-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 3 Chapter 1

Chapter 1 – Kencan Rehabilitasi di Taman


Sepulang sekolah hari itu, Naoya dan Koyuki berjalan di sepanjang rute yang biasa mereka lewati.

Meskipun sedikit lebih baik dibanding pada siang hari, matahari musim panas bersinar tanpa henti dan memantul dari aspal. Panas di sekitar area itu membuat Naoya pusing.

Namun, Koyuki berjalan di trotoar dengan semangat tinggi.

Dengan satu tangan memegang smaprthonenya, dia terus berbicara dengan Naoya di sebelahnya.

"Jadi, sepertinya Ayahku bertemu dengan Ayah Naoya-kun di Inggris. Kebetulan semacam itu jarang terjadi, bukan?"

Ayah Koyuki dan Ayah Naoya sedang dalam perjalanan bisnis ke Inggris.

Tadi malam, ada kabar bahwa keduanya bertemu secara kebetulan dan akhirnya mereka menjadi akrab.

Lalu, Koyuki kembali melanjutkan pembicaraannya.

"Ayahku mengatakan bahwa dia saling bersulang dan membuat janji persaudaraan dengan Ayah Naoya-kun karena berbagai alasan... Bagaimana menurutmu, Naoya-kun? Aku ingin tahu apakah mereka benar-benar akrab sekarang. Nee, Naoya-kun, tunggu... Naoya-kun!" [TN: Mbak Koyuki, itu janji antar calon besan.]

Koyuki berteriak memanggil Naoya yang sedang melamun dan melihat ke langit.

Koyuki berhenti dan menatap wajah Naoya.

"Kamu ini kenapa sih? Pikiranmu seperti entah berada dimana. Hei, apa kamu mendengarkanku?"

"Ah... Tentu saja, aku mendengarkanmu."

Naoya hanya sedikit mengikuti pembicaraan Koyuki sebelumnya, bahkan hampir tidak mengingat semuanya.

Tapi, Naoya tetap memberikan senyuman santai dan dan melanjutkan pembicaraan.

"Ayahku, dia sudah memecahkan kasus dimana-mana, menggunakan persepsinya sepenuhnya... dia punya banyak sekali saudara, teman, murid, dan sebagainya. Itu terjadi sepanjang waktu."

"Orang seperti apa Ayahmu itu!?"

"Seperti karakter yang superior, mungkin? Terakhir kali kudengar, seorang bos dari perusahaan minyak sangat menyukainya sehingga dia hampir memberinya salah satu kastilnya. Tapi, ayahku dengan sopan menolaknya."

"Wow ini benar-benar diluar dugaanku... Tapi persepsi Naoya-kun dipicu oleh penyakit Ibumu, bukan? Aku berpikir jika itu terjadi juga dengan ayahmu."

"Aku juga ingin tahu apakah persepsi yang aku warisi dari ayahku juga berkembang ketika Ibu sakit. Nenek dan kakekku adalah orang normal. Jadi, sepertinya ayahku mengalami mutasi."

"Garis keturunanmu benar-benar menarik... Tapi, aku ingin tahu apakah ayahku terlibat dalam sebuah insiden."

Koyuki menatap smartphonenya dan tampak sangat khawatir.

Namun kemudian, dia menghela napas dan bertanya-tanya tentang Naoya.

"Yah, aku bisa menanyakan detailnya pada Ayahku lain kali. Lebih penting lagi.. Naoya-kun, apa kamu benar-benar baik-baik saja?"

"Apa maksudnya baik-baik saja?"

"Baru saja-- tidak, dari tadi kamu melamun terus. Kamu terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu."

"Begitukah? Tapi, tidak ada yang aneh jika aku melamun, kan?"

"Bukan itu masalahnya. Sangat jarang aku melihatmu melamun terus-menerus, tau! Apa ada sesuatu yang membuatmu khawatir?"

Koyuki, dengan ekspresi serius di wajahnya, bergerak mendekati Naoya.

"Mungkinkah kamu tertular demamku karena merawatku tempo hari? Jika ya, jangan terlalu memaksakan dirimu, oke?"

"Tidak, bukan itu."

Saat Koyuki mendekatinya, Naoya tiba-tiba mundur setengah langkah. Kemudian, dia mengepalkan tangannya dan menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"H-Haha.. Koyuki, kau terlalu mengkhawatirkanku. Tapi, seperti yang kau lihat. Aku sehat wal'afiat."

"Hmm, beneran? Aku merasa ada yang aneh denganmu daritadi."

"Tidak, tidak. Tidak ada yang aneh kok. Daripada itu, bukankah kau terlalu dekat denganku?"

"A-Ap--!? Itu karena Naoya-kun mencoba menjauh dariku! Kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku, kan?"

Sekali lagi, Koyuki mendekati Naoya dengan mata masih tertuju padanya.

Naoya berusaha sekuat tenaga lari dari kejarannya. Dia juga harus menjaga jarak tertentu dari Koyuki agar tidak dapat melihat wajahnya secara langsung. Dia lalu mengulurkan kedua tangannya ke arah Koyuki dan mengalihkan pembicaraan.

"Kita sudah sampai di sini. Sepertinya mereka berdua menunggu kita. Jadi, sebaiknya kita pergi kesana."

"Eh? Ah, kamu benar."

Setelah melakukan permainan kejar-kejaran, ternyata mereka sudah sangat dekat dengan tujuan mereka.

Itu adalah kedai kopi kecil di sudut jalan. Dua gadis sedang mengobrol di depannya dan begitu mereka melihat kami, wajah mereka berseri-seri dan mereka melambaikan tangan.

Mereka adalah Yui Natsume, teman masa kecil Naoya dan Emika Suzuhara, si Ketua kelas dan teman masa kecil Koyuki.

Setelah melambai kembali, Koyuki menyampirkan tasnya kembali ke bahunya dan menegakkan punggungnya.

"Ugh, entah mengapa aku agak gugup, Naoya-kun... Aku ingin tahu apakah aku bisa melakukannya dengan benar."

"Kau terlalu berlebihan, Koyuki. Kau hanya akan makan parfait bersama dengan teman-temanmu."

"Kamu terlalu naif, Naoya-kun. Mereka bukan hanya sekedar teman. Mereka adalah Yui-chan dan Emi-chan. Jadi  mereka adalah teman yang sangat spesial." kata Koyuki, dengan nada serius.


Tapi setelah dia mengucapkan kata-kata tersebut, ekspresinya melunak. Mungkin karena kata-kata tersebut sudah tidak lagi menunjukkan sisa dirinya yang dulu, seorang "Putri Salju dengan lidah Beracun".

"Hmmm... Teman. Ini benar-benar seperti mimpi. Bukan hanya aku mendapatkan teman baru bernama Yui-chan, tetapi aku juga berbaikan dengan Emi-chan."

"Emi-chan, huh? Itu bukan nama panggilan yang dahulu kau ucapkan, kan?"

"Mn, itu karena kami memutuskan untuk memulainya lagi dari awal."

Koyuki menyipitkan matanya dan menatap Mika.

Suatu hari, secara kebetulan, terungkap bahwa dia ternyata adalah teman masa kecil Koyuki dan mereka berdua dapat memulihkan persahabatan mereka setelah beberapa halangan dan rintangan. Berkat ini, mereka bertiga, termasuk Yui, semakin sering bersama belakangan ini.

Mereka akan menghabiskan istirahat makan siang bersama atau pergi bersama ke suatu tempat sepulang sekolah.

Hari ini, Naoya pergi ke kafe dengan mereka bertiga. Jadi, dia bertindak sebagai pendamping mereka di sepanjang jalan.

Koyuki pun tersenyum lebar dan mengatakan.

"Ini semua berkatmu, Naoya-kun. Makasih banyak, ya~"

"Aku sudah bilang berkali-kali, kalau aku hanya mendukungmu dari belakang."

"Kamu mungkin berpikir begitu. Tapi tetap saja, aku sangat senang. Jadi, kamu juga harus menerimanya."

Tatapan hangat Koyuki tertuju pada Naoya.

Setelah mengedipkan matanya dan berjalan pergi, Koyuki dengan cepat berbalik.

"Keduanya penting bagiku tapi... Naoya-kun juga sangat penting bagiku."

"Koyuki......"

[TN: Ugh… Aku selalu tersentuh dengan percakapan seperti ini… Terutama setelah membaca LN Otonari no Tenshi volume 3 dan 4]

"Oleh karena itu, kalau kamu memiliki masalah. Bicarakan padaku dengan benar, oke? Aku akan membantumu dengan cara apapun yang aku bisa."

Tidak ada kebohongan dalam kata-kata Koyuki.

Dia benar-benar khawatir dengan Naoya.

Naoya bisa merasakan perasaannya tersebut dengan menyakitkan karena mau tidak mau, dia telah membuat Koyuki benar-benar khawatir. Naoya pun hanya dapat tersenyum lembut dan menjawabnya.

"Ya, aku mengerti. Aku pasti akan memberitahumu nanti."

"Yup, janji loh! Lain kali, giliranku untuk menyelamatkan Naoya-kun!"

Setelah melihat Naoya menjawabnya dengan positif, Koyuki pun menghampiri kedua temannya dengan semangat tinggi.

Mereka bertiga melambai kepada Naoya dan dirinya melihat mereka seraya mereka semua masuk ke dalam kafe.

