, dan itulah mengapa aku merasa situasi ini sangat sulit untuk dipercaya. Dengan keadaan jantungku masih berdebar kencang,"Hari ini aku akan pulang bersamamu", sangat mungkin pembicaraan semacam itu tidak terjadi padaku.

Tidak, bukankah lebih baik itu yang terjadi.

Karena aku .. punya trauma dengan "pengakuan".

Ketika aku di SMP, aku kebetulan duduk di sebelah seorang gadis yang sangat manis. Dia akan tersenyum dan berbicara dengan aku tentang sesuatu dan sering terjadi sentuhan tangan. Dan ketika aku membiarkan dia menyalin PR-ku, "Kupikir ... aku suka orang yang baik seperti itu", gumamnya begitu, dengan pipi yang agak memerah untuk beberapa alasan. Tentu saja, diriku yang muram dan aku cukup yakin dia memiliki perasaan kepadaku, pasti begitu. Percaya akan hal itu, aku mengumpulkan keberanian sekali seumur hidup dan menyatakan perasaan padanya.

Hasilnya adalah kekalahan telakku. Wajah canggungnya sambil bergumam, "Aku menganggap Kasahima sebagai orang baik, tapi itu tidak mungkin....", kata-kata itu masih terbayang-bayang hingga hari ini.

Aku belajar dari pengalaman yang menyakitkan itu.

Gadis ....Terutama yang lucu dan populer tidak bisa dipercaya

Fakta bahwa seorang gadis yang populer mampu membuat semua orang berpikir, "Mungkin aku bisa melakukannya dan pacaran dengannya". Dengan kata lain, gadis itu sendiri sangat baik dan jika Kamu mengira hanya Kamu yang istimewa, Dengan pemikiran itu kamu akan berada di dunia yang terluka.

Bahkan tanpa berpikir keras tentang itu, sama sekali tidak ada kemungkinan seorang gadis cantik dan populer akan menyukai tipe suram sepertiku. Karena aku pikir begitu, aku bisa menyatakan perasaanku pada Shirakawa-san. Karena aku 100% yakin aku akan ditolak, aku tidak memikirkan sama sekali untuk diberikan kata Iya.

Itu sebabnya ... Sulit untuk menerima situasi seperti ini, seolah-olah aku sedang di permainkan.

"Eh....?"

Shirakawa-san kembali menatapku dengan rasa ingin tahu.

"Apakah Kamu ingin mendengar mengapa aku memutuskan untuk berpacaran Bersama Ryuuto? "

".... Maksudku, Shirakawa-san mungkin tidak menyukaiku. Dan karena menurutku kamu juga tidak tahu tentangku ...."

Kami berada di kelas yang sama tetapi dia bahkan tidak tahu bagaimana membaca namaku.

Dan dari itu, jawaban yang datang dari Shirakawa-san adalah jawaban yang tidak terduga.

"Kalau begitu, bisakah aku mengenalmu mulai sekarang, dan mulai menyukaimu?

"Eh?"

Saat aku melihatnya, Shirakawa-san memiringkan kepalanya dan menatapku dengan mata sedikit melihat keatas.

"Maksudku, bahkan Ryuuto juga tidak mengenalku dengan baik, kan?"

Aku terdiam, ketika dia bilang aku tidak mengenalnya dengan baik.

"Kita bahkan tidak pernah berbicara sebelumnya, kan? Dan Kamu menyukai penampilanku, bukan?"

"...."

Ketika ditanya oleh Shirakawa-san mengapa aku menyukainya, aku tidak merespon balik, Karena aku sudah menjawabnya sebelumnya. Aku berkata, "Karena kamu cantik."

Aku suka penampilannya. Dan tidak ada keraguan untuk itu.

Tapi, aku sudah memperhatikan Shirakawa-san dari kejauhan sejak aku masih kelas 1 SMA. Aku selalu berpikir, "Kawaii bet dah ni cewek", dan mengaguminya. Itulah mengapa aku pikir aku menyukai Shirakawa-san lebih dari yang aku pikir . Tapi sekarang setelah dia menyebutkan itu, dia benar. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Shirakawa-san.

"Dan juga, aku ... sedikit menyukai Ryuuto, kau tahu."

"....Eh!?"  (Tln: ny1nkk daritadi eh eh mulu respon ni EmSi :v)

Pada ucapan tak terduga itu, aku melihat Shirakawa-san dengan kaget. Selanjutnya, aku suguhi dengan wajah miring dan mata sedikit melihat ke atas yang lucu, dan otak aku bersinar dua kali lipat.

Karena Shirakawa-san jauh lebih pendek dariku, kurasa begitulah cara dia melihatku saat aku di sebelahnya. Dia terlihat seperti model berkat wajah kecil dan bentuk tubuhnya yang seimbang, bukan karena tinggi badannya sendiri.

Dan juga, untuk beberapa saat aku mencium bau yang wangy. Aku tidak yakin apakah itu bunga atau buah, tapi ini mungkin wangy dari Shirakawa-san.

Tunggu, ini bukan waktunya untuk memikirkannya.

Shirakawa-san sedikit menyukaiku?

Tidak, Itu tidak mungkin benar!\

Maksudku, dia bahkan tidak mengenalku!

Seolah merasakan balasan di hatiku, Shirakawa-san membuka mulutnya.

"Tadi, Ryuuto bilang kamu 'suka' aku, kan?"

"....Ya."

"Itulah sebabnya."

".... Eh?"

"Eh? Kenapa 'Eh?'"

"Maksudku, umm .... I-itu saja ....?"

Saat aku menggumamkan itu dengan tidak percaya, wajah Shirakawa-san berubah cemberut seperti bertanya-tanya apa yang sedang kupikirkan.

