-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 3 Chapter 3

Chapter 3 – Gerbang Musim Panas


"Akhirnya, liburan musim panas tiba!"

"Hei, kau terlalu bersemangat! Kau baru saja menyelesaikan ujian, kan?"

Hari ini, seperti biasa, toko buku antik Akaneya ramai dengan aktivitas sepulang sekolah.

Naoya berteriak kegirangan sembari mengulurkan tangannya. Tapi, Tatsumi menatapnya dengan cemas.

Pada hari ini ketika ujian reguler akhirnya berakhir, Tatsumi juga mengendurkan kancing seragam sekolahnya dan bersandar di meja. Aku bisa tahu dengan sekilas bahwa sepertinya dia tidak begitu senang dengan hasil ujiannya.

"Terima kasih atas kerja keras kalian semua! Ini makanan ringan untuk hari ini."

"Teh sudah siap. Ini teh yang direkomendasikan oleh Sensei."

Kami berempat memulai waktu santai sambil minum teh seperti biasanya.

Sakuya memiringkan kepalanya sambil mengunyah kue.

"Nii-sama. Apa Onee-chan sedang pergi bersama Natsume-san dan yang lainnya?"

"Ah, ya.. Mereka pergi bersama setelah menyelesaikan ujian."

"Kalau begitu ini kesempatan bagus. Mari kita tanyakan padanya selagi Koyuki-chan tidak ada di sini."

Kirihiko mengedipkan mata padaku dengan suara menyindir.

"Bagaimana, Sasahara-kun? Apa ada perkembangan dalam hubunganmu dengan Koyuki?"

"Heh, tentu saja.."

Naoya menjawab sambil tersenyum.

Meskipun mereka mengalami kejadian tak terduga pada kencan di taman, ternyata hubungan mereka malah berangsur membaik sejak saat itu.

Kirihiko, Sakuya dan Tatsumi juga merasakan bahwa Koyuki mulai terbiasa menghabiskan waktu bersama Naoya. Jadi, mereka tidak memberikan komentar apa pun terhadap jawaban Naoya.

"Dan tempo hari, berkat Sunagimo, aku bisa meningkatkan tingkat kesukaannya padaku."

"...Oh! Apa kau mengajaknya ke restoran yakitori? Itu pilihan kencan yang cukup unik bagi siswa SMA."

"Bukan itu, Sensei. Sunagimo, dia kucing peliharaan kami. Lihat, ini fotonya."

"Oh, dia sangat imut, sepertinya dia memiliki darah Maine Coon di dalam dirinya. Tapi, ada apa dengan namanya itu?"

"Yah, itu karena Onee-chan yang memberikan nama padanya. Sunagimo, dia seekor kucing yang diterlantarkan dengan cara di masukkan di dalam kotak bekas kardus keripik."

"Selera Koyuki dalam memilih nama memang unik. Tapi, Sakuya-chan. Kenapa kau membiarkannya?"

"Yah, lagipula Sunagimo sangat menyukai nama yang diberikan Onee-chan."

"Aku bisa merasakan kesetiaannya pada pemiliknya... Kucing tersebut jelas sangat diperlakukan dengan baik, kan?"

"Umm, cukup tentang Sunagimo, bisakah kita kembali ke topik tentang kemajuan hubunganku dan Koyuki?"

Jika ini terus berlanjut, kita akan terus berbicara tentang Sunagimo untuk waktu yang lama.

Ketika Naoya menyela pembicaraannya, Tatsumi mengangkat bahu dan menyeruput tehnya.

"Tapi, mulai besok kita akan melewati liburan musim panas. Sepertinya kita sudah melihat kemana arah tujuan hubungan kalian, kan?"

"Ya, benar. Aku bisa melihat akhir dari hubungan kalian berdua setelah kejadian mesra itu. Aku ingin tahu apakah kamu bisa melewati musim panas ini dengan baik, Onee-chan."

"Dia mungkin akan kewalahan? Ini pasti akan menjadi peristiwa yang menyenangkan."

Mereka bertiga melontarkan serangkaian komentar hangat, seolah-olah sudah berada di akhir permainan.

Naoya menganggukkan kepalanya dengan serius.

"Ya, liburan musim panas akan datang. Jadi, aku akan memanfaatkan sepenuhnya kesempatan ini.."

Liburan musim panas adalah waktu bagi pria dan wanita untuk memperdalam hubungan mereka.

Kolam renang, festival kembang api, taman bermain, kebun binatang, akuarium dan sebagainya. Ada banyak cara untuk memperdalam sebuah hubungan. Momen ini bahkan dapat menciptakan kesempatan untuk seseorang menyatakan perasaannya kepada orang yang dicintainya.

Jadi, ini adalah kesempatan yang sangat penting bagi Naoya.

Naoya berdiri dan terbakar dengan tekad.

"Lihat saja, Koyuki! Musim panas ini, aku pasti akan mendapat jawaban atas pengakuanku!! Aku akan melakukan yang terbaik untuk menciptakan suasana seromantis mungkin sehingga kau akan pingsan hanya dengan mengingatnya. Persiapkan dirimu!"

"Oh, itu semangat yang bagus, Nii-sama.."

"Apa-apaan kau ini? Apa kau mencoba untuk pamer?"

"Pada akhirnya, dia hanya ingin kita mendengarkan kisah cintanya."

Mereka bertiga saling bertukar pandangan setelah melihat tekad aneh yang diucapkan oleh Naoya.

Kemudian, Kirihiko yang terlihat seperti baru saja mengingat sesuatu, meletakkan tangannya di pipinya.. memiringkan kepalanya dan berkata,

"Tapi, Sasahara-kun. Tujuan utamamu adalah mencium Koyuki-chan lagi, kan? Apa kau yakin tentang itu?"