"Mengkhawatirkanku, ya? Andai saja aku bisa mengatakan kepadanya bahwa gadis yang aku suka menciumku dan dia sama sekali tidak mengingatnya. Apa yang harus aku lakukan…"

Untuk perkara tersebut, Naoya sepertinya benar-benar sudah kehabisan akal.

* * *

Sekitar sepuluh menit kemudian.

Di toko buku Akaneya Umezu, yang berada tidak jauh dari kafe.

"Wkwkwkwkwkwk!"

Suara tawa bergema melalui ruang tamu berlantai tatami.

Suara tersebut berasal dari teman masa kecil Naoya, Kouno Tatsumi. Dia meringkuk dan memukul tikar tatami dengan keras.

"Serius, pria ini! Dia selalu mengatakan bahwa urusan cinta itu merepotkan. Tapi, sekarang setelah dia merasakannya sendiri. Dia malah bersikap seperti ini! Kocak sekali!"

"Hei, hei.. jangan begitu dong. Ini masalah serius baginya, tahu.."

Pemilik toko buku antik, Kirihiko Akaneya, adalah orang yang menegur Tatsumi.

Meskipun dia adalah orang yang bijaksana, sudut mulutnya berkedut.

Di sisi lain, Sakuya, adik perempuan Koyuki, juga hadir.

"Luar biasa... Dunia sangat indah di mana pasangan favoritku menjadi bahagia.... Valhalla ada di sini..."

Sakuya terisak-isak dan menyembah dengan tangan kosong.

Sepertinya kepalanya tidak bisa memproses cerita Naoya yang terlalu manis baginya.[TN: Biar kalimat-kalimat diatas lebih mudah dicerna, jadi misalkan kalian adalah teman dari Naoya, dan kalian shipper berat Naoya-Koyuki seperti Sakuya. Terus hal yang terjadi di Epilog sebelumnya diceritain langsung ke kalian. Itu yang dirasakan oleh Sakuya.]

Naoya menatap langit-langit dan tidak bisa berbuat apa-apa selain mengeluh.

"Sepertinya aku salah meminta saran di sini..."

"Aku pun akan mengatakan hal yang serupa, Sasahara-kun. Aku yakin kau akan mendapat tatapan hangat dan tawa ke mana pun kau pergi untuk membicarakan masalah yang begitu manis dan berat seperti itu."

"Kupikir kau benar sekali. Tapi, sangat sulit bagiku untuk menyimpannya sendiri."

Mendengar sindiran Kirihiko, Naoya menurunkan bahunya dan meneguk tehnya.

Dia datang ke sini dengan semua energi yang dia miliki setelah dia berpisah dengan Koyuki. Dia baru saja mengatakan semuanya dan sekarang dia berada dalam situasi ini.

Naoya meluruskan cara duduknya dan menundukkan kepalanya ke Kirihiko.

"Serius, apa yang harus aku lakukan? Bisakah kau memberiku nasihat yang bagus sebagai Senpai dalam hidup, Kirihiko-san?"

"Jangan terlalu berharap pada orang lain."

Kirihiko mengerutkan keningnya, lalu mengangkat jari telunjuknya.

"Yah, bagaimanapun, mari kita luruskan ini. Koyuki-chan mencium Sasahara-kun minggu lalu, bukan begitu?"

"...Ya."

"Sebaliknya, Koyuki-chan benar-benar melupakannya 'kan, Sasahara-kun?"

"Benar sekali."

Tempo hari, Naoya pergi mengunjungi Koyuki yang terkena demam.

Di sana, Koyuki, yang linglung karena demam, menciumnya tepat di bibirnya.

Namun, setelah itu... Koyuki benar-benar melupakannya seolah-olah kejadian itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya Naoya, dia terus merenungkan hal ini dikamarnya sepanjang malam.

Di lain pihak, Tatsumi berguling-guling tertawa tanpa henti dan menepuk punggung Naoya.

"Hahaha! Temanku ini tampaknya sudah dewasa. Kau sudah menaiki tangga menuju kedewasaan!"

"Oi, kalau kau tertawa lagi. Aku akan memberitahumu secara detail di mana dan kapan kau dan Yui melakukan ciuman pertamamu."

"Hah... Bagaimana kau bisa tahu informasi se-personal itu?"

Wajah Tatsumi langsung berubah menjadi merah padam dan berteriak.

Selama liburan musim panas kelas 1 di SMA, dia dan Yui pergi ke festival musim panas bersama, di mana dia tampaknya menaiki tangga menuju kedewasaan saat itu.

Ketika Naoya bertemu mereka berdua keesokan harinya, Naoya memiliki persepsi yang baik untuk menebak dari sikap pendiam mereka bahwa mereka sudah membuat kemajuan dihubungan mereka. Naoya tidak berpikir dapat menggunakan hal ini sebagai ancaman sekarang.

Bagaimanapun itu, Tatsumi terdiam dengan wajah merah cerah dan Sakuya sepertinya sudah tenang juga.

Setelah menyeka air mata dari pipinya, Sakuya menghela napas lega dan berkata.

“Onee-chan benar-benar buruk dalam perkara ini. Oh ya, terima kasih atas ceritanya sebelumnya. Tapi, aku ingatkan sekali lagi. Pertama-tama, aku yakin Onee-chan akan sangat terkejut."

Mental Koyuki benar-benar lemah. Jadi, hal tersebut wajar saja.

Jika dia tahu bahwa dia telah melakukan sesuatu yang begitu berani, dia pasti akan jatuh ke dalam jurang keputusasaan.

Skenario terburuknya, dia mungkin tidak akan mau menemui Naoya lagi seperti yang dia lakukan sebelumnya.

Mendengar ini, Kirihiko mengangkat bahunya.

"Kalau begitu, Sasahara-kun, kenapa kau tidak menerimanya saja dan melupakan semuanya?"

"Jika aku bisa melakukan itu dengan mudah, maka dari awal semua ini tidak akan menjadi masalah! Aku dicium oleh gadis yang kusuka, kau tahu?"

Naoya akhirnya mengangkat suaranya pada anjuran sederhana dari Kirihiko.

Kalau saja dia bisa berpura-pura bahwa insiden itu tidak pernah terjadi, semuanya akan terselesaikan.

Itulah mengapa Naoya mencoba lagi dan lagi untuk melupakan ...... itu, tapi usahanya selalu sia-sia.

Jika dia menutup matanya, semua momen itu kembali padanya dengan jelas.

Kelembutan bibirnya yang saling bersentuhan. Dinginnya ujung hidungnya. Wajahnya yang memerah. Perasaan kaki yang saling terjerat. Bau harum dari samponya dan sebagainya.

Jadi, semakin dia mencoba untuk melupakannya, semakin kuat ingatan itu terputar di kepalanya.

"Dan sejak awal, aku tidak bisa membuang waktuku untuk melupakannya, itu adalah ciuman pertamaku."

"Jadi, bagaimana kalau kau menyimpannya di hatimu dan melanjutkan hidupmu seperti biasa?"

"Tidak mungkin! Dan karena Koyuki tidak ingat, dia jadinya memperlakukanku seperti biasanya."

Misalnya saat makan siang bersama.

'Oh, jus itu kelihatannya enak. Biarkan aku mencobanya!'

'Ugh...? Apa yang kau lakukan, Koyuki?'

'Apa maksudmu? Kamu juga selalu melakukan itu, kan?'

Dia akan melakukan ciuman secara tidak langsung, sesuatu yang sebenarnya sudah biasa diantara kami.

Dan pada suatu kesempatan lain, ketika kami pergi dan pulang sekolah...

'Oh? Naoya-kun, sepertinya ada yang salah dengan layar smartphoneku.'

'Coba aku lihat..'

'Makasih, ini loh.. Aku sudah mencoba mengklik di sini dan untuk beberapa alasan itu berhenti bekerja... Bagaimana cara memperbaikinya?'

'Wajahmu terlalu dekat, Koyuki...!'

Dia mendekatkan wajahnya ke arah wajahku.

Dia tidak tahu bahwa mereka baru saja berciuman dan dia mulai terbiasa dengan skinship seperti itu. Jadi, Naoya yang harus menanggung semuanya sendiri karena hanya dirinya yang mengingatnya.

"Mana mungkin aku bisa bersikap seperti biasa di dekatnya! Hatiku tidak bisa menahannya..."

"Tapi, bukankah menurutmu skinship semacam ini menyenangkan?"

"Tentu saja! Terlebih dengan gadis yang kau sukai, tahu.."

"Sulit untuk mengatakan apakah intusimu adalah suatu kebaikan atau kekurangan."

Kirihiko-lah yang meletakkan tangannya di pipinya dan menghela nafas.

Tatsumi dan Sakuya pun saling berbisik.

"Oh, Naoya kebingungan. Sungguh tidak biasa."

"Aku belum pernah melihat Nii-sama seperti ini sebelumnya. Lucu sekali."

"Hei, kalian berdua. Ini bukan tontonan, oke? Daripada itu, mengapa kalian tidak mencoba memikirkan sesuatu untuk membantuku lepas dari situasi ini?'

Naoya menatap mereka dan menghela napas panjang.

Meskipun dia merasa sedikit lebih tenang sekarang karena dia bisa membicarakannya atas nama konsultasi, dia masih dalam kondisi kewalahan.

