¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
"…Dimana ini .."
Sendirian di kamar Yuuki, Hatsushiro Kotori terbangun.
Dia melihat jam dan terkejut. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Apalagi hari ini adalah hari kerja.
Ini buruk, aku benar-benar terlambat..
"......!!"
Saat dia menyadarinya, suara orang marah-marah yang familiar bergema di dalam kepalanya.
"... Uu, Kh."
Dia tercekik. Dadanya sakit.
Takut. Dia benar-benar takut.
Air mata muncul di sudut matanya meskipun dia tidak melakukan apa-apa.
".... Haa, haa, haa."
Dia memegang dadanya dan mengatur pernapasannya.
Tidak apa-apa. Ini baik-baik saja..
Ini adalah rumah anak laki-laki yang kutemui kemarin. Ini bukan tempat itu...
Butuh beberapa menit untuk akhirnya menenangkan dirinya dan sekali lagi, Hatsushiro ambruk ke futon.
Tubuhnya terasa berat seperti timah.
Dia bahkan tidak bisa mengumpulkan energi untuk menggerakkan satu jari pun.
“Aku pasti.. lelah…”
Sepertinya aku sudah gelisah sepanjang waktu, akhirnya dia sadar.
"…Kurasa, tidak apa-apa untuk tidur sebentar lagi."
Ya... mungkin, tidak apa-apa..
Tempat ini aman.. Setidaknya pemilik tempat ini yang sedang sekolah sekarang adalah orang yang baik.
"Tapi, sebelum itu.."
Hatsushiro entah bagaimana berhasil menggerakkan tangan kanannya dan menyetel alarm jam 4 sore
Seperti yang diharapkan, kurasa tidak sopan kalau belum bangun dan menyapa Yuuki saat dia kembali.
Terlebih lagi, kegembiraan Yuuki saat aku memberitahunya kemarin bahwa aku akan menjadi pacarnya sungguh luar biasa. Bahkan itu membuatku bahagia.
Jika aku menyapanya saat dia pulang, mungkin dia akan bahagia lagi.
"Fufu.."
Mengingatnya saja membuatku tersenyum secara alami.
Oke, mari kita tidur. Aku bertanya-tanya kapan terakhir kali aku bisa kembali tidur setelah bangun seperti ini.
Hatsushiro membungkus dirinya dengan selimut, perlahan menutup matanya dan mengendurkan tubuhnya.
◇
Aku punya pacar.
Aku punya pacar.
Aku benar-benar mendapatkan pacar...
Ini akan membuatnya tampak berarti sesuatu yang lain , tapi bagaimanapun, Yuuki Yuusuke punya pacar sendiri.
Setelah keinginannya terwujud, Yuuki sangat bersemangat hingga pikiran batinnya berkecamuk, tapi kemudian, dia tiba-tiba menyadari sesuatu.
Btw, apa yang harus kau lakukan saat kau mendapatkan pacar?
Sampai sekarang, Yuuki tidak pernah tertarik pada urusan romantis sampai tingkat yang sangat tidak sehat untuk seorang remaja laki-laki.
Bahkan fantasi yang dia alami selama tiga hari terakhir juga, adalah apa yang kau sebut tidak jelas. Itu terlalu abstrak dari hal seperti memiliki pacar (fiktif) di sebelahnya dan melakukan sesuatu bersama yang sepertinya membuatmu merasa bahagia.
Selama kelas pagi, dia menghabiskannya dengan menyiksa dan memikirkan hal ini di sudut pikirannya, tetapi karena dia masih tidak dapat menemukan ide konkret ketika memikirkannya sendiri, dia memutuskan untuk bertanya kepada salah satu dari beberapa temannya yang duduk di belakangnya, saat istirahat makan siang.
"Hei, Ootani. Apa saja yang dilakukan oleh pasangan di dunia ini?"
"Hah? Apa kau makan sesuatu yang aneh?"
Orang yang tiba-tiba menanggapi dengan kata-kata kasar adalah Ootani Shouko. Dia adalah seorang gadis yang mengenakan kacamata merah setengah tanpa bingkai (Suatu kali, saat dia jujur diberitahu, "Kau memiliki tubuh yang agak montok," dia menegur dengan "Bilang aja gendut").
Adapun penampilannya, dia mungkin memberikan kesan yang sedikit kasar. Tapi, dia sebenarnya cukup halus. Jika dia menghilangkan sedikit lemak, dia mungkin akan menjadi wanita yang sangat cantik.
Ngomong-omong, meskipun nama mereka berbeda satu karakter, dia tidak memiliki hubungan dengan pemain bisbol liga utama tertentu yang bisa bermain sebagai pitcher dan fielder (dual-wielding). Jika ditekan untuk mengatakannya, dia adalah pemegang ganda ketua kelas dan klub manga.
