-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 3 Chapter 6

Chhapter 6  Festival Musim Panas


Villa besar itu terletak di pegunungan di tengah hamparan tanaman hijau subur.

Menawarkan jumlah kamar yang lebih dari cukup untuk dua keluarga dan meskipun terlihat kecil, didalamnya dilengkapi dengan kolam renang dan pemandian luar ruangan. Tamannya cukup besar untuk melakukan pesta barbekyu.

Ruang tamunya juga luas dan set sofa yang disediakan sangatlah nyaman dan mewah.

Di salah satu sudut ruangan itu, Naoya menghela napas.

Kamera digital yang beroperasi di tangannya sudah menyimpan banyak foto.

"Kau memang sangat ahli, Sakuya-chan. Semua fotonya bagus sekali."

"Aku sangat tersanjung dengan pujianmu, Nii-sama."

Sakuya, yang duduk di depanku sembari memakan es krim, membalas pujianku dengan nada formal.

Kedua keluarga itu sudah memasuki hari ketiga perjalanan bersama mereka.

Pada hari pertama, Naoya dan Koyuki terpisah dari semuanya, tetapi setelah berlindung dari hujan di stasiun dan melompat ke kereta, mereka dapat tiba di villa tanpa masalah besar.

Naoya meminta maaf kepada Howard karena telat datang ke villa.

'Maaf, otou-san. Maaf sudah membuatmu khawatir..'

'Apa yang kau katakan, Naoya?'

Howard menggelengkan kepalanya dengan serius.

'Apa kau melibatkan Koyuki kami dalam percobaan penculikan anak atau pencurian perhiasan?'

'T-Tidak...?'

'Jadi, bagaimana jika salah satu penumpang dengan cerdik memanfaatkan pergantian kereta, menemukan bahwa dia sedang membuat alibi untuk penyerangan dan penyanderaan besar atau semacamnya…?'

'Tidak, tentu saja tidak.'

'Kalau begitu, kau melakukannya dengan baik. Aku senang aku mempercayakan Koyuki padamu...!'

'Sepertinya jalan yang kau lewati dengan Ayahku sebelumnya agak berat, Otou-san...'

Aku mendengar bahwa Housuke mengendus tanda-tanda akan terjadinya sebuah insiden dan mencoba mencegahnya terjadi, sehingga mereka harus melalui banyak masalah di sepanjang jalan. Dia memiliki kebiasaan terlibat dalam insiden karena dia dapat melihat melalui setiap hal kecil yang ada disekitarnya.

Selama perjalanan sebelumnya, Howard terus mengeluh, tetapi Sakuya dan Ibunya menikmati perjalanan mereka tanpa terganggu olehnya.

Bagaimanapun, hari pertama agak berantakan. Tapi setelah itu, kami bisa menikmati perjalanan musim panas yang menyenangkan ini.

Fasilitas atletik yang besar, sumber air panas, olahraga pantai, kolam pemancingan ...... dan banyak kenangan tersimpan di kamera tersebut.

"Oh, ini foto kemarin saat kita pergi ke pantai."

"Ya, itu foto kemarin. Momen dimana Onee-chan menginjak teripang dan terjatuh."

Pantai di dekat villa mereka menginap luas dan air lautnya sangat jernih.

Awalnya Koyuki agak gugup untuk masuk kedalam air. Tapi, dia tampak santai saat bermain air dengan Naoya. Dalam foto itu, dia tersenyum sangat lebar.

"Oh, kau juga memfoto momen-momen kita melakukan barbekyu... Apa kau sempat untuk makan disana, Sakuya-chan?"

"Jangan khawatir. Tentu saja aku mengamankan dagingnya. Dan aku sangat puas karena bisa mengabadikan momen mesra antara Nii-sama dan Onee-chan. Itu adalah suguhan berlipat ganda bagiku."

"Akan menyenangkan jika hanya itu yang terjadi. Tapi, aku tidak bisa menerima bahwa ... Ayahku selalu menatapku dengan senyum menyebalkan di wajahnya di setiap foto."