"Aah! Kamu mengira aku perempuan j@l@ng yang menyukai semua orang tidak peduli siapa, bukan? Gini-gini aku masih memiliki rasa ketertarikan , oke? Pria yang memiliki kuku tumbuh besar dan pria yang meninggalkan keringat di bawah hidungnya, bahkan sampai aku mati aku tidak akan berpacaran dengan pria seperti itu, oke! "

Bukankah ungkapannya terlalu detail !? Tunggu, jadi hanya itu!?

Saat aku terdiam oleh zona serangan luas Shirakawa-san seperti yang dirumorkan, dia menatapku dengan wajah cemberut yang menggambarkan dia sedang protes.

"Ya tapi, Ryuuto tidak mungkin seperti itu. Karena itulah aku senang, lho."

Apa yang Shirakawa-san katakan tentunya tidak bisa dimengerti. Jika seorang gadis yang tidak aku kenal sama sekali mengaku kepada aku dengan, "Aku menyukaimu" ..... Kecuali gadis itu mungkin tidak sesuai dengan seleraku, aku mungkin akan langsung menyukainya.

Tapi, itu karena aku benar-benar pria yang tidak populer yang tidak pernah menyatakan perasaan.

".... Tapi, Shirakawa-san mungkin sudah terbiasa dengan ucapan 'Aku menyukaimu', Mungkin begitu...."

"Eeh?"

Apa yang kau bicarakan? Dia menatapku seolah sedang mengatakan itu.

"Bukankah kau akan merasa senang Ketika ada seorang yang mengatakan 'Aku menyukaimu'?"

Aku pikir itu benar, tapi ....

"Kebahagiaan itu .... Bukankah cukup bahagia untuk membuatmu berpikir 'Ayo mulai pacaran'?"

Aku masih ragu. Karena aku tidak ingin terluka.

Ketika hari esok tiba, "aku sama sekali tidak menyukaimu, jadi aku tidak mau pacarana denganmu!"; Aku tidak tahan membayangkan Ketika suatu saat aku di berilan kata-kata seperti itu.

Karena, jika kita benar-benar akhirnya "pacaran" pada saat ini, besok, ataupun lusa, aku pasti akan lebih jatuh cinta pada Shirakawa-san.

Sulit dipercaya karena .... ini sepertinya bukan candaan.

"Jadi .... Shirakawa-san 'suka' bagiku cukup baik untuk teman-teman, maksudku .... Bukankah itu sedikit terlalu ... mudah....?"

Aku mengatakannya. Meskipun gadis super cantik ini dengan ramah mengatakan dia akan mulai berpacaran denganku, aku akhirnya mengatakan sesuatu yang mungkin akan dbencinya!

Aku bodoh.

Aku benar-benar bodoh dengan bacotan itu!

Benar saja, Shirakawa-san terdiam beberapa saat. Saat aku mencemaskan apakah aku menyakiti perasaannya, Shirakawa-san menatapku.

"..... Jadi? Bukankah itu bagus?"

Apa yang keluar adalah kata-kata yang singkat dan jelas.

"Itu mudah tapi terasa menyenangkan bukan, dan itu membuatmu ingin lebih dekat denganku, kan? Jadi kenapa tidak mencoba pacaran saja. Walaupun pada awalnya saling 'Suka' itu gampang, kalau kita terus pacaran. seperti itu, bukankah itu akan sampai menjadi 'seperti' Saling ‘suka’ beneran suatu hari nanti? "

Shirakawa-san mengatakan itu sambil tersenyum padaku dengan ujung bibirnya naik menjadi bentuk yang bagus.

".... Yah, sampai sekarang aku tidak pernah pacaran dengan seseorang dan mengubahnya menjadi 'saling suka beneran’, sih."

Ketika dia menunjukkan senyum seperti untuk diri sendiri, aku bertanya dengan hati-hati.

"....Mengapa....?"

Rumor tentang dia yang hanya bisa bertahan paling lama dua atau tiga bulan dengan satu pacar mungkin benar. Ketika aku sedang berhati-hati bertanya-tanya apa penyebabnya, "Aah." Mata Shirakawa-san terbuka lebar.

"Kau mengira aku kehilangan minat dan mencampakkan mereka, bukan? Sebaliknya! Saat aku berpacaran dengan seseorang, aku sangat setia! Jika pria lain mengaku kepadaku, itu langsung kutolak."

"A-aku mengerti."

Menjadi kewalahan oleh tanggapannya aku melontarkan kata itu, tapi ketidakpercayaanku terhadap gadis cantik itu masi mengakar dalam.

".... Tapi, menilai dari apa yang  Shirakawa-san katakan sebelumnya, Ketika kamu punya pacar, bukankah itu membuatmu senang diberi tahu 'Aku menyukaimu' oleh orang lain, dan kamu akan mulai menyukai mereka sedikit-sedikit?"

"Hah? Apa yang kamu bicarakan?"

Alis Shirakawa-san bergumal keliatan penting.

"...."

Dikalahkan oleh kengerian wajah tidak senang seorang Gal, diriku yang muram itu tetap diam.

"Di ucapin 'Aku menyukaimu' oleh pria yang bahkan tidak kusuka, bukankah itu hanya menyebalkan? Ini benar-benar menjijikkan."

"...."

Itu berbeda dari apa yang kau katakan sebelumnya ....

Tapi bagaimanapun, sepertinya tidak apa-apa untuk percaya bahwa dia setia saat berpacaran dengan seseorang.

Saat kami sedang berbicara tentang hal itu, Shirakawa-san tiba-tiba berhenti di jalannya.

"Dimana rumahmu?"

Saat dia mangatakan itu, kami sudah di depan stasiun. Stasiun terdekat dari sekolah bukanlah stasiun terminal yang besar, dan, jalan menuju tempat tiket yang aku lalui sekarang cukup berkembang sehingga para pejalan kaki terlihat ramai bahkan pada saat-saat sebelum jam sibuk seperti sekarang.