“Yah, kau tahu, kau bilang kau sering menggambar hal-hal romantis, kan. Jadi, aku hanya berpikir kau mungkin tahu lebih banyak tentang itu."
"Apa yang kugambar adalah barang man-to-man, kurasa.."
“Eh?”
"Lagian, apa kau punya pacar?"
“Eh? Errr… yah, umm, kira-kira seperti itu."
Aku berpikir untuk menyembunyikannya karena Hatsushiro juga memiliki keadaannya sendiri. Tapi, tidak sopan jika aku meminta nasihat tanpa memberitahunya, pikirnya.
Lagipula, dia pada usia di mana dia ingin sedikit membual tentang mendapatkan pacar.
Mulutnya secara alami berubah menjadi senyum kecil.
"Senyummu itu sangat menyebalkan.."
Ekspresinya pasti cukup santai dan dia akhirnya menerima kata-kata kasar.
“Tapi kau punya pacar, ya. Kupikir kau bahkan tidak memiliki satu atom pun yang menarik dalam hal seperti itu. Gadis seperti apa?”
“Gadis seperti apa?”
"Uh-huh , " kata Yuuki, dan dia menyilangkan tangannya, memiringkan kepalanya dan memikirkannya.
“Bahkan kalau kau bertanya kepadaku tentang gadis itu, aku baru saja bertemu dengannya kemarin.."
"Apa-apaan itu? Kau bertemu dengannya dan memutuskan untuk berkencan dengannya pada hari yang sama?"
Ootani yang tampak kagum, meletakkan dagunya di tangannya dan menghela nafas.
“Yah, baiklah. Ini mungkin sesuatu yang khas darimu juga. Jadi, apa yang kau lakukan saat berkencan dengan seseorang, bukan?”
“Y-Ya. Benar sekali.. Sejujurnya, karena aku tidak tertarik sama sekali sebelumnya, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.."
"Kurasa begitu. Jika itu tentang kencan, seperti yang diharapkan itu…"
"Itu?"
“S*x, kan?”
“…Apa kau tidak memiliki rasa malu sebagai seorang gadis atau semacamnya.."
“Tidak, nggak juga."
Dia memberi jawaban langsung dan sangat berani.
"Lu itu lahir hasil bercocok tanam emak dan bapaklu. Jadi, buat apa kau malu? Atau mungkin kau tidak mau melakukannya?”
"Ya, tentu saja aku ingin melakukannya, tapi,.."
Bagaimanapun juga, dia gadis berusia 17 th yang normal. Dan, juga dia manusia...
"Dengar, hal seperti itu pasti ada tahapnya, kan.. Dia mungkin akan membencimu kalau kau tiba-tiba melalukan itu.. Selain itu, melakukan itu bukan hal yang sering dilakukan oleh sepasang kekasih, kan? Ada juga yang lain,. Seperti ingin menggoda seperti ini atau seperti itu."
"Oh, nggak nyangka lu bisa bijak juga."
Hee, benarkah? Ketika berbicara tentang pria seusiaku, apakah mereka hanya berpikir ingin melakukannya?
"Baiklah. Mari kita lihat, Jika aku mengambil dari manga shoujo, romcom, dan eroge yang telah kulihat sejauh ini...."
Abaikan saja perkataannya yang terakhir.. Yuuki dan yang lainnya adalah siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang normal. Itu sudah pasti.
“Mungkin seperti berpegangan tangan. Itu juga hal yang populer bagi para pria untuk meminta pacar mereka membuatkan mereka makanan rumahan, kau tahu.."
“Berpegangan tangan, dan makanan rumahan, ya.."
◇
Karena tidak ada pekerjaan paruh waktu hari ini, untuk pertama kalinya dalam beberapa saat, Yuuki memutuskan untuk pulang tepat setelah kelas berakhir. Juga sudah lama sejak dia kembali ke rumah pada siang hari.
"Berpegangan tangan.. Masakan rumah... Berpegangan tangan... Masakan rumah...," gumam Yuuki sambil berjalan pulang. Aku mungkin terlihat seperti orang yang mencurigakan. Tapi, apa yang dikatakan Ootani tidak bisa menghilang dari pikiranku. Tentu saja, berpegangan tangan dengan pacar adalah sesuatu yang sangat kuinginkan. Dan, tak perlu ditanyakan tentang masakan rumahan. Padahal, ada pertanyaan tentang bagaimana menanyakan hal ini kepada Hatsushiro.
Yah, karena kita sekarang sudah berpacaran, mungkin tidak apa-apa untuk mengatakannya secara langsung, namun, ini sangat memalukan. Selain itu, jika aku menanyakn ini padanya sambil memberinya tempat tinggal, itu seperti aku memaksanya untuk melakukan sesuatu.. tidak, gw gak mikir apa-apa. Yuuki memikirkan hal itu sambil berjalan dan tanpa dia sadari, dia sudah sampai di depan rumahnya.
