NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tokidoki Busotto Roshia-Go De Dereru Tonari No Alya-San [LN] Volume 2 Prolog

 

  

 Prolog: Bukan Gitu!    

        Di sebuah kamar apartemen, dengan suasana ruangan yang sunyi senyap, seorang gadis sedang berguling-guling di kasurnya, sambil membuat sejuta ekspresi yang berbeda-beda.

         “Kenapa… Enggak, tapi…”

         Seorang gadis berguman ke dirinya sendiri dengan ekspresi wajahnya yang bingung. Gadis itu adalah pemilik kamar ini, Alisa Mikhailovna Kojou.

         Masih memakai seragam SMA karena yang dilepas cuma rompinya, Alisa berulang kali berguling-guling di atas kasur dengan mencuekkin seragamnya yang jadi kusut. Tak biasa dia bertingkah seperti ini, tapi beginilah yang terjadi karena hari ini dia sangat keteteran.

         Dia memikirkan kejadian setengah jam yang lalu. Saat perjalan pulang dari sekolah, Masachika menengok mata Alisa dan mengulurkan tangannya ke arah Alisa… Lalu kata-kata itu keluar dengan sendirinya.

         “Cinta? 'Cinta'? 'Cinta'? Eh? eh??”

         Dengan tak terduga kata-kata itu keluar dari mulut Alisa. Dia tersadar dengan dirinya yang bertindak sendiri seolah-olah karena dorongan emosi yang kuat yang muncul dari dalam hatinya.

         “Cinta? Kuze-kun? Aku-… Ah-!!”

         Dia bertanya ke dirinya sendiri lagi, untuk lebih memastikan hal itu. Di saat itu pun, wajahnya memerah lalu dia menempelkan wajahnya ke bantal.

         "Enggak! Bukan, itu~~! ”

         Dengan wajahnya yang menempel di bantal, seolah spontan dia berteriak geram.

         Aku? Jatuh cinta ke Kuze-kun? Enggak! Ini enggak mungkin!

         Dia berpikir kalau tidak mungkin dia jatuh cinta ke orang yang bertipe males. Walau sebelumnya memang betul kalau dia kadang mengatakan beberapa hal bodoh dalam bahasa Russia. Tapi, itu hanya untuk sedikit menjahili Masachika.

Dia selalu mencoba untuk terlihat lebih baik dari orang lain. Tapi sungguh konyol karena dia enggak mencoba untuk melihat niat baik dari orang lain, dan aku hanya membuat alasan untuk mengatakan hal yang ada di luar pikiranku.

…Betulkah?

Pertanyaan itu muncul dalam pikirannya, dan Alisa langsung dengan paksa melupakan itu.

         "Itu betul. Aku sama sekali enggak jatuh cinta ke Kuze-kun. Aku cuma... sedikit kebawa suasana saat itu. Ya, Cuma itu!”

         Dia meyakini dirinya tentang hal itu, lalu dia pun berdiri, dan berjalan ke arah lemari.

         Bahkan, Katakanlah… itu betul. Yah, kalau aku memang menyukai Kuze-kun. Masih ada sesuatu yang lebih penting untuk di lakukan sekarang.

         Saat dia mengganti seragamnya, sudah keharusan Alisa untuk menyusun hal yang paling penting baginya. Tanpa perlu di jelasin. Itu, sudah pasti, untuk menjadi ketua OSIS. Akan edan baginya untuk membiarkan tujuannya sirna hanya karena romansa. Itu sama saja menghianati Masachika, yang di mana dia mengatakan akan berusaha keras untuk membantu mewujudkan mimpi Alisa.

         Ya… Karena aku dapet bantuan Kuze-kun, aku harus ngelakuin yang terbaik untuk memenuhi harapannya, kan? Apa yang akan dia pikirin kalau aku hanya menyerah dengan usahaku sendiri dan mengaku padanya?

         Saat bertanya pada dirinya sendiri, dia membayangkan wajah Masachika.

         “Hah? Kau menyukaiku?...Enggak, aku minta maaf. Aku enggak pernah mikirin itu ketika aku bilang aku akan ‘Mendukung’mu… begini kah cara kau mencerna kata-kataku? Ini sedikit… berlebihan. Aku seharusnya enggak mengatakan apa-apa saat itu.”

         Itu lah yang dikatakan Masachika dalam imajinasi Alya dengan nada datar.

         “Ap-, haahh…”

         Terluka dengan imajinasinya sendiri. Alisa langsung sempoyongan. Dengan langkah pelan dia kembali ke kasur dan ambruk di atas selimut. Dia terdiam sebentar, lalu sedikit mengangkat jidatnya dan mulai memukul selimut.

         “Tentu aja enggak! Tentu aja enggak! Aku enggak peduli lagi hal tentangmu!”

         Dia mengayunkan tangannya ke bawah sambil berteriak, nafasnya pun jadi ngos-ngosan.