Karena sekolah kami adalah sekolah swasta di Tokyo, banyak siswa pergi ke sekolah dengan kereta api. Stasiun O ini memiliki pintu masuk terpisah untuk JR (Japan Railways) dan kereta bawah tanah, jadi Shirakawa-san mungkin bertanya karena hal itu.

"Ah, emm, di stasiun K."

"Fuu, Aku di stasiun A."

"A-Aku mengerti .... Hampir saja, ya."

Stasiun terdekat bagiku adalah Stasiun K, tiga stasiun dari sini dan Stasiun A adalah stasiun kedua sebelum itu.

"Oh, kita di kereta yang sama, kan? Ayo, lesgoo!"

"Y-ya .... "

Terikut oleh kecepatan Shirakawa-san, aku menuju ke area JR.

Kami naik kereta, dan karena itu hanya dua stasiun, Setelah sampai di stasiun A Shirakawa-san akan segera turun. Situasi yang tidak dapat dipercaya ini akan berakhir di sini untuk saat ini.

Pada sebelumnya, meskipun aku pikir aku sangat gugup sehingga aku tidak dapat mengontrol diri, aneh bahwa ketika itu terjadi, aku merasa enggan untuk berpisah.

"Ini akan segera tiba. Lalu ..."

Ketika kami akhirnya mendekati Stasiun A di mana dia akan turun, "Eh?", Shirakawa-san menatapku dengan heran.

"Kamu tidak akan mengantarku sampai rumah?"

"Eh?"

Aku tidak tahu maksud "mengantar seorang pergi" dari sekolah sampai rumah.

Tapi, memang sudah tugas seorang pacar mengantarnya sampai rumah.

"Y-ya ...."

Situasi yang sulit dipercaya terus berlanjut.

Aku tidak perlu membayar ongkos untuk persinggahan dengan tiket, jadi aku memutuskan untuk turun di Stasiun A juga dan mengantar Shirakawa-san sampai di rumah.

Stasiun A adalah stasiun terminal besar dengan Kawasan perbelanjaan tersebar di depannya. Sekitar 15 menit berjalan kaki menuju rumah Shirakawa-san.

Sejujurnya, aku tidak begitu ingat apa yang kami bicarakan selama itu. Kenyataan yang tidak terlihat nyata "Aku berpacaran dengan Shirakawa-san." menukik ke atas aku bersama dengan kenyataan yang tiba-tiba menyimpang dari rute kehidupanku, dan aku kehabisan akal dan terlalu gugup untuk dapat berkonsentrasi pada percakapan.

"Rumahku ada di sini."

Di mana Shirakawa-san berhenti sambil mengatakan itu, berada di rumah kayu dengan dua lantai. Eksteriornya tampak cukup tua, dan di seluruh sekitarnya terdapat rumah-rumah dengan nuansa serupa yang berbaris, menjadikannya kawasan pemukiman yang sederhana.

Tidak tahu harus berkata apa tentang tampilan rumah yang tidak dapat diprediksi dari penampilan Shirakawa-san sekarang, "Rumah yang bagus ...", aku membuat komentar yang aman.

Kemudian Shirakawa-san tersenyum senang.

"Benarkah? Terimah kasih!"

Itu adalah senyuman indah yang jujur ​​tanpa sedikit pun keraguan bahwa itu adalah sanjungan.

"...."

Keimutannya membuat hatiku berdebar-debar lagi, tapi di saat yang sama aku merasa bersalah dan ingin segera meninggalkan tempat ini.

"Ka-kalau begitu, aku akan pergi sekarang ...."

Saat aku hendak membalikkan tubuhku, Shirakawa-san dengan riang memanggilku.

"Hei, mau mampir bentar?"

"....Eh!?"

"Orang tuaku sedang bekerja, dan nenek ada di kelas dansa hula, jadi ayoo."  (Tln:  Hula adalah tarian tradisional asal polensia yang di pandu dengan nyanyian atau lagu. Mungkin ni tarian cocok untuk Latihan peregangan gituu untuk mereka yang sudah berusia lanjut.)

Jadi begitu, dia tinggal bersama neneknya, ya .... Tapi kelas tari hula, Nenek itu seperti terlihat muda ...., Pikiran kosong seperti itu memenuhi pikiranku tapi, ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

Mampir ke rumah Shirakawa-san.

Memasuki rumah Shirakawa-san dan .... tidak ada orang di sana.

Hanya kami berdua.

".... A-apa kamu yakin?"

Aku bertanya sambil menelan ludahku karena gugup dan Shirakawa-san mengangguk tanpa ragu-ragu.

"Ya. Karena Ryuuto adalah pacarku, jadi ayo."

Eh, meski begitu. Bahkan jika aku adalah teman sekelasmu yang namanya bahkan tidak Kau ketahui saat tadi? meskipun aku memikirkan itu pada diriku sendiri, jika dia sendiri mengatakan bahwa tidak apa-apa, tidak ada alasan bagiku untuk menolak .... mundur, kan...

Apakah aku .. akan mati?

Kejadian semacam ini .. tidak seharusnya terjadi dalam hidupku.

"Emm, kalau begitu .... permisi...."

Jadi, 30 menit setelah aku mulai berpacaran dengan pacar pertamaku .... Aku harus berkunjung ke rumahnya.

Aku masih merasa seperti ditipu, tapi sekarang, aku akan menginjakkan kaki ke "rumah Shirakawa-san".

Pijakanku gak beraturan dan sekali lagi, kesadaranku akan seperti menghilang.

"P-permisi ...."