"…Berpegangan tangan… Masakan rumah…"
Dia memutar kenop pintu dan membuka pintu depan.
"…Ah. Selamat datang di rumah, Yuuki-san."
"Berpegangan tangan!!
Masakan rumah!!"
"Iya?"
“Eh? Ah, tunggu sebentar, barusan tidak dihitung, tidak dihitung!!”
Mungkin karena dia sudah lama tidak mendengar kata 'Selamat datang di rumah', alih-alih mengatakan 'Aku pulang', dia malah mengatakan hal lain dengan suara yang cukup keras.
◇
“Aku mengerti. Jadi, begitu ya..."
"…Ya, begitulah."
Yuuki sedang duduk di meja di ruang tamu menghadap Hatsushiro.
Di pintu depan tadi, Hatsushiro mendengar kata-kata Yuuki seperti 'Hal-hal yang ingin aku lakukan sekarang setelah kita pacaran' karena tidak baik untuk mencoba menutupinya, dia segera memberitahunya tentang hal itu dengan jujur.
Sebenarnya, ini agak memalukan untuk menjelaskannya dari mulutku sendiri, pikir Yuuki dan kemudian pada saat yang sama, "..Bagaimana kalau kita mencobanya,” kata Hatsushiro.
“Eh?”
“…Bisakah kita mencobanya, berpegangan tangan?,” kata Hatsushiro dan dia mengulurkan tangan kanannya di atas meja.
“…Eh, apa kau benar-benar yakin tentang ini?”
“Y-Ya. Yuuki-san adalah pacarku… bagaimanapun juga…,” kata Hatsushiro yang wajahnya memerah, mungkin malu untuk mengatakannya sendiri. Wajah Yuuki juga menjadi panas, saat melihat tingkah lucu pacarnya yang menggemaskan.
"K-Kalau begitu, punten,” kata Yuuki. Kemudian, ketika dia hendak mengulurkan tangannya, "Ah, umm," Hatsushiro berbicara dengan suara kecil seolah suara itu akan menghilang.
"…Kalau bisa… tolong.. bersikaplah lembut padaku…"
"Y-Ya akan kulakukan..."
Ini adalah sesuatu yang kuperhatikan dari kemarin. Tapi, Hatsushiro menjadi sangat ketakutan setiap kali seseorang mengulurkan tangan padanya atau menggunakan nada yang sedikit lebih kuat.
Itu sebabnya, berpegangan tangan harus dilakukan secara perlahan dan lembut.
"…Baiklah."
Menguatkan dirinya untuk kedua kalinya, dia mengulurkan tangannya.
Yuuki melihat tangan Hatsushiro yang diletakkan di atas meja dengan telapak tangan menghadap ke langit-langit.
Itu adalah tangan putih, kecil dan indah. Tangan itu tidak penuh dengan otot atau kasar seperti Yuuki.
Yuuki menatap Hatsushiro sekali lagi. Ya, gadis ini benar-benar cantik. Fitur wajah yang lembut, rambut hitam panjang yang mengilap. Setiap perilakunya juga lembut. Hampir semuanya adalah kebalikan dari diriku yang memiliki ekspresi sedikit buruk, rambut pendek. Untuk alasan itu, aku terpesona. Karena itu, aku gugup untuk menyentuhnya, pikir Yuuki, sambil mengulurkan tangannya.
Saat tangan Yuuki hendak menyentuh tangan Hatsushio, Yuuki menyadarinya.
"....."
Hatsushiro menutup matanya dan gemetar.
Biasanya, dia akan memberikan perasaan tenang dan lembut, tetapi sekarang, dia benar-benar seperti anak anjing yang takut dihukum.
Aku tahu alasannya.
Ada bekas luka memar yang terlihat jelas dari kerah seragam sekolah yang Hatsushiro kenakan.
Itu adalah bukti kekerasan yang dia alami baru-baru ini dan aku juga pernah melihatnya kemarin.
Aku hanya bisa membayangkan detail pasti dari apa yang terjadi. Tapi, Hatsushiro pasti sangat takut disentuh oleh orang lain.
Ekspresi Yuuki santai dan dia menarik tangannya.
"Terima kasih, Hatsushiro."
“…Eh?”
Hatsusushiro mengangkat wajahnya dan menatap Yuuki dengan mata terbuka lebar.
“Kau pasti takut, kan? Tapi, kau mencoba memberi tahuku, itu membuatku bahagia."
"B-Bukan itu..."
Hatsushiro menggelengkan kepalanya.
"…Ini bukan masalah besar, kamu membiarkanku tinggal di sini… jadi hanya ini…"
“Jangan memaksakan diri. Itu tidak akan membuatku bahagia kecuali kau melakukannya dengan bahagia juga."
