-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 3 Chapter 2

Chapter 2  Pertengkaran Kecil yang Menggelitik


Setelah kencan di taman, Naoya bisa kembali ke rutinitasnya yang biasa.

Sekarang yang tersisa hanyalah mendapatkan jawaban “Ya” untuk pengakuan cintanya nanti dan ciuman itu akan menjadi akhir dari rencananya.

Namun, untuk sampai ke sana, dia perlu melakukan beberapa persiapan awal. Itu sebabnya, Naoya mengunjungi kediaman Shirogane pada hari ini. Ketika dia diantarkan ke kamar oleh Koyuki, dia menggaruk pipinya dan tersenyum.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu."

"Ya, mau gimana lagi. Sebagai gantinya, tolong jangan mengharapkan keramahan dariku."

Koyuki, sambil tersenyum, meletakkan cangkir teh di atas meja.

Itu adalah satu set teh yang disajikan dengan gelas yang luar biasa indah dengan tepi berhiaskan emas.

Kue yang disajikan dengan teh tersebut juga memiliki kualitas terbaik, seolah-olah dijual di department store dan yang terpenting, Koyuki sendiri mengenakan pakaian yang sangat formal. Pita yang menghiasi rambutnya juga disulam halus dan berkilau di bawah sinar matahari yang masuk melalui jendela.

Meskipun kata-katanya terdengar dingin, tetapi keramahan yang dia berikan pada Naoya nyatanya sangat lebih dari cukup.

Koyuki, yang sedang menyiapkan teh, menatap Naoya dengan alis terangkat.

"Apa yang kamu lihat? Apakah ada sesuatu di wajahku?"

"Tidak, aku hanya berpikir kau terlihat imut hari ini."

"Iya, iya, kamu selalu melakukan itu. Kamu tidak pernah bosan, kan?"

Suara Koyuki serak dan ada rona merah di pipinya.

Naoya menatapnya.

Dia meletakkan tangannya di dagunya dan menyipitkan matanya.

Kemungkinan... itu masih 99% jika dilihat dari segala sudut. Kurasa itu masih tidak bisa mencapai 100%.

Naoya bisa membaca pikiran orang. [TN: Kata editor SiPoi, Naoya itu esper. Sepertinya dia tidak bercanda.]

Maka tentu saja, Naoya dapat melihat tingkat kesukaan orang lain terhadap dirinya.

Menggunakan keterampilan yang sama yang dia gunakan pada Ayah Koyuki, Howard sebelumnya, dia mencoba mengukur tingkat kesukaan Koyuki kali ini. Dan hasilnya adalah sebagai berikut. Hasilnya adalah 99%, yang sangat mendekati batas maksimal.

Biasanya, jumlah ini sudah terbilang tinggi.

Dalam pengalaman Naoya, jarang ada pasangan yang saling mencintai memiliki rasa suka satu sama lain melebihi nilai 90%. Ini karena setiap orang tidak puas dengan pasangannya dalam satu atau dua hal atau lebih.

Namun, Koyuki berada di nilai +90% karena dia mencintai Naoya dan itu sudah termasuk dengan ketidakpuasannya dengannya.

Jika aku mengatakan ini padanya, dia mungkin akan menyangkalnya sambil menjulurkan lidahnya.

Biasanya, dengan tingkat kesukaan 99%, aku tidak akan kesulitan mendapatkan pengakuan cinta darinya. Tapi... dia adalah Koyuki. Aku harus berhati-hati dan membuatnya tingkat kesukaannya mencapai 100%...

Jika tingkat kesukaannya sudah mencapai 100%, Naoya pasti sudah akan mendapatkan jawaban “Ya” untuk pengakuan cintanya.

Jadi, masih ada 1% lagi yang harus dia capai, namun ada hal yang perlu dia pikirkan.

Koyuki sudah mencintai Naoya. Itu adalah fakta yang tidak perlu dipertanyakan lagi, tetapi akan sangat sulit untuk membuatnya semakin menyukainya. Bahkan jika kau bisa mendapatkan nilai 99 dalam ujian, mendapatkan nilai sempurna 100 akan jauh lebih sulit dari yang kau kira.

Satu dorongan lagi...kalau saja aku bisa menggerakkan sesuatu di sini hari ini...

Hari ini, Naoya datang ke kediaman Shirogane sebagai persiapan awal untuk menerima “Ya” pada pengakuan cintanya nanti.

Tapi, jelas dia akan datang dengan mengatakan alasan yang berbeda pada Koyuki.

Duduk di depan Naoya di seberang meja, Koyuki memutar matanya karena terkejut

"Ara, kamu terlihat sangat serius. Apa kamu sangat menantikan sesi belajar hari ini?"

"Ah, tentu saja. Itu yang aku rasakan. Bahkan aku sudah sangat termotivasi."

"O-Oh, begitu.."

Kemudian, Koyuki menumpuk setumpuk buku pelajaran di atas meja.

Karena dia meletakkan lebih banyak alat tulis dan buku catatan di atas meja, suasana dengan cepat berubah dari kencan di rumah menjadi sesi belajar.

Koyuki berkata dengan agak bersemangat.

"Tapi, aku terkejut ketika kamu memintaku untuk menemanimu belajar untuk ujian. Naoya-kun sepertinya bukan tipe pria yang bersemangat tentang ujian biasa."

"Ha-ha-ha. Terkadang aku pun juga akan bersemangat."

Alasan nyata kunjungan Naoya ke rumah Koyuki adalah, yah, sudah dijelaskan diatas. Namun dia tidak mungkin mengatakan itu pada Koyuki.

Jadi, menjelang ujian akhir semester pertama, Naoya mengajukan untuk diadakannya sesi belajar untuk mempersiapkannya.

Ketika Naoya meminta bantuan Koyuki, dia langsung setuju.

"Aku tipe orang yang bisa mendapat nilai bagus dalam ujian. Kupikir ini akan menjadi kesempatan bagus untuk memperbaiki kelemahanku."

"Yah, itu poin yang bagus. Ini juga keputusan yang bagus dariku untuk mengandalkan siswi paling cerdas di kelasnya."