Saat aku berjalan ke pintu depan, aku dikelilingi oleh bau yang mungkin dari rumah tetangga yang agak seperti nostalgia. Di lantai ada beberapa sepatu mencolok, yang aku anggap milik Shirakawa-san, diletakkan sembarangan. Karena dari itu semua membuat hatiku semakin berdebar-debar.

"Ayo, naik. Lagipula kamarku ada di lantai atas."

Didorong oleh Shirakawa-san, aku menaiki tangga sempit yang langsung yang ada di hadapanku.

Di lantai dua, ada kamar dengan pintu geser ala Jepang, dan kamar dengan pintu ayun ala barat. Shirakawa-san memutar pintu yang terakhir.

"Masuk ~"

Mengatakan itu, dia menunjukkan padaku kamarnya dan menyimpulkannya, itu adalah ruangan dengan suasana yang sepertinya cocok dengan kesan Shirakawa-san.

Hal pertama yang menarik perhatian aku di kamar dengan keset fivetatami dengan gorden merah jambu tua dan selimut yang terletak di atas tempat tidur. Yang diletakkan di samping dinding adalah lemari dan lemari putih yang mungkin yang agak tidak terlalu mahal tetapi dengan desain bergaya yang terlihat seperti kesukaan perempuan. Di antara itu adalah apa yang tampak seperti meja tulis tetapi, meja itu ditutupi dengan kantong atau barang kecil, sama sekali bukan lingkungan tempat Kamu untuk dapat belajar.

Secara keseluruhan, aku kesusahan dengan jumlah barang kecil yang ditempatkan di mana-mana. Seperti botol kecil yang mirip kosmetik, boneka binatang yang mirip maskot, dan benda bersinar yang tampak seperti aksesoris. Meski begitu, itu terlihat rapih pada tempatnya, dan barang yang ditampilkan mungkin ada perawatan khusus sendiri.

Selain itu, Aroma bunga atau mungkin buah Shirakawa-san begitu kuat melayang di udara hingga membuatku tertarik.

"Ada apa? Cepetan masuk."

Shirakawa-san, yang masuk lebih dulu, memanggilku karena aku kesusahan oleh kurangnya pengalaman terhadap kamar perempuan.

"A-aah, ya ...."

Menyadari bahwa aneh hanya berdiri sendiri disini, aku pun bergegas masuk.

"Duduklah di mana pun kamu suka, oke."

Shirakawa-san dengan santai mengatakan itu dan meletakkan tas sekolahnya di lantai secara acak. 

" Mau the Barley"

(Tln: Barley merupakan salah satu jenis biji-bijian yang berasal dari keluarga gandum. Bahkan bentuknya yang mirip dengan gandum membuatnya sulit dibedakan dengan gandum itu sendiri.)

"Ah, y-ya. Terima kasih ...."

Shirakawa-san meninggalkan ruangan. Ritme langkah ringannya yang menuruni tangga entah bagaimana seirama jantungku yang berdebar kencang.

Bagaimana semua ini bisa terjadi ....

Aku siap untuk ditolak tetapi sekarang aku jadi sebagai "pacar" Shirakawa-san, aku berada di dalam kamarnya di rumahnya. Aku sendiri masih tidak percaya dengan situasi ini.

Tapi, bagaimanapun juga.

Aku sekarang berada di dalam kamar Shirakawa-san....

"Fuuuuh...."

Untuk saat ini, mari tarik nafas dalam-dalam.

Bau wangy Shirakawa-san kayak keqing ....

Pikiran itu memenuhi aku dan aku menikmatinya, lalu aku menyadarinya.

Kau terlalu menyeramkan! Apa sih yang kau lakukan!

Tapi, ini adalah situasi di mana aku sendirian di kamar gadis yang aku rindukan. Aku merasa seperti dorongan untuk melakukan sesuatu yang buruk.

Benar, misalnya ... seperti, ingin membuka laci ini.

Untungnya, itu tidak, di dekat pintu masuk ruangan atau dengan kata lain di sebelah aku, ada lemari putih. Hal-hal yang benar-benar pribadi .... Terus terang, sepertinya semua jenis pakaian dalam dimasukkan ke sana dan aku tidak bisa mengalihkan pkamungan dari itu.

Hentikan! Itulah satu-satunya hal yang tidak boleh dilakukan oleh pria!

Tetapi aku ingin tau....

Setelah beberapa saat, Konflik antara malaikat dan iblis di hatiku telah mencapai sebuah hasil.

Pemenangnya adalah .. Iblis.

"Sedikit saja .....!"

Aku meludahi alasan di mulutku karena rasa bersalah itu dan aku dengan cepat meletakkan tanganku di laci. Saat aku membukanya beberapa sentimeter, aku tanpa sadar mengeluarkan suara terkejut.

"Whoah...."

 

Kain warna putih yang terlihat di mataku begitu indah sehingga tanganku berhenti.

Ini adalah .... Pakaian pribadi Shirakawa-san .....!

Pada saat itulah aku seperti ada di surga, menikmati semua kebahagiaan karena bisa melihatnya.

"Maaf lama."

"Uwaah!?"

Aku sangat terkejut, aku melompat beberapa sentimeter dari lantai. Pada saat yang sama, aku akhirnya menabrak laci yang sekarang terbuka.

"Aduh .. aduh!"

Sial, aku belum menutupnya .....!

"Hah? Itu terbuka? Maaf."

Namun, bahkan tanpa mencurigaiku, Shirakawa-san mengalihkan pandangannya ke laci saat dia menyadari laci itu terbuka. "Ah!", Lalu dengan mata berkilau, Shirakawa-san meletakkan teh barley di tangannya, dan meraih kain putih dari dalam laci, dan mengeluarkannya.

"Hei, Coba liat ini."

"....!?"

Apa sih yang akan kau tunjukkan padaku !?