Dalam foto itu, Koyuki menawarkan sate barbekyu kepada Naoya.

Di latar belakang momen yang hangat itu, Ayahnya, Housuke, sedang menonton dengan mata menyipit.

Housuke selalu berusaha untuk membuat Naoya dan Koyuki mendapatkan momen untuk berduaan dan itu membuat Naoya pusing karena merasa Ayahnya terus memperhatikannya.

Naoya memandangnya dari jauh, tetapi dia hanya melihat sekeliling.

"Apa maksudnya? Eh, kalau dipikir-pikir, aku tidak melihat Ayah dan paman hari ini."

"Ah. Mereka diundang oleh seorang wanita tua yang mereka temui kemarin."

Dia tampaknya adalah wanita yang sangat kaya dan mengadakan pesta kecil untuk peringatan 13 tahun kematian suaminya dengan kenalannya. Jadi, mereka pergi ke kota berikutnya pagi-pagi sekali.

Mendengar hal ini, Sakuya memikirkan sesuatu.. sambil menggoyang-goyangkan stik es krimnya.

"Apakah ini awal dari drama menegangkan selama 22 jam?"

"Jangan khawatir, moto Ayahku adalah menghindari korban. Aku yakin dia akan menyelesaikan semuanya sebelum itu terjadi."

"Kedengarannya sangat merepotkan. Aku lebih memilih untuk ikut bersamamu, Nii-sama."

"Otou-san sepertinya sudah muak dengan semua masalah yang ditimbulkan Ayahku."

Howard terlalu baik hati untuk tetap pergi mengikuti Housuke.

Naoya mengembalikan kamera digital itu kepada Sakuya dan berdiri tegak.

"Ketika Koyuki dan Ibunya kembali dari toko, mereka semua akan pergi ke kafe bersama. Aku yakin akan ada pekerjaan serius yang menunggu kita untuk memakan sisa parfait besar yang dipesan oleh Koyuki dengan rakus."

"Ya, tapi itu adalah pekerjaan yang menarik untukku. Btw, Nii-sama, apa kamu masih yakin dengan rencanamu?"

Sakuya memiringkan kepalanya.

"Kamu berencana untuk menyatakan perasaanmu kepada Onee-chan dalam perjalanan ini. Tapi, hanya tersisa beberapa hari lagi..."

"Memang benar tinggal dua hari lagi, tapi..."

Sesuai jadwal, kami akan pulang dari sini lusa.

Dengan kata lain, Naoya hanya punya waktu dua hari, termasuk hari ini.

"Onee-chan memang sangat menikmati perjalanan musim panas ini. Tapi, bukan berarti Nii-sama dengan mudah bisa mengatur situasi dan momen yang manis untuk menyatakan perasaanmu padanya. Itu semua karena kami ada disini juga."

"Aku juga tidak ingin menyatakan perasaanku padanya di depan orang tuaku, seperti yang kau pikirkan ..."

Housuke tahu tentang perasaannya terhadap Koyuki. Tapi, bukan berarti Naoya bisa terbuka tentangnya.

Meski begitu, hal ini tidak akan membuat Naoya menyerah pada rencana yang dia buat dalam perjalanan ini. Dia sudah menyiapkan solusinya.

Setelah itu, Naoya mengeluarkan dua tiket dari sakunya.

"Aku sudah menyiapkan kartu AS-ku. Ini dia."

"Itu... Oh, jadi begitu.. Memang benar, itu adalah tempat yang sempurna untuk menyatakan perasaan."

Setelah melahap es krimnya sekaligus, Sakuya berdiri dan membuka jendela ruangan.

Pada saat itu, suara ombak dan panas yang teredam memasuki ruangan ber-AC tersebut.

Villa ini menghadap ke arah pantai dan berada di pulau buatan yang terbentang di luar jembatan yang memanjang.

Pulau ini dipagari dengan pusat perbelanjaan dan ruang terbuka. Dan di balik deretan bangunan besar tersebut, ada bianglala berputar dengan anggun.