Koyuki membusungkan dadanya seperti dia akan jatuh.

Dia sangat senang bisa diandalkan oleh Naoya. Lalu dia mengarahkan jari telunjuknya padanya dan melanjutkan dengan sikap angkuh.

"Aku tidak hanya akan mengajarimu belajar, tetapi aku juga memberimu tempat untuk belajar. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kamu mendapatkan hasil yang setengah-setengah. Kamu harus berjuang mati-matian untuk itu."

"Tentu saja. Aku akan melakukan yang terbaik."

Jalan di depan rumah Naoya sedang dibangun dan perpustakaan ramai sepanjang tahun ini.

Itu sebabnya, aku bisa menjadikannua sebagai alasan untuk mengunjungi kediaman Shirogane.

Naoya tersenyum diam-diam saat dia mengeluarkan buku pelajarannya, mengikuti Koyuki.

Tujuannya adalah belajar untuk ujian. Tapi... tujuan sebenarnya adalah untuk membuat satu dorongan lagi di sini!

Sementara Naoya bertekad, Koyuki bersenandung sembari membuka buku catatannya.

"Fufufu, belajar untuk ujian menjadi sedikit lebih baik ketika Naoya-kun bersamaku~"

Bagi setiap siswa, ujian adalah neraka tersendiri.

Kegiatan klub ditangguhkan dan waktu bermain dipersingkat.

Ini adalah peristiwa yang menyedihkan, tetapi itu hanya untuk rata-rata siswa.

Naoya mengangkat bahunya dan tertawa.

"Kalau orang sehebat Koyuki, pasti bisa lebih bersantai menyiapkannya. Kau tipe orang yang bisa mengerti banyak hal hanya dengan membaca buku teks, kan?"

"Itu benar. Tapi aku tidak ingin lengah karena aku tidak ingin memberikan posisi teratas pada orang lain."

Koyuki menatap Naoya dengan mata serius.

Gadis yang tidak pernah menyerah pada peringkat pertama di kelasnya sejak dia masuk sekolah sangat benci untuk kalah.

Dengan wajah muram, dia meletakkan tangannya ke dagu dan menggumamkan sesuatu.

"Namun, pada ujian tengah semester aku cukup kewalahan... dan itu semua karena aku bertemu denganmu, Naoya-kun. Aku tidak punya cukup waktu untuk belajar karena kamu terus meneleponku di tengah malam dan mengajakku jalan-jalan di hari liburku."

"Ahaha. Kau malu 'ya, 'Aku sangat gugup ketika memikirkan Naoya-kun sehingga aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaranku...', itu yang kau pikirkan kan?"

"H-Hanya sedikit, oke!? Jangan salah paham. Aku yakin Naoya-kun akan mengerti kalau aku agak serius saat mengatakan apa yang baru saja kukatakan."

"Tentu saja. Oke, aku membiarkan bagian yang lain terlewat begitu saja."

"Kamu adalah pembaca pikiran yang sangat baik..."

Koyuki mendecakkan lidahnya.

"Ngomong-ngomong, aku akan belajar juga. Beritahu aku jika ada yang tidak kamu mengerti dan aku akan mengajarimu seperti yang aku katakan sebelumnya."

"Oke, maaf sebelumnya. Aku akan berusaha untuk tidak mengganggumu belajar."

"Aku tidak keberatan. Adalah tugas orang yang memiliki kelebihan untuk membantu yang lemah... Tapi, mengapa kamu langsung mendatangiku?"

"Oh, tidak. Aku yakin kau akan berkata, 'Kalau kamu benar-benar ingin belajar denganku, jilat kakiku dan memohonlah', kalau aku menanyakanmu terlebih dahulu. Jadi, kupikir akan lebih baik jika aku langsung mendatangimu."

"Jangan seenaknya membuat kesimpulan 'ya! Dan juga, aku tidak akan pernah mengatakan hal semacam itu! Astaga, aku tahu kamu serius tentang ini! Shhhhh!"

"O-kee"

Naoya dengan serius berbalik dan kembali ke posisi semula dengan patuh.

"Ya ampun. Kalau begitu, mari kita mulai saja..."

Koyuki mengambil penanya dan kemudian bersantai sebentar.

Namun kemudian, dia melihat Naoya dari atas ke bawah dan berbisik.

"Ummm, itu... sebenarnya... hanya ada kita berdua sekarang di rumah."

"Oh, aku tahu kok.."

Ayahnya, Howard, sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri dan Ibunya, Misora, menghadiri pesta teh dengan temannya. Sakuya juga bekerja keras dalam sesi belajar kelompok bersama teman-temannya hari ini.

Aku mengetahuinya ketika aku tiba di rumahnya.

Anggota keluarga yang sangat mencintai Naoya, tidak datang untuk menyambutnya.

....Berduaan di kamar gadis yang aku suka, ya?

Di situasi seperti ini, apapun bisa terjadi.

Wajah Koyuki berubah menjadi merah padam dan dia mulai berbicara lagi dengan penuh semangat.

"Tapi, bukan berarti aku akan melakukan hal semacam itu! Kamu harus belajar dengan serius! Mengerti?!"

"Ya, iya .. Aku mengerti."

Apa yang Koyuki maksud dengan "hal semacam itu"…

Aku ingin bertanya padanya. Tapi untuk saat ini, aku menahannya.

Koyuki mengatakan ini, mungkin karena dirinya tahu bahwa ada kesempatan - itu sebabnya aku melakukan pemulihan yang sangat keras sampai hari ini...!

Naoya mencengkram lututnya dengan tekadnya yang kuat.

Setelah double-date di taman pada tempo hari, Naoya akhirnya dapat kembali ke dirinya yang biasanya.

Namun Naoya tidak puas hanya sampai di sana. Dia sudah merehabilitasi dirinya untuk dapat bergerak tanpa membeku dalam situasi apa pun.

Ketika duduk bersebelahan, dia dengan sengaja mendekat sehingga siku mereka bersentuhan atau dia dengan agresif menawarkannya untuk berbagi minuman.