"Kirihiko-san, kau benar-benar naif. Bahkan jika kita akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih. Apa menurutmu Koyuki akan menciumku langsung?"

Meskipun Naoya ingin segera mencium Koyuki dan membuatnya dapat merasakan juga perasaan yang sudah dia rasakan sebelumnya. Tapi, dia ingat pernyataan Koyuki tempo hari di taman saat mereka berkencan sebelumnya.

'Masih terlalu dini bagi kita untuk melakukan hal semacam ciuman!'

Dia begitu tegas dalam pernyataannya. Jadi, jelas rintangannya akan sangat tinggi.

"Jika aku memaksakan diri padanya, aku takut dia akan melarikan diri lagi. Jadi, aku akan berkonsentrasi untuk meletakkan pondasi yang kuat pada hubungan kita terlebih dahulu. Setelah kita berpacaran, baru aku akan melihat lagi peluang untuk melakukan ciuman itu."

"Koyuki-chan berada di tempat yang sulit sekarang karena dia menjadi sasaran pemburu kelas atas."

Kirihiko menghela nafas, seolah dia benar-benar bersimpati padanya.

Naoya, tanpa mengindahkan hal itu, menegaskan kembali tekadnya.

Ya, kita bisa mengesampingkan soal ciuman. Pertama-tama, aku pasti akan mengambil kesempatan ini! Terlebih lagi, tingkat kesukaan Koyuki padaku sudah mencapai 100% beberapa hari yang lalu!

Dengan bantuan Sunagimo, Koyuki sekarang lebih mencintai Naoya daripada sebelumnya.

Dengan hanya satu dorongan lagi, tujuannya pasti akan tercapai.

Untuk itu, aku harus membuat rencana yang sempurna untuk musim panas ini. Akan menyenangkan jika kita bisa melakukan perjalanan singkat atau semacamnya. Tapi, kita tidak bisa melakukan itu sekarang...

Kita berdua masih SMA dan orang tua kami juga akan mengkhawatirkan kami jika kami pergi terlalu jauh.

Naoya meletakkan tangannya di dagunya dan memikirkan kemungkinan menikmati musim panas bahkan di lingkungan sekitar.

Yang lain mulai berbicara tentang tujuan mereka untuk musim panas dengan riang, tanpa memperhatikan pikiran Naoya.

"Musim panas, ya? Aku tidak punya rencana saat ini. Jadi, kurasa aku akan nongkrong di sini saja."

"Itu rencana yang bagus. Sensei, bolehkah aku ikut juga? Kalau kamu mau, aku bisa menggantikan posisi Nii-sama yang sibuk menyerang Onee-chan."

"Oh, benarkah? Kalau begitu, aku akan memintamu untuk melakukannya. Ah, tentu saja.. aku akan membayarmu.. Aku juga akan mengundang Yui juga dan kita berempat bisa nongkorong, tanpa memperdulikan Sasahara-kun dan Koyuki-chan."

"Yup, oke.. aku setuju. Oh, ya. Sensei, kenapa kamu memanggil Nii-sama dengan nama belakangnya, sementara Onee-chan dan dua lainnya dengan nama depan mereka?"

"Ah, soal itu. Itu karena kami memiliki hubungan Manager-karyawan ketika kami berada di toko. Kupikir dengan memanggil nama belakangnya akan terlihat seperti dia bekerja di tempat kerja."

"Begitu, ya ... Itu berarti kalau aku menjadi pekerja paruh waktu di sini menggantikan Nii-sama sementara waktu. Apa aku akan dipanggil 'Shirogane-san' juga?"

"Kurasa begitu."

"Hmm… aku mengerti..."

Sakuya mengangkat alisnya sedikit dan membungkuk ke Kirihiko sekali lagi.

"Kalau begitu, aku tidak akan menggantikan Nii-sama menjadi pekerja paruh waktu disini. Aku akan membantumu dengan tulus dan tanpa bayaran. Aku bisa memasak, mencuci, bersih-bersih, memijat bahumu dan melakukan apa pun yang kamu inginkan."

"Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Tapi, aku tidak ingin kau bekerja tanpa imbalan apapun... Kalau begitu, datang saja dan kunjungi aku seperti biasanya, oke?"

Kupikir Kirihiko-san mengatakan itu karena dia menyadari bahwa Sakuya benar-benar akan bekerja secara gratis jika dibiarkan.

Tatsumi melihat percakapan mereka dan menyeringai.

"Hmm… bagaimana dengan kalian? Apa kalian akan membuat kemajuan pada musim panas ini seperti Naoya dan Shirogane-san?"

"Apa maksudmu?"

"Apa maksudku, huh... Sakuya-chan, kau menyukai Kirihiko-san 'kan?"

"Tentu saja. Aku menghormatinya tidak hanya karena karyanya, tetapi juga sebagai manusia."

"Tidak, tidak. Bukan itu maksudku. Suka dalam arti romantis~"

"...Iya?"

"Hah...?"

Sakuya memutar kepalanya sekeras yang dia bisa di depan simbol hati yang dibuat oleh Tatsumi dengan kedua tangannya.

Kirihiko pun juga mengeluarkan suara yang aneh.

Keduanya perlahan saling memandang dan menggelengkan kepala bersama.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Tapi, Sensei adalah pria yang harus kuhormati. Menurutku memiliki perasaan semacam itu tidak sopan."

"Aku tidak bermaksud kasar atau apa. Tapi, seorang gadis SMA dengan pria berusia 20 tahunan hanya akan menimbulkan masalah. Kau harus menghentikan leluconmu itu, Tatsumi."

"Hmm... Bagaimana menurutmu, Naoya?"

"Eh? Yah, kurasa mereka hanya perlu satu dorongan lagi."

"Begitu. Seperti yang diharapkan dari Naoya-sensei, dia tidak bisa diajak bercanda dan tidak memiliki selera humor yang baik."