 

Saat aku membeku pada pikiran itu, Shirakawa-san membukanya, dan menunjukkannya kepadaku tanpa sedikitpun keraguan.

"Voilá! Bukankah itu super imut? Ini kamisol yang kubeli beberapa waktu lalu! Aku berpikir untuk memakainya saat aku ingin memakai atasan terbuka"  (Tln: Atasan pendek tanpa lengan, banyak digunakan sebagai dalaman. Kira-kira begitulah definisi kamisol :v)

"...."

Ketika aku melihat kamisol putih terbentang di depan aku, aku diserang oleh perasaan kelelahan yang misterius.

"Y-ya, terlihat bagus ...."

Maksudku, hanya bisa melihat pakaian polos Shirakawa-san sudah cukup menakjubkan tapi aku yakin itu pakaian dalam jadi aku tidak bisa menyangkal aku kecewa.

Tapi kamisol yang terbuka .... Kamisol yang terbuka, ya ....

Seperti yang diharapkan, tidak ada gunanya melihat sesuatu di kamar orang lain tanpa izin. Aku bersumpah dalam hati untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi.

"Oke, ini tehnya."

Dan Shirakawa-san memegang teh barley dengan kedua tangannya sekali lagi.

"Ayo, duduk"

"Ah, ya, terima kasih ...."

Mendapatkan kembali ketenanganku, aku pun duduk.

Tetapi dimana?

Tidak ada benda seperti sofa atau kursi tanpa kaki di ruangan ini. Ada yang terlihat seperti kursi meja belajar, jadi jika memang begitu, tidak ada pilihan selain duduk langsung di lantai kayu atau di tempat tidur.

Tempat tidur....

Hah, tempat tidur !?

Pasti ada saat-saat di mana Kamu akan duduk di tempat tidur selain sofa, ada juga saat-saat di mana dua orang duduk bersebelahan di tempat tidur dan mengobrol santai tetapi .... ya, tetapi, bukankah tidak mungkin dalam situasi ini? !?

Pemilik kamar ini adalah Shirakawa-san yang selalu aku rindukan, dan gadis tercantik di tahun ajaran kami, dan luar biasanya dia menjadi "pacar" aku.

Jika kita akhirnya duduk berdampingan di tempat tidur itu akan sangat gila.

".... Ah, jadi begitu?"

Ketika Shirakawa-san melihatku masih belum duduk, dan tidak tahu apa yang dia pikirkan, wajahnya menjadi seperti ada sesuatu yang dia pikirkan.

"Oke. Apakah kamu ingin menggunakan kamar mandi? Kamar mandinya ada di bawah, jadi ingin aku antar?"

"Eeh?!"

A-apa? Apa yang dia katakan barusan?

Jika Kau mengatakan sesuatu seperti mandi, tidakkah pikiranku semakin mengarah ke arah itu ....

Mungkin Shirakawa-san adalah orang yang sangat suka membersihkan dan hanya membiarkan tamu yang sudah mandi untuk masuk ke kamarnya? Atau apakah dia secara Tidak langsung mengatakan bahwa aku "bau"?

Uh-uh tunggu,Itu tidak mungkin, tapi itu benar. Bahkan Shirakawa-san tadi dengan santai berkata untukku duduk ....

Dan saat aku sedang dalam berpikir, Shirakawa-san sekali lagi, "Ah, jadi begitu?", Membuat wajah seolah dia memikirkan sesuatu.

"Apakah Ryuuto tipe yang tidak butuh mandi?"

Eh? Err, tunggu, apa yang dia maksud?"

Saat aku dalam kepanikan, tindakan Shirakawa-san selanjutnya membuatku terkaget.

Shirakawa-san sekali lagi meletakkan gelas untuk teh barley di atas meja, dan menyentuh bagian dada dari seragamnya.

"Ada kelas olahraga hari ini jadi aku mungkin sedikit bau, ini agak memalukan ...."

Sambil mengucapkan kata-kata itu, dia membuka knop salah satu blusnya. Dua knop yang biasanya terbuka membuat agak terbuka di dadanya sekarang menjadi tiga, menampakkan lebih banyak lagi .... Aku tidak bisa mengalihkan pandangan dari belahan dalam yang menunjukkan sekilas renda bra-nya, dan tanpa sadar aku menelan ludahku.

Ini .. jadi ini .. pakaian dalam asli Shirakawa-san.... Tunggu, tidak ada gunanya jangan lihat, jika aku menatapnya langsung, aku akan terlihat seperti orang mesum!

Namun, mengabaikan masalahku, dia memegang knop berikutnya dan terlepas tanpa keraguan.

"Tunggu, Shirakawa-san !?"

Dan saat itulah aku akhirnya yakin.

Setelah sampai sejauh ini, pembicaraan tidak lain adalah menuju ke arah itu.

Pembicaraan tentang mandi tadi dan sebagainya. Dan apa yang dia katakan barusan. Itu hanya memiliki satu arti.

Bagaimana jika .... Tidak, Bagaimana jika tidak mungkin. Ini sudah .. tidak salah lagi. benar sekali.

Dia mencoba melakukan sesuatu yang ecchi .... denganku. Ini luar biasa.

Eh, tidak masalah !?

Apa tidak apa-apa !?

Untuk berpikir bahwa aku bisa mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan perjaka yang gelap ini, aku bahkan tidak pernah memikirkan itu sampai sekarang.

Selain itu, aku tidak percaya bahwa pacar aku adalah Shirakawa-san.

Keberuntungan yang luar biasa .... Tidak, tunggu, tapi!

Apa kamu benar-benar serius tentang ini !?

"T-tunggu sebentar ....!"

Karena suaraku, Shirakawa-san berhenti membuka knop-knopnya.

"Hm? Ada apa?"

Aku menelan ludahku, dan berbicara dengan Shirakawa-san yang tampak penasaran.

