Chapter 116 – Tanpa Umi
'—Aku tidak tahu detailnya. Tapi, sepertinya tahun ini pihak sekolah memilih siswa/i yang mendaptkan nilai bagus untuk ditempatkan di kelas 2-11. Seperti yang aku katakan, aku tidak tahu detailnya, tetapi itulah yang aku dengar dari guru lain-'
Itulah yang dikatakan Yagisawa-sensei ketika Umi bertanya padanya tentang perubahan kelas.
Ini hanya spekulasiku, tetapi sepertinya pihak sekolah memilih anggota kelas 2-11 terlebih dahulu sebelum menempatkan siswa/i lainnya ke kelas mereka masing-masing.
Dia mengatakan bahwa tahun ini pihak sekolah menempatkan siswa/i yang berprestasi atau mendapatkan nilai di atas rata-rata, artinya mereka mempertimbangkan kinerja siswa/i sepanjang tahun sebelum memutuskan apakah mereka bisa masuk kelas 2-11 atau tidak.
Dan menurut Umi, ada siswa/i yang berada di peringkat 50 hingga 60 di kelas 2-11, kemungkinan besar apa yang dikatakan Yagisawa-sensei adalah kebenaran.
Jika itu masalahnya, yah, aku bahkan tidak dekat saat itu..
"Uuu .... Maki.."
"Ya, iya ... Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir."
Begitu upacara pembukaan tahun ajaran baru berakhir, kami langsung pulang ke rumahku. Dan, segera setelah itu.. Umi memelukku seperti anak manja begitu kami sampai di rumah.
“Umi, bisakah kau melepaskanku sebentar? Aku tidak bisa membuat makan siang kalau kau terus menempel padaku seperti ini…”
"Nggak mau! Jalan saja!"
“… Astaga…”
Padahal, sebelumnya di sekolah.. dia bertingkah keren dan berkata, 'Yah, hubungan kita tidak akan berubah bahkan jika kita berada di kelas yang berbeda' , tetapi begitu kita sampai di rumah, dia bertindak seperti ini.
Yah, aku mengerti perasaannya. Di tahun kedua, ada banyak acara yang akan datang seperti pertandingan antar kelas, festival olahraga setelah liburan musim panas, perjalanan sekolah selama musim dingin dan sebagainya. Tahun ini adalah satu-satunya kesempatan kami untuk berpartisipasi dalam acara tersebut karena kami harus fokus pada ujian masuk kami tahun depan.
Dia sangat menantikan perjalanan sekolah karena itu akan menjadi perjalanan ski dan jalan-jalan selama 4 hari, 3 malam. Berada di kelas yang sama denganku berarti dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu denganku selama perjalanan.
Itulah alasan mengapa dia bertindak seperti ini.
“Umi, tidak apa-apa. Memang benar, kita berada di kelas yang berbeda. Tapi, tidak semuanya buruk. Kita masih bisa menghabiskan waktu berdua, seperti pergi ke sekolah bersama, makan siang bersama dan yang lainnya. Selain itu, kita bisa saling mengirim pesan selama pelajaran… Tunggu, tidak, kita tidak bisa…”
Sejujurnya, bahkan ketika kami berada di kelas yang sama, kami jarang berbicara satu sama lain di kelas. Bahkan ketika dia duduk tepat di belakangku, dia tidak pernah memulai percakapan denganku dan sebaliknya.
Itulah mengapa aku tidak khawatir ketika dia mengatakan, 'Yah, hubungan kita tidak akan berubah bahkan jika kita berada di kelas yang berbeda.'
Dan tentang perjalanan sekolah, kita masih bisa menyelinap keluar kapan pun ada waktu luang, itu tidak terlalu sia-sia, kok.
"Awalnya, aku juga berpikir begitu… Tunggu saja besok, kamu akan mengerti kenapa aku seperti ini…”
“Baiklah, aku akan mencari tahu besok… Jadi, bisakah kau membiarkan aku pergi?"
"Nggak mau."
“… Oke, aku akan memberimu 10 menit.”
"Nggak mau!"
“… Astaga…”
Sudah lama sejak terakhir kali dia memelukku seperti ini.
Astaga, dia sangat imut sekali!!
Tapi tetap saja, aku penasaran.. apakah aku benar-benar akan kesepian tanpa dia?
* * *
Keesokan harinya. Pelajaran dimulai seperti biasa.
“Selamat pagi~ semuanya! Baiklah, Sensei tahu bahwa kalian masih dalam suasana liburan kalian, tetapi hari ini adalah awal ajaran baru. Jadi, sesuaikan suasana hati kalian dengan benar, oke?"
