NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu de Nibanme ni Kawaii Onna no Ko to Tomodachi ni Natta [WN] Chapter 31

Chapter 31 – Di tengah perjalanan


Ibu Asanagi mengundangku ke rumahnya. Aku tidak tahu mengapa dia mengundangku sepagi ini. Tapi, aku yakin ini ada hubungannya dengan Asanagi yang menginap di rumahku.

Setelah kami selesai sarapan, kami berdua mencuci piring dan yang lainnya bersama. Ini pertama kalinya aku mencuci piring dengan seorang gadis di sampingku.

Oke, mari kita kesampingkan mencuci piring. Sekarang yang terpenting adalah Ibu Asanagi yang tiba-tiba mengundangku ke rumahnya. 

Aku menguatkan diri dan meninggalkan rumah bersama Asanagi.

Ini semua begitu tiba-tiba, aku tidak punya waktu untuk mempersiapkan diri dengan baik. Tapi meski begitu, aku mencoba yang terbaik dengan memakai baju yang menurutku bagus. Kebanyakan baju yang kubeli itu sederhana dan murah. Jadi, semua yang kucoba terlihat sangat payah.

“Nee, Maehara. Aku sudah memperhatikan ini dari tadi. Selera fashionmu buruk sekali, kau tahu?"

"Ugh..!"

"Aku tahu, kamu tidak terlalu peduli tentang hal itu karena kamu jarang keluar rumah. Tapi setidaknya.. untuk fashion, kamu bisa memilihnya, kan?"

“Seperti yang kau katakan, aku tidak terlalu peduli tentang itu. Selain itu, tidak semuanya buruk. Kau menyukai bajuku yang kupinjamkan semalam, kan?”

“Ini dan itu berbeda! Apa-apaan dengan baju yang kamu miliki itu, semuanya berwaran hitam atau abu-abu. Apa kamu mencoba menjadi karakter di balik layar?"

"M-mau bagaimana lagi kan? Aku tidak mengerti apa-apa tentang fashion. Lagipula, aku juga punya warna putih."

"Meskipun kamu mengatakan itu... Argh muu, lain kali kamu pergi membeli pakaian, pastikan untuk mengirimiku foto dulu.”

"Oh, dengan itu.. kau bisa memberitahuku untuk tidak membelinya jika itu tidak cocok denganku?"

“Tentu saja, selera fashionmu buruk sekali. Kamu pasti membelinya dari grosiran atau semacamnya, kan?"

“Yah, itu murah…”

Yah, jika dia meninggalkanku sendirian, aku mungkin akan meninggalkan rumah dengan pakaian serba hitam. Jadi, aku memutuskan untuk menyerahkan segalanya padanya.

Tapi, serius, manusia adalah makhluk yang tidak efisien. Mereka harus melalui semua masalah ini hanya untuk pergi keluar.

“Ah, ngomong-ngomong, bagaimana dengan Ibumu? Haruskah aku meninggalkan catatan untuknya?”

"Oh, soal itu. Jangan khawatir, aku sudah meninggalkan catatan 'Aku akan pergi ke rumah Asanagi, jangan mencariku'..."

“Apa kamu itu anak yang melarikan diri 'ya? Dan juga, Ibuku tidak marah padamu, jangan perlakukan ini sebagai hukuman matimu atau semacamnya.”

Ngomong-ngomong, ayahnya adalah anggota JSDF dan dia sibuk dengan pekerjaan. Jadi, dia jarang pulang. [TN: JSDF 'Japan Self-Defense Force' atau Angkatan Bela Diri di Jepang. Yah mirip Tentara 'jika itu di Indonesia']

...Dengan kata lain, aku berhasil menghindari hal buruk.

Aku sendiri tidak memiliki anak perempuan. Jadi, aku tidak akan tahu bagaimana perasaan orang tua. Tapi, jika suatu hari nanti aku punya anak perempuan dan dia membawa pulang anak laki-laki random. Tentu saja, aku akan membunuh anak laki-laki itu.

Kami terus berjalan berdampingan melalui area perumahan sambil bertukar lelucon.

Aku mengenakan pakaian kasualku sedangkan Asanagi mengenakan seragamnya. Rasanya aneh berjalan dengannya seperti ini.

Aku mengalihkan pandanganku padanya.

Sebelumnya Asanagi mengatakan bahwa dia baru bangun. Tapi tetap saja, dia masih terlihat sangat cantik. Kulitnya tampak mulus dan sinar matahari pagi menambah kecantikannya.

Di tempat pertama, Asanagi memang cantik. Tapi, karena ini adalah Asanagi yang sedang kita bicarakan, dia pasti berusaha keras untuk menjaga dirinya sendiri.

Lagipula, meskipun dia bertindak ceroboh di sekitarku, dia tetap menjaga sikapnya di depan umum.

'Asanagi Umi' yang semua orang tahu adalah gadis pekerja keras yang mengerahkan segalanya untuk semua yang dia lakukan.

“Mm? Ada apa, Maehara? Masih gugup?”

“Tidak, aku sudah tenang…”

“Lalu, kenapa kamu menatapku seperti itu? Ara, mungkinkah kamu benar-benar jatuh cinta padaku~?”

"Eh. Yah, aku memang menyukaimu… Sebagai teman.”

“… A-Ah… Mnm, terima kasih…”

“Mm? Ada apa?"

“T-tidak, bukan apa-apa… Ngomong-ngomong, ada apa?”

Jelas bukan apa-apa, tetapi jika aku meminta jawaban, dia akan memukulku. Jadi, aku akan mengabaikannya.

“Yah, ini bukan masalah besar sih. Tapi, ketika kita berjalan berdampingan seperti ini. Um, bukankah itu akan merusak citramu?"