Tatsumi mengangguk setuju.

"Bahkan Sasahara-kun ada di pihak yang salah... Bagaimana bisa? Hei, Sakuya-chan... Sakuya-chan!?"

Kirihiko mengangkat bahunya dengan putus asa. Tetapi kemudian dia melihat Sakuya di sebelahnya dan memutar matanya.

Sakuya terlihat serius dan berpikir dengan tangan di dagunya.

"Kalau Nii-sama mengatakan itu, maka kemungkinan itu ada...?"

"Hei, Sakuya-chan!? Apa yang kau bicarakan!?"

"Tapi itu adalah analisis Nii-sama dan kupikir itu kredibel. Bagaimanapun juga, dia adalah Naoya Nii-sama."

"Kau harus mengendalikan dirimu sendiri! Seberapa tinggi tingkat kepercayaan kalian berdua, Shirogane bersaudara, pada Sasahara-kun? Aku mengerti perasaanmu, tapi-"

"Tolong diam sebentar, Sensei. Aku sedang berpikir serius. Aku tidak yakin apakah aku benar-benar menyukaimu atau tidak."

"Aku tidak tahu apakah kau benar-benar menyukaiku atau tidak. Tapi, kupikir itu mungkin hanya perasaan sebatas keinginan memiliki Kakak atau orang dewasa lainnya yang dapat diandalkan... Sakuya-chan pasti akan menemukan pria yang jauh lebih baik dariku!"

"Oh, mendengarnya ternyata sedikit menjengkelkan. Apa ini hanya kebetulan..."

"Hei, kalian benar-benar memberikan pengaruh negatif padanya! Cepat, lakukan sesuatu tentang itu!"

Sementara Kirihiko bingung, Sakuya terus khawatir.

Ruang tamu dipenuhi dengan suasana manis dan asam yang tak terlukiskan saat Tatsumi menyaksikan mereka berdua sambil menyeringai.

Naoya, yang menjadi penyebab masalah, tidak peduli dan mencoba kembali memikirkan rencananya untuk musim panas ini.

"Hm?"

Kemudian, dia merasakan smartphonenya bergetar.

Saat dia membukanya, dia melihat pesan dari... bukan dari Koyuki melainkan dari Yui.

Pesannya sangat singkat. Dia mengatakan...

'Koyuki-chan dalam masalah. Cepat datang ke sini sekarang!'

Begitu dia melihat pesan itu, Naoya berdiri dan mengambil tasnya.

"Maaf! Aku memiliki keperluan mendesak yang harus aku tangani!"

"Oi, tunggu! Lakukan sesuatu tentang ini dulu!"

Menghindari upaya Kirihiko untuk menahannya, Naoya berlari keluar dari toko.

* * *

Segera setelah itu, dia menerima pesan lanjutan dari Yui, yang memerintahkannya untuk datang ke game arcade di pusat perbelanjaan yang sudah dia dan Koyuki kunjungi berkali-kali.

Naoya langsung menuju ke sana melalui rute tercepat.

Dan yang menunggunya di tempat tujuan adalah...

"Ah, akhirnya kamu datang juga. Cepet juga kau!"

"Terima kasih sudah jauh-jauh datang kesini, Sasahara-kun."

Yui dan Mika menyambut Naoya dengan senyuman tepat di pojok mesin foto box.

Tidak terlihat ketegangan diantara mereka. Lalu, Naoya mengajukan pertanyaan kepada mereka, meskipun dia kehabisan napas.

"...Bagaimana dengan Koyuki?"

"Koyuki-chan, hei..."

Yui, dengan senyum tipis di wajahnya, melirik ke suatu arah. Aku mengikuti tatapannya.

"Nee...!"

Koyuki mengintip ke arah Naoya, dengan hanya wajahnya yang mengintip dibalik mesin tersebut.

Namun, begitu matanya bertemu dengan Naoya, dia segera menarik diri ke dalam dan bersembunyi.

Sambil terengah-engah karena berlari, Naoya bergegas ke sana dan mengintip ke dalam.

"Koyuki, kostum itu..."

"Uuuuuu......mereka memaksaku memakainya..."

Menutupi wajahnya yang merah cerah dengan tangannya, Koyuki mengenakan apa yang umumnya dikenal sebagai kostum maid.

Gaun hitam dengan celemek putih berukuran mini dan benda bersinar di pahanya yang biasa disebut garter-belt. Di kepalanya ada aksesoris telinga kucing. Riasannya sempurna dan dia terlihat sangat imut sehingga jika suatu hari dia bekerja di kafe maid, dia akan menjadi gadis paling populer di sana.

[TN: Koyuki………………………………:O:O:O:O:O]
 
Setelah memperhatikan Koyuki dari ujung kepala sampai ujung kaki, Naoya berpose seolah dia telah melihat sesuatu yang begitu menakjubkan.

"Ya! Aku tahu inilah yang sebenarnya terjadi! Sepertinya keputusanku untuk langsung datang ke sini sangat tepat!!"

"Sudah kuduga kamu akan seperti ini. Tapi, ternyata kamu sudah mengetahuinya, ya ..."

"Tidak, ini karena semuanya mudah untuk ditebak, bukan?"

Yui tertawa, tapi Naoya tidak mengatakan apa-apa.

Jika Koyuki terluka, Yui pasti akan meneleponnya untuk menceritakan detailnya.

Fakta bahwa dia hanya mengirim pesan samar menunjukkan bahwa ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan.

Dan Naoya sudah mengetahui bahwa arcade ini dipenuhi dengan kostum cosplay untuk mesin foto box.

Dengan menggabungkan semua informasi ini, mudah untuk memprediksi hal yang sebenarnya terjadi saat ini.

"Yah, aku sudah menduga Naoya akan mengatakan hal itu. Nah, sekarang kamu mengerti 'kan, Ketua kelas? Asal kau tahu, naif sekali kalau kamu mencoba mengakali Naoya."