Melihat Naoya yang bermasalah, Kirihiko menyipitkan matanya padanya.

"Aku ingin bertanya apa yang ingin kau lakukan, Sasahara-kun?"

"Ehh....?"

Naoya berkedip padanya.

Dia masih terguncang dengan situasi ini, sehingga dia tidak pernah memikirkan perasaannya sendiri.

Dia merenung sejenak dan kemudian perlahan mengutarakan isi hatinya.

"Untuk saat ini, seperti yang aku katakan sebelumnya... Aku tidak ingin berpura-pura tidak mencium Koyuki."

"Kalau begitu, kau mau mengatakan yang sebenarnya pada Koyuki-chan?"

"Tidak, mengatakan yang sebenarnya padanya hanya akan membuat Koyuki menjauh dariku. Jadi, aku tidak akan melakukannya."

Dia menolak saran itu mentah-mentah.

Saat percakapan berlanjut, dia merasakan kabut yang telah menyebar di dalam hatinya mulai terangkat.

Sejak awal, akulah satu-satunya orang yang menderita karena kejadian itu. Situasi ini cukup sulit bagiku. Seandainya aku bisa berbagi perasaan manis dan asam ini dengan Koyuki. Itu akan lebih mudah, bukan..?

Dan apa yang harus aku lakukan untuk mewujudkan situasi itu.

Naoya tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang terlintas di pikirannya.

"... Pengaturan ulang?"

"Ya, itu cara satu-satunya."

Kirihiko tertawa pelan, seolah dia mendapatkan jawaban yang dia harapkan.

Sakuya, yang tampaknya tidak mengerti, memiringkan kepalanya.

"Apa maksudnya itu, Nii-sama?"

"Kita akan mengulang ciuman pertama kita." kata Naoya dengan nada tenang, namun tegas 

"Aku akan mencium Koyuki lagi. Dengan begitu, aku tidak akan menjadi satu-satunya yang terganggu dan aku tidak perlu berpura-pura bahwa ciuman itu tidak terjadi. Satu batu untuk dua burung." [TN: peribahasa yang sama dengan setali tiga uang. Atau kalau yang belum tau, maksudnya dengan satu solusi bisa menyelesaikan lebih dari satu masalah.]

"Aku mengerti. Tapi Nii-sama, rencana itu terlalu sulit untukmu."

Sakuya semakin khawatir dengan hal itu.

"Kurasa tidak mungkin bagi Onee-chan untuk mencium seseorang yang bahkan tidak menjalin hubungan dengannya. Bukankah Nii-sama seharusnya cukup dewasa untuk menunggu pengakuannya?"

"Ya, tentu saja aku akan menunggu."

Aku akan menahan pengakuan perasaanku sampai Koyuki bisa dengan jujur ​​mengatakannya.

Aku tidak pernah berbohong tentang keputusan itu dan bahkan sekarang aku berniat untuk menepati janji itu.

"Aku akan menunggu sampai dia jujur terhadap perasaanya sendiri. Tapi ... aku tidak pernah mengatakan aku tidak akan menyerang sampai saat itu!"

Naoya mengangkat kepalanya dengan penuh semangat.

Dia kemudian membuat deklarasi perang yang mengesankan.

"Jadi, tujuan utamaku adalah berpacaran terlebih dulu! Dari sini, aku akan mencoba mendorongnya dan membuat Koyuki sangat mencintaiku sehingga dia ingin menanggapiku dengan sebuah ciuman! Itu satu-satunya cara!" [TN: Akhirnya, author change Naoya to Attack Position! Kokuhaku incomingggg!]

"Nah, itu baru Nii-sama-ku.. Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi karakter utama gal-game dan karakter supportnya sendirian!"

Sakuya bertepuk tangan dengan antusias tanpa ekspresi apapun di wajahnya.

Dan untuk Kirihiko, dia mengangguk puas dan mengacungkan jempol.

"Nah, begitu dong. Sikap agresif itu paling cocok untuk Sasahara-kun, kan?"

"Terimaa kasih, Kirihiko-san. Semangatku sudah kembali."

Dengan ringan, Naoya meneriakkan tekadnya yang kuat ke arah kafe tempat Koyuki seharusnya berada.

"Kuatkan dirimu, Koyuki! Maaf, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menyerangmu.....mulai saat ini!"

Dengan demikian, strategi diputuskan.

Naoya akan lebih agresif dari sebelumnya untuk mendapatkan pengakuan cinta dari Koyuki.

Kemudian, pada saat yang tepat, dia akan mencoba untuk memulai kembali ciuman itu.

Itu adalah strategi yang sempurna tanpa celah.

Tapi kemudian, Tatsumi meletakkan tangannya di dagunya dan menutupinya.

"Hm? Tapi, Naoya. Apakah sejauh ini tidak ada celah serius dalam rencana itu?"

"Huh...? Memang benar bahwa Koyuki tidak akan mudah untuk dihadapi, tetapi itu tidak terlalu merepotkan..."

"Hmm... Aku yakin Shirogane-san akan menjadi lawan yang tangguh. Tapi, jika itu adalah dirimu yang biasanya, kau pasti bisa mengalahkannya dengan cara yang wajar. Tidak ada ruang untuk keraguan di sana."

"Lalu apa masalahnya?"

"Sudah jelas, bukan? Itu kau sendiri."

Dia menyeringai dan menunjuk ke kepala Naoya.

"Bayangkan sebentar... Bisakah kau menyerang Shirogane-san dengan agresif seperti dulu?"

"Apa? Tentu saja..."

Seperti yang dikatakan Tatsumi, aku mencoba membayangkan diriku menjadi agresif seperti biasanya.

Aku mencoba memuji rambut Koyuki, mencoba memegang tangannya dan mengatakan kepadanya bahwa aku mencintainya.

Namun, semua simulasi ini berhenti di titik yang krusial.

Penyebabnya sudah jelas. Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa malu dan semakin cepat jantungku berdetak. Akhirnya, imajinasi wajah Koyuki menjadi semakin dekat dan terfokus pada bibirnya.

Oh, tidak... dadaku terlalu sakit untuk melakukan itu!

Untuk menghilangkan kehaluan ini, Naoya meneriakkan kesadarannya

"Maksudmu aku harus merehabilitasi diriku dulu... sebelum aku bisa menyerangnya dengan agresif?"

"Tepat sekali! Kupikir kejutan ciuman sebelumnya tidak akan pernah bisa membuat dirimu kembali seperti biasanya. Dalam kasusku, aku bahkan tidak bisa melihat wajah Yui untuk sementara waktu setelah ciuman pertama kami dulu."

Dia menepuk bahu Naoya dan melanjutkan.

"Yah, semoga berhasil. Pemuda yang sedang kasmaran."

"Jangan sombong dulu! Kau pikir siapa kau ini!?"

"Seorang pria biasa yang sudah mempunyai pacar?"

"Ugh... Itu semua berkatku, kau bisa bersama Yui, kau tahu?"

Naoya mengguncang dada teman masa kecilnya yang berbaring, tapi dia sepertinya tidak bergeming.

Merasa kosong, Naoya melepaskan tangannya dan beranjak bangun.

Dia tidak berpikir bahwa dirinya sendiri yang akan menjadi penghambat kemajuan rencananya. Namun, Naoya tidak bisa menyerah pada saat ini. Dia memiliki tujuan mulia untuk mencium Koyuki lagi.

"Yosh, aku akan melakukannya...! Aku akan mengatasi ini dan menyerang Koyuki dengan agresif!"

Naoya mengepalkan tangannya sekali lagi dan mengerahkan seluruh kekuatannya.

Kirihiko, Sakuya dan Tatsumi melihat ini dan tersenyum puas.

"Hahaha, Naoya memang sangatlah menarik. Aku tidak pernah bosan melihatnya."

"Tapi ini masalah sensitif. Jadi, kita hanya akan mengawasinya."

"Aye, kapten! Btw, soal mengawasi. Bagaimana kalau kita mengamati mereka akhir pekan nanti?"

"Oh, kedengarannya menarik. Lagi pula, cuacanya sangat cerah. Hei, apa kau dan Yui mau bergabung dengan kami? Tentu saja, aku akan membelikan kalian minuman sama seperti di kolam renang waktu itu."

"Oh, aku akan menanyakannya pada Yui nanti. Menurutku dia pasti bisa."

Mereka melepaskan perhatiannya pada Naoya dan mulai merencanakan untuk akhir pekan nanti.

Di sisi lain Naoya juga sedang merencanakannya.

"Kalau begitu, kurasa aku harus mengajaknya kencan dan mendapatkan kembali intuisiku... secepat mungkin... akhir pekan ini atau sebelumnya... aku harus bisa memenangkan hatinya."

Naoya sibuk menggumam dan merencanakan, dan tidak seperti biasanya, dia tidak mendengarkan orang-orang di sekitarnya.

Satu-satunya jalan keluar dari kesulitan ini adalah dengan menyerang.

Namun, untuk membawa permainan ke level berikutnya, dia perlu mengembalikan dirinya ke dalam kondisi yang baik.

Naoya menyadari hal ini dan bertindak cepat.

Keesokan harinya, dia berjanji untuk pergi kencan dengan Koyuki pada akhir pekan.

* * *

Dan hari ini adalah waktunya.