Hatsushiro mengarahkan pandangannya ke bawah, tampak menyesal.
"…Maafkan aku. Aku sangat takut… dengan orang lain… Aku tahu Yuuki-san orang yang baik, tapi…"
"Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja, sedikit demi sedikit,” kata Yuuki dan dia tersenyum pada Hatsushiro. "Tapi, apa kau tahu. Akhirnya, aku ingin mendapatkan pelukan."
"... Sebuah pelukan?"
"Ya. Dengan kedua tangan seperti ini, lalu peluk," kata Yuuki, merentangkan tangannya dan memeluk bantal di atas tempat tidur dengan erat.
Hatsushiro menatap heran ketika dia melihat ini.
“...Ah, apa kau mungkin menunda melakukan ini?”
“Fufu.."
Hatsushiro tertawa kecil. Kau benar-benar imut saat tertawa, hei. Kau hanya membuatku ingin memelukmu sekarang, kau tahu.
"…Itu benar, kupikir mungkin butuh sedikit waktu. Tapi, suatu hari nanti saat aku sudah mengatasi perasaanku, tolong lakukan, oke…"
"Wokeh!"
“Ah, tapi, jika boleh aku mengatakannya sebagai gantinya, aku akan memasak sesuatu untukmu karena aku bisa memasak sedikit."
"Eh, yang bener!?!"
Yuuki langsung bersemangat. Itu hebat. Makanan rumahan yang di buat oleh pacar adalah keinginan semua pria.
"Ah, tapi aku sudah membeli makanan dari toko serba ada."
"Hmm, kurasa besok pagi juga bisa.."
"Sepertinya begitu. Aku tak sabar untuk itu!!"
◇
Pagi selanjutnya.
Seperti biasa, Yuuki bangun sebelum pukul enam pagi.
Sebenarnya dia menyetel alarm tepat pada pukul enam. Namun, tubuhnya sudah terbiasa bangun pada jam ini, jadi itu tidak banyak membantu. Tapi, hari ini dia bangun dengan lebih bersemangat dari biasanya.
“Oh ya, masakan rumah dari seorang pacar!!"
Kegembiraannya seperti siswa sekolah dasar pada hari tamasya sekolah.
Nah, berbicara tentang pacarnya, dia masih tertidur di kasur yang diletakkan di lantai ruang tamu karena alarmnya masih belum bunyi.
Dua hari sebelumnya, Hatsushiro menggunakan tempat tidur, namun kali ini Hatsushiro menyuruh Yuuki untuk menggunakan tempat tidur.
Di sisi lain.. Yuuki, dia ingin Hatsushiro menggunakan tempat tidurnya. Tapi, setelah dia mengatakan padanya kalau dia tidak keberatan jika Hatsushiro yang menggunakannya, Hatsushiro menahan diri dan berkata, "Tempat tidur ini punya Yuuki-san, jadi kamu harus menggunakannya."
Sudah waktunya untuk merasakan masakan pacarkuu!!
“Hatsushiro, selamat pag…”
Dia melihat pacarnya masih tertidur sambil meringkuk dan mencengkeram selimut erat-erat dengan tangannya. Ekspresinya kaku, seolah-olah dia takut akan sesuatu.
"Maafkan aku … Ibu…," gumam Hatsushiro dengan suara kecil dengan mata terpejam. "…Aku akan… melakukan yang terbaik… itu sebabnya.. itu sebabnya."
“…Tidak apa-apa, kau bisa tidur lagi,” kata Yuuki dengan suara kecil dan mematikan alarm.
Tanpa bersuara, Yuuki bersiap-siap ke sekolah, mengeluarkan makanan yang dia beli dari minimarket kemarin dari lemari es dan meletakkannya di atas meja dengan sumpit.
Dan kemudian dia merobek satu halaman dari buku catatannya dan menulis sebuah memo.
"…Aku berangkat," kata Yuuki dengan suara kecil lalu meninggalkan ruangan.
◇
Yuuki yang tiba di sekolah satu jam sebelum dimulainya kelas seperti biasa, membuka buku referensinya dan mulai belajar, seperti biasa.
"Kau bekerja keras seperti biasa."
Orang yang berbicara denganya adalah Ootani Shouko, teman sekelasnya dengan kacamata setengah tanpa bingkai dan mungkin akan terlihat cantik jika dia menurunkan berat badan.
"Tentu saja. Gw ini gak punya waktu santai.. berbeda denganmu."