"Kupikir aku cukup mengerti di restoran keluarga malam itu, tapi... aku tidak menyangka akan sejauh ini kemampuannya. Maksudku, bukankah dia memiliki semacam kekuatan supernatural atau semacamnya?"

"Sudah kubilang kalau aku hanya sedikit perseptif. Satu-satunya alasan Koyuki memakai kostum adalah karena dia kalah di permainan gunting-batu-kertas, kan?"

"Itu benar. Tapi, bagaimana kamu bisa tahu Koyuki-chan kalah dalam permainan gunting-batu-kertas? Ada banyak hal lain yang bisa kamu mainkan di arcade."

"Koyuki sangat lemah dalam permainan gunting-batu-kertas saat mempertaruhkan hal seperti ini."

Masih segar dalam ingatannya bahwa dia kalah langsung dalam beberapa ronde melawan adik perempuan Yui, Yuna.

"Ugh...kenapa hanya aku saja......"

Koyuki hanya dapat merosot ke bawah dan berjongkok. Jika ada lubang di hadapannya, sudah pasti dia ingin masuk ke dalamnya. Mika, tanpa mempedulikan itu, membusungkan dadanya dengan puas.

"Koyuki-chan adalah gadis terimut yang pernah kulihat! Sangat menyenangkan mendandaninya."

"Kenapa kamu memiliki satu set lengkap make up... Kupikir kamu sudah berhenti menjadi seorang gyaru..."

"Tidak, biasanya aku berpenampilan seperti itu di hari libur."

"Serius?!"

Tampaknya mode gyarunya tempo hari adalah kejutan besar bagi Koyuki.

Koyuki memutar matanya dan membeku, sementara Mika tertawa saat dia meminta bantuan.

"Setelah hal-hal canggung yang terjadi dengan Koyuki-chan dulu, aku berpikir untuk berubah. Itu sebabnya, aku mencoba hal seperti menggunakan make up dan semacamnya... Aku tidak pernah berpikir itu akan berguna sekarang! Aku akan berusaha sepenuhnya untuk mendandanimu, Koyuki-chan. Percayalah padaku!"

"Uuuuuuu... aku ingin bilang tidak, tapi sulit untuk mengatakannya. Terlebih lagi ini semua terjadi karena aku..."

Koyuki hanya tersentak ketika Mika mendekatinya dengan senyum lebar di wajahnya.

Faktanya, kesalahpahaman Koyuki lah yang menyebabkan hubungan mereka berantakan sebelumnya. Dengan kata lain, itu semua adalah kesalahan Koyuki.

Koyuki yakin fakta tersebut akan digunakan sebagai gertakan oleh Mika di masa depan.

Sambil menggosokkan pipinya ke Koyuki, Mika mengedipkan matanya pada Naoya.

"Yah, itu sebabnya aku mendandaninya dan dia sangat imut! Kupikir akan sia-sia jika hanya kita yang menikmatinya. Jadi, aku memanggil Sasahara-kun kesini."

"Terima kasih, Ketua kelas. Tapi, jangan khawatir tentang itu."

"Ehh?"

"Jika ini untuk kejadian tempo hari, aku hanya membantu sedikit."

Naoya tersenyum lembut pada Mika, yang mengedipkan matanya.

Tempo hari, Naoya membantu Koyuki dan Mika untuk memperbaiki hubungan mereka, tetapi hanya sedikit.

Alasan mengapa mereka bisa saling tertawa seperti sekarang adalah karena keberanian mereka masing-masing. Jadi, itu semua bukan murni karena bantuan Naoya.

"Jadi, kau tidak perlu berpikir untuk berterima kasih padaku, tapi... Aku akan menerimanya dengan senang kali ini. Terima kasih banyak. Ah, tapi kalau aku mendapatkan service seperti ini, kedepannya aku akan menbantumu lagi."

"Ya, memang benar aku merencanakannya sebagian karena aku ingin berterima kasih kepadamu. Tapi, tetap saja menakutkan ketika kamu bisa melihat... semuanya..."

Melihat ini, Koyuki pun menjerit.

"Jangan bilang, kamu menyuruhku mengganti pakaianku untuk Naoya-kun!? Jadi, kamu berbohong padaku ketika mengatakan bahwa kita bertiga akan membuat kenangan bersama!?"

"Itu hal yang buruk untuk dikatakan, Koyuki-chan. Selain itu, ini seperti menjatuhkan dua burung dengan satu batu.. Dengan begini, kamu bisa bermesraan dengan Sasahara-kun, kan?"

"Kurasa aku lebih banyak rugi dibanding untung...!?"

Seketika, wajah maid yang berambut perak dan bermata biru itu pun berubah menjadi merah cerah.

Karena situasi ini, orang-orang yang sedang bermain di gim sebelah menatap Koyuki dan berkata 'Wow, dia imut sekali', 'Dia sangat cantik', dan 'Aku ingin berfoto dengannya...!' .

Koyuki akhirnya menyadari bahwa dia menjadi pusat perhatian dan dia menjadi lebih malu.

"Ugh... mereka semua menatapku, tahu! Nee, bolehkah aku mengganti pakaianku sekarang?"

"Ara? Apa yang kamu katakan, Koyuki-chan? Selagi Naoya ada disini. Cepat ambil foto dengannya!"

"Waa-- apa yang kamu bicarakan, Yui-chan!?"

"Umu, baiklah.. aku akan menerima tawaran Yui. Bolehkah aku meminjam Koyuki sebentar?"

"Silakan masuk. Kamu sudah memberitahu kami begitu banyak kisah cinta kalian, Koyuki-chan. Kami sudah penuh dengan cerita itu!"

Mika juga ikut mengantar Koyuki masuk dengan senyum lebar.

