Chapter 113 – Perayaan Ulang Tahun
Tak lama setelah kami melepas sepatu kami, kami langsung disambut oleh seorang wanita dengan rambut pirang.
Dilihat dari kemiripannya dengan Amami-san, orang ini mungkin adalah Ibunya, Eri-san. Tidak hanya penampilan mereka yang mirip, sikap mereka juga mirip satu sama lain.
“Selamat datang dan selamat ulang tahun, Umi-chan~ aku memasak banyak makanan untukmu hari ini. Jadi, buat dirimu seperti di rumah~”
“Makasih, Bibi. Maaf, merepotkanmu terus ...."
“Fufu~ ... Tidak apa-apa. Lagipula, aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri~ Dan, anak laki-laki yang bersamamu itu.."
"Ah, perkenalkan. Nama saya, Maehara Maki. Senang bertemu dengan Anda."
Aku maju selangkah dan memperkenalkan diri sebelum Umi bisa memperkenalkanku. Ini mengingatkanku ketika pertama kali mengunjungi rumah Umi. Jadi, aku merasa sangat gugup.
“Ara~ Kamu sangat sopan sekali~ Aku Amami Eri, Ibunya Yuu.. Akhir-akhir ini, Yuu selalu bercerita tentangmu dan Umi-chan. Jadi, aku selalu penasaran orang seperti apa kamu itu, tapi ..."
“M-Mama!? Apa yang kamu katakan pada Maki-kun!? Hentikan! Itu memalukan!!”
“Kenapa kamu malu~? Sama seperti yang kamu ceritakan, dia orang yang baik.."
Setelah mengatakan itu. Eri-san mendekatiku, lalu menyentuh pipi, lengan dan pahaku.
“Fufu, begitu… Kamu memang memiliki kualitas yang akan disukai Umi-chan. Sedikit tidak bisa diandalkan, lurus ke depan, berpikiran tunggal dan kamu juga memiliki banyak potensi… Kamu masih perlu sedikit latihan… Dan selera fashionmu sedikit… Yah, Umi-chan akan menyelesaikannya…”
“U-Um?”
"Mama! Maaf, Maki-kun, ini adalah kebiasaan buruknya, dia selalu mencoba untuk memeriksa semua orang yang dia temui untuk pertama kalinya, itu adalah kebiasaan kerja– Mama, berhenti meraba-raba dia seperti itu!”
“Ups. maafkan aku, ohoho~”
Ibu Amami-san baik, tetapi sepertinya dia memiliki kebiasaannya sendiri. Meskipun dia manta selebritas dan model, tetapi hal itu tidak membuatnya menjadi sombong. Sebaliknya, dia memiliki sikap yang sangat cerdas. Mempunyai orang seperti dia di sekitar rumah sepertinya menyenangkan. Tapi di saat yang sama, aku merasa bahwa orang ini sulit dihadapi sama seperti Sora-san.
Setelah dia selesai memeriksaku, kami berjalan ke ruang tamu dan saat Umi masuk, beberapa suara bergema dari dalam ruang tamu dan hujan confetti jatuh di kepala kami.
“““Selamat ulang tahun!”””
Suara itu berasal dari party cracker di tangan Nitta-san, Nitori-san dan Houjou-san, yang berdiri tepat di samping pintu. Amami-san mengikutinya dan mengeluarkan party cracker sendiri tepat setelah mereka. [TN: party cracker, itu yang bentuknya kek tabung segitiga, mimin lupa dalam bahasa wakandasianya apa. Yang tahu, coment di bawah]
“Selamat ulang tahun, Umi! Aku senang kita bisa merayakan ulang tahunmu lagi tahun ini!”
“…Makasih, Yuu…”
Ini mengingatkanku pada kegagalan yang mereka alami tahun lalu selama festival budaya. Kalau dipikir-pikir, jika mereka menanganinya dengan tidak benar, pesta ini tidak akan terjadi.
Aku bisa melihat air mata bahagia dari mereka.
“Astaga, lihat mereka berdua.. asyik dengan dunianya sendiri seperti itu.”
"Hei, jangan abaikan aku!"
“Itu benar, jangan abaikan aku juga!"
Kemudian tiga gadis yang melihat keduanya melompat ke arah mereka.
“Woi, sesak, tahu! Berhenti– Astaga, kalian benar-benar anak nakal…”
“Ahaha, kita mungkin terlihat seperti roti kukus raksasa~”
Umi menunjukkan senyum masam sebagai tanggapan. Tapi dia tidak terlihat tidak senang, sebaliknya, Amami-san menunjukkan senyum cerahnya.
... Bagaimana denganku?
Tentu saja, aku tidak memiliki keberanian untuk bergabung dengan mereka juga. Jadi, aku hanya berdiri di sana sambil menonton mereka. Melihat mereka semua terlihat sangat bahagia seperti ini terasa menyenangkan.