Dalam lima peringkat yang tersedia dari sistem beasiswa, Yuuki berada di peringkat tertinggi dengan dukungan SA. Dengan dukungan SA, dia tidak hanya dibebaskan dari biaya sekolah dan biaya fasilitas. Tapi, juga membantu dana tamasya sekolah dan sewa. Bagi Yuuki yang tidak bisa mengharapkan uang sama sekali dari orang tuanya, ini adalah kesempatan yang sangat baik. Namun, akomodasi SA mengharuskannya untuk tetap berada di peringkat lima besar dalam ujian reguler.
Dan untuk mempertahankannya, diperlukan upaya yang tepat.
“Ini penting, kan,” kata Ootani sambil duduk di kursinya dan mulai membaca buku.
Yuuki selalu menjadi orang pertama yang datang ke kelas dan Ootani di urutan kedua. Dan kemudian sampai kelas dimulai, Yuuki biasanya akan menyelesaikan masalah di buku referensinya, sementara itu Ootani sibuk membaca bukunya sendiri.
Pada dasarnya, tidak akan ada percakapan di antara keduanya selama waktu itu, namun, hari ini Ootani mulai berbicara dengannya.
"Jadi, apa itu berjalan lancar?"
“Hm?”
"Itu lho, tentang hal kemarin."
“Aah, itu, ya."
Ini tentang berpengangan tangan dan masakan rumahan.
"Err, belum. Kami tidak bisa melakukannya kemarin."
"Ayolah, itu sama sekali tidak menarik. Meskipun aku bersusah payah memberitahumu."
"…Kami punya cara kami sendiri, oke."
"Hee, itu yang dikatakan oleh seseorang yang kau kencani saat kau baru bertemu denganya."
Yuuki menjadi tidak bisa mengatakan apa-apa ketika diberitahu begitu. Ketika aku memikirkannya sekarang, aku hanya bisa berpikir ada yang salah denganku saat itu.
Lalu, tiba-tiba...
Pintu kelas dibuka dengan kekuatan besar dan seorang siswa laki-laki masuk.
Dia adalah Fujii Ryouta. Salah satu dari beberapa teman Yuuki, siswa laki-laki tahun kedua dan jagoan klub bisbol.
Dia adalah eksistensi yang membangkitkan semangat dan pembuat mood klub bisbol dan kelasnya. Ngmong-omong, dia sangat pandai dalam shogi sehingga dia mampu mengalahkan Yuuki dalam enam gerakan dan tidak ada hubungannya dengan pemain shogi profesional tertentu.
Meski begitu, dia bukan tipe orang yang membuat keributan di kelas, dia juga orang yang cukup cerdas karena berada dalam sepuluh besar di tahun ajarannya.. Dan untuk wajahnya, meskipun dia tidak memiliki gaya rambut yang terlalu mencolok karena peraturan sekolah, dia masih terlihat tampan yang akan membuat para aktor di TV malu. Dia juga memiliki kepribadian yang baik tidak pernah membeda-bedakan siapapun. Dia adalah orang yang disebut sempurna, namun, dia hanya memiliki satu kekurangan.
"Shouko-chuaaaaaaaaan!!"
Entah apa yang ada dalam pikirannya. Dia melakukan pendekatan pada Ootani Shouko seperti orang bodoh. Tidak, Ootani memang wanita yang mudah diajak bicara dan cukup baik.
"Ahh, seperti biasa kau juga terlihat sangat cantik hari ini!! Ayo berkencan denganku!!"
"Berisik sekali. Bisa diam gak sih.."
"Dirimu yang seperti itu juga luar biasa !!"
"Keluar sana.."
Orang yang dimaksud, Ootani sangat tidak menyukai sikap laki-laki itu.
Fujii mengangkat bahunya dan melihat ke arah Yuuki.
"Katakan, Yuuki. Kenapa perasaanku tidak tersampaikan? Meskipun aku memiliki perasaan yang penuh gairah.."
"Itu karena kau terlalu sembrono," kata Yuuki, melihat ke arah Ootani.
"Karena kau sembrono, berisik, dan kau tidak bijaksana," Ootani menyatakan dengan datar.
Yuuki kemudian berbicara dengan Fujii.
"Hei, jika itu kau, kau bisa mencari gadis lain sesukamu. Jadi, kenapa kau terus mengincar seseorang yang menolakmu berkali-kali."
"Hm? Itu pertanyaan bodoh. Tentu saja karena aku menyukai Shouko-chan seperti itu!!," kata Fujii dengan nada menyegarkan tanpa sedikitpun rasa malu. Dan orang ini juga keras kepala. "Mungkin ada banyak gadis cantik. Tapi, tidak ada orang seperti Shouko-chan!! Atau mungkin, kalau kau punya pacar.. lalu kau merasa nyaman dengan gadis lain. Apa kau akan putus dengan pacarmu atau menduakannya?"
"Aku bukan pacarmu.."
"Di otakku, kita bahkan sudah memesan tempat pernikahan, lho."