Suara Koyuki perlahan terdengar kacau dan dia berseru...

"Aku tidak sedang membicarakan tentang cinta, Emi-chan! Jangan katakan hal-hal aneh seperti itu!"

"Setelah semua pembicaraan tentang Sasahara-kun tadi?"

"Bukan itu. Tadi aku bercerita tentang Naoya-kun yang selalu menggodaku! Benar, itu hanya keluhan!"

"Koyuki-chan, aku akan memberitahumu suatu hal yang bagus. Itu disebut cinta."

"Kamu bohong! Bukankah definisi kata itu terlalu luas?"

"Coba pikirkan. Apa menurutmu orang normal akan tetap bersama Sasahara-kun sampai dia begitu tertekan? Kebanyakan orang akan langsung menyerah. Tapi kalau kamu masih bersamanya, itu artinya kamu sangat menyukainya. Apa aku salah? Ngomong-omong, kalau aku ada di posisimu, aku pasti tidak akan bisa."

"Itu masuk akal... Mouu, kenapa aku mengatakan hal memalukan seperti itu!?"

"Hei, kalian pikir aku ini apa?"

"Bukankah kamu esper?"

Yui memotongnya.

Dia mengangkat satu tangan ke udara saat dia melakukannya.

"Yah, semoga berhasil dengan Naoya, Koyuki-chan. Kita pulang dulu."

"Benar, sampai jumpa besok."

"Tunggu, tunggu, kalian berdua! Apa kalian benar-benar akan meninggalkanku? Aku juga akan pergi!"

"Dengan pakaian itu? Ayolah, mengalah seperti orang dewasa."

"Uuuuuuuu...!"

Saat dia memalingkan muka dari teman-temannya, yang meninggalkannya dengan sorakan hangat, Koyuki gemetar dan merosot ke bawah.

* * *

Tiga puluh menit kemudian.

Mereka berdua berjalan di sepanjang kawasan pejalan kaki di malam hari.

"Mouuu! Kalian semua mempermainkanku seperti boneka!"

"Ahaha, aku minta maaf, oke?"

Naoya mengejar Koyuki yang marah, lalu tersenyum dan menundukkan kepalanya.

Ini adalah jalan pulang dari pusat perbelanjaan.

Berjalan menuju stasiun, Naoya membuka foto yang baru saja diambilnya. Dua orang yang terlihat dalam banyak foto tersebut adalah dirinya sendiri dengan senyum lebar di wajahnya dan Koyuki dengan wajah merah cerah.

Bagaimanapun, dia mengenakan pakaian pelayan untuk pemotretan dan setelah itu, dia mengenakan berbagai pakaian lain atas permintaan Naoya. Meski awalnya Koyuki merasa enggan.

'Koyuki memiliki fashion yang bagus dan sangat dewasa. Baju maid memang imut. Tapi, menurutku kau juga terlihat bagus dengan pakaian yang cool. Aku yakin aku akan langsung terpesona.'

'Yah, kalau kamu bersikeras dengan itu, aku mungkin akan mencobanya...?'

Entah bagaimana, akhirnya Koyuki menuruti Naoya dan terus berganti pakaian.

Naoya senang gadis yang dia suka sangat mudah untuk diajak kompromi.

Naoya, sambil melihat hasil foto-fotonya, meletakkan tangannya di dagunya dan bergumam.

"Baju maid memang imut. Tapi, aku juga suka dengan dress Cinanya... Oh, baju polisi di sini sulit untuk dibuang... Aku tidak tahan dengan cermin tangan yang dipasang padanya." [TN: Astaga aku juga sangat ingin melihatnya… Please, illustrator-san, give us…]

"Kamu benar-benar orang yang menyebalkan..."

Koyuki berkata dengan kesal dan sedikit menggerutu.

"Kamu seharusnya merasa terhormat. Bisa melihat cosplay dari gadis cantik sepertiku karena itu adalah hal langka yang tidak akan pernah bisa dilihat oleh seorang warga kecil biasa sepertimu seumur hidupmu."

"Yah 'Jika itu bisa membuat Naoya-kun bahagia, cosplay mungkin bukan ide yang buruk. Meski agak memalukan, tetapi jika itu demi Naoya-kun, aku akan melakukannya', kan? Aku merasa terhormat, Koyuki-san."

"Bodo amat! Aku tidak akan pernah melakukannya lagi!" kata Koyuki, meneriakkan penolakannya dengan sekuat tenaga.

Kemudian dia berhenti dan menghela nafas panjang.

"Aku bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa liburan musim panas nanti. Aku ingin tahu seberapa sering Naoya-kun akan mempermainkanku."

"Aku ikut sedih mendengarnya. Tapi, kau akan tetap bersamaku selama musim panas."

"Tolong, jangan terlalu terbawa suasana. Jika aku meninggalkanmu sendirian, kamu akan memiliki liburan musim panas yang hampa. Jadi, aku hanya mencoba membantumu dengan berbagai cara. Hobiku adalah menjadi sukarelawan."

Koyuki berbalik.

Namun, telinganya berubah menjadi sedikit merah. Naoya tahu bahwa perubahan itu bukan semata-mata karena matahari yang beranjak terbenam.

"Tapi.. yah, aku sedikit menantikannya..

Kemudian, smartphone Koyuki berdering dengan melodi yang nyaring.

Dia dengan cepat menariknya keluar dan memunggungi Naoya.

"Ada apa, Mama? Umm... Aku sedang bersama Naoya-kun sekarang... Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba...?"

Akhirnya, dia menatap smartphonenya, memiringkan kepalanya.

"Apa ada yang salah, Koyuki?"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi... Kurasa Mama tidak akan bisa memasak makan malam hari ini. Jadi, dia menyuruhku untuk pergi makan dengan Naoya-kun."