Naoya berusaha sangat keras untuk mendekatinya sampai mendapat tanggapan, 'Ada apa, Naoya-kun? Apa kamu sangat menginginkan perhatianku?'', dari Koyuki dengan wajah memerah.

Lalu Naoya berusaha keras untuk membalasnya, 'Oh, tentu saja. Jadi, tolong perhatikan aku lebih banyak lagi', dan membuatnya hampir menangis karena malu.

Berkat itu, aku sudah terbiasa dengan ciuman tidak langsung... yah, aku masih agak baper akan hal itu, tapi sedikit! Aku yakin, aku bisa menyerang Koyuki seperti biasanya sekarang… Dan, aku yakin pasti bisa mendapatkan 100% yang menguntungkan!

Untuk memastikan keberhasilan pengakuan cintanya, Naoya akan agresif dan meningkatkan tingkat kesukaan Koyuki padanya.

Dengan tujuan itu dipikirannya, Naoya lalu membuka buku pelajarannya untuk saat ini.

Dia mempersiapkan dirinya untuk bergerak cepat jika dia merasakan sedikit saja kemungkinan manis di sesi belajar kali ini.

Namun, rencana itu dengan cepat berantakan.

Satu jam telah berlalu sejak dia mulai belajar dan Koyuki, yang duduk di depannya, menunjuk buku catatan Naoya dengan sebuah tongkat, matanya bersinar.

"Kalau begitu, Naoya-kun, ini pertanyaannya. Apa rumus untuk mensubtitusi angka ini?"

"Ini... kurasa..."

"Itu benar. Selebihnya adalah pola dari masalah dasar yang baru saja kita lakukan. Ayo, cepat!"

"Ya..."

Naoya dengan susah payah menghitungnya seperti yang diperintahkannya.

Dia mendongak untuk memeriksa Koyuki, yang sedang mengerjakan buku grammar bahasa Inggris.

Matanya serius, mengingatkan pada seorang samurai dengan pedang yang terhunus.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuatnya dalam suasana hati yang baik...

Koyuki sedang dalam mode belajar penuh.

Jika Naoya mencoba menggodanya, dia pasti akan menerima tatapan nol mutlak dari Koyuki.

Bahkan dengan kemampuan membaca pikiran Naoya, dia tidak bisa melihat celah apapun.

Naoya pun akhirnya hanya sebatas menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Koyuki. Lalu bayangan Koyuki, mengenakan setelan Sensei dan memegang tongkat instruksi di tangannya, muncul di benaknya.

Mode Sensei Koyuki memang menarik. Tapi, tujuanku hari ini adalah untuk meningkatkan tingkat kesukaannya padaku... Aku harus mengubah suasana ini entah bagaimana.

Tanpa solusi yang terlihat, Naoya menghela napas dan beralih ke pertanyaan berikutnya.

Di saat itulah dia mendengar suara samar datang dari lorong, yang seharusnya kosong.

Itu adalah awal dari perubahan suasana disana.

"Nyaa~"

"Oh, Su-chan?"

Seekor kucing datang membuka pintu dengan tangan tergantung di gagangnya.

Kucing tersebut adalah Sunagimo, kucing peliharaan keluarga Shirogane. Tubuhnya halus, putih bersih dan matanya sangat tajam. Selain itu, dia sangat cerdas dan dapat membuka pintu sendiri dalam waktu singkat.

Wajah Koyuki bersinar di depan kucing kesayangannya.

"Kamu datang untuk mendukungku belajar, Su-chan! Ayo, kemari."

"Nyaa?"

Dengan wajah mengantuk, Sunagimo menatap pemilik dan tamunya.

Ugh...apa? Sepertinya dia bisa melihat niat jahatku...

Namun, Sunagimo segera menguap dan berjalan mendekat.

Meski merasa lega dan menepuk dadanya, situasi tak terduga menimpa Naoya.

"Nyanyann~"

"Apa!?"

"Eehh?"

Su-chan mengabaikan Koyuki, yang mengulurkan tangannya dan duduk di pangkuan Naoya, yang sedang duduk bersila. Melihat hal itu, membuat mata Koyuki melebar dan dia panik.

"Ke-ke-kenapa dia malah duduk di pangkuan Naoya-kun!?"

"Ehhh… Meski kau mengatakan itu, aku tidak tahu apa-apa loh."

Koyuki menatapnya seolah-olah dia sedang melihat kucing pencuri yang telah menipu pasangannya dan Naoya tidak punya pilihan lain selain tersentak.

Dia tersentak karena Koyuki, yang merupakan gadis yang dia cintai, cemburu. Tapi target kecemburuannya adalah seekor kucing, bukan dirinya, sehingga Naoya pun menjadi kesal. Namun, Naoya tidak sedang ingin mengatakan apapun tentang itu.

Suasana berubah berkat Sunagimo. Tapi, ini sedikit berbeda dari yang dia harapkan…

Sesi belajar berakhir untuk saat ini, tetapi itu bukanlah suasana yang manis melainkan suasana persaingan seperti berada di medan perang.

Naoya membalas dengan senyum masam, mencoba menenangkan Koyuki untuk saat ini.

"Ayolah, Koyuki. Jangan ngambek dong. Kau tahu, mungkin karena tamu sepertiku jarang datang, jadi dia mau mengenalku. Lihat, dia bilang dia akan pergi ke sisi Koyuki setelah aku pergi."

"Tapi tetap saja, jarang sekali Su-chan mengabaikanku dan pergi ke sisi orang lain."

"Yah, kau benar. Biasanya dia selalu menempel padamu.."

Aku sering datang mengunjungi rumah Shirogane dan Sunagimo selalu bersantai di sisi Koyuki.

Rupanya, Koyuki merupakan orang yang paling dia suka diantara anggota keluarga yang lain. Dia juga sepertinya menyukai Naoya, tetapi prioritasnya jelas adalah Koyuki.

Mungkin itu sebabnya Naoya khawatir dengan perilakunya yang tidak biasa hari ini.

Mata Koyuki berkaca-kaca saat dia menatap Naoya dan Sunagimo, yang sedang bersantai di pangkuannya. 