Ada berbagai situasi yang bisa disebut kencan.

Karaoke dimana mereka bisa berduaan, bioskop atau planetarium dimana mereka bisa berpegangan tangan dengan lembut dalam kegelapan. Atau pemandangan malam yang romantis di observatorium atau di kamar masing-masing.

Akhirnya Naoya memilih tempat yang sangat biasa di antara berbagai pilihan tersebut.

"Woah, hari yang indah, bukan? Sudah lama aku tidak ke sini."

Berdiri di pintu masuk taman, Koyuki mengangkat suaranya dengan gembira.

Di bawah langit biru yang menusuk, jalan bata beraspal, membentang lurus dari tempat Koyuki berdiri. Pohon-pohon kayu besar yang tinggi berjajar di kedua sisinya, dengan jarak yang sama.

Sedikit lebih masuk ke dalam, air mancur besar memercik ke udara, menarik banyak orang untuk berhenti dan menikmati udara sejuk. Kemudian, dimulai dari air mancur tersebut ada jalan bercabang dan mengarah ke berbagai bagian kota.

Ini adalah taman urban terbesar di kota.

Taman ini memiliki sebuah kolam besar, tempat olahraga dan plaza barbekyu, belum lagi lapangan baseball dan halaman rumput. Taman ini juga berfokus pada tanaman hijau, dengan pepohonan yang berjajar di banyak tempat dan petak bunga yang terawat indah yang dapat bertahan untuk waktu yang lama.

Ini adalah tempat yang populer untuk keluarga, tetapi tentu saja juga terkenal sebagai destinasi kencan.

Karena hari ini adalah hari libur dan suasana di pagi hari cukup cerah. Kita bisa melihat beberapa pasangan yang ada disana.

Dan Koyuki dalam gaya kencan yang sempurna.

Dia mengenakan sandal yang nyaman dan gaun pendek. Dia mengenakan pakaian musim panas dengan suasana tenang dan tas kecil dibahunya. Dia juga menambahkan aksesoris kecil untuk mendandani pakaiannya.

Naoya tersenyum di sebelah Koyuki yang sudah mempersiapkan dirinya dengan baik.

"Sudah lama sejak terakhir kali aku ke sini. Ini pertama kalinya aku datang untuk berkencan."

"Maaf mengganggu kesenanganmu, tetapi ini bukan kencan." kata Koyuki tersenyum licik.

"Karena kamu bilang kamu ingin menggerakan badanmu karena jarang berolahraga, aku tidak punya pilihan selain menemanimu jalan-jalan. Sudah menjadi kewajiban majikan untuk mengajak hewan peliharaan mereka jalan-jalan."

"Oh, begitu.. Nah, bagaimana kalau kita mampir ke toko di sana?"

"Eh? Untuk apa? Apa kamu menginginkan sesuatu?"

"Tidak, bukan itu. Aku hanya berpikir kalau membawa hewan peliharaan jalan-jalan, bukankah kamu membutuhkan tali dan kalung leher. Lihat, ada peringatan di sana tertulis 'Tolong ikat Anjing Anda dengan benar, agar tidak lepas'..."

"Uh-huh.. Oke, baiklah. Aku akui kalau ini kencan. Apa kamu puas?"

Koyuki mengangguk kecil seolah itu adalah keputusan yang sulit.

Dan kencan pun dimulai, baik dalam nama maupun dalam kenyataannya.

Aku melihat ke peta yang ada di pintu masuk taman dan berkonsultasi dengan Koyuki.

"Jadi, kita mau pergi kemana dulu?"

"Hmm, karena kita sudah ada disini. Bagaimana kalau berkeliling sebentar? Seharusnya ada beberapa kios di alun-alun hari ini."

"Begitu, kedengarannya seperti acara yang membosankan. Kira-kira ada yang menarik dari situ, kah?"

Mata Koyuki berbinar saat dia melihat ke peta.

Sebaliknya, Naoya melirik sekilas ke arah wajah Koyuki, mengepalkan tangannya dan bertekad.

Yosh.. Aku akan melakukan yang terbaik. "Membiasakan diri untuk bermesraan dengan Koyuki" itu tujuanku hari ini!

Karena ingatan ciuman yang kuat, Naoya menjadi baperan dengan Koyuki. [TN: kiasan English too conscious kalo di translate langsung sepertinya kurang enak aja dibaca. Baperan kayaknya cocok banget buat penggantinya wkwkwkwk]

Rencananya akan gagal total jika dia terus seperti ini.

Oleh karena itu, kencan hari ini adalah sesi pemulihan untuknya.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan ketenangannya kembali.

"Oh, Naoya-kun! Lihat itu!"

"Ughhh...!?"

Tapi, kemudian Koyuki menarik pakaian Naoya.

Dan mereka menjadi sedikit lebih dekat satu sama lain. Tanpa menyadari sikap aneh Naoya, Koyuki menatapnya dan tatapan berbinar.

"Katanya kita bisa naik perahu di kolam itu! Mau kesana?"

"Oh, kedengarannya menarik."

"Hm.. Mnm.. benar, kan? Tidak sepertimu yang selalu melamun, aku sangatlah cerdas."

Koyuki dengan bangga membusungkan dadanya.

Naoya berusaha mati-matian untuk menenangkan hatinya sambil tersenyum canggung ke arahnya.

Astaga, ini lebih sulit dari yang aku pikirkan... hanya berkencan dengan gadis yang aku suka sudah cukup mengguncang hatiku...

Selain itu, "Naik perahu sambil melihat-lihat kios di sekitar alun-alun... Aku sangat menantikannya! Kurasa aku sangat bersemangat karena aku bersama Naoya-kun...", Naoya bisa merasakan perasaan Koyuki hanya dengan melihatnya. Sungguh hal yang menggemaskan untuk dia pikirkan saat ini.

Itu menyengat hati Naoya lebih dari yang dia harapkan.

Naoya, untuk sekali ini, tidak punya pilihan lain selain membenci persepsinya sendiri.

Hanya ketika mereka sedikit lebih dekat satu sama lain, ini terjadi. Jika sesuatu yang lebih mengerikan terjadi, Naoya tidak yakin bahwa dia akan mampu menanggungnya. Bahkan ada kemungkinan dia akan menyerah sebelum menyelesaikan rehabilitasinya.

Aku akan dalam masalah jika… aku tidak berhasil mengendalikan Koyuki...

Dia melihat sekeliling dengan panik untuk menemukan jalan keluar.

Dan surga berada di pihak Naoya. Dia tiba-tiba sadar dan tersenyum.

"Hei, hei. Lihat, Koyuki."

"Mn, ada apa?"

"Ada pasangan di mana-mana."

Ini adalah hari libur yang menyenangkan. Banyak orang mengunjungi taman dan tentunya ada banyak pasangan.

Dan mereka bermesraan dengan berbagai cara, saling bergandengan tangan, berpegangan tangan, memegang ujung pakaian pasangan mereka, dll. [TN: Bergandengan tangan dan berpegangan tangan disini beda ya. Bergandengan itu lebih deket, lengan ke lengan.]

Dihadapkan dengan pemandangan ini, Koyuki memutar matanya.

"Itu benar... dan mereka semua sangat berani..."

"Haruskah kita mencoba meniru mereka? Mungkin kita bisa saling bergandengan tangan..."

"Eehh!?"

Wajah Koyuki langsung memerah karena tawaran tak terduga dari Naoya.

Dia mengambil jarak yang jauh dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin aku bisa melakukan hal yang tidak senonoh semacam itu!"

"Ayolah, kita hanya berpegangan tangan. Nggak usah malu, toh nanti kau juga akan terbiasa dengan sendirinya."

"Ugh, tetap saja. Itu memalukan, tahu!"

"Haa, sangat disayangkan.."

Naoya menanggapinya dengan bahu merosot seolah-olah kecewa dengan penolakan dari Koyuki.

Dan tentu saja, dia memiliki senyum licik di mulutnya.

Oke, sepertinya rencanaku berhasil.. Jika aku dapat mengendalikan tingkah laku Koyuki di sini. Maka, dia seharusnya tidak akan menempel tiba-tiba seperti sebelumnya...

Dan rencananya tepat sasaran.

Koyuki yang masih tersipu malu dengan wajah memerah, melirik ke arah pasangan disekitarnya dengan gelisah.

'Aku sangat iri pada mereka. Tapi! Aku tidak bisa melakukan hal seberani itu...!' Hal semacam ini terlihat jelas dari raut wajahnya. Berkat ini, Koyuki tidak bisa mendekati Naoya seperti sebelumnya untuk sementara waktu.

Jarak antara Naoya dan Koyuki sekarang sekitar satu lengan. Ini lebih baik dari sebelumnya.

Sementara Naoya merasa lega dan menepuk dadanya, Koyuki memalingkan wajahnya. Itu adalah upaya terang-terangan untuk menyembunyikan rasa malunya.

"A-Aku akan pergi dulu. Kalau kita tidak bergegas ke sana. Kita tidak akan kebagian temp--....."

Saat hendak berjalan, Koyuki menabrak seseorang.

Untungnya, dia tidak jatuh. Tapi, Koyuki buru-buru berbalik dan menundukkan kepalanya.

"Maaf, aku tidak sengaja... Eh, Yui-chan?"

"Ohh!... Koyuki-chan dan Naoya?"