"A-apa yang kau .... lakukan?"

Sudah kuduga, ini terlalu cepat. Tidak peduli seberapa tinggi puncak pemikiran liarku sebagai seorang pria, bahkan aku tidak pernah membayangkan perkembangan pesat seperti ini.

Sejujurnya aku tidak memikirkan momen seperti ini.

Mungkin ada kesalahan disini.

Aku harus mengkonfirmasi niat sebenarnya sebelum dia melakukan kesalahpahaman.

"Apa, katamu ... apakah kau tidak mau berhubungan badan?"

Pada jawaban yang terlalu lugas, aku membeku dengan wajah kaku.

A-apa kau serius !

Sungguh !? Apa kau baik-baik saja tentang ini !?

Saat pikiranku mulai panik, Shirakawa-san menatapku dengan curiga.

"Eh? Maksudku, kau tidak mau melakukannya?"

"Bukan itu masalahnya tapi .... Eh? Eeh !?"

Tidak apa-apa!? Eh, tunggu, jika dia baik-baik saja dengan itu maka aku juga tapi, eh benarkah !?

Apa kau yakin tentang ini!?            

Shirakawa-san melihatku tampak bingung.

"Emm .... bukan melakukan ini terlalu awal? Kau bahkan tidak tahu namaku pada saat tadi di jalan, kan? Dengan pasangan seperti itu .... apakah Shirakawa-san .... tidak keberatan ? "

Aku sangat ingin melakukan hal-hal ecchi. Aku pada usia di mana aku sangat ingin melakukannya.

Lagipula, dia adalah Shirakawa-san yang aku rindukan. Aku sangat senang bisa melihat tubuh telanjang  Shirakawa-san, yang pernah aku mainkan dalam delusiku, di kehidupan nyata. Tapi sekarang !?

Meskipun aku masih tidak percaya aku "pacaran" dengan Shirakawa-san.

Segala sesuatunya berjalan terlalu lancar sehingga pada akhirnya, kebingungan aku menguasai hasrat seksual aku.

Apa yang dia pikirkan?

Aku panik sekarang.

"Itu benar, tapi, sekarang kau adalah pacarku, kan?"

Mata Shirakawa-san yang menengadah muncul .... ini sangat berbahaya, dia terlalu manis!

"Me-meski begitu .... Biarpun kau masih belum tahu pria macam apa aku ini, apa kau yakin? Bagaimana jika .. aku benar-benar buruk?"

"Hah?"

"Atau jika sebenarnya, aku orang cabul gila atau semacamnya ...."

"Eh, apa yang kau bicarakan? Apakah Ryuuto cabul?"

"T-tidak, aku tidak! Ini hanya perumpamaan bagaimana jika. Maksudku, Shirakawasan masih .. tidak tahu pria macam apa aku ini ...."

"Eeh? Apa itu? Filsafat?"

Shirakawa-san terlihat bingung.

".... Selain itu, mau bagaimana lagi, kan? Lagipula kau adalah pacarku. Jika menurut kami tidak masalah, pilihannya adalah putus."

Aku mengerti....

Untuk saat ini, aku memahami bahwa pemikiran aku dan Shirakawa-san tentang "pasangan" berbeda.

Kata Shirakawa-san adalah "Pergi saja dengannya dan lihat apakah hubungan itu bisa maju.".

Tapi, hubunganku dengannya .... cinta dengan seorang gadis cantik yang selalu kuimpikan, yang mungkin tidak akan datang dalam hidupku lagi, aku ingin memeliharanya dengan hati-hati, selangkah demi selangkah.

Aku baru saja menyadarinya.

 

"Eh, Ryuuto tidak mau melakukannya denganku? Bukankah cowok hanya memikirkan hal-hal ecchi saat mereka hanya berdua dengan pacar mereka?"

Shirakawa-san melampaui kebingungan, dan dia menatapku dengan tatapan ragu. Segera setelah itu, dengan wajah serius yang tiba-tiba dia berkata, "Mungkin ...", dan menurunkan penglihatannya, dengan fokus pada area resleting selangkanganku.

".... Tidak, Bukan seperti itu!"

Ini croot setiap pagi jadi jangan khawatirkan itu!

"Aku tidak bermaksud begitu. Aku ingin menghargai hubungan kita ....Shirakawa-san adalah .... pacarku, kan? "

Aku sekali lagi tergagap pada saat yang genting. Aku malu terungkap bahwa aku tidak terbiasa mengatakannya.

"Jika itu masalahnya, aku ingin melakukan hal-hal semacam itu tapi pada waktu yang tepat, bagaimana aku harus mengatakan ini .... "

"Waktu yang tepat ....?"

Shirakawa-san mengerutkan alisnya.

Mengapa!? Apakah ini skenario untuk ekspersi itu?

Sebaliknya, bukankah perannya .. biasanya terbalik dalam hal ini? Wanita ingin menjaga hubungan, dan pria ingin melakukannya secepat mungkin. Itu terlalu umum dan cocok.

Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba, sebuah keraguan muncul di benak aku.

"... Umm .... katakanlah, apakah Shirakawa-san ingin melakukannya .... hal kayak gitu?"

Aku membayangkan itu, bagaimana jika dia adalah seorang gadis yang lebih menyukai seks daripada laki-laki, dan ada sesuatu yang membakar jauh di dalam dadaku. Pacar aku adalah gadis nakal .... apa yang harus dilakukan. Aku ingin tahu apakah tubuhku bisa bertahan .... Dan napasku hampir tidak karuan.

Namun, seolah-olah menghalangi pikiran aku, kerutan di antara alis Shirakawa-san berkurang.

"Eh? emm ....?"

Wajahnya terlihat seperti sedang diganggu oleh sesuatu.