Tatapan tajam itu menyakitkan....

"Jangan bilang kamu menyembunyikan makanan ringan di pakaianmu, Naoya-kun!"

"Tidak, tidak. Aku tidak membawa cemilan apapun. Lagipula, jika itu berhasil membuat Koyuki menjadi cemburu padaku, aku akan mempertimbangkannya. Tapi, tidak ada gunanya untuk mencoba menarik perhatian seekor kucing."

"Yah, aku juga terkejut dengan sikap Su-chan, ini tidak biasa."

"Aku sudah melakukan yang terbaik dengan intuisiku..., tetapi mereka mengatakan kucing sering berubah-ubah moodnya. Jadi, aku tidak berpikir ada makna yang lebih dalam dari sikap aneh Sunagimo saat ini."

"Aku sangat meragukan itu. Mungkin ini yang mereka sebut NTR." [TN: NTR adalah… jangan di search kalau mentalmu lemah. Bahasa halusnya perselingkuhan. Titik.]

"Seperti biasa, kau menggunakan kata-kata bodoh yang diajarkan Sakuya-chan padamu..."

Naoya hanya bisa setengah tersenyum saat dia melihat ekspresi misterius di wajah Koyuki.

Tapi, kemudian Noya tiba-tiba menyadari fakta yang mengejutkan dan wajahnya memucat.

Tunggu, tunggu sebentar...? Bukankah tingkat kesukaan Koyuki... menurun?

Ketika dia mengamati sebelumnya, tingkat kesukaannya mencapai 99%.

Sekarang... Naoya pun berubah pikiran dan perlahan menanyakan suatu pertanyaan padanya.

"Hei, Koyuki. Apa pendapatmu tentangku sekarang...?"

"Hah? Apa yang kamu katakan, kucing pencuri?"

Koyuki menjawab dengan wajah serius dan tegas.

Kata-katanya cukup serius dan tingkat kesukaannya telah menurun sekitar 90% 

Menghadapi fakta ini, Naoya terkejut seperti disambar petir.

Apa kau bercanda!? Tingkat kesukaannya padaku menurun! Dia jelas sangat kesal hanya karena kucing peliharaanya lebih memilihku daripada dia?

Memikirkannya saja sudah membuat Naoya keringat dingin.

Sial! Jika aku tidak melakukan sesuatu, tingkat kesukaan 100% hanyalah mimpi...! Aku harus melakukan sesuatu...!

Jadi, Naoya segera memutuskan untuk merubah keadaan.

Sejak awal, alasan Naoya datang ke sini bukan untuk memulai pertengkaran dengan Koyuki.

Tujuannya adalah untuk bermesraan dengan Koyuki dan meningkatkan tingkat kesukaannya, bukan untuk mempermainkan kucing peliharaan.

Jadi, tanpa banyak basa-basi, Naoya kembali ke topik utama.

“Baiklah. Mari kita kesampingkan belajar dan fokus pada Sunagimo untuk saat ini…”

"Nyan!"

Menyela Naoya bergumam, Sunagimo mengeong dengan suara tinggi.

Melihat ke bawah, Naoya bisa melihat bahwa Sunagimo membalikkan badannya di pangkuan Naoya dan menatap Naoya dengan wajah serius. Sama seperti pemiliknya, dia memiliki kekuatan tatapan yang luar biasa.

"Eh, apa...?"

"Su-chan memintamu untuk mengelus perutnya."

"Seperti ini...?"

"Nyaan...♪"

Saat aku mengelus perutnya yang empuk dengan lembut, Sunagimo menggerak-gerakkan badannya dan menyipitkan matanya.

Oh, sepertinya dia menyukainya...

"Oh, seperti yang diharapkan dari Koyuki. Kau tahu apa yang dia maksud."

"Lah, bukannya kamu mengerti apa yang dia maksud, Naoya-kun? Kupikir intuisimu bekerja pada binatang."

"Tidak mungkin aku bisa membaca perasaan binatang. Aku sudah bukan manusia lagi jika benar-benar bisa melakukan itu."

Naoya menertawakannya, tetapi kemudian dia tiba-tiba menatap ke kejauhan.

"Tapi, tidak dengan Ayahku.. Dia pernah mengatakan kepadaku, suatu hari.. ketika dia terdampar di padang pasir hanya dengan pakainnya saja. Dia meminta seekor unta liar yang kebetulan lewat untuk memberinya tumpangan ke sebuah oasis."

"Umm, aku sudah sering mendengar tentang ayahmu... Tapi, bagaimana bisa Ayahmu sampai terdampar di padang pasir?"

"Dia hampir terbunuh oleh jaringan penyelundupan senjata karena tidak sengaja terlibat dengan mereka. Nah, setelah Ayahku keluar dari padang pasir, sepertinya dia berhasil meminta bantuan untuk menumpas orang-orang jahat tersebut…"

"Aku akan menceritakannya lebih detail lain kali, karena ceritanya terlalu panjang." tambahnya.

"Yah, tidak apa-apa kok. Aku juga tidak terlalu ingin mengetahuinya."

Mereka berdua pun saling mengangguk.

Ada banyak hal menarik dan misterius tentang Ayah Naoya. Tapi, sekarang bukan waktunya untuk menceritakannya.

Koyuki menghela napas dan seolah menulis tulisan "Oh, tidak" di atas meja dengan jarinya.

"Tapi, Su-chan hanya mengizinkanku mengelus perutnya saat dia dalam suasana hati yang sangat baik... Kurasa dia sudah bosan denganku."

"Itu tidak benar. Kau terlalu banyak berpikir."

"Tidak, aku yakin itu benar. Dia mungkin masih kesal karena aku tidak sengaja menjatuhkan makanan kaleng favoritnya tempo hari dan juga menginjak mainan favoritnya dan memecahkannya..."

"Sepertinya itu tidak terlalu buruk, Koyuki..."

Naoya mencoba menghiburnya. Tapi, moodnya terlanjur buruk.

Pasalnya, Sunagimo yang merasa nyaman di elus oleh Naoya, menatap pemiliknya dengan tatapan tajam.

