¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
Hari ini, setelah hari yang panjang di kelas, para siswa/i berhamburan sepulang sekolah, langsung menuju kegiatan klub.
Haruki dan Yukito, keduanya dalam perjalanan ke kegiatan klub, mengucapkan selamat tinggal padaku dan berjalan keluar kelas.
“Oh, Touma-kun. Apa kamu langsung pulang?"
“Ya, aku akan langsung pulang.”
Setelah mereka berudua pergi, Ketua mendekatiku lagi.
“Btw, Ketua.. Kau juga ada kegiatan klub, kan?"
"Iya, aku memainkan laguku sendiri hari ini!"
Ketuanya ada di klub musik ringan, yang sangat cocok dengan penampilannya. [TN: K-ON :v]
Satu-satunya kesempatan untuk melihatnya tampil adalah di festival sekolah.
“Ah, Touma. Mau ikut? "
“Menampilkan musik di depan orang-orang mengingatkanku pada pengalaman traumatisku di SMP.”
"Eh, apa yang terjadi?"
“Kami harus bernyanyi di depan semua orang, satu per satu dan itu menyiksa karena semua orang di sekitar kami telah mengambil pelajaran piano dan memiliki nada nada yang baik.”
"Oh tidak. Itu tidak baik."
“Yah, menyenangkan melihat Ketua melakukan sesuatu yang keren.”
"Apakah begitu! Yah, kurasa aku harus bekerja lebih keras di pertunjukan berikutnya!”
“Ya, semoga berhasil.”
"Terima kasih! Kalau begitu, aku pergi ke dulu! Sampai jumpa besok!"
Setelah meninggalkan kata-kata itu, Ketua dengan riang meninggalkan kelas.
Sesaat setelah aku melihatnya pergi, smartphone di sakuku tiba-tiba bergetar.
[Onii-san, apa kamu sudah pulang? Kalau belum, yuk pulang bareng]
Itu adalah pesan Rin-chan, mengajakku pulang bersamanya.
[Oke..]
* * *
Lima menit kemudian, aku bertemu dengannya di depan gerbang sekolah.
“Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini.”
“Kau juga, Rin-chan. Kalau begitu, ayo pulang."
"Baik ..."
Kami naik sepeda dan mulai pulang bersama.
“Apa kau yakin tidak ingin mengunjungi klub atau mencoba aktivitasnya?”
“Enggak ah.. Lagian, kalau aku melakukan itu. Mereka akan menggangguku dan akan sulit untuk mengatakan tidak.”
“Ah, aku tahu. Itu sama seperti ketika aku masih SMP. "
Ketika kau bergabung dengan klub untuk uji coba, itu berarti kau tertarik dengan kegiatan klub itu. Jadi, semua klub berusaha keras untuk menarikmu.
Ada kalanya Kakak kelas memintaku untuk bergabung dengan klub mereka dan aku mengerti betapa sulitnya berada di ujung penerima tekanan.
“Apa ada kegiatan klub yang kau minati?”
"Nggak juga…"
"Begitu. Yah, sesama oranh yang tidak memiliki klub. Aku tidak bsa memberitahumu banyak hal tentang kegiatan klub."
Sama seperti pertukaran dengan Ketua sebelumnya, aku memiliki beberapa gambaran tentang suasana aktivitas klub hanya dengan berbicara dengan teman-temanku.
Tapi, aku belum benar-benar pergi untuk melihat salah satu dari mereka.
Aku tidak bisa hanya merekomendasikan sesuatu seperti itu.
“Padahal aku belum mengatakan apa-apa. Tapi, mereka terus memintaku untuk menjadi manajer atau semacamnya.”
"Kau tidak tertarik menjadi manajer?"
“Bukannya aku tidak menyuakinya. Hanya saja, aku tidak tertarik dengan itu. Menjadi manager, itu artinya aku harus menangani anggota klub, kan? Aku tidak ingin menangani pakaian kotor seseorang yang tidak kusukai."
"Ahaha... Oh, jangan katakan itu di depan orang lain…”
Itu adalah pernyataan yang bisa menyebabkan kerusakan yang tak terukur pada anak laki-laki dan bisa menyebabkan pertengkaran dengan mereka yang saat ini menjadi manajer atau mereka yang memikirkannya.