"Okaa-san, apakah ada hal yang harus dia lakukan?"

"Entahlah... seharusnya tidak ada apa-apa hari ini. Maksudku… tunggu sebentar, barusan kamu memanggil ibuku apa?"

"Hmm? 'Okaa-san', kan?" [ED: Ibu Mertua]

"Kedengarannya sedikit... Yah, terserah."

Bergumam, Koyuki menggelengkan kepalanya.

"Yah, karena Mama sudah mengatakan itu. Apa kamu ingin makan sesuatu? Kalau Naoya-kun berencana untuk makan malam di rumah, aku tidak akan memaksamu."

"Hmm.. Makan di luar bukanlah ide yang buruk, tapi..."

Makan di luar bersama dengan gadis yang kita sukai adalah hal yang sangat menyenangkan.

Tapi, Naoya merenungkannya 

Bukankah ini mungkin... kesempatanku?

Setelah membersihkan tenggorokannya, dia perlahan membuka mulutnya.

"Yah, sebagai ucapan terima kasih karena mau bercosplay untukku atau lebih tepatnya, sebagai semacam hadiah...."

"Apa? Apa kamu akan menunjukkan ketulusanmu?"

"Hmmm. Terakhir kali aku sakit, kau merawatku 'kan...?"

"Eeh? I-Iya, emang kenapa?"

Koyuki sedikit terkejut dan kemudian menganggukkan kepalanya.

Ada sedikit ketegangan di antara mereka berdua.

Berpura-pura tidak memperhatikan, Naoya melanjutkan.

"Aku berjanji akan membuatkanmu kue sebagai imbalannya."

"... Mn."

"Itu sebabnya ..."

Naoya tergagap mengucapkan beberapa kata seperti "Umm..." dan "Hmm..." dan tatapannya melayang ke pepohonan di sisi jalan. Koyuki juga terdiam, menunggu kata-kata Naoya dan keheningan terjadi di antara mereka.

Keduanya terdiam.

"Jadi untuk hari ini... maukah kau datang ke rumahku?"

"Eh..."

Di sana, Koyuki sedikit terkejut.

Naoya buru-buru menambahkan...

"Oh, mungkin terdengar aneh membuat kue ketika kau mengajakku untuk pergi makan malam. Tapi, kalau kau mau. Aku bisa membuatkan makan malam untuk kita."

"...Umm."

Seraya melihat ke bawah, suara Koyuki terdengar lirih dan mulut Naoya pun juga tertutup.

Sekelompok anak sekolah dasar dengan gembira berlari melewati mereka dalam perjalanan pulang.

Setelah melihat mereka pergi, Koyuki mendongak dengan pelan.

Wajahnya merah cerah, tetapi juga diwarnai dengan tekad.

"Aku mau. Aku ingin makan kue buatan Naoya-kun."

"Baiklah..."

Wajah Naoya menjadi sama merahnya dengan Koyuki saat mendengar jawaban yang jelas itu.

Suatu hari, Koyuki mengunjungi rumah Naoya. Namun, saat itu, dia punya alasan kuat untuk mengunjunginya. Tapi kali ini, dia tidak punya alasan semacam itu.

Kali ini, Naoya hanya ingin dia datang ke rumahnya dan Koyuki setuju.

Pasti butuh banyak keberanian untuk pergi ke rumah laki-laki.

Meski begitu, Koyuki tetap menerima ajakan Naoya.

Karena Naoya mengerti akan hal tersebut, dia tidak bisa lagi memikirkan hal lain. Jantungnya berdegup kencang hingga rasanya seluruh darahnya akan mendidih.

Aku memutuskan untuk melakukannya selama liburan musim panas, tapi... mungkin aku tidak perlu menunggu terlalu lama untuk itu.

Ketika hanya ada kami berdua di rumah nanti, tentu saja akan ada suasana manis seperti yang Naoya harapkan.

Selain itu, kali ini tidak akan ada ketidakpastian yang mungkin terjadi seperti saat bersama dengan Sunagimo tempo hari.

Memikirkan hal tersebut, Naoya menjadi sangat gugup. Dia merasa seolah-olah tubuhnya milik orang lain dan bahkan gerakan paling sederhana untuk meminta bantuan pun terasa canggung.

Sama seperti Naoya yang gugup, wajah Koyuki pun berubah menjadi merah cerah dan dirinya membeku. Meski begitu, dia masih panik dan tidak menyangkalnya dengan mengatakan, 'Bukan itu yang baru saja aku katakan' seperti biasanya setelah dia menjawab ajakan Naoya sebelumnya.

Kemudian, mereka berdua pergi berbelanja di supermarket, seperti yang mereka lakukan kemarin ketika mereka membuat kari di rumah Shirogane.

Keduanya sangat gugup sehingga percakapan diantara mereka menjadi agak canggung dan akhirnya mereka sampai di rumah Naoya.

"Baiklah, kalau begitu... Silakan masuk."

"Mn, maaf menganggu..."

Ketika Naoya mempersilahkannya untuk masuk, Koyuki memasuki rumah dengan tangan dan kaki kanan yang bergerak bersamaan.

Meskipun akhirnya Naoya mendapatkan kesempatannya untuk mendapatkan momen yang tepat untuk menyatakan perasaannya, dia tidak mengira bahwa rencananya akan gagal dengan begitu mudah.

Dia mencoba membuat kue sederhana, namun semua yang dilakukannya berantakan. Akhirnya dirinya gagal untuk memberikan hadiah kue tersebut pada Koyuki.

"Maafkan aku ... aku benar-benar minta maaf ..."

"Aku tidak tahu mengapa kamu meminta maaf dengan sungguh-sungguh..."

Di kamar bergaya Jepang keluarga Sasahara, Naoya mengangguk kecewa.

Di luar benar-benar gelap dan area perumahan di sekitarnya sunyi.