"Wah...?"

Berdiri di sana adalah Yui dan Tatsumi.

Mereka berdua mengenakan pakaian kasual dan seperti pasangan lain di daerah itu, mereka bergandengan tangan dengan mesra. Keduanya adalah contoh dari sepasang kekasih SMA yang sedang berkencan.

Di belakang mereka ada Kirihiko dan Sakuya. Masing-masing dari mereka membawa buku catatan dan kamera di leher mereka.

Begitu melihat Naoya dan teman-temannya, mereka berdua menyapanya.

"Oya, bukankah itu Sasahara-kun? Kebetulan yang sangat langka!"

"Ara, Onee-chan. Aku tidak tahu kalau kamu pergi berkencan dengan Nii-sama hari ini."

"Astaga! Apa yang kalian rencanakan?"

"Tidak, tidak. Kami tidak merencanakan apapun. Aku datang ke sini untuk berkencan dengan pacarku. Dan kebetulan kami melihatmu bersama Koyuki-chan, itu saja." jawab Yui sambil tersenyum.

Naoya, di sisi lain, terhuyung mundur dengan tangan memegangi kepalanya. Dia terkejut dengan pertemuan tak terduga ini.

"Oke, aku minta maaf karena salah paham. Lagipula, hari ini adalah hari libur dan cukup cerah. Jadi, wajar saja jika kalian datang ke sini. Tapi tetap saja, bagaimana bisa kalian datang ke sini di waktu yang bersamaan denganku dan Koyuki?"

"Kurasa kebetulan semacam ini hal yang biasa, Sasahara-kun."

"Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu, Nii-sama. Jarang sekali melihatmu terkejut seperti ini." kata Sakuya, meletakkan tangannya di bibirnya dan tersenyum.


Meskipun ekspresinya terlihat datar, tetapi itu adalah cara dia mengekspresikan kegembiraanya.

Di sisi lain, wajah Naoya menjadi sedikit bermasalah. Melihat ini, Kirihiko-san mengerutkan alisnya dan melanjutkan,

"Nggak usah masang wajah terkejut seperti itu, Sasahara-kun. Emang masalah 'ya tiba-tiba bertemu dengan kami?"

"Tentu saja! Jika aku tidak melakukan sesuatu, aku akan kehilangan ketenanganku, tahu!"

"Huh? Apa maksudmu?"

"Nii-sama, apa kamu marah?"

Kirihiko dan Sakuya saling berpandangan.

Sementara itu, Koyuki dan Yui sedang sibuk dengan diri mereka sendiri.

"Pakaian yang kamu pakai hari ini.. imut sekali, Koyuki-chan. Kamu terlihat seperti boneka!"

"B-Benarkah? Yui-chan juga. Pakaian itu terlihat cocok untukmu. Apa itu pakaian yang kamu beli di department store depan stasiun?"

"Bingo! Ada banyak pakaian imut di sana, tahu! Bagaimana kalau kita pergi ke sana lain kali? Ah, tentu saja.. kita akan mengajak Ketua kelas."

"Oh, kedengarnnya menyenangkan! Kalau begitu, aku akan ikut!" 

Mengatakan itu, Koyuki tersenyum cerah.

Tampaknya mereka sudah semakin dekat dan semakin mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Keduanya tertawa bersama dan situasi disekitar mereka menjadi cerah seperti bunga yang mekar.

Sementara itu, Tatsumi yang terjebak di antara mereka.. merasa putus asa.

Dia menggerutu karena lengannya masih genggam oleh Yui.

"Hei, Yui. Bisakah kalau melepaskan lenganku sebentar. Dengan begitu, kau bisa mengobrol santai dengan Shirogane-san, tahu.."

"Huh? Apa yang kamu bicarakan, Tatsumi? Kita memang sedang berkencan, tetapi kencan kali ini untuk membantu Kirihiko-san mencari inspirasi. Kamu harus melakukannya dengan serius!"

"Ap--!? Bermesraan hanya untuk bahan inspirasi? Itu konyol sekali!"

Sambil kembali mengerutkan kening, Tatsumi tidak mencoba memaksa dirinya untuk melepaskannya.

Koyuki menjerit dalam kesedihan menghadapi pasangan mesra yang ada dihadapannya.

"Yui sangat berani... Apa kamu tidak malu untuk menyilangkan tanganmu dengannya di depan umum?"

"Menurutmu begitu? Ini hanya skinship biasa yang sering dilakukan pasangan. Lagian, Koyuki-chan. Bukankah kamu melakukan hal yang sama dengan Naoya di kolam renang beberapa minggu lalu?"

"I-Itu .... Aku melakukan itu karena terpaksa.."

Saat itu, ada event pasangan di mana pesertanya bisa mendapatkan hadiah dengan cara bermesraan.

Pada saat itu, kami mengikuti instruksi pembawa acara untuk saling menyilangkan tangan dan memberitahu apa yang kami sukai dari diri kami satu sama lain.

Naoya tidak berpikir Koyuki akan mampu melakukan itu jika dia tidak punya alasan yang kuat.

Tapi, kami sudah melakukan hal yang lebih dari bergandengan tangan....

Naoya diam-diam mengarahkan pandangannya ke arah langit, sambil memikirkan insiden ciuman tempo hari

Di sisi lain... Yui, yang tidak mengetahui insiden itu tetap cuek dan melanjutkan pembicaraannya dengan Koyuki.

"Koyuki-chan, kamu berpikir terlalu keras. Coba lihat orang-orang di sekitarmu."

Dia mengedipkan mata nakal dan menunjuk pasangan di sekitarnya, seperti yang dilakukan Naoya sebelumnya.

"Di sini selalu seperti ini. Lebih baik melakukan hal yang sama daripada menjaga jarak dan malah terlihat menonjol dibanding dengan orang-orang lain disini. Kamu harus lebih percaya diri!"

"Eh, apa aku harus melakukan hal semacam itu?"

"Yup, tidak apa-apa, Koyuki-chan. Nggak usah malu-malu.."

Yui memegang tangan Koyuki untuk menghilangkan keraguannya.

"Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, aku juga melakukan hal yang sama seperti pasangan lainnya. Jadi, kamu harus lebih berani!'

"Yah, kalau Yui-chan berkata begitu..."

Untuk sesaat Koyuki berdehem sebelum mengambil keputusan.

Lalu dia berbalik ke arah Naoya, perlahan menutup jarak di antara mereka. Dan ....

"K-Kalau begitu, Naoya-kun!"

"T-Tunggu, Koyuki.. Bukankah kau malu melakukan hal semacam itu?!"

Mengatakan itu, Naoya mundur selangkah dengan tangan terentang lebar. Namun, langkah kakinya terhalang yang membuatnya tidak bisa melarikan diri.

Sementara itu, jarak antara di antara keduanya semakin dekat. Dan ..

"Nggak usah banyak tanya! Eiii!"

"Guhhaaa...?"


Perlawanan Naoya sia-sia dan lengan kirinya dipeluk erat oleh Koyuki.

Pada saat itu, jantungnya langsung berdetak kencang. Dan mulai berdetak lebih cepat dan lebih cepat lagi. Kemudian wajahnya dengan cepat berubah menjadi merah padam. Koyuki menekan dadanya ke arah Naoya sehingga lengan Naoya terasa panas.

Naoya berteriak di dalam hatinya.

Sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi....!

Kedekatan Koyuki dan Yui, membuatnya merasa tidak malu dan canggung untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Yui dan pasangan lainnya.

Sementara Naoya merasa gugup, Koyuki merasa sangat bangga pada dirinya sendiri.

Meski awalnya dia merasa gugup. Tapi, karena ini adalah kedua kalinya dia melakukannya sejak kejadian di kolam renang, beban psikologisnya menjadi lebih ringan. Dan dia agak senang bisa menjadi pihak yang memulainya duluan. Dia menatap Naoya dengan senyum di wajahnya.

"I-Ini agak memalukan.. Tapi, aku akan melalukan yang terbaik untuk menahannya.. Makasih, Yui-chan."

"Ehehe, sama-sama, Koyuki-chan. Dan, untukmu Naoya, kamu harus berterima kasih padaku. Berkat doronganku, Koyuki-chan mau bergandengan tangan denganmu~"

"O-Oh, terima kasih..."

Naoya mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada teman masa kecilnya dengan ekspresi puas di wajahnya, tetapi dengan suara yang terbata-bata.

Kirihiko, Sakuya dan Tatsumi yang tahu apa yang sedang terjadi saling bertukar pandang dengan ekspresi puas di wajah mereka.

Setelah itu, dengan senyum di wajahnya Yui membuat saran kepada Koyuki.

"Nee, nee.. Koyuki-chan. Karena kita kebetulan bertemu, bagaimana kalau kita melakukan double-date?"

"Aku senang kamu mengundangku. Tapi, bukankah kita.. hanya akan mengganggu kencan kalian?"

"Tentu saja, tidak. Oh, btw.. kami berencana untuk naik perahu di danau loh."

"Benarkah? Baiklah kami ikut denganmu! Nee, Naaoya-kun. Nggak apa-apa kalau kita gabung mereka?"

"Tentu... apapun yang kamu inginkan, Koyuki.."

Dengan begitu, double-date mereka dimulai.

* * *

Setelah berjalan-jalan sambil berfoto dengan latar belakang hamparan bunga yang indah, mereka tiba di danau.