"Aku benar-benar akan membuat cerita baru tentang ace Kub Bisbol yang diperkosa oleh sekelompok ugly bastard."
Sekali lagi, dengan acuh tak acuh melihat pertukaran bodoh dari keduanya, "Uh-huh," Yuuki menyilangkan tangannya.
"Mungkin ada banyak gadis lain, tapi hanya ada satu Shouko… huh. Yah, tentu saja. Aku juga tidak bisa membayangkan wanita lain selain dia.."
"Iya? Eh? Lu ngomonga apa tadi, eh, serius? Yuuki, lu punya pacar?"
Seolah itu belum cukup, Fujii terkejut dengan mata terbuka lebar. Wajah tampannya yang berharga hancur berantakan. Jika gadis-gadis di kelas melihat ini, mereka akan menangis.
Fujii memandang Ootani untuk mendapat konfirmasi.
"Ya itu benar. Mengejutkan bukan.."
"…Yang bener lu!"
"Tidak ada yang perlu dikagetkan," gerutu Yuuki. Ootani juga sama, tapi sepertinya, itu adalah berita yang cukup mengejutkan bagi orang-orang yang mengenal Yuuki.
Fujii menghela nafas, kembali ke dirinya yang biasa dan berbicara.
"Yah, aku senang mendengarmya. Aku berpikir bahwa kau juga harus lebih menikmati masa mudamu, kau tahu .."
“Hm? Kenapa?"
"Yah, kurasa kau terlalu tegang, tahu. Aku mengerti bahwa sulit untuk mempertahankan status siswa beasiswa.."
"Apa maksudmu?"
"Ern. Maksudku, aku tidak pernah melihatmu bersenang-senang sebelumnya..."
Karena dia sebelumnya terlalu memfokuskan dirinya hanya dalam belajar dan pekerjaan paruh waktu sejak pendaftarannya, Yuuki tidak terlalu menyadari fakta itu.
"…Sebenarnya, apa kau tidak mau bermain baseball lagi, Yuuki?"
Yuuking menggaruk kepalanya dengan canggung dan berbicara.
"Yah, sepertinya aku tidak punya alasan untuk itu dan aku tidak punya waktu untuk itu."
"Begitu… Tapi yah, lebih baik kau habiskan waktumu dengan pacarmu!! Ah, lain kali mari kita adakan kencan ganda, oke, Shouko-chan!!"
"Mati!"
Fujii malah mendapat tatapan dingin dari Ootani dengan semua yang dia dapatkan.
◇
Hatsushiro bermimpi.
Di dalam mimpi, dirinya yang kecil menangis dan berteriak.
Maaf, maaf. Karena aku egois. Aku akan menjadi gadis yang baik, itu sebabnya tolong, tolong, orang itu ....
Hatsushiro memeluk futon dengan erat.
Hanya ketika dia memiliki sesuatu yang menutupi tubuhnya seperti ini, dia merasa seolah-olah dunia benar-benar terpisah darinya yang membuatnya merasa sedikit lebih baik.
Ketika dia membuka matanya sedikit, dia melihat jam.
Wajah Hatsushiro menjadi pucat dalam sekejap.
Oh, tidak..
Ini sudah jam 5 sore padahal aku sudah berjanji akan memasak untuk Yuuki.
‘──!! ──!!’
Suara orang marah bergema di dalam kepalanya.
"… Uu."
Aku sudah melakukannya. Perasaan bersalah berputar-putar di dalam kepalanya. Sebaliknya, dia ingin menghilang begitu saja.
"Bagaimanapun, aku harus bangun ..."
Bahkan jika dia menghilang, itu tidak mengubah fakta bahwa dia ketiduran.
Dia mencoba untuk bangun. Tapi, tubuhnya lebih berat dari kemarin. Rupanya, kelelahan tiga hari terakhir sudah mulai terlihat.
Saat dia entah bagaimana berhasil mengangkat tubuhnya, dia memperhatikan makanan dari toko serba ada yang diletakkan di atas meja. Bahkan ada sepasang sumpit sekali pakai.
Dan di atas itu ada memo di selembar kertas dari buku catatan.
'Makanan kotak salmon ini sangat enak, aku merekomendasikannya!!'
"....."
Aah... dia baik sekali.
Hatinya yang gelisah sampai beberapa saat yang lalu, menjadi tenang.
"…Terima kasih atas makanannya."
Hatsushiro membuka tutup kotak makanan toko serba ada dan mulai makan.
Mungkin makanan ini tidak seberapa. Tapi, setiap gigitan yang dia makan, kehangatan menumpuk jauh di dalam dadanya.
"Terima kasih banyak, Yuuki-san."
Kehangatan itu hampir membuat air matanya menetes.
"…Mnm, ini enak."