Pemandangan Yagisawa-sensei yang bertindak sebagai wali kelas kami sudah tidak asing lagi bagiku. Tapi, dia tampak lebih santai dibandingkan tahun lalu. Kurasa tahun lalu membantunya beradaptasi.
Selain kehadirannya, semuanya baru bagiku. Ruang kelas baru, meja baru dan suasana baru, tetapi entah kenapa aku merasa tidak nyaman.
Sampai tahun lalu, aku adalah seorang penyendiri. Kupikir tidak banyak yang akan terjadi bahkan jika kelasku berbeda dan semuanya akan tetap sama. Lalu aku bertemu Umi, berteman dengannya dan perlahan berteman dengan orang lain juga…
“..…”
Di kelas baruku ini tempat dudukku berada di belakang. Jadi, aku bisa dengan bebas melihat seluruh kelas. Baik Umi, Nozomu dan Nitta-san tidak ada di sini. Sedangkan, Amami-san.. dia ada di sini. Dan juga, dia masih menonjol dari kelas lainnya. Tapi tetap saja, semuanya masih terasa berbeda.
Kelas ini terasa sangat berbeda dari kelasku sebelumnya.
[Maki: Umi.]
[Umi: Mn?]
[Maki: Bagaimana perasaanmu?]
[Umi: Fufu, apakah pacarku ini mulai merindukanku, hm~?]
[Maki: Oi.]
[Umi: Ehehe.]
[Umi: Sabar yak~]
Karena aku duduk di belakang, aku bisa dengan bebas bermain-main dengan smartphoneku dan mengirim pesan kepada Umi. Sekarang, aku cukup mahir untuk dapat mengirim pesan kepadanya tanpa banyak melihat layar smartphone.
Seperti yang mereka katakan, latihan menjadi sempurna.
Tidak masalah meskipun kami berada di kelas yang berbeda, kami masih bisa berkomunikasi secara diam-diam seperti yang selalu kami lakukan. Kadang-kadang, aku akan melihat obrolan kami dan tersenyum sendiri.
Mengetahui sifat Umi, dia mungkin melakukan hal yang sama sepertiku, menyeringai menatap layar smartphonenya seperti orang idiot.
Aku melihat ke arahnya untuk mengkonfirmasi pemikiran ini ... Dan menyadari ...
Ah… begitu, ya…
Jadi, ini yang dia maksud kemarin ...
Ketika aku mendongak ke atas, sosok familiarnya tidak ada di sana.
Tahun lalu, aku masih bisa melihatnya mencoba menahan tawanya setelah kami saling mengirim pesan tentang hal bodoh. Kadang-kadang, dia akan melihatku dan melambaikan tangannya diam-diam ke arahku.
Meskipun kami tidak banyak bicara di kelas. Tapi, kehadirannya di kelas membuatku nyaman. Semua rumor buruk tentangku, aku bisa mengabaikannya karena aku hanya bisa fokus padanya. Kehadirannya sangat diperlukan bagiku dan sekarang aku baru menyadarinya.
Sekarang, dia tidak ada di sini. Kami dipisahkan oleh dinding tebal di antara kelas kami.
Aku tahu bahwa aku tidak sepenuhnya sendirian di sini. Amami-san ada di sini dan ada beberapa teman sekelas lain yang ditempatkan di kelas ini juga, tapi...
Aku melanjutkan, mengirim SMS kepada Umi.
[Maki: Umi.]
[Umi: Iya?]
[Maki: Sekarang, aku mengerti perasaanmu.]
[Maki: Aku merasa kesepian..]
[Umi: Nah, itu kamu tahu..]
Dalam kasusku, karena kami sangat dekat satu sama lain, aku merasa sangat kesepian tanpanya. Tapi, itu mungkin lebih buruk bagi Umi. Dia adalah seorang anak yang membutuhkan dan melekat di hati. Berada di kelas tanpa siapa pun yang bisa dia panggil sebagai teman jelas akan membuatnya merasa lebih kesepian daripada aku.
Ini tidak bisa terus berlanjut, aku harus melakukan yang terbaik agar aku bisa bersama dengannya tahun depan. Tentu sebelum itu, aku harus membiasakan diri dengan suasana baru ini terlebih dahulu.
Tetap saja, aku tidak bisa tidak khawatir tentang bagaimana dia harus melewati semua ini selama setahun penuh.
Aku ingin tahu apakah ada yang bisa kulakukan untuknya?
|| Previous || Next Chapter ||
8 comments
Sangat berani beda untuk yg satu ini