Sejumlah perahu berwarna putih terapung di permukaan air sejauh mata memandang. Bahkan ada antrian orang yang menunggu untuk naik ke perahu tersebut. Ada beberapa orang tua dan anak-anak, tetapi kebanyakan dari mereka adalah pasangan dan suasananya sangat ceria.

"Kalau begitu, kita akan mengawasi di sana."

"Semoga berhasil, Nii-sama."

Kirihiko dan Sakuya pergi dengan senyum di wajah mereka.

Lalu kedua pasangan lainnya mengantri untuk menyewa perahu.

Suara Yui pecah saat dia menunjuk ke banyak perahu kecil yang meluncur di sepanjang permukaan air.

"Oh, lihat, Koyuki-chan! Ada perahu angsa juga!"

"Oh, kamu benar! Perahu angsa!"

Koyuki melihat dengan antusias perahu-perahu putih yang meluncur di sepanjang danau.

Namun, tiba-tiba dia tersenyum dingin dan memegangi rambutnya yang panjang.

"Kamu benar-benar seperti anak kecil, Yui-chan, karena sangat tertarik melihat Shirotori-san. Tapi kalau kamu sangat ingin menaikinya, aku akan ikut denganmu." [TN: Shirotori-san itu panggilan perahu angsa yang dibuat Koyuki untuk ngeledek si Yui.]

"Ara, Koyuki-chan. Kamu tidak menyukainya 'ya? Kalau begitu, biar aku dan Tatsumi saja yang naik perahu angsa. Kamu dan Naoya bisa naik perahu yang normal."

"Aku tidak bilang kaalu aku tidak suka Shirotori-san!"

Kedua gadis itu sedang bermain bersama. Sepertinya Yui sudah terbiasa dengan sikap Koyuki.

Kemudian, seolah-olah menyadari sesuatu.. Yui tiba-tiba mengeluarkan smartphonenya dan berkata,

"Oh, ya .... bagaimana kalau kita mengirim foto kita kepada Ketua kelas?"

"Eh? Tapi, Emi-chan.. dia sedang mengikuti latihan lari gabungan, kan?" [ED: Sparing]

“Eh, ya.. Tapi, aku diam-diam mengirimkan foto Koyuki-chan dengan pakaian kasualnya tadi dan dia sangat senang. 'Apa, Koyuki-chan dalam pakaian kasualnya!? Dia memiliki gaya dewasa, tetapi memancarkan pesona yang agak polos! Hebat sekali...! Koyuki-chan memang gadis cantik dengan nilai sempurna SSS dari 100!' katanya...."

"Daripada itu, apa maksud dari nilai sempurna SSS Emi-chan itu?"

"Pokoknya, dia senang. Berkatmu, dia pasti akan memecahkan rekor terbaik di kawasan kita. Jadi, Koyuki-chan, aku akan memotret double-date kita. Ayo, katakan cheseee!!"

"Eh? Ah, ya... cheseee!!!"

Didesak oleh Yui, Koyuki berpose dengan senyum canggung.

Tentu saja, Naoya juga ikut tertangkap kamera dengan lengan yang tertahan, dipeluk oleh Koyuki.

Koyuki dengan rasa ingin tahu melihat ke layar smartphone Yui.

"Nee, nee.. gimana hasil fotonya..?"

Senyumnya berubah menjadi tatapan mata heran.

Dia kemudian menatap Naoya.

"Naoya-kun, bukankah kamu terlihat tidak baik-baik saja? Kamu terlihat cemberut dan wajahmu sangatlah merah."

"Tidak, tidak, aku tidak apa-apa..."

Naoya dengan cepat memalingkan wajahnya untuk melarikan diri dari tatapan penuh perhatian itu.

Seperti yang Koyuki katakan, wajah Naoya memerah tanpa alasan.

Sentuhan dari Koyuki sangat sulit untuk ditanggung oleh Naoya dalam kondisinya saat ini.

Dan mungkin karena itu adalah reaksi yang jarang Naoya tunjukkan, Koyuki mengangkat alisnya dan bertanya.

"Kamu juga bertingkah aneh tempo hari. Apa kamu sedang tidak enak badan? Jangan terlalu memaksakan diri, oke?"

"Tidak, bukan begitu. Aku sehat walafiat kok."

"Tapi ini hari yang cukup panas, bukan? Akan merepotkan kalau kamu sampai terkena serangan panas dan pingsan."

Koyuki mengeluarkan botol plastik dari tasnya dan menawarkannya kepada Naoya.

"Ini air yang baru saja kubeli. Minumlah selagi masih dingin."

"... Koyuki, apa kamu sudah meminumnya sebelumnya?"

"Iya? Sudah aku minum sedikit barusan. Emang kenapa?"

Koyuki mengedipkan matanya heran.

Pada akhirnya, itu adalah ciuman tidak langsung.

Meskipun itu adalah hal yang sudah biasa dia lakukan, itu memiliki arti khusus bagi Naoya sekarang.

Tatapannya secara alami tertarik ke bibir Koyuki dan setelah menelan ludahnya, dia dengan lembut mendorong kembali botol plastik itu. Sambil gemetar, dia berbisik.

"Err, tidak, terima kasih... Dan juga, bisakah Anda sedikit menjauh dari saya?"

"Kenapa kamu tiba-tiba berbicara dengan nada sopan? Seperti yang aku pikirkan, kamu sedang tidak baik-baik saja, kan?"

Koyuki, yang memiringkan kepalanya, tiba-tiba menyadari sesuatu.

Dia menatap wajah Naoya, yang diwarnai merah cerah dan mengajukan pertanyaan padanya.

"Hmm~? Ini mungkin hanya firasatku saja.. Tapi, Naoya-kun.. mungkinkah kamu sedikit malu, hm~?"

"Eh...!?"

"Apa katamu!? Naoya malu-malu? Jarang sekali aku melihatnya seperti ini.."

Yui yang mendengar kata-kata Koyuki, berbalik ke arah Naoya dengan senyum meledek di wajahnya. 

Begitu juga dengan Tatsumi, dia yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Naoya, juga mulai meledeknya. Tapi, Naoya pura-pura tidak melihatnya.

Kemudian Yui mencolek bahu Naoya.

"Fufu, Naoya.. kamu itu pria yang sangat beruntung. Kamu sangat senang berkencan dengan Koyuki-chan, kan?"

"Tentu saja, aku senang! Emang kenapa?"

"Oh, jadi begitu... hmmm..."

Naoya bingung dan mungkin ikut terjebak dalam kebingungannya, Koyuki, juga sedikit tersipu malu.

Biasanya, dia akan terdiam atau berbicara dengan kasar, tetapi hari ini, dia tidak melakukan hal yang sama seperti biasanya.

Koyuki hanya tersenyum dengan rona merah di wajahnya.

"Umm.. Aku biasanya akan merasa gugup dan mengacaukan segalanya. Tapi, aku senang melakukannya sesekali seperti ini. Nee, Yui-chan. Bukankah ini saat yang tepat untuk mengambil foto? Ayo kirimkan ini ke Emi-chan juga."

"Oh, ide bagus! Koyuki-chan, mendekatlah ke arah Naoya!"

"Oi, hentikan! Jangan mengeksposku!"

Sangat mudah membayangkan Mika akan memberikan tatapan yang sama seperti Yui setelah liburan. Memikirkan hal tersebut, perut Naoya terasa bergejolak.

Koyuki, dengan Yui di sisinya, tampaknya menjadi lebih berani dari biasanya. Ini sangat melelahkan bagi Naoya dengan kondisinya saat ini.

Biasanya aku akan senang melihatnya seperti ini.....

"Aku harap kamu sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana perasaanku ketika aku dipermainkan. Tapi, kamu sangat aneh sampai tiba-tiba malu seperti ini, Naoya-kun. Biasanya kamu akan mengatakan sesuatu seperti, 'Kau benar-benar ingin lebih dekat, bukan? Jangan ragu, aku selalu siap menyambutmu.'. Ya, itu yang kamu lakukan sepanjang waktu.”

"Mau bagaimana lagi, kan? Aku biasanya lebih tenang dari ini..."

"Tapi, tidak hari ini? Kenapa?"

"Itu, karena... Ada banyak hal yang terjadi. Laki-laki terkadang begitu!"

"Hmmm, aku tidak begitu mengerti, tapi itu pasti sulit, kan?"

Koyuki bingung, tetapi tidak melanjutkan masalah ini lebih jauh.

Sial...! Kemunculan Yui dan yang lainnya memang tidak terduga. Tapi, aku juga tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya...

Seperti yang terlihat, Koyuki semakin terbiasa dengan godaan yang diberikan kepadanya.

Di sisi lain, Naoya sama sekali tidak memiliki toleransi setelah kejadian kemarin.

Dia membayangkan apa yang terjadi jika double-date ini terus berlanjut…

Aku tidak akan bisa melewatinya...

Kematian pasti sudah dekat.

Jadi, Naoya dengan cepat mengangkat tangannya dan berencana untuk meninggalkan garis depan.

"Ah...maaf, aku ada urusan mendesak-"

"Oh, giliran kita selanjutnya! Bagus untukmu, Koyuki-chan. Hanya ada satu perahu angsa yang tersisa. Aku akan memberikannya untukmu."