Kurasa ini mungkin pertama kalinya dalam waktu yang lama aku makan makanan yang menurutku enak.
"Aku ingin tahu apakah ada yang bisa kulakukan untuk Yuuki-san…"
Aku sudah menerima berbagai hal sejak kemarin.
"…Yup."
Hatsushiro selesai memakan makanannya. Dia kemudian berdiri dan berjalan ke dapur.
◇
Setelah kelas berakhir, Yuuki segera menuju ke pekerjaan paruh waktunya.
Dia bekerja dengan tekun dan giat. Setelah selesai dengan pekerjaan, Yuuki langsung pulang.
Waktu sudah lewat jam 9 malam
Bangun pagi, pergi sekolah dan belajar, bekerja paruh waktu sampai jam ini, belajar lagi setelah sampai di rumah, lalu tidur. Ini adalah kehidupanku seperti biasa. Tapi..
"Saat aku memikirkannya sekarang. Kurasa, aku mungkin tidak pernah melakukan apa-apa selain belajar dan bekerja.."
Aku tidak mengeluh karena aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Tapi, aku merasa seperti aku mengerti kenapa Fujii mengatakan itu.
"Tapi!! Sekarang berbeda! Aku sudah punya pacar sekarang!!"
Sekarang lu pada nggak bakal bilang, gw gak bisa nikmatin masa muda!
"Yah, kita masih tidak bisa melakukan hal seperti pasangan pada umumnya. Itu terlalu cepat..., ya ini baru permulaan..," dia menggumamkan hal-hal seperti itu sambil berjalan dan kemudian dia tiba di apartemennya. Dia menaiki tangga, lalu membuka pintu apartemennya.
"S-Selamat datang di rumah, Yuuki-san.."
"......"
Orang yang didepannya adalah cewek cantik, Hatsushiro yang mengenakan celemek dengan gaya rambut ponytail, menyambutnya.
Berbeda dari sebelumnya, ruangan yang biasanya gelap saat dia pulang, sekarang berubah menjadi terang.
"... Mnmm. Ada apa?"
"A-Ah, tidak. Bukan apa-apa. Aku pulang, Hatsushiro."
"…Iya. Ern, Yuuki-san… maafkan aku tentang pagi tadi. Meskipun aku sudah berjanji. Tapi, aku malah ketiduran,” kata Hatsushiro dengan suara muram dan membungkuk dalam-dalam.
Tubuhnya juga sedikit gemetar. Lagipula, Yuukilah, orang yang mematikan alarm sejak awal. Jadi, tidak ada yang perlu dimarahi. Kupikir mungkin lebih baik untuk memberitahunya ini secepatnya..
"Aku nggak marah, jadi angkat kepalamu."
"... B-Benarkah?"
"Tentu saja."
"…Begitu, ya. Yuuki-san memang orang seperti itu, kan…"
"Tidak apa-apa. Kalau kau ingin membuatkan makanan untukku, lakukanlah saat kau punya waktu, oke,” kata Yuuki dan kemudian ekspresi Hatsushiro sedikit cerah.
"Iya. Semuanya sudah siap, jadi silakan masuk."
“Hm?”
Dengan wajah bingung Yuuki berjalan ke ruang tamu, mengikuti Hatsushiro. Dan kemudian, bau kaldu sedikit melayang di udara.
.... I-Ini.
J-Jangan bilang..!!
"Tadi aku mengambil beberapa bahan yang kutemukan di dalam lemari es. Aku tidak bisa membuat sesuatu yang terlalu rumit, jadi.."
INIKAH MASAKAN RUMAHAN DARI SEORANG PACAR!!!!!!!!!!!!!!!
Yuuki membuat ekspresi terkejut di benaknya.
"Wah, a-ada apa, tiba-tiba seperti itu."
"Ah, maafkan aku."
Sepertinya, itu tidak hanya dalam pikirannya. Tapi, dia benar-benar membuat ekspresi terkejut.
MASAKAN RUMAH!! INI MASAKAN RUMAH!! MASAKAN PACAR!!!
Tanpa basa-basi, Yuuki langsung mencuci tangannya dan kemudian duduk bersila di depan meja.
Menunya adalah mie rebus (Udon).
"Umm, aku benar-benar minta maaf… aku tidak bisa membuat sesuatu yang terlalu rumit."
"Tidak, tidak, tidak apa-apa!!! Aku benar-benar senang!! Aku benar-benar super duper senang!! Itu ada di tiga hal teratas yang membuat hidupku bahagia!!”
Setelah itu Yuuki dengan ekspresi senang mengambil sumpit di depannya.
Pertama, rasakan supnya.
Enak....
Apa ini, ini benar-benar berbeda dari saat aku membuatnya sendiri..