Menyandarkan dirinya pada bingkai jendela, Sakuya menganggukkan kepalanya.

"Jadi, kamu akan mengajak Onee-chan ke taman hiburan di sana."

"Ya, aku akan mengajaknya kesana. Koyuki seharusnya tidak punya rencana besok dan aku yakin dia akan ikut denganku."

Aku sudah menyelesaikan seluruh PR-ku sebelum datang ke villa ini. Dan ternyata, ada banyak jenis atraksi disini, serta di malam hari kita bisa menikmati kembang api. (TN: PR disini maksudnya uda riset dulu terkait hal apa aja yang ada disekitar villa tempat mereka berlibur.)

Naoya mengepalkan tangannya dengan kuat dan mendorongnya ke atas ke langit.

"Menikmati taman hiburan sampai malam, kemudian mengungkapkan lagi perasaanku pada Koyuki sambil menyaksikan kembang api...! Bagaimana? Rencana yang sempurna, kan?"

"Yah... rencana yang bagus. Itulah Nii-sama dalam mode pemburu."

Hanya kami berdua di taman hiburan, menikmati kencan klasik dan itu semua merupakan momen pertama kalinya bagi mereka berdua. Naoya yakin semangat Koyuki akan melambung tinggi saat itu. Jadi, kemenangan sudah terjamin.

Tapi, yah, setelah menyelesaikan semua itu, tujuan awalku adalah 'menciumnya lagi'...

Saat ini, hanya Naoya yang mengingat ciuman tersebut dan dia tersiksa dengan itu.

Dia ingin membuat Koyuki mengalaminya juga dan merasakan penderitaan yang sama.

Jadi, sampai dimana Naoya dapat mencapai tujuan akhir tersebut, ini semua akan menjadi perjalanan yang panjang.

Oh, ya... yang bisa aku lakukan sekarang adalah menyatakan perasaanku kepada Koyuki. Pertama, aku akan menyiapkan momen yang tepat untuk melakukannya. Di sinilah serangan yang sebenarnya dimulai! Lihat saja nanti, Koyuki!

Naoya mengepalkan tangannya sekali lagi sebagai perwujudan tekadnya. Meskipun itu tadi adalah monolog yang terdengar serius, itu semua hanyalah keinginan sederhananya untuk dapat berpacaran dengan gadis yang disukainya dan menciumnya.

Sakuya dengan lembut meletakkan tangannya di tangan Naoya.

Dia mengangkat bibirnya sedikit dan tersenyum lembut.

"Selamat. Akhirnya tiba saatnya bagimu dan Onee-chan untuk bersatu, bukan? Aku senang bisa mengawasi kalian selama ini."

"Terima kasih, Sakuya-chan. Aku pasti akan membuat Onee-chan mu bahagia."

Dengan semangat yang berkorbar, Naoya memberitahu Sakuya tentang isi hatinya yang sedang bergairah.

Tapi kemudian Naoya segera mengerti yang diinginkan Sakuya dan memalingkan wajah, lalu melepaskan pegangan tangannya.

"Tapi, aku sudah akan mencapai adegan pernyataan perasaan seperti dalam film. Jadi, kau tidak boleh mengikutiku kali ini."

"Sial ..., lakukanlah sesuatu untuk itu. Tidak akan ada yang berkurang jika aku ada disana."

"Jelas tidak. Itu pasti akan mengurangi umur Koyuki."

Naoya mendorong Sakuya ke belakang. Tidak mau kalah, Sakuya pun mendatanginya dengan kamera yang sudah siap untuk memotretnya.

Begitulah cara (calon) ipar bermain-main bersama.

"Aku pulang."

Ketika keduanya sedang asyik dengan rencana masing-masing. Koyuki datang menyapa mereka berdua.

"Ah, selamat datang kembali. Onee-chan!"

Koyuki pulang dengan langkah kakinya yang bergema.

Kemudian dia menatap wajah Naoya dengan mata berbinar.

"Nee, nee, Naoya-kun! Um, malam ini kamu bebas, kan?"