"Aku mengerti. Koyuki, kau terlalu memperhatikan Sunagimo akhir-akhir ini. Itu sebabnya, dia mencoba menjauh."

"Apa? Itu tidak benar! Itu hal yang normal!"

"Tidak, lihat mata Sunagimo."

Dia memegang Sunagimo dengan tangan di bawah ketiaknya dan mengangkatnya di depan Koyuki.

"Matanya seperti mengatakan, 'Aku dipaksa mendengarkan kisah cinta majikanku dengan anak laki-laki bernama Naoya sepanjang waktu selama beberapa hari terakhir dan aku bosan dengan itu'...."

"Ugh...! Sudah kuduga kamu mengerti perasaan binatang!"

"Nyan~"

Sementara Koyuki memerah dan berteriak, Sunagimo memberikan apa yang bisa dianggap sebagai sikap setujunya.

Tampaknya karena Koyuki dan Naoya perlahan mengembangkan hubungan mereka, dia melampiaskan semuanya pada Sunagimo. Sunagimo mungkin satu-satunya yang paling tahu tentang kemajuan mereka berdua di rumah ini.

Bagaimanapun, Koyuki terkejut mengetahui kebenarannya hingga wajahnya menjadi pucat.

"Kupikir Su-chan senang mendengarkan ceritaku.. Tapi, dia benar-benar lelah... Uuuh, aku benar-benar majikan yang tidak pengertian sampai-sampai aku tidak menyadarinya.."

"Ngomong-ngomong, berapa lama kau membuatnya mendengarkan ceritamu?"

"Eh, nggak lama kok. Um, kira-kira beberapa jam sejak aku keluar dari kamar mandi sampai Su-chan tertidur?"

Koyuki mengangkat alisnya seolah-olah dia tersinggung dengan tuduhan itu.

Memang benar bahwa ini adalah masalah sepele. Tapi, Naoya tetap mengajukan beberapa pertanyaan

"... Apa kau melakukannya setiap hari?"

"... Aku melakukannya setiap hari. Ketika aku di rumah selama seharian, aku melakukannya sepanjang waktu."

Koyuki mengangguk dengan ekspresi bingung di wajahnya.

Seharian penuh? Tentu saja Sunagimo sangat lelah mendengarkan ceritamu...

Sekali lagi, aku bisa melihat betapa lelahnya Sunagimo. Naoya dengan lembut menepuk Sunagimo, yang telah meringkuk seperti bola di pangkuannya.

"Maafkan aku, Sunagimo... karena membuatmu terjebak dalam kemesraan kami."

"Nyan, nyan, nyan~"

"Iya, iya. Kau memaafkanku? Sunagimo, kau kucing yang baik."

"Kamu tidak boleh berkomunikasi dengannya! Su-chan adalah anakku!"

Di depan Naoya dan Sunagimo yang sedang berinteraksi dengan damai, Koyuki menggigit bibirnya dengan frustrasi.

Namun, dia pasti menyadari bahwa bahkan jika dia melakukannya, dia tidak akan bisa mendapatkan perhatian kucingnya dan dia berbaring di bantal dengan wajah terkubur dalam kesedihan.

"Karena kupikir Su-chan pasti akan tutup mulut. Aku terlalu malu untuk memberitahu Sakuya dan Yui-chan. Jadi, sebagai gantinya.. aku melampiaskan kegembiraanku pada Su-chan karena kupikir dia tidak akan memberitahu siapa pun.."

"Kalau begitu kau seharusnya memberitahuku secara langsung, karena akulah yang terlibat."

"Apa? Tentu saja tidak! Aku tidak bisa memberitahumu apa yang membuatku gugup, bahagia atau semacamnya!"

"Yah, meskipun kau tidak mau memberitahuku, aku sudah tahu sih.."

"Ugh.. Makanya, aku tidak mau memberitahumu!"

Jadi dia menceritakan segala macam hal secara rinci pada Sunagimo.

Sungguh, bahkan seekor kucing pun merasa bosan mendengar ceritanya....

Naoya hanya bisa membuang muka dengan setengah tersenyum.

Koyuki, di sisi lain, tampaknya sudah merenungkan situasinya. Dia melihat ke wajah Su-chan, yang duduk di pangkuan Naoya dan kemudian menatapnya dan membungkuk datar.

"Maafkan aku, Su-chan. Mulai sekarang, aku akan mencoba menyelesaikannya dalam 10 menit. Jadi, kamu mau memaafkanku 'kan?"

"Ahh.. T-Tapi, aku tidak punya orang lain untuk berbagi cerita denganmu, tau..." tambah Koyuki.

"Nyan..."

Sunagimo menatap pemiliknya dengan mata setengah terbuka selama satu menit.

Kemudian dia perlahan berdiri dan wajah Koyuki bersinar.

"Nyan, nyannyannyan~"

"Aww. Kau membuatku geli."

"Gaaaahhh...!"

Sunagimo tidak memperhatikan pemiliknya dan mulai menjilati pipi Naoya.

Hal ini menyebabkan Koyuki sangat kesal. Dia bahkan menepuk bahu Naoya, seolah-olah untuk menghilangkan kesedihannya.

"Geh, Naoya-kun.. kamu beruntung karena kamu tamu kami. Kalau tidak, kamu pasti sudah kupukuli habis-habisan sekarang!"

"Aku tidak berpikir itu adalah hal yang baik untuk kau katakan kepada seorang tamu."

Meski pukulannya lemah, tetapi niat membunuhnya sangat serius.

Selain itu, tingkat kesukaannya pada Naoya kembali menurun.

85%, huh? Seperti ember dengan lubang di dalamnya, usahaku akan sia-sia....

Meskipun dia masih dalam kondisi yang sangat menyukai Naoya, tidak mungkin dia bisa mengharapkan jawaban “Ya” atas pengakuannya nanti.

Naoya menghela napas dan menarik diri dari Sunagimo, yang terus menjilati wajahnya dan menaruhnya di lututnya.

"Mau bagaimana lagi... Aku akan memperbaiki hubunganmu dan Sunagimo."