"Ya, iya ... itu sudah cukup. Ayo, kalian semua cepat duduk di kursi kalian masing-masing dan makan~! Bukankah kalian semua lapar?”
Eri-san bertepuk tangan. Dia menyuruh kami membawa beberapa piring dan makanan ke meja besar di ruang tamu.
Termasuk Eri-san, ada tujuh orang di sini,. Tapi, jumlah makanan yang tersedia melebihi apa yang bisa dimakan oleh tujuh orang. Ada begitu banyak makanan, seperti pizza ukuran besar, ayam panggang dan untuk minumannya ada cola dan susu dalam botol 4 liter.
Ah, aku tahu dari mana mereka mendapatkan makanan sebanyak ini.
“Oke, sudah cukup… Tidak ada tempat untuk menaruh kue, ya? Yah, terserahlah, kita tinggalkan itu untuk nanti… Sekarang, ayo buka kadonya dulu! Bibi dulu, oke? Ini dia, Umi-chan. Maaf, aku membelikanmu yang murah kali ini.”
“Woah, jam tangan ini sangat lucu… Terima kasih, Bibi!”
“Tunggu, Mama, kenapa kamu– Muu, terserahlah! Umi, ini hadiah dariku!”
“Ya, iya... Oh! Bonekanya besar juga! Astaga, Yuu ini... Yah, terima kasih, Yuu. Aku yakin boneka ini nyaman untuk dipeluk~”
“Hehe, aku tahu kamu akan menyukainya!”
“Seperti yang diharapkan dari Yuu kita~”
Kemudian, semua orang mengikuti dan memberi Umi hadiah mereka. Nitta-san memberinya aksesori yang dia tunjukkan padaku tempo hari, sedangkan Nitori-san dan Houjou-san memberi Umi karangan bunga.
Umi menunjukkan senyum bahagia sambil memegang berbagai hadiah.
“Nah, ini hadiah dariku, Umi… Tunggu, kenapa kalian pergi begitu saja?…”
“Hm? Aku tidak tahu tentang yang lain, aku hanya memberimu ruang, Rep~ Bagaimana denganmu, Yuuchin?”
“Aku tidak ingin menjadi nyamuk. Kamu mengerti 'kan, Mama~?..."
“Fufu, aku hanya mengikuti kalian karena sepertinya lebih menyenangkan seperti ini~”
“… Astaga…”
Saat giliranku tiba, semuanya kecuali Umi dan aku langsung meninggalkan ruang tamu dan mengamati kami dari dapur.
Ternyata kita cenderung terjebak dalam dunia kita sendiri dalam pesta-pesta seperti ini, terbukti dari perilaku kita baik di hari Natal, Valentine dan White Day. Sudah sekitar tiga bulan sejak kami pertama kali mulai berpacaran. Jadi, kami dapat dengan mudah memahami apa yang diinginkan satu sama lain dan bagi orang lain, sepertinya kami asyik dengan dunia kecil kami sendiri.
Namun, itu tidak seperti kami tidak memiliki kesadaran diri. Tidak mungkin kami bersikap seperti biasanya, apalagi ini adalah pertama kalinya aku berkunjung dan aku berada di hadapan orang-orang yang hampir tidak kukenal.
“….. Ada apa dengan senyum di wajahmu itu, Umi?"
“Mm~? Bukan apa-apa kok~”
Sementara Umi, dia tetaplah menjadi dirinya sendiri, menatapku dengan senyum menggoda.
Dan juga, aku tidak tahu apa yang mereka harapkan dariku. Jadi, aku hanya akan melakukan apa yang harus aku lakukan.
“Kalau begitu, Umi.”
“… Mm…”
"Ini hadiah dariku."
Aku mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasku dan menyerahkannya kepada Umi dengan kedua tanganku.
“Selamat ulang tahun, Umi.. Terima kasih untuk semua yang sudah kau lakukan untukku.”
“Mnm… Bolehkah aku membukanya?”
"…Tentu…"
Dia melirik kartu ucapan ulang tahun kecil yang menempel di kotak. Lalu, dia bergumam 'baka' saat dia perlahan membuka kotak itu.
Kotak itu berisi sebuah aksesoris berbentuk bunga warna biru, terbuat dari logam.
"Oh! Warnanya sangat cantik.. Apakah ini aksesoris rambut?"
"Ya, aku memilihnya tempo hari. Dan juga, karyawan dari toko itu merekomendasikannya padaku. Dia mengatakan 'Itu bisa digunakan oleh pacarmu kapan pun dia mengenakan gaun untuk pesta'..."
Aku memilih hadiah yang hanya akan dia gunakan sesekali.
Bukan sesuatu seperti hadiah dari Nitta-san yang bisa dia gunakan setiap hari atau hadiah dari Amami-san yang bisa dia gunakan sebagai bantal pelukan.