"Hmm? Yah, aku bebas kok. Kenapa kau-- Ah!"

Naoya memutar matanya sejenak, tetapi kemudian segera mengerti apa yang ingin Koyuki katakan.

Dia memukul lututnya dan menepuk dahinya.

"Jadi begitu, aku tidak menyadarinya! Berbicara tentang acara musim panas, itu klasik...!"

"Fufu, iya kan? Terima kasih sudah mengerti dengan cepat. Jadi, ayo kita pergi!"

"Tentu saja."

"Nii-sama dan Onee-chan. Aku harap kalian tidak mulai menjadi seperti Nii-sama dan Ayahnya dan bisa saling berbicara dengan lebih jelas lagi."

Saat Sakuya melontarkan komentar jujurnya, para ibu juga kembali.

Sambil memilah-milah isi tas belanjaan, keduanya berkata.

"Katanya ada festival di dekat sini hari ini dan akan ada banyak stand makanan."

"Iya, karyawan di toko tadi memberitahuku tentang itu."

"Oh, festival 'ya! Kedegarannya menyenangkan dan sangat menggambarkan musim panas!"

Suara Sakuya menjadi sedikit hidup.

Meskipun dia sudah makan tiga es krim, dia sepertinya memikirkan apa yang akan dia makan di stand makanan nanti.

Koyuki juga sepertinya tidak bisa menyembunyikan semangat antusiasmenya.

Dia membolak-balik buku panduan yang baru saja dia beli di sini dan berkata.

"Ini festival lokal kecil. Jadi, kurasa tidak disebutkan di buku ini. Nee, nee, ayo kita pergi bersama!"

"Tentu. Aku sangat menantikannya." kata Naoya, mengangguk sambil tersenyum.

Pergi ke festival musim panas dengan Koyuki pasti akan menyenangkan.

Yah, aku tidak yakin harus mulai dari mana untuk mengajaknya ke taman hiburan besok, tapi... akan menyenangkan untuk mengejutkannya dengan tiket itu nanti setelah kita menikmati festival musim panas sepenuhnya...

Naoya yakin Koyuki akan senang dengan kejutannya nanti.

Itu sebabnya Naoya membungkuk ke...bukan Koyuki, tapi Ibu Koyuki dengan semangat tinggi.

"Kalau begitu, Misora-san! Aku tak sabar untuk bekerja sama denganmu!"

"Huh? Ada apa dengan Mama?"

Koyuki memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu dan kemudian mengangkat alisnya.

"Nee, Naoya-kun. Apa kamu kebetulan ingin pergi ke festival dengan Mama? Tanpa aku? Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Nii-sama, kupikir aku mungkin akan membayangkan situasi semacam ini dengan sedikit berbeda." (TN: Imajinasinya Sakuya memang bisa menembus genre apapun, bahkan mil-)

"Tidak, tidak.. bukan begitu! Jika berbicara tentang festival musim panas, pasti tentang itu juga, kan?"

"Itu...?"

Sementara Shirogane bersaudara tampak ragu, Ibunya meletakkan satu tangan di pipinya dan tersenyum tipis.

"Kurasa Naoya-kun tahu tentang itu. Aku sudah membawa satu set barang itu untuk berjaga-jaga jika hal seperti ini terjadi."

"Terima kasih banyak, Okaa-san!"

"Ada apa dengannya sih...?"

"Entahlah."

"Maaf, anakku memang agak aneh..."

Sebaliknya Airi, Ibu Naoya hanya bisa menghela napas, sambil meminta maaf kepada Shirogane bersaudara.

* * *

Dan malam itu.

"Masuklah, Naoya!"

"Astaga, aku sudah lama menunggunya."

Menanggapi panggilan Ibunya, Naoya membuka pintu villa.

Karena tidak ada cara baginya untuk mengintip persiapan mereka, dia menunggu di luar.

Saat itu sekitar pukul 6 sore, tetapi langit masih cerah dan pegunungan di sebelah barat diwarnai dengan warna merah menyala. Sinar matahari yang masuk melalui jendela sangat menyilaukan.