Tapi, aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku pada perbedaan rasa antara hidangan ini dan hidangan khas pria yang kumasak sendiri, yaitu hanya mencairkan mie beku dan menuangkan sedikit sup mie. Dia seharusnya menggunakan mie beku yang sama, tapi bagaimana bisa begitu berbeda? Setiap bahan, semuanya direndam dalam sup dan lezat.
.... Aaa, ini menyetuhku. Benar-benar rasa yang menyentuh hati
Dia menikmati kebahagiaan mempunyai pacar yang bisa membuatnya makanan seperti ini sambil asyik menyeruput makanannya.
"....."
Hatsushiro menatap tajam ke arah Yuuki saat dia menikmati makananya dengan ekspresi gelisah.
Ah, benar juga... dia baru menyadari.
Ini sangat enak sehingga aku akhirnya melupakan hal penting.
"Ini sangat enak. Terima kasih, Hatsushiro."
“…Y-Ya. Sama-sama. Aku… senang,” kata Hatsushiro yang tersipu malu.
OOOOH, reaksinya itu imut sekali.
Yuuki menatapnya.
Setelah semua yang terjadi aku baru sadar.. Jika dia terlihat sangat cantik dengan gaya rambut ponytailnya dan itu sangat cocok dengan celemek yang dia pakai. Ada apa dengan perasaan wanita yang baru menikah ini?
Aku merasa otakku ditelan oleh kebahagiaan sangat keras.
Masakan rumah seorang pacar adalah hal yang luar biasa. Aku tidak pernah berpikir sejauh ini.
Dan kemudian, dia selesai memakannya dalam sekejap.
"...I-itu enak. Yah sejujurnya, aku ingin makan lebih banyak lagi..."
"S-Seperti yang diharapkan dari seorang anak laki-laki … Kupikir, aku sudah membuatnya sesuai porsimu.. Umm, karena kita punya bahan-bahannya, apa kamu ingin aku membuatkanmu yang lain?"
“Eh? Apa kau yakin?”
Jika ada sisa dari yang dia buat, kupikir tidak apa-apa. Tapi, aku merasa tidak enak jika dia memasak yang lain dari awal.
Tapi .… ya, aku masih ingin makan lebih banyak. Aku tidak bisa berbohong tentang perasaanku di depan rasa ini.
"Kalau begitu, tunggu sebentar."
"Iya"
Pada saat itu, saat Yuuki mengulurkan tangannya ke mangkuk yang ingin diberikan padanya dan Hatsushiro mengulurkan tangannya ke mangkuk yang ingin diambilnya, tangan mereka secara tidak sengaja bersentuhan.
"…Ah"
Dan kemudian, tanpa mereka sadari, telapak tangan mereka menyatu. Sensasi lembut tangan Hatsushiro ditransmisikan melalui telapak tangannya.
"...."
"…Apa kau baik-baik saja?"
Saat tangan mereka bersentuhan, tangan Hatsushiro sedikit gemetar.
Yuuki mencoba menarik tangannya. Tapi, yang mengejutkannya jari-jari Hatsushiro malah melakukan sebaliknya dia menggenggam tangan Yuuki.
Terkejut, dia mengangkat wajahnya dan menatap Hatsushiro.
"…Aku bohong, jika aku bilang aku tidak takut…," kata Hatsushiro dengan wajah yang bahkan lebih merah dari sebelumnya. "Tapi, lebih dari itu.. aku senang..."
"Begitu, ya…"
"…Ya, benar. Itu sebabnya, bisakah kita tetap seperti ini, sedikit lebih lama…"
"Baik."
"....."
"....."
Keheningan menyelimuti ruang tamu dengan lembut. Di sisi lain, jika kita menyimpulkan pemikiran Yuuki dalam satu kata.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH..
Seperti inilah yang ada di benaknya. Dia berteriak...
Apa-apaan ini, bukankah pacarku terlalu manis. Kami akhirnya berpegangan tangan juga. Aah, apa ini baik-baik saja? Apakah aku akan mati hari ini?
Di sisi lain, tanpa mengetahui apa yang di pikirkan Yuuki, Hatsushiro semakin erat menggenggam tangan Yuuki. Dan akhirnya dengan ekspresi yang menyenangkan, bahagia, dan santai, ".... Hangat," dia menggumamkan ini.
WHOAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!
"Ah. Hatsushiro, kau harus makan juga.."
"Ah iya. Ittadakimasu."
Slurp.
"Mmm, enak.."
'Ya, kau benar-benar sangat imut...!'
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
13 comments
Tapi kalau memang lebih suka pakai kata ganti gaul, baiknya mimin all-in dan konsisten.
Contohnya aja kalimat ini:
"Tentu saja. Gw ini gak punya waktu santai.. berbeda denganmu."
Bagusnya diginiin:
"Jelas, dong. Gw ini gak punya waktu buat nyantai, beda ama lo."