"Benarkah!? Kamu mau membantuku? Kamu tidak akan mengolok-olokku hanya karena aku pecundang, kan?"

"Tidak, tidak. Aku tidak akan melakukan itu. Lagi pula, aku di pihakmu, Koyuki."

"Tapi, Su-chan mulai merasa nyaman di pangkuanmu..."

Koyuki memelototi Naoya dengan rasa cemburu yang membara.

Namun, dia tampaknya sudah mendapatkan kembali ketenangannya dan dengan kuat mengangkat tangannya.

"Tapi, yah... Aku sangat senang mengetahui seorang profesional dalam hal memperbaikki hubungan orang ada di pihakku. Aku akan berteman dengan Su-chan lagi, seperti yang kulakukan dengan Emi-chan!"

"Nah, gitu dong. Itu baru Koyuki yang aku kenal. Dan, asal kau tahu. Aku bukan seorang profesional dalam hal semacam itu, oke?"

Dengan begitu, rencana untuk memperbaiki hubungan antara majikan dengan kucingnya pun di mulai.

... Yah, meskipun dia pintar, bagaimanapun juga dia tetaplah kucing. Aku yakin kita bisa menyelesaikannya.

Meskipun Naoya awalnya menganggap enteng, dia akan segera mengetahui bahwa tantangan yang ada didepannya…tidak semudah yang dia pikirkan.

Strategi pertamanya adalah "Menangkapnya dengan camilan".

Ketika dia menyarankannya, Koyuki mengangkat alisnya dengan sekuat tenaga.

"Ehhh... bukankah itu terlalu murahan? Tapi aku tidak keberatan sih..."

"Tapi, alasan mengapa itu sangat murahan adalah karena itu terbukti efektif secara universal. Kupikir ini adalah cara terbaik untuk membuat hewan peliharaan dalam suasana hati yang baik."

"Hm, kalau kamu mengatakan itu. Maka, baiklah.." kata Koyuki, mengangguk setuju dan mengaduk-aduk isi laci mejanya.

Akhirnya, dia mengeluarkan camilan yang terbungkus dalam kantong panjang dan tipis.

Saat dia membuka kantong tertutup itu, Sunagimo, yang telah meringkuk di pangkuan Naoya seperti kue beras, menggerakkan telinganya. Rupanya, dia terpancing oleh baunya.

"Ayo, Su-chan. Kemarilah, ini cemilan favoritmu loh~"

Koyuki mengibaskan kantongnya dengan senyum lebar.

Begitu Sunagimo melihatnya...

"Nyann~!"

Dia melompat keluar dan langsung berlari ke arah Koyuki.

Mata Koyuki berbinar saat Sunagimo dengan panik memakan camilan itu.

"Ohh! Dia benar-benar memakannya! Nee, lihat.. Naoya-kun! Su-chan memakan snack dari tanganku! Luar biasa!"

"Selamat. Tapi, kau terdengar seperti pemula dalam hal kucing, Koyuki."

"Heh, kamu bisa mengatakan apapun yang kamu inginkan. Lagi pula, Su-chan hanya menyukaimu untuk sesaat, akulah yang benar-benar dia cintai!"

"Ya, ya, aku senang untukmu... hmm?"

"Nyaan~"

Setelah selesai makan, Sunagimo memekik puas dan menjilat mulutnya.

Dia kemudian berbalik dan meringkuk di pangkuan Naoya.

"Nyan~!"

"Ah, ya. Beruntung sekali kau ini.."

Suara yang dikeluarkan saat dia melihat ke atas terdengar seperti, "Aku sudah kenyang".

Itu membuat Koyuki jatuh dalam keputusasaan lagi.

"Grrr, padahal tadi kupikir dia bisa menerimaku lagi...! Su-chan, apa kamu tidak membutuhkanku lagi setelah camilannya habis!?"

"Su-chan bilang itu hanya kebetulan. Aku yakin dia akan menyukaimu lag-- Apa!?"

Meskipun mereka terburu-buru untuk mendapatkan perhatiannya, tingkat kesukaan Koyuki terhadap Naoya turun dari 85% menjadi 70%. Sebaliknya, Sunagimo dengan ringan menarik-narik lengan baju Naoya, menyuruhnya untuk mengelusnya lagi. Keadaan ini membuat perut Naoya sangat mual.

Setelah itu, kami berdua terus mengumpulkan akal dan menyusun serangkaian strategi untuk menarik perhatian Sunagimo.

Mereka mencoba mengajaknya bermain dengan mainan.

"Lihat, lihat, Su-chan! Catnip baru!" [TN: Catnip adalah sejenis mainan kucing, mungkin. Kalau di google sih kayak tanaman gitu, Cuma di dialog selanjutnya dibilang pakai pembungkus plastik. Jadi yaudah anggap saja mainan untuk kucing.]

"Pembungkus plastiknya sekarang lebih nyaman..."

"Nyanyanyan!"

Naoya mencoba untuk menjaga jarak dengan Sunagimo dan bertindak seolah-olah tidak peduli...

"Hei, Sunagimo-san... kenapa kau tidak pergi ke pemilikmu, daripada menggigit tanganku tanpa henti?"

"Nyaaaaaa?"

"Dia bahkan tidak pernah melihatku...!"

Koyuki, dengan putus asa, mencoba mendekatinya dengan mengenakan aksesoris telinga kucing.

"Halo, Sunagimo-chan. Senang bertemu denganmu, mari kita berteman baik~"


"Nyaaa--!"

Ah, imut sekali... tapi dia terlihat menyedihkan...

Kami mencoba berbagai strategi, tetapi pada akhirnya, tidak ada yang berhasil.

Satu jam kemudian.

"Ughhh... kenapa, kenapa tidak ada yang berhasil...!"

Koyuki, yang dilengkapi dengan aksesoris telinga kucing, sarung tangan kaki dan ekor kucing, akhirnya berguling-guling di sudut ruangan.