"Aku tidak pernah berpikir apakah aku ingin melakukannya atau tidak. Aku bertanya-tanya bagaimana melakukan itu? Sebuah kewajiban, atau lebih tepatnya .... Aku pikir itu adalah sesuatu yang Kamu lakukan ketika Kamu pacaran dengan seseorang. Jika seorang pacar tidak mengizinkan pacarnya melakukannya, dia mungkin pergi ke gadis lain, begitukan? "

Saat aku mendengar itu, perasaan buruk aku menjadi sedikit tertekan.

Lalu aku teringat apa yang dia katakan beberapa waktu lalu.

 

──Apakah pria tidak hanya memikirkan hal-hal erotis saat mereka berduaan dengan kekasihnya?

Dan kemudian, hal-hal yang dia katakan saat kami berdua berjalan pulang.

──Kau berpikir aku kehilangan minat dan mencampakkan mereka, bukan? Justru sebaliknya! Ketika aku berkencan dengan seseorang, aku sangat setia! Jika pria lain mengaku kepada aku, aku akan menolaknya.

Aku tidak terlalu memperhatikannya saat itu tapi itu berarti pacar Shirakawa-san kehilangan minat padanya dan memutus hubungan mereka, bukan?

Untuk sesaat aku pikir itu tidak masuk akal. Namun.

Sebagai sesama pria, bukannya aku tidak bisa membayangkan perasaan mantan pacar Shirakawa-san.

Jika Kamu bisa berhubungan badan dengan mudah pada hari pertama Ketika Kamu mulai pacaran dengan seorang gadis, mungkin Kamu akan segera kehilangan minat, dan mulai melirik gadis-gadis lain. Tidak seperti aku, pria yang hanya bisa mengaku pada Shirakawa-san dalam permainan hukuman, mereka mungkin pria tampan yang ceria dan penuh percaya diri.

"...."

Entah bagaimana, aku mulai kesal.

Shirakawa-san bukanlah seorang gadis yang ingin berhubungan seks karena dia suka seks, tapi dia adalah seorang gadis yang terpaksa, dan mengijinkan pacarnya untuk berhubungan seks dengannya. Setidaknya, sejauh ini dia seperti itu.

Jika Kamu begitu mudah mendapat tubuhnya, dan setelah semua itu, kehilangan minat padanya, lebih baik tinggalkan dia dari awal sebelum itu, bukan berarti hanya membidik tubuhnya saja.

".... Jadi, kita tidak akan berhubungan s*ks hari ini?"

"Eh?"

Aku telah memikirkan berbagai hal, dan aku terkejut ketika Shirakawa-san mulai berbicara dengan aku. "Umm, baik ...."

Aku ingin melakukannya.

Sejujurnya aku ingin melakukannya. Pasti ingin.

Tapi, jika kita melakukannya di sini dan pada waktu ini....

Pada akhirnya, aku akan seperti mantan pacarnya, bukan ....

Ya, aku memang ingin melakukannya!

Aku tidak tahu apakah kesempatan seperti ini akan datang dua kali. Shirakawa-san bisa berubah pikiran besok, dan berkata "Aku tahu, ayo kita putus", mungkin begitu.

Aku menginginkannya, aku ingin melakukannya. Aku ingin berhubungan s*ks!

 

Tapi, ini pertama kalinya aku, jadi aku tidak yakin apakah aku bisa melakukannya dengan baik .... Jika aku menyeret sejauh ini untuk berhubungan seks, dan bingung pada saat membutuhkan, dia akan kecewa dan membandingkan aku untuk mantan pacarnya, bukan. Jika aku ditertawakan, aku tidak akan pernah pulih .... Tidak, menurutku Shirakawa-san bukan gadis seperti itu, tapi ....

Jika ini masalahnya, aku tidak akan memiliki kemudahan untuk mengatakan aku akan melakukannya sampai akhir. Shirakawa-san bisa tetap memakai bajunya dan Jika aku bisa meminjam tangannya sebentar maka .... tunggu, tidak itu salah! Apa sih yang kamu pikirkan, aku! Pikiranku diambil alih oleh hasrat seksualku dan itu menjadi aneh.

Tapi aku berbeda dari mantan pacarnya.

Kamu ingin menunjukkannya melalui tindakan, bukan?

Lalu, tidak ada apa-apa selain hanya satu jawaban untuk dipilih, bukan ....

".... Sepertinya begitu .... Jangan ... lakukan hari ini."

 

Aku mengatakan itu sambil meneteskan air mata darah di dalam hatiku.

"Fuu?"

Shirakawa-san memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu adalah hal terimut yang pernah aku lihat, dan aku sangat menyesali keputusan aku setelah aku mengatakannya.

***

 

Lima menit kemudian, aku berjalan-jalan dengan Shirakawa-san.

Ketika kami berada di kamarnya, aku akhirnya menjadi terlalu sadar akan fakta bahwa kami sendirian dan menjadi tidak dapat berbicara dengannya secara normal, jadi aku mengundangnya untuk pergi keluar.

Saat kami berjalan tanpa tujuan di lingkungan rumah, Shirakawa-san tiba-tiba bergumam.

"Ryuuto adalah,tipe serius kan?"

Aku melihat wajahnya dan mencoba membaca emosinya, dan merasa lega untuk saat ini karena tidak ada tkamu-tkamu kekecewaan atau ejekan di wajahnya.

Meskipun aku sudah menyesali kenyataan bahwa aku tidak bisa berhubungan seks dengannya, tetapi jika dia menatap aku dengan mata dingin, itu akan menjadi pukulan menyakitkan bagi aku.

"Menurutku, ini pertama kalinya aku punya pacar seperti Ryuuto."

Untuk gumamannya, aku membuka mulutku dengan hati-hati dan bertanya.

".... Apakah itu, sesuatu yang buruk?"