Duduk di depan Naoya, alis Koyuki berkerut bingung.

Melirik ke arah dapur, dia berkata dengan santai.

"Tidak harus kue. Kari juga enak."

"Tidak, tapi kita sudah kesulitan membeli banyak bahan..."

Bagaimanapun, hari ini adalah hari dimana dia dapat mengajak gadis yang dia suka ke rumahnya.

Naoya sangat senang dan membeli buah dan krim mahal.

Namun, sebagian besar bahan tersebut akhirnya disimpan di lemari es.

Koyuki tertawa kecil.

"Tapi tetap saja, aku tidak menyangka Naoya-kun begitu ceroboh. Aku belum pernah melihatmu gagal memasak sebelumnya."

"Ugh... tolong jangan katakan itu."

Dia membalikkan mangkuk putih berisi telur ketika mencoba membuat adonan.

Atau ketika dia menginjak tabung krim kocok dan berakhir dengan dapur yang kotor dengan krim tercecer dimana-mana.

Dan yang lainnya...

Setelah mengulangi kegagalan berulang kali seperti itu, mereka akhirnya berhenti membuat kue dan memutuskan untuk membuat kari dengan bahan-bahan yang Naoya miliki. Sekarang mereka berdua menunggu kari yang mereka masak matang.

Naoya hanya bisa menghela nafas panjang.

Ya...tidak mungkin untuk mempersiapkan dan mengatur moodnya dengan keadaan seperti ini, bukan? Aku tidak berpikir akan akan segugup ini.

Gadis yang Naoya suka ada di rumahnya.

Dia belajar sekali lagi bahwa hanya karena satu hal itu, dia sama sekali tidak dapat menggunakan persepsi dan intuisinya dengan tepat.

Namun, kecerobohannya sebelumnya sudah membawa beberapa manfaat.

Koyuki, yang awalnya tegang saat pertama kali datang ke rumah, akhirnya bisa bersantai saat melihat Naoya berulang kali melakukan kesalahan dan dirinya pun mulai tersenyum.

Kegugupan Naoya pun juga berangsur-angsur mereda.

Sekarang, meskipun mereka berada di ruangan yang sama, mereka dapat melakukan percakapan yang normal tanpa masalah.

"Semester pertama berlalu begitu cepat. Itu benar-benar waktu yang sibuk."

"Tapi kamu bersenang-senang, kan..."

"Kupikir kerja kerasku terbayarkan. Terima kasih kepada seseorang."

Koyuki menatap Naoya dengan tatapan tajam dan menghela napas.

"Miskalkulasi terbesarku semester ini adalah bertemu denganmu, Naoya-kun. Karenamu, citraku sebagai gadis penyendiri, keren dan cantik hilang dengan sangat cepat."

"Oh, begitu. Ya, maaf untuk itu."

"... Hmm? Nee, kamu tidak memikirkan sesuatu yang kasar, kan?"

Naoya berpikir, 'Aku yakin citranya akan hancur dengan sendirinya cepat atau lambat.' Tapi, aku segera mengusir pikiran itu saat mata Koyuki menatap dengan tajam dan lebih intens. Naoya pun melanjutkan percakapan.

"Tapi, aku senang mendengarnya. Maksudku, akulah alasan Koyuki berubah. Merupakan kehormatan tertinggi untuk bisa mempengaruhi kehidupan gadis yang kucintai."

"Oh, matamu terlihat benar-benar serius... Ternyata Naoya-kun seseorang yang sangat berdedikasi padaku ya."

"Loh, kau baru tau' 'ya, Koyuki?"

"Tidak, aku tahu itu sama seperti aku membencinya. Aku hanya mengenalkannya kembali ke diriku sendiri."

Setelah mengangkat bahunya, Koyuki melihat ke langit-langit.

"Mn, aku sudah berubah. Berbicara dengan laki-laki seperti ini dan bermain dengan teman perempuan di kelasku tidak akan pernah terpikirkan beberapa tahun yang lalu. Aku bahkan sudah berbaikan dengan Emi-chan..."

Koyuki mencengkeram lututnya dan mengingat kembali semua yang telah terjadi.

Semuanya adalah peristiwa besar bagi Koyuki. Lalu, sambil mengingat berbagai peristiwa di benaknya, dia membicarakannya

"Aku ingin tahu apakah ada yang akan berubah selama liburan musim panas ini."

"Apa kau takut dengan perubahan yang akan terjadi, Koyuki?"

"Entahlah. Aku hanya sedikit gugup."

Koyuki masih memegang lututnya, menutupi mulutnya dengan lengannya dan merenung.

Tapi akhirnya, dia menatap Naoya dan berkata dengan senyum tipis.

"Jika aku bisa berubah bersama Naoya-kun, kupikir semuanya akan menyenangkan. Jadi, aku tidak takut."

"Begitu, ya…"

Jantung Naoya berdegup kencang saat mendengar kata-kata itu.

Dia bisa merasakan wajahnya memerah dan itu juga membuat Koyuki gelisah.

"N-Nee, kenapa wajahmu memerah? Jangan salah paham, oke!?"

"Kalau begitu, carilah kata-kata yang lebih baik. Itu adalah pernyataan yang cukup berani, sekarang."

"Tidak! Itu normal!"

Wajah Koyuki memerah dan menyangkalnya, tapi kemudian dia berkata, 'Oh...? Mungkin itu agak memalukan...?' Dia sepertinya menyadari hal ini dan terdiam.

Akibatnya, keheningan pun datang di antara mereka.

Tidak ada yang terdengar kecuali detak jam dinding dan sesekali mobil terdengar lewat dari luar jendela.

Mereka tetap membeku dalam keheningan, bahkan tidak bisa menggerakkan tubuh mereka saat mereka saling menatap.

Kemudian, bunyi bip elektronik yang mengganggu bergema di udara. Itu datang dari dapur.