Meskipun hanya bahan untuk cosplay, yang dia ambil dari kamar Sakuya, tapi itu terlihat sangat cocok untuknya. Namun Naoya tidak dalam posisi untuk dapat menikmatinya karena keadaan Koyuki yang sedang begitu frustasi.

Koyuki benar-benar memiliki tekad seperti samurai untuk bisa berbaikan dengan Su-chan, sampai-sampai dia tidak malu dengan ber-cosplay.

"Nyaan~"

Sementara itu, Sunagimo masih di pangkuan Naoya.

Meskipun awalnya dia terkejut dengan perilaku aneh pemiliknya, dia segera memutuskan untuk mengabaikannya sepenuhnya, seolah-olah dia menilai keadaan sudah tidak berbahaya lagi.

Koyuki terhuyung-huyung dan memelototi Naoya seolah-olah dia adalah musuh bebuyutannya.

"Hei, Naoya-kun! Kupikir kamu akan membantuku! Kalau kamu tahu apa yang dipikirkan Su-chan, kamu seharusnya membuat rencana yang lebih baik!"

"Tidak, aku hanya punya ide yang samar, Koyuki... dan aku juga tidak bisa membaca perasaan Sunagimo dengan jelas."

Entah bagaimana, aku bisa merasakan ada suatu perasaan yang kuat pada Sunagimo.

Tapi, hanya itu saja yang bisa aku tangkap. Aku tidak bisa melihat tindakan apa pun yang akan merubah sikapnya sekarang.

Ketika aku menceritakan ini dengan jujur, Koyuki menganggukkan kepalanya, terlihat semakin sedih.

"Uuuh... bagaimana jika Su-chan terus membenciku?"

"Koyuki...."

Melihat Koyuki yang sedih, hati Naoya sangatlah sakit.

Tingkat kesukaannya pada Naoya masih tetap rendah.

Namun, fakta bahwa Koyuki yang menderita jauh lebih penting bagi hati Naoya.

Koyuki sangat menderita... aku harus melakukan sesuatu.

Naoya menatap wajah Koyuki dan berkata dengan riang.

"Jangan khawatir, Koyuki. Aku yakin Sunagimo akan mengerti pada waktunya."

"Hiks, kamu tidak perlu menghiburku.... Su-chan pasti akan tetap jutek denganku."

"Jika itu terjadi, jangan khawatir."

Dia menepuk bahu Koyuki dengan lembut.

Naoya menatap mata Koyuki dan memberitahunya dengan tegas

"Sebagai gantinya... aku akan menjadi peliharaanmu, Koyuki!"

"... Iya?"

Mendengar kata-kata tak terduga Naoya, Koyuki hanya bisa membeku ditempat.

Pada saat yang bersamaan, Naoya mengambil aksesoris telinga kucing dan meletakkannya di kepalanya. Bagi kebanyakan siswa SMA, tindakan Naoya mungkin sangatlah memalukan. Tapi, Naoya tidak punya pilihan lain selain melakukan itu untuk memenangkan Koyuki.

Dia menunjukkan dirinya dengan telinga kucing dan memberikan jempol kepada Koyuki.

"Oke, bagus! Ini hanya latihan. Tolong, perhatikan aku sebanyak yang kau berikan pada Sunagimo."

"Apanya yang bagus!?" seru Koyuki, dengan wajah merah dan dia mendapati dirinya mundur, menabrak dinding.

Di sisi lain, Naoya terus mengejarnya. Dengan telinga kucing masih terpasang.

“Aku yakin kau dan Sunagimo bisa akan berbaikkan. Tapi sampai saat itu, Koyuki akan kesepian, kan? Jadi, sebagai gantinya.. aku akan menghiburmu dengan bertingkah seperti kucing. Apa ada yang salah dengan itu?"

"Jangan beri aku omong kosong dengan muka serius seperti itu! Kamu hanya ingin bermesraan denganku, bukan?"

"Yah, mungkin 30% dari itu, tetapi sisanya karena aku benar-benar hanya ingin menjadi hewan peliharaanmu."

"Itu bahkan lebih buruk...! Tentu saja tidak! Aku tidak akan bisa berbuat apa-apa."

Koyuki mulai angkat bicara, tapi kemudian menutup mulutnya.

Naoya, yang tahu alasannya, tersenyum dan berkata...

"Oh, kau ingin berfoto? Kau bisa melakukan sesi foto dengan hewan peliharaan barumu sepuasnya."

"Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin memotret karena kupikir aku bisa menggunakannya untuk menggertakmu nanti."

Dia melemparkan sarung tangannya ke samping dan mulai mengambil serangkaian foto Naoya. Mata Koyuki, yang tadinya kusam dan kosong, berangsur-angsur mendapatkan kembali kilaunya.

"Hmmm.... Aku ingin tahu apa yang akan Yui dan yang lain katakan jika mereka melihat ini."

"Kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Aku juga akan menunjukkan kepada mereka foto Koyuki yang baru saja aku ambil."

"Hah!? Kapan kamu...!?"

"Tapi, sepertinya memalukan bagi hewan peliharaan untuk menunjukkan foto pemiliknya yang imut kepada orang lain... Hei, bagaimana dengan pemiliknya..."

"Bodo amat! Aku belum pernah melihat Naoya-kun dari sudut pandang itu."

Koyuki tersentak dan membuang muka.

Tapi ketika dia perlahan mengembalikan tatapannya, matanya sedikit berbinar lagi.

"Um... kamu benar-benar peliharaanku?"

"Tentu saja. Seorang pria tidak pernah mengatakannya dua kali."

"Aku bisa melihat dari matamu bahwa kamu tidak berbohong...hmmm, kalau begitu..."

Koyuki menatap Naoya.

"Eiii!"

Dia meletakkan tangannya di kepala Naoya.

Setelah mengelusnya sesuka hatinya, dia mengangkat alisnya sedikit.

"Meskipun ini hewan peliharaan, ini tidak terlalu berbulu."

"Tapi, dibandingkan dengan kucing berbulu... aku lebih penurut."

Tampaknya jalan menuju hewan peliharaan itu sulit.