"Hah."

Shirakawa-san menatapku dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu ada juga pria seperti itu."

Wajahnya yang tersenyum dengan sisi-sisi terangkat masih tetap terlihat imut bahkan di ruangan gelap sakalipun.

Melihatnya seperti itu membuatku berpikir bahwa keputusanku sebelumnya bukanlah keputusan yang salah.

Tidak, yah, aku sebenarnya sangat ingin melakukannya seperti orang gila ....

"Umm .... Shirakawa-san. Aku .... sebenarnya ...."

Aku pikir itu hanya masalah waktu sebelum dia tahu, jadi aku memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Ini baru Pertama kali aku ... pacaran dengan seorang gadis." Mata Shirakawa-san sedikit terbuka lebar.

Aku tahu, ini mungkin pola yang belum pernah dia lihat pada mantan pacarnya.

 

"Aku juga tidak punya teman wanita yang dekat denganku, jadi sesuatu seperti, pergi ke gadis lain jika aku tidak ada minat denganmu .... hal seperti tidak akan pernah terjadi. Itu sebabnya .... "

Karena pembahasan itu, aku takut membicarakannya di luar ruangan, jadi aku berbisik.

"Ketika kita melakukan hal semacam itu di masa depan, aku ingin Shirakawa-san benar-benar berpikir kamu 'ingin' melakukannya denganku juga, err maksudku ...."

Dia mungkin menertawakan aku, tetapi aku ingin sedikit menggoda, dan terhubung dengannya sebagai dua kekasih yang tulus.

Aku selalu membayangkan, memimpikannya dari lubuk hati aku, bahwa suatu hari nanti, aku akan dapat menjalani hari seperti itu dengan seorang gadis yang aku cintai.

Aku hampir kehilangan diri dan menjadi liar sebelumnya, tetapi aku senang bisa tetap mengendalikan hasrat aku.

"Setidaknya, aku tidak ingin kamu menganggapnya sebagai kewajiban atau apa pun."

Aku mengatakannya.

Aku bisa mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku katakan dengan benar di kamarnya.

".... Aku mengerti. Jadi itu yang kamu maksud."

Setelah beberapa saat, Shirakawa-san mengatakan itu dan menatapku. Wajahnya tampak segar, seolah-olah dia telah dilepaskan oleh ketidakpastian di hatinya.

 

"M-Maafkan aku .... Padahal Shirakawa-san sudah .... sejauh itu melakukannya ke aku."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti apa yang dipikirkan Ryuuto."

Mengatakan itu dengan gaya humor yang baik, Shirakawa-san melihat ke depan. Tapi kemudian dia dengan rela menyapa, "selamat siang", kepada seorang bibi yang datang dari depan, berjalan dengan tas belanja di tangannya. Aku belum pernah melihat wajah tetangga aku sebelumnya, jadi aku terkesan dengan ini.

Aku pikir dia gadis yang sangat baik. Aku yakin dia dicintai oleh orang tua dan neneknya, dan dibesarkan dalam lingkungan yang sangat santai .... Sungguh hal yang harus dibayangkan, dan aku tidak bisa tidak merasa santai.

Ah, dengan gadis cantik dan imut seperti dia, bagaimanapun juga aku ingin berhubungan seks dengannya .... Yah, aku sudah menyesalinya tetapi tetap tidak bisa ...

"Jadi, jika aku ingin berhubungan seks dengan Ryuuto ...."

Karena Shirakawa-san mulai membicarakan hal itu, aku terkejut dan mengecek di belakangku. Karena kami baru saja melewati seorang bibi.

Terhadap reaksiku, "Kamu terlalu gugup", Shirakawa-san mengatakan itu dan tersenyum lucu. Shirakawa-san kemudian menatapku dengan mata terangkat.

"Saat itu, tidak apa-apa jika aku memanggil Ryuuto, kan?"

"Ya-ya, tentu ...."

Aku berdoa semoga "Pada waktu itu" tidak terlalu jauh atau alangkah baiknya jika aku melakukannya lebih awal, itulah yang aku pikirkan tetapi karena tidak baik juga repot-repot terburu-buru, aku tidak dapat mengatakannya.

"Okke!"

Shirakawa-san menjawab dengan riang, dan tersenyum dalam suasana hati yang baik.

"Dan pada saat itu, mungkin, hubungan kita bisa menjadi 'Lebih baik, dan bukan 'Buruk."

Aku kaget dengan perkataan itu. Aku sudah cukup mencintai Shirakawa-san tapi, apakah tidak apa-apa .... percaya akan datang hari dimana dia juga akan mencintaiku dan kita bisa saling menggoda seperti pasangan?

Aku senang karena masih hidup.

Tidak kusangka aku bisa mendapat hari ketika Shirakawa-san mengatakan ini padaku, aku sangat senang dilahirkan ....!

Setelah mengelilingi sekitaran rumah tiga kali, aku mengantar Shirakawasan lagi sampai rumah, dan di depan pintu dia berbicara sambil tersenyum.

 

"Tidak langsung berhubungan seks, mungkin bagus juga. Menurutku, ini pertama kalinya aku jadi bersemangat."

Ketika aku yang terlalu gugup sehingga di dapat berkata-kata, Shirakawa-san melambaikan tangannya dengan senyuman yang sangat manis.

"Mulai hari ini tolong jaga aku ya. Pacarku!"

***

Kemudian, setelah pulang ke rumah.

"Aku tahu aku seharusnya melakukannya Uuuoooooooh─────!"

Ini adalah rahasia dari Shirakawa-san bahwa aku diserang oleh perasaan penyesalan yang ekstrim dan pingsan karena kesakitan di tempat tidur.




1

1 comment

  • Siesta
    Siesta
    6/9/21 05:31
    nyesel awkowowka
    Reply



close