"Ah, nasinya sudah matang!"

Naoya berdiri dengan penuh semangat.

Dia sudah berusaha untuk membuat mood Koyuki menjadi baik, tetapi sepertinya situasinya saat ini mulai tak terkendali.

Jadi, ini adalah saat yang tepat untuk merubah suasana.

"Kalau begitu, aku akan menyiapkan makan malam----!?"

"Kyaa!"

Dan ternyata, adalah ide yang buruk baginya untuk tergesa-gesa menuju dapur.

Karena gugup dan terburu-buru, kaki Naoya tersandung dan dia terjatuh bahkan sebelum dia bisa mengambil tiga langkah.

Suara keras bergema di seluruh kediaman Sasahara. Untung kamarnya adalah kamar bergaya Jepang dengan tikar tatami. Jadi walaupun kepalanya membentur lantai, tidak akan terjadi hal yang buruk.

"... Maaf."

"... Oww, ow..."

Dia terjatuh dan membuat tubuhnya berada diatas Koyuki.

Menatap wajah merah cerah Koyuki, Naoya berpikir.

Bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku dalam keadaan seperti ini, aku...

Naoya mengungkapkan perasaannya secara mendadak setelah mengalami situasi yang sama persis di kamar Koyuki beberapa waktu lalu. [TN to ED: tolong cek dong ini di kamar Naoya/Koyuki ya? Ini di vol 1 akhir kalo ga salah.] [Ed: Kang TL bertanya, Sipoi pun menjawab.. ahem, ini kilas balik kejadian di vol1 chapter 7]

Karena terbawa oleh suasana pada hari itu, Naoya secara alami mengambil tindakan yang ceroboh.

Sekarang dia sedikit lebih tenang, perasaan asam manis yang menyakitkan memenuhi hati Naoya. Dia takut dia akan mendapat masalah jika dia melangkah lebih jauh.

"Maaf. Aku akan segera---"

"Tidak, tunggu, Naoya-kun..."

"Ya!?"

Koyuki dengan cepat menarik Naoya saat dia akan mundur.

Dan cara dia melakukannya adalah dengan melingkarkan lengannya di lehernya, yang dimana hal tersebut sangatlah mengejutkan Naoya.

Koyuki menatap Naoya, yang membeku di tempat, dengan senyum di wajahnya.

"Mungkin aku sudah merasa lebih nyaman dibanding sebelumnya. Kurasa aku sudah terbiasa denganmu melalui berbagai pengalaman itu."

"Oh, um, Koyuki-san? Bukankah kau terlalu dekat..."

"Fufufu, bukankah itu hal yang bagus? Itu berarti kamu sama gugupnya denganku."

"O-Oh, begitu.."

Naoya bisa merasakan napas Koyuki di pipinya.

Tidak heran jantungnya berdetak tak karuan, tidak heran dirinya menjadi sangat gugup.

Dan itu juga dirasakan oleh Koyuki, yang juga berusaha menguatkan dirinya. Dan untuk beberapa saat, Koyuki juga menatap wajah Naoya yang berada tepat di atasnya, lalu bibirnya bergerak dengan gerakan kecil.

"... Mengubah?"

"Ap--!"

Napas Naoya benar-benar berhenti.

Itu bukan karena dia tidak mengerti arti dari kata-kata itu, melainkan karena dia benar-benar mengerti apa yang dimaksud dengan ekspresi wajah dan nada suara Koyuki.

Koyuki melanjutkan dengan berbisik.

"Um, mungkin aku tidak bisa mengatakannya dengan baik, tapi..."

"...Hubungan kita?"

"...Mn."

Mengubah hubungan saat ini, yang sulit disebutkan namanya.

Itulah target yang telah ditetapkan oleh Naoya.

Sesaat wajah Koyuki berubah menjadi lebih merah dari yang pernah dia lihat sebelumnya.

Koyuki menatap Naoya dengan sangat hangat dan mengucapkan beberapa patah kata.

"Aku tidak takut untuk berubah jika aku bersama Naoya... Jadi... kurasa aku bisa menerimanya dengan baik sekarang. Mn, sesuatu seperti itu."

"Koyuki..."

Pada saat itu, tidak ada kata selain namanya yang dapat keluar dari mulut Naoya.

Naoya menelan ludah sebagai gantinya.

Suaranya begitu jelas hingga dia merasakan rona merah di wajahnya semakin bertambah.

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Namun, itu berbeda dari yang sebelumnya... karena mereka bisa merasakan bahwa niat mereka telah saling tersampaikan.

"Jadi, bisakah kamu mengatakannya sekali lagi di sini...? atau tidak...?"

"Tidak, bukannya aku tidak bisa..."

Naoya, sama halnya dengan Koyuki, juga merenungkan kata-katanya.

Ketika Naoya dengan lembut mendekatkan wajahnya ke wajah Koyuki, dia bisa dengan jelas melihat bulu mata panjang Koyuki gemetar. Kegugupan Koyuki telah mencapai puncaknya. Meski begitu, Naoya sangat senang karena Koyuki menyerahkan dirinya padanya.

Gadis yang aku suka memberitahuku sebanyak ini...! Kalau aku tidak menjawabnya, harga diriku sebagai laki-laki akan hilang!

Naoya memutuskan.

Setelah mengambil napas dalam-dalam, dia mencoba mengatakan semua yang bisa dia pikirkan.

"Dengarkan aku, Koyuki. Aku sudah menyukaimu--"

Tapi, pengakuannya terpotong di tengah jalan.

".......Hhh?"

"Heh?"

"Bruu---ukkkk!"

Naoya, merasakan kedatangan yang sangat dia tidak harapkan, melompat mundur sekuat tenaga dan pintu geser di belakangnya pun terjatuh.

TL: Retallia

Editor: Sipoi





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close