“Jangan khawatir. Aku hanya mengatakan ini di depan Onii-san dan Saki saja."
Aku merasa sedikit tidak nyaman tentang dia mengatakan ini di depan adik perempuanku.
"Begitu ya. Jadi, itu yang kau pikirkan."
“Iya.. Ngomong-ngomong, kenapa Onii-san tidak bergabung dengan klub?”
“Aku sudah belajar banyak hal ketika aku cidera di sekolah menengah (SMP) karena kegiatan klub.”
"Hmm, begitu ya. Pernahkah kamu berpikir untuk bergabung dengan klub budaya?”
“Aku tidak pandai musik dan klub lain tidak begitu aktif. Jadi, aku merasa seperti akan mengendur.”
Pada akhirnya, aku tidak melakukannya dengan alasan apa pun, tetapi mengamati berbagai kegiatan itu menyenangkan.
“Hmm, begitu ya ... Kamu mengatakan banyak hal. Tapi, kurasa itu menjadi terlalu banyak masalah.”
“Kuh…!”
Dia benar.
“L-Lupakan tentangku. Jadi, bagaimana? Apa kamu tidak tertarik bergabung dengan klub?"
“Sebenarnya, orang tuaku bilang padaku. Selama nilaku tidak turun, aku di bolehkan bergabung dengan klub manapun. Tapi ...”
“Akan sulit belajar di sekolah, kan?”
“Iya, itu dia! Itu pasti sulit!" [TN: Membagi waktu antara belajar dan kegiatan klub itu sulit. Terkadang, kita harus fokus ke klub karena suatu tournament. Di sisi lain, kita juga harus fokus belajar untuk ujian]
Seolah-olah dia sedang menungguku untuk mengatakan itu, suaranya tiba-tiba berubah dan reaksinya berubah.
“Aku sudah bekerja sangat keras untuk sampai ke titik ini. Tapi, tidak baik jika nilaiku turun, kan?”
“…Ya, tentu saja.”
“Tapi, ada kalanya aku tidak bisa melakukan apapun sendiri…”
"Kalau kau tidak akan berbagung dengan klub. Kau bisa menghadiri bimbel, kan?"
“……”
Melihat reaksinya, aku langsung tahu bahwa jawabanku salah.
Dia tampak kesal dan frustrasi.
"Kenapa kamu menjawab seperti itu di sini!"
"Tidak, itu jawaban terbaik!"
"Aku tidak mencari jawaban terbaik!"
"Maaf…"
Ini sulit. Dia tersinggung dengan jawabanku tadi.
“Sejauh ini, kita berdua punya waktu sepulang sekolah. Dan aku harus belajar. Ya, kita sudah sejauh ini…!” [TN: Rin, mau nya belajar berdua bareng Touma :3]
"Tidak, aku tidak mengerti maksdmu."
Tentu saja, aku tahu apa yang dia inginkan sejak awal.
Aku berpura-pura bertindak bodoh.
“…Kamu jahat sekali. Apa kamu benar-benar membenciku?”
Kemudian dia menjadi sangat tertekan dan suaranya menjadi rendah dan melengking.
Kurasa aku terlalu jahat─
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Kau punya waktu sepulang sekolah, kan? Ada tempat untuk belajar, seperti perpustakaan atau kafe terdekat, kalau kau mau─”
"Iya, terima kasih!"
"…Eh?"
Keadaan tertekan yang dia alami sebelumnya telah hilang dan dia bereaksi dengan cepat, seolah-olah dia tahu apa yang kukatakan.
“Sudah diputuskan! Berapa lama kita akan melakukannya sepulang sekolah?”
“Tunggu, Rin-chan?"
"Oh! Bagaimana sampai malam?"
"Um... apa maksudmu?"
“Maksudku, klub belajar pribadi untuk kita berdua!”
Kemudian dia menoleh ke arahku dan berbisik, sehingga murid-murid di sekitar kami tidak bisa mendengar.
“Aku adalah… manajer pribadi Onii-san.”
“!?”
“Hanya bercanda~!”
Katanya sambil tertawa bahagia.
'Dia bahkan lebih berbahaya dari yang kukira.'
Wajahku memanas, tetapi pada saat yang sama, aku mati-matian menekan emosi yang akan meluap karena pemikiran itu.
|| Previous || Next Chapter ||
10 comments