Mungkin itu adalah pilihan yang berisiko. Terlebih lagi, jika dia tidak menyukainya, dia akhirnya akan menyimpannya di suatu tempat dan itu tidak akan pernah terlihat lagi.
Namun, aku tetap memilih hadiah ini.
“Aku tidak berpikir ini akan menjadi hadiah yang bagus. Tapi kau tahu? Saat aku membayangkan kau akan mengenakan ini… Aku pikir kau akan terlihat sangat cantik…”
Aku selalu berpikir bahwa warna biru sangat cocok dengan Umi. Bagaimanapun, dia hidup sesuai dengan namanya. 海 (Lautan), tergantung pada pencahayaannya, bisa sangat jernih atau sangat gelap sehingga kau tidak bisa melihat dasarnya. [TN: Umi (海) berarti samudra atau laut.]
Sama seperti Umi yang selalu menunjukkan padaku berbagai wajahnya.
“Yah, begitulah menurutku..."
"Fufu, begitu 'ya.. Jadi, itu sebabnya kamu pulang terlambat hari itu..Um, boleh nggak aku mencobanya sekarang?"
“Tentu saja. Tapi, kurasa itu tidak akan cocok dengan pakaianmu saat ini.”
“Bayangkan saja aku mengenakan gaun sekarang~”
"Ah ..."
Aku membayangkan Umi mengenakan gaun yang dia kenakan untuk pesta Natal sambil menunggu dia mengenakan aksesori.
Dia menempelkannya ke rambut hitamnya sambil melihat instruksi, dia meluruskan posturnya dan berbalik menghadapku.
“Um… Bagaimana penampilanku, Maki?”
“…...."
Untuk sesaat, aku kehilangan kata-kataku.
Bahkan, dia terlihat lebih cantik dari yang kubayangkan. Bunga biru berpadu sempurna dengan rambut hitamnya yang berkilau. Aksesorisnya sendiri memang kecil, tetapi kehadirannya sudah cukup untuk meningkatkan keindahan rambutnya.
“Kau terlihat lebih cantik dari yang kubayangkan, Umi.”
Aku bisa merasakan tatapan semua orang tertuju padaku dan itu membuat pipiku semakin panas dari detik ke detik. Aku tidak berencana untuk bertingkah seperti pasangan idiot di depan mereka. Tapi pada akhirnya, aku tetap melakukannya.
“…Ehehe, makasih untuk hadiahnya, Maki… aku akan menjaga ini selamanya…”
“Senang mendengarnya…”
Yah, kurasa ini tidak bisa dihindari ketika berbicara tentang kita.
Gadis di depanku terlihat sangat imut saat dia tersipu malu.
…Dia adalah Umi, pacarku, gadis paling imut di dunia.
"Fufu, mereka berdua memang pasangan yang serasi. Sekarang, aku mengerti apa yang kamu maksud, Yuu. Btw, apa mereka selalu seperti ini? Jika aku menjadi kamu, Yuu. Aku pasti akan mengirim mereka ke pulau terpencil di suatu tempat."
“Ahaha… Tapi, Mama, lihat betapa bahagianya mereka! Aku senang bisa melihat wajah bahagia mereka!”
“Uwah, panas sekali! Hei, tolong nyalakan AC-nya sekarang..." kata Nitta-san.
“Jadi, Umi bisa membuat wajah seperti itu…”
“Cinta itu luar biasa, bukan?”
Setelah itu, pesta dilanjutkan dengan makan-makan. Tentu saja, para gadis tidak akan meninggalkanku begitu saja.. Mereka (termasuk Eri-san) membombardirku dengan berbagai pertanyaan.
Secara keseluruhan, pestanya menyenangkan, tetapi aku ingin pulang…
“Um, Umi?…”
"Iya?"
“Kau bisa melepasnya, tahu?…”
“Nggak mau~ aku ingin memakainya sedikit lebih lama.”
“…Hm, yah.. jika itu membuatmu bahagia, baiklah."
“Mhm… Oh, iya. Maki.."
"Ya?"
“…Apakah aku benar-benar terlihat cantik memakai ini?”
“…Apa kau tidak mendengar pujianku sebelumnya?”
“Aku ingin mendengarnya lagi.”
“…Tapi, semua orang melihat kita, tahu?”
“Muu, sekali lagi~”
“… Ugh…”
Mereka semua yang di dalam ruangan ini menyeringai pada kami.
Rasanya memalukan, tapi hari ini adalah hari ulang tahunnya…
Seperti yang direncanakan, hari ini, aku akan memanjakannya sebanyak yang dia inginkan.
"…. Itu terlihat bagus untukmu. Kau sangat cantik, Umi."
“Ehehe… Makasih, Maki~”
Kemudian, Umi langsung melompat ke dalam pelukanku dan mengubur tubuhnya di pelukanku.
Aku senang dia terlihat bahagia. Tapi pada saat yang sama, aku merasa seperti akan mati karena malu.
|| Previous || Next Chapter ||
14 comments