         Lagian, itu Kuze-kun. Saat aku bertemu dengannya esok di sekolah, kuyakin kau akan buatku kesel lagi dengan sikap malesmu itu.

         Segala yang udah ku-ucapin hingga sekarang-

         “Tch!”

         Memikirkannya membuat Alisa kembali kesal, jadi dia berdiri dari kasurnya dan menutup pintu lemari dengan kasar.

         Pada saat itu pun, dia mendengar suara pintu depan yang ditutup, Alisa memegang pipinya yang memerah, sambil menenangkan dirinya lalu menyambut orang yang masuk itu.

        

         “Selamat datang kembali, Masha.”

         “Aku pulang, Alya-chan.”

         “Hm?”

         Seperti biasa Maria tersenyum manis, memeluk bahu Alya, dan mencium kedua pipinya. Tapi gerakannya terhenti dan sepertinya dia melamun.

         “Maria…apa terjadi sesuatu?”

         “Ehh, ada apa?

         “Apa maksudmu…”

         Alisa terdiam dan tidak dapat memberitau maksudnya.

         Maria menengok Alisa dengan cara yang aneh, tapi tiba-tiba dia tersenyum lalu mengeluarkan boneka hewan dari tas plastik di tangannya.

         “Ya, ya, kau bener! Sebenarnya, aku…bertemu dengan seseorang yang sangat baik.”

         Sebuah boneka kucing muncul di hadapan Alisa, dan terkejut karena Maria yang tiba-tiba keliatan senang.

         “Ta-da! Alya-nyan!”

         “A-, Alya-nyan…? Eh?”

         “Coba lihat! Bukankah itu mirip dengan Alya-chan?”

         “…Apanya?”

         Alisa mundur selangkah dan menengok boneka kucing itu lalu bertanya dengan wajah datar.

         “Ehh~ Ekspresinya?”

         “Boneka hewan enggak punya ekspresi…”

         “Punya kok~ Coba lihat!”

         “Ah, ya, ya, aku ngerti…Cuma jangan manggil aku kayak gitu.”

         “Eh~”

         “Rasanya aku enggak nyaman di panggil kayak gitu.”

         “Uhhh, kalau gitu…apa keberatan kalau aku memanggilmu A-nyan?”

         “Ya, itu aja…”

         “Iyeyy, kalau gitu aku akan membawamu pulang~? A-nyan?”

         Dengan senyum senang Maria memeluk boneka kucing itu dan pergi ke kamarnya. Saat Alisa masih berdiri di depan pintu dengan ekspresi kaget, Maria tiba-tiba berhenti dan memanggilnya.

         “Oh ya, Alya-chan, sebenarnya yang kumaksud adalah Kuze-kun…”

         “…Hah?”

         Itu juga adalah nama yang Alisa pikirkan sebelum dipanggil Maria, Alisa langsung bertindak waspada. Maria melanjutkan dengan suara ceria, dan Alisa tidak tau apa dia sudah ketahuan atau belum.

         “Ya, aku hanya mikirin kalau dia adalah cowok yang baik. Jadi aku bisa ngerti kenapa Alya-chan sangat menyukainya~”

         “Udah kubilang, aku enggak menyukainya.”

         “Iyakah~?”

         “Iya, sungguh.”

         Saat berusaha menyembunyikan pikirannya yang kacau, Alisa menghelas nafas kuat. Sesaat itu pun, dia terkejut saat dia melihat tatapan Maria di balik bahunya. Itu karena nada suaranya tidak ceria seperti sebelumnya, tatapan matanya…punya keseriusan didalamnya. Tak lama, mata menakutkan itu lagi-lagi digantikan dengan senyuman manis seperti biasanya.

         “Ya, ya, aku ngerti~”

         “Ehh?”

         “Jadi gitu toh~ Alya-chan terlihat imut saat enggak mau jujur.”

         “Ha-, haahh?”

         ‘Tapi jika memang kau menyukainya, akan lebih baik kau cepetan mengaku~ Jika kau telat akan diambil orang lain loh.”

         “A-apa yang kau bicarain?!”

         “Fufu~, masa muda .”

         Maria tak peduli dengan kata-kata Alisa, dia mengatakan apa pun yang dia mau dan berjalan mundur ke kamarnya.

         “Astaga, apa-apaan dah…”

         Alisa hanya pasrah karena tak mampu menandingi kepekaan kakaknya. Dia mencoba untuk tak kuatir dengan hal itu dan kembali ke kamarnya sendiri. Tapi tetap saja hal itu masih menempel di pikirannya.

         “…”

         Dia tak bisa melupakan tatapan Maria yang tajam dan serius kepada dirinya.

3 comments

3 comments

  • Unknown
    Unknown
    10/8/21 21:52
    MANAAAS TOMBOOOLL NEEEEEXXT!!!! wkwk ;v
    Reply
  • Ibni A.K.A Highness
    Ibni A.K.A Highness
    6/8/21 20:50
    Dasar tsundere
    Reply
  • F
    F
    6/8/21 00:46
    Nice
    Reply
close