Namun, sepertinya situasinya berangsur membaik. Terlepas dari keluhannya, Koyuki tidak pernah berhenti membelai Naoya. Lalu, percakapan berhenti di antara mereka dan momen damai berlalu...

"Nyan!"

"Eh, Su-chan...?"

Yang menginterupsi momen mereka adalah suara lirih dari Sunagimo.

Dia bangkit dari pangkuan Naoya dan seperti menangis di kaki Koyuki.

"Nyanyanya, nyan!"

"Eh, Su-chan marah tentang sesuatu... Apa karena aku mengambil Naoya-kun...?"

"Tidak... kurasa bukan itu."

Naoya menatapnya dengan hati-hati dan meletakkan tangannya di dagunya.

"Mungkin dia cemburu? Karena Koyuki bermain denganku dan tidak dengannya."

"Ehhh...!? Benarkah!?"

"Aku tidak yakin. Tapi, kau bisa mengujinya... untuk melihat apakah itu benar."

"Mengujinya, ya"

"Nyaan!"

Koyuki menatap mata Naoya dan berpikir sejenak.

Kemudian dia mulai menepuk kepala Naoya lagi. Kali ini, dia menunjukkannya pada Sunagimo, yang terlihat agak kesal.

"Hoho...lihat, lihat ini, Su-chan. Ini peliharaan baruku, Naoya-kun."

"Nyan---!"

"Meski dia tidak semanis Su-chan. Tapi, dia cukup imut. Yoshi, yoshi!"

"Uuu, tolong perhatikan aku lebih banyak lagi."

Sunagimo menatap Koyuki, yang menepuk Naoya, seolah-olah dia sedang menatap ke mangsanya. Tatapannya tajam setajam tatapan harimau.

Setelah melihat respon dari Sunagimo, Koyuki meraih dada Naoya dan menariknya mendekat.

"Aku bahkan akan meletakkannya di pangkuanku seperti ini."

"Nyan!?"

Di sana, Koyuki memberikan Naoya service berupa bantal pangkuan.

Melihat itu, ekor Sunagimo menegang dan matanya melebar.

"Nyau...nyann!"

Kemudian, dia mulai menampar dahi Naoya. Seolah-olah dia berkata, "Kau menghalangi jalanku". Bantal pangkuan Koyuki memang terasa luar biasa, namun Naoya harus bersikap dewasa dan menarik diri.

"Iya, iya. Aku akan menyingkir dari majikanmu."

"Nyau! Nyanyanyan!"

"Su-chan...!"

Mengklaim kembali posisinya, Sunagimo menjerit bangga di pangkuan Koyuki.

"Bagaimanapun, Su-chan adalah satu-satunya kucing yang aku sayangi...! Makasih sudah kembali padaku, Su-chan!"

"Nyan"

"Aku turut senang denganmu, Koyuki."

Sunagimo menjilat pipi Koyuki saat dia memeluknya erat-erat.

Fenomena dimana kehadiran pihak lain yang dapat mempererat hubungan suatu pasangan telah terjadi di depan mata Naoya.

Dengan Sunagimo di pelukannya, Koyuki memberi Naoya senyum lebar.

"Makasih, Naoya-kun. Berkat bantuanmu, Su-chan mau mendengarkanku lagi!"

"O-Oh, sama-sama?"

"Hmm? Ada apa?"

Koyuki memiringkan kepalanya dengan bingung.

Tingkat kesukaannya terhadap Naoya dengan cepat pulih dari yang awalnya 70% menjadi ....

Tingkat kesukaan, 100%...?!

Tingkat kesukaanya telah melewati batas 99%.

Naoya sekali lagi dengan enggan menanyakan pertanyaan yang sudah pernah dia ajukan sebelumnya.

"Koyuki... apa pendapatmu tentangku sekarang?"

"Eehh? Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal yang sama? Yah.. Um, mari kita lihat."

Koyuki melipat tangannya dan berpikir, lalu terlihat senyum lebar di wajahnya.

"Kurasa aku sudah berutang banyak padamu."

"Begitu, ya..."

Tidak ada kebohongan dalam kata-katanya dan dari dilihat darimanapun, dia memiliki tingkat kesukaan 100% terhadap Naoya.

Dengan kata lain, Naoya mencapai tujuannya untuk hari ini.

Aku tidak yakin apa yang membuat rencanaku berhasil, tetapi sepertinya aku beruntung...kan?

Tiba-tiba dia menyadari bahwa Sunagimo sedang menatap Naoya.

Awalnya dia pikir itu mungkin karena pemiliknya menjadi depresi atau mungkin dia mendesaknya untuk memberinya camilan, tetapi matanya benar-benar berkata.

'Gimana bro, rencanaku berjalan dengan mulus 'kan?'

Dengan itu saja, Naoya tahu apa yang sedang terjadi.

Dia tahu bahwa Sunagimo sudah mengetahui rencana Naoya begitu dia memasuki ruangan dan telah memutuskan bekerja sama dengannya.

Naoya membungkuk dalam-dalam pada Sunagimo, yang sedang dipeluk oleh Koyuki.

"Terima kasih banyak, Sunagimo-san. Lain kali aku datang mengunjungi Koyuki, aku akan membawakan cemilan untukmu.."

"Ehhh? Ada apa tiba-tiba? Nee, Naoya-kun?"

"Nyan~"

Sementara Koyuki tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Sunagimo memekik dengan semangat tinggi, seolah berkata, "Yup, sama-sama!".

Dengan demikian, Naoya mempelajari keterampilan baru - membaca pikiran binatang (disebut Sunagimonomi untuk saat ini) dan akan selalu dipanggil sebagai penggembira setiap kali dia pergi ke klinik hewan.

TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah:

WKWKWKKWKW astaga plot twist banget ternyata ini semua rencana Su-chan. Bahkan walaupun sudah membaca ratusan judul romcom, aku gabisa nebak sampai di bagian akhir. Untuk suara kucingnya, sepertinya “nyan” terdengar lebih imut dibanding dengan “na” atau “nau” di naskah aslinya, jadi aku memutuskan untuk menggunakan “nyan”. Oke itu saja, sampai jumpa di chapter berikutnya ^^



|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close