"Benarkah? Ayo pergi, Naoya-kun! Aku sangat menantikannya."

"Oh, baik..."

"Yah, menyerah saja dan bertahanlah di sana."

Tatsumi menepuk bahu Naoya sambil menganggukkan kepalanya.

Mereka dibagi menjadi dua kelompok dan menaiki perahu.

Yui dan Tatsumi berada di perahu putih biasa.

Naoya dan Koyuki memutuskan untuk naik perahu angsa, yang sudah ditunggu-tunggu oleh Koyuki.

Mengikuti instruksi petugas, kita melangkah ke dalam perahu yang ternyata cukup luas. Langit-langitnya tinggi. Jadi, meskipun kita duduk di tengah perahu, kepala kita tidak akan terbentur.

Namun, kursinya sangat sempit. Jika dua orang duduk bersama, siku mereka akan saling bersentuhan tidak peduli seberapa keras mereka mencoba untuk menjaga jarak.

Untuk pasangan yang sedang berkencan, ini akan menjadi situasi yang menyenangkan dan berkesan.

Tapi bagi Naoya sekarang, itu sama saja dengan tempatnya untuk mati.

Tidak, mau bagaimana lagi jika ini sudah terjadi...! Aku tidak punya pilihan lain selain menyerang secara agresif terlebih dahulu dan memblokir pergerakan Koyuki...!

Jika aku melakukan itu, aku tidak akan diserang seperti sekarang... seharusnya.

Terbakar oleh keputusasaan dan tekad, Naoya membulatkan tekadnya.

Namun, dia tidak tahu apa yang akan dia lawan.

"Perahu ini dioperasikan dengan kaki. Jadi... Fufufu, biar aku yang akan mendayungnya duluan."

Berbeda dengan Naoya, yang sedang tegang mengambil keputusan, Koyuki duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi bersemangat di wajahnya.

Dengan demikian, perahu mereka berdua dengan tenang meluncur ke air.

Memutar kemudi dalam lingkaran tanpa alasan dan menunjuk ke arah perjalanan, dapat dilihat dengan mudah bahwa Koyuki sedang dalam suasana hati yang baik.

"Hore! Bagaimana menurutmu, Naoya-kun? Inilah keterampilan mengemudiku!"

"O-Oh, kupikir kau adalah pengemudi yang baik."

Naoya tersenyum canggung dan menjawab seadanya.

Saat dia melakukan ini, keringat, yang bukan hanya karena panas, menetes di pelipisnya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya adalah... Aku yakin ini...

Bahkan jika dia dalam suasana hati yang baik sekarang, aku yakin dia akan berkata "Aku lelah." dalam beberapa waktu kedepan.

Jika itu terjadi, Naoya harus mengambil alih kemudi.

Ini adalah kapal kecil. Pasti sulit untuk berpindah tempat duduk.

Kemudian, tentu saja, tubuh mereka akan bersentuhan. Wajah Naoya memerah. Meskipun Koyuki agak malu, tetapi karena dia sedang dalam suasana hati yang baik. Dia tidak terlalu memperdulikan hal itu, Koyuki akan dengan santai menggerakkan tubuhnya lebih dekat ke arah Naoya.

Hasil akhirnya adalah kekalahan total bagi Naoya.

Aku tidak punya pilihan selain menyerangnya sekarang...!

Dia akan menyerang, menyerang dan menyerang sehingga tidak memberi waktu bagi Koyuki untuk lanjut mengemudikan perahunya.

Jika itu terjadi, Koyuki tidak akan lelah dan aku tidak perlu mengambil alih kemudi.

Naoya, dengan pikirannya yang sudah bulat, melanjutkan serangan.

"H-Hei. Koyuki..."

"Mn, ada apa?"

"Mende--..."

Aku hendak bertanya apakah kita bisa lebih dekat lagi.

Dia memang sudah mulai terbiasa inisiatif mendekatiku. Tapi, aku yakin dia masih belum terbiasa dengan pendekatan langsung. Karena itu, dia mungkin akan berusaha untuk menjaga jarak. Itulah yang aku harapkan.

Namun...

"Men..."

"Eeee, apa? Mencari?"

Koyuki berkedip saat Naoya membeku dengan mulut setengah terbuka.

Kata-kata yang seharusnya diucapkannya tidak kunjung keluar.

Lagi pula, wajah Koyuki begitu dekat. Jika dia mendekatkan wajahnya beberapa sentimeter lebih dekat, bibirnya hampir menyentuh bibir Naoya.

Bagaimana aku bisa mengatakan, 'Mendekatlah,' bahkan jika aku tahu kalau aku tidak akan mampu melakukannya!?

Koyuki menganggukkan kepalanya pada Naoya, yang berkeringat seperti air terjun.

"Ada apa, Naoya-kun? Wajahmu merah semua. Aku sudah menyuruhmu untuk minum air."

"I-Itu..."

"Haa, apa segitunya kamu tidak mau minum air yang aku beli?"

"Tidak. Bukan begitu, Koyuki.."

"Jangan cerewet seperti bos yang merepotkan..."

Koyuki mulai jengkel, tetapi Naoya tidak punya pilihan selain dengan paksa menolaknya.

Namun, sepertinya Naoya terlihat sangat lemas.

Berhenti mengayuh, Koyuki memutar kepalanya.

"Kamu sangat aneh, Naoya-kun. Hari ini panas. Jadi, kupikir kamu harus minum air. Phew.."

"Eh?"

Koyuki mengepakkan kerahnya untuk mendapatkan udara segar karena panas.

Berkat itu, Naoya dapat melihat sekilas belahan dadanya. Itu hanya pandangan sesaat.


Meski hanya sesaat, itu sangat berdamage bagi Naoya. 
[TN: Ugh… Ini mah damagenya sampe ke pembacanya. Ga ngotak emang Koyuki.]

Terakhir kali mereka pergi ke kolam renang bersama, dia baru saja mendapatkan banyak luka setelah melihat baju renangnya. Tapi, kekuatan dari pandangan sesaat ini sangat menghancurkan.

Ditambah lagi…

"Oh, itu Yui-chan dan pacarnya. Hei! Lihat, Naoya-kun! Mereka berada di kapal yang cukup keren!"

"Tunggu, Koyuki. Kau akan terjatuh kalau kau banyak bergerak!"

Perahu Yui dan teman-temannya mendekat.

Kemudian, angin kencang bertiup dan...

Brukk!!!

"Kyaaaa!"

"Uwaaaa!"

"Ooooppp!"

Perahu Yui dan Tatsumi dengan ringan menabrak sisi perahu angsa yang dinaiki Koyuki dan Naoya.

Yui hampir jatuh karena benturan itu. Tapi, Tatsumi berhasil mencegah agar Yui tidak terjatuh.

"Lihat? Sudah kubilang!"

"Ugh, maaf... Koyuki-chan, apa kamu baik-baik saja? Hei, halo, Koyuki-chan!"

Suara Yui mengguncang permukaan air.

Dan baik Koyuki maupun Naoya tidak punya waktu untuk menjawab.

"Ah, aww... m-maaf…"

Sambil membenamkan wajahnya di dada Naoya, Koyuki mendongak ke atas dan membuat suara samar

Dampak dari goncangan perahu membuatnya memeluk Naoya.

Dan ini adalah jarak terdekat mereka untuk hari ini.

Semuanya sangat dekat, dari matanya yang besar dan basah karena malu, pipinya yang merah padam, bibirnya yang mengerucut karena napasnya yang samar. Aku juga bisa mencium bau manis campuran keringat dan sampo. Panas tubuh yang hampir membakarku di tempat ku menyentuhnya…

Dan informasi sensorik ini hampir sama dengan apa yang dia alami ketika dia dicium tempo hari... Naoya menghela nafas pelan, lalu.

"Koyuki"

"Apa...?"

Naoya meletakkan tangannya di bahu Koyuki dan perlahan mengangkatnya.

Kemudian, Naoya melanjutkan dengan wajah yang memerah dan serius.

"Ini kekalahanku... Kau bisa merebusku atau memanggangku... lakukan sesukamu...."

"Iya? Eh, hei.. Naoya-kun!?"

Naoya pun akhirnya gugur karena serangan bertubi-tubi dari Koyuki.

* * *

Tiga puluh menit kemudian.

Di bangku yang berada di bawah naungan pohon dekat danau, Naoya membuka matanya dan menghela nafas.

"Kupikir aku akan mati ..."

"Jika situasi itu menjadi penyebab kematianmu, kamu pasti akan memenangkan Penghargaan Darwin, Nii-sama."

Sakuya, yang sedang makan kerang lunak raksasa di bangku di depan restoran, berkomentar dengan ekspresi datar.

Kirihiko, yang duduk di sebelahnya, juga meletakkan tangannya di atas makanannya dan berseru kagum.

"Aku benar-benar berpikir kau menahannya dengan baik. Dan Koyuki-chan seolah-olah memberikan sentuhan akhir dengan merawatmu."

"Ketidakpekaan Onee-chan adalah sesuatu hal yang terkuat darinya."

"Kupikir itu adalah hal yang baik buatku, meskipun..."

Dia membuka botol plastik di tangannya dan meminumnya dalam satu tegukan.

Naoya ambruk di atas kapal dan Koyuki sangat depresi dengan hal itu.