Aku tidak tahu apakah itu karena sinar matahari. Tapi, Asanagi terlihat sangat bersinar hari ini.

Penampilannya di luar sudah luar biasa dan sementara aku tidak pernah mengatakannya ke wajahnya, dia juga cantik di dalam. Tidak heran dia menjadi pusat kelas bersama dengan Amami-san.

Dibandingkan dengannya, aku hanya pria suram.

Mengesampingkan statusku sebagai penyendiri, aku tahu bahwa diriku yang sekarang terlihat sangat muram dengan pakaian yang kukenakan. Ada juga fakta bahwa aku terus menatap aspal sepanjang waktu, menambah suasanaku yang sudah suram.

Tentu saja, aku tahu Asanagi tidak akan keberatan. Dia adalah tipe orang yang tulus, tidak membedakan satu sama lain. Itulah kenapa aku bisa berteman baik dengannya sampai sekarang.

"Haa... Apa kamu masih mengkhawatirkan apa yang dikatakan oleh orang lain di sekolah?"

“Mm… Yah, jujur ​​saja, ini pertama kalinya aku mendapat perhatian sebanyak ini. Wajar untuk khawatir, bukan?"

Tidak mengkhawatirkannya akan lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Bagaimanapun, mereka membiarkan perasaan negatif mereka terbuka untuk kurasakan. Jadi, sulit untuk mengabaikannya.

Aku tidak tahu siapa yang memulai ini. Tapi akhir-akhir ini, rumor tidak berdasar dan tidak menyenangkan tentang diriku menyebar ke kelas lain.

Pemicunya adalah fakta bahwa aku berteman baik dengan Amami-san baru-baru ini.

Biasanya, aku akan mengabaikan desas-desus itu sebagai ratapan para pecundang yang bahkan tidak bisa memaksa diri untuk berbicara dengan seorang gadis. Tapi tetap saja, terkadang pikiran itu merayap ke dalam pikiranku dan membuatku merasa tertekan. Ini baru terjadi tadi malam saat aku susah tidur.

…Aku sangat menyedihkan…

Aku melampiaskan segalanya pada Asanagi.

“Ah.. Pembicaraan menjadi berat pagi-pagi begini karena aku, ya?… Maaf.”

"Tidak apa-apa ..."

Asanagi menjawabku dengan ekspresi lembut.

Serius, aku sangat payah.

“Hmm… Maehara, berbaliklah.”

“Mm? Ap-"

“Ei!”

Saat aku menoleh, aku merasakan sedikit sentuhan di dahiku.

Itu adalah jentikan yang lembut dari Asanagi.

"A-Apa?"

“Mn, nggak ada. "

"Ha?"

"Nee, Maehara. Aku sudah pernah bilang padamu, kan? 'Jangan merendahkan diri sendiri', ingat 'kan?"

"Ya, aku ingat. Emang kenapa?"

"Setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurutku, mereka yang menerima kekurangan mereka dengan terbuka itu 'keren'..."

"Apa maksudmu…?"

"Hmm. Maksudku, lihat orang-orang yang mengejekmu. Mereka melakukan itu karena mereka tidak bisa mengakui kekurangan mereka. Itu sebabnya, mereka berkelompok dengan orang lain yang berpikiran sama dan berbicara omong kosong di belakang orang lain. Aku tahu itu karena aku sudah berteman dengan Yuu dan perilaku mereka akrab bagiku.”

Bahkan di tengah kelas, yang tampak damai di luar, masih ada semacam konflik yang tersembunyi di balik layar. 

Posisi Asanagi sebagai sahabat Amami-san mungkin bisa memicu kecemburuan orang lain, ya?

“Maehara, kamu mungkin menganggap dirimu sebagai orang yang menyedihkan atau semacamnya. Tapi, kurasa tidak. Oh tentu saja, aku berbicara tentang kepribadianmu, bukan penampilanmu, itu cerita yang sama sekali berbeda.”

“Berisik.”

"Hehehe."

Asanagi meletakkan tangannya di kepalaku, lalu mengelusnya dengan lembut.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mengelus kepalamu?'

"Ha? Apa-apaan itu?"

Yah, aku tidak keberatan dia mengelus kepalaku seperti ini. Jadi, aku memutuskan untuk membiarkannya melakukan apapun yang dia mau.

"Jadi, Maehara.. Jangan merendahkan diri sendiri lagi, oke? Kalau kamu berpikir bersamaku akan merusak citraku atau semacamnya. Itu tidak perlu, karena aku juga senang bisa bersamamu seperti ini. Oh, apa kamu mau berpegangan tangan denganku~?"

Dengan seringai di wajahnya, dia mengatakan hal itu padaku.

"Tidak, terima kasih."

"Ara, nggak usah malu-malu lho."

"Berhenti menggodaku..."

Pada akhirnya, dia hanya menggodaku seperti biasa. Tapi berkat itu, aku merasa jauh lebih baik.

Hal lain menjadi jelas.

Tidak peduli apa yang orang lain katakan, Asanagi adalah temanku dan mereka tidak akan bisa mengubah fakta itu.




|| Previous || Next Chapter ||
5 comments

5 comments

  • Arcturus
    Arcturus
    22/2/22 10:38
    Siksaan macam apa ini 🙂
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    27/1/22 17:28
    Cepat jadian hey😑
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    24/1/22 20:35
    SEMNGT MIN
    Reply
  • Spight
    Spight
    24/1/22 19:06
    araaa
    Reply
  • WASWAS
    WASWAS
    24/1/22 18:29
    Cepat jadian lh 🤣🤣
    Reply
close