"Ini salahku karena memaksanya berkencan denganku meskipun dia bertingkah aneh... Jadi... aku harus merawatnya dengan sepenuh hati."

Dan proses dari berubahnya rasa putus asa menjadi motivasi terjadi dengan sangat cepat.

Dengan demikian, Koyuki merawat Naoya yang pingsan.

Mencoba membuatnya minum air, membuatnya berlutut, memberinya makan es krim lembut dengan "ahhh" - semua hal yang sudah mulai dia biasakan dan itu bekerja sangat baik untuk Naoya sekarang.

Yui mengajak Koyuki pergi melihat kios terdekat, yang akhirnya membebaskan Koyuki dari Naoya.

Mengangkat botol plastik kosong di depannya, Naoya menghela nafas

Pada akhirnya, kami berada sangat dekat dan kami bahkan berciuman tidak langsung...

Air mineral Koyuki tampaknya menjadi terlalu manis.

Saat Naoya memikirkan hal itu, tiba-tiba orang lain menepuk bahu Naoya dari belakang.

"Kukuku, ini adalah jalan yang sangat sulit di depanmu, Naoya. Kau benar-benar dikalahkan oleh Shirogane-san hari ini, bukan?"

"Tatsumi..."

Setelah melihat kembali ke wajah yang menyeringai itu, Naoya perlahan menggelengkan kepalanya

"Tidak...Aku tidak kalah, Tatsumi."

"Hah? Ini kekelahanmu tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya 'kan, Sakuya-chan?"

"Ya. Hari ini, Nii-sama benar-benar tidak bisa menyerangnya."

"Rasanya seperti sentuhan balok pemotong, bukan?"

Sakuya dan Kirihiko saling mengangguk.

Seperti yang dikatakan semua orang, Naoya benar-benar terkalahkan atau jika kita melihat dari rencana awal Naoya, maka itu adalah kekalahan telak.

Naoya sendiri mengakui hal itu, namun memberikan senyuman tipis.

"Memang benar aku tidak berdaya melawan serangan Koyuki. Tapi berkat itu... aku bisa terbiasa dengan godaannya sampai batas tertentu!"

Peristiwa komedi romantis yang datang padanya sangat kuat.

Dengan kata lain, serangan bertubi-tubi itu berhasil mengembalikan sikapnya.

Atau mungkin aku sudah mati sekali dan terlahir kembali. Dan terlepas dari itu..

"Aku dalam kondisi sempurna sekarang! Lagi pula, saat aku membayangkan berciuman dengan Koyuki, aku hanya setengah gugup dibanding sebelumnya!"

"Apa yang kamu teriakkan di luar ruangan, Nii-sama?"

"Pura-pura tidak kenal..."

"Huhhh… sudah terlambat…"

Pasangan-pasangan yang lewat pun memberikan tatapan geli pada Naoya.

Tapi, tatapan geli seperti itu tidak ada artinya bagi Naoya, yang sudah mengembalikan semangatnya.

Naoya menampar dirinya sendiri dan berdiri.

"Oke, rencananya sudah maju selangkah. Sekarang giliranku yang menyerang!"

Dia akan mendapatkan persetujuan dari Koyuki untuk mengakui perasaannya padanya dan menciumnya lagi.

Proyek besar itu akhirnya dimulai.

"Persiapkan dirimu, Koyu.. ki..."

"Hm? Ada apa, Nii-sama?"

Pernyataan Naoya tiba-tiba terhenti, sementara Sakuya dan yang lainnya memiringkan kepala mereka kebingungan.

Kirihiko-lah yang pertama kali menyadarinya. Dia mengikuti tatapan beku Naoya dan mengangkat suaranya.

"Oh, Yui dan yang lainnya sudah kembali? Kau benar-benar memiliki penglihatan yang bagus, bukan?"

Jauh di jalan utama, Koyuki dan Yui berjalan berdampingan.

Dari sudut pandang mereka, mereka mungkin terlihat tidak lebih besar dari ukuran jari kelingking.

Namun, Naoya memiliki penglihatan yang bagus. Dia bahkan bisa melihat gerakan bibir mereka dan tahu persis apa yang mereka bicarakan. Dan apa yang mereka bicarakan...

'Jadi, kapan kamu akan menyatakan perasaanmu pada Naoya?'

'Fueeh!?'

Tiba-tiba Yui menjatuhkan bom atom yang membuat Koyuki terkejut.

Setelah menenangkan napasnya, dia menatap Yui dengan kesal.

'Apa yang tiba-tiba kamu bicarakan, Yui-chan...!?'

'Eh, karena aku penasaran. Kalian berdua sangat mesra hari ini, bukankah sudah waktunya untuk membayar usahanya?'

'Uuugh..., itu mungkin benar, tapi...'

Tatapan Koyuki berkeliling dari satu tempat ke tempat lain saat dia mencoba untuk melarikan diri dari pandangan Yui.

Tapi kemudian, seolah menyerah, dia menurunkan bahunya dan terus berbicara.

'Aku belum menemukan keberanian... Sangat sulit bagiku untuk memberitahunya sendiri sejak awal. ....'

'Jadi, jika Naoya menyatakan perasaannya padamu sekali lagi, kamu mungkin akan menerimanya?'

'Ugh... itu...'

Wajah Koyuki berubah menjadi merah cerah.

Setelah beberapa erangan, dia kemudian berbisik dengan suara seperti nyamuk.

'Mn, mungkin sebentar lagi.. aku bisa mengatakan 'Iya' ...'

'Nah, gitu dong! Semoga berhasil, Koyuki-chan!'

'Kyaaaa!?'

Menempatkan lengannya di bahu Koyuki, Yui menepuk kepala Koyuki.

Dia terkekeh di telinga Koyuki dan memberitahunya.

'Kalau kamu sudah siap untuk itu.. Tolong, jaga Naoya 'oke? Meski dia seperti itu, Naoya adalah pria yang baik.'

'... Aku tahu.'

Koyuki mengangguk kecil dengan rona merah di pipinya.

Jika percakapan mereka berakhir di sana, itu hanya akan menambah motivasi Naoya.

Namun, senyuman dan kata-kata Yui selanjutnya menyebabkan awal dari peristiwa yang merubah segalanya.

'Jika kalian mulai berpacaran, kalian mungkin dapat membuat kemajuan dengan sangat cepat. Orang-orang bahkan mungkin melakukan ciuman pertama mereka pada hari yang sama saat mereka menyatakan perasaan mereka satu sama lain.'

'Apa?! Ciuman????'

Begitu Yui mengucapkan kata-kata itu, uap keluar dari wajah Koyuki.

Dia melompat mundur dari Yui dan menggelengkan kepalanya.

'Jika hanya bergandengan tangan, aku bisa ... Tapi, berciuman... itu tidak mungkin, aku terlalu malu untuk melakukan hal semacam itu.'

'Aku tidak yakin seberapa banyak yang bisa kamu lakukan untuknya. Tapi kurasa Naoya akan senang jika Koyuki-chan menciumnya lebih dulu.'

'Aku yakin dia akan menangis bahagia, tapi...'

Koyuki mengangkat matanya dan menatap Yui dengan senyum bangga.

'Kami belum siap untuk berciuman!'

Dia membuat pernyataan seperti itu.

Lalu dia menggembungkan pipinya dan berbalik.

'Muu…! Kamu jahat sekali, Yui-chan!'

'Haha, maaf, maaf. Tapi aku bisa mengerti perasaan Naoya... menggoda Koyuki-chan memang sudah menjadi kebiasaan.'

'Bisakah kamu menghentikannya? Aku tidak suka dengan ide itu!'

'Eeeeh, gimana ya... Nggak janji loh?'

Kedua gadis itu datang ke arah kami, dengan riang dan gembira.

Sementara Naoya yang menyaksikan semuanya.

“..............”

"H-Hei, Sasahara-kun. Apa kau baik-baik saja?"

"Nii-sama, kamu terlihat seperti Buddha yang tercerahkan."

Naoya tetap membeku, meskipun mereka bertiga mengkhawatirkannya.

Dia benar-benar ingin berlari ke arah Koyuki sekarang untuk meraih bahunya dan mengguncangnya dan berteriak, "Kita sudah melakukan ciuman pertama!" padanya.

Tatsumi menepuk bahu Naoya, yang sedang membeku.

"Yah, aku tidak tahu apa yang Yui dan yang lainnya bicarakan. Aku hanya bisa mengetahui bahwa hari ini adalah kekalahan total untukmu."

"Sepertinya begitu..."

Naoya hanya mengeluarkan satu kalimat dan dengan jujur ​​mengakuinya. Ya, dia harus mengakuinya.

TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah:

Kocak asli sih ini chapter, sekaligus jadi pembuka agresi perangnya Naoya ke Koyuki. Ya lagian enak bener sih Koyuki main lupa aja uda bikin anak orang baper setengah mampus wkwkwkwkwk Tapi setidaknya Koyuki ngakuin bentar lagi bakal bisa nerima Naoya, jadi… KAWAL TERUS SAMPE JADIAN!!! Btw, ini chapter terpanjang di volume ini dan tumpah-tumpah juga si jumlah illustrasi, tapi ya berarti beberapa chapter setelah ini mungkin bakal tanpa illustrasi… Yauda, semoga kalian senang dengan chapter ini ^^




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close