Dan dalam cahaya tersebut, berdirilah Koyuki, mengenakan yukatanya.

Naoya menelan ludah dan kemudian mengatakan apa yang ada dipikirannya dengan blak-blakan.

"Imut sekali...!"

"Uuuuuu...Bagaimana kamu bisa mengatakan itu tanpa rasa malu, sungguh..."

Wajah Koyuki menjadi merah padam dan dia menutup mulutnya dengan kipas.

Yukata putihnya dihiasi dengan bunga morning glory, motifnya memiliki banyak warna biru yang sama dengan mata Koyuki. Dia juga mengikat rambutnya ke atas dan dijepit dengan kanzashi (jepit rambut), auranya tampak seperti orang dewasa. Di tangannya ada tas kecil berwarna cerah.

Itu adalah tampilan yang berbeda dari pakaian kasualnya dan lehernya yang terlihat terbuka menambah kecantikan Koyuki dalam yukatanya.

Naoya lalu mengungkapkan pendapat jujurnya dengan tenang.

"Apa yang kau bicarakan, Koyuki? Kenapa aku harus malu. Kau terlihat sangat imut dengan yukata itu. Oh, bolehkah aku mengambil satu foto dulu..?"

"Tentu saja tidak boleh! Kamu pasti ingin mencetak fotoku, lalu memajangnya di kamarmu, kan!?"

"Oh, Koyuki ternyata cukup peka. Wajar jika kita menginginkan sesuatu yang imut di kamar kita... Oh, aku juga suka sudut pengambilan ini."

"Ap-!? Tunggu! Siapa bilang aku memperbolehkanmu mengambil fotoku!? Dan juga, bukannya kamu bilang hanya satu foto!?"

Sembari mengatakan itu, Koyuki mengejar Naoya yang lari dengan beberapa foto Koyuki yang dia ambil. Mungkin karena yukata yang dia pakai, Koyuki sedikit kerepotan saat mengejar Naoya.

Sementara mereka berdua saling kejar-kejaran di sekitar sofa, para ibu terlihat sedang menikmati dunia mereka sendiri.

"Fufu, aku senang bisa menyesuaikan kembali yukata yang dia pakai." [TN: Maksudnya yukatanya dipermak, atau mungkin dijahit ulang biar sesuai sama ukuran tubuh yang memakainya.]

"Kamu juga, yukata itu sangat cocok denganmu. Kamu terlihat cantik, Sakuya-chan~"

"Terima kasih."

Yukata yang dipakai Sakuya memiliki warna yang berbeda dari Koyuki. Sementara Koyuki dan Naoya terus kejar-kejaran, Sakuya berpose dengan wajah datar dan meminta Ibunya mengambil foto dirinya.

Sambil berbicara seperti ini, mereka berlima siap untuk pergi keluar bersama.

Kebetulan, Housuke dan Howard belum kembali. Meskipun mereka berlima tidak mengatakannya dengan keras, mereka semua memiliki pemahaman yang sama bahwa Housuke dan Howard pasti sedang mengalami hal yang kacau di tempat mereka berada saat ini.

"Ayo, kalian berdua.. sudah waktunya kita pergi ke sana. Naoya juga, berhenti menggoda Koyuki-chan."

"Ya, aku mengerti."

Naoya berhenti di sana saat Ibunya mendesaknya untuk pergi.

Saat itu, dia akhirnya ditangkap oleh Koyuki.

"Akhirnya, ketangkap juga! Dengar, tidak ada foto lagi!"

"Ya, iya. Tapi jika Koyuki seimut ini, aku yakin aku ingin memotretnya lagi."

"Ugh...! Kamu ini...!"

"Baiklah, begini saja."

Naoya meremas tangan Koyuki dan tersenyum.

"Kalau kau terus memegang tanganku seperti ini sepanjang waktu, kurasa aku tidak akan punya waktu untuk memotretmu."

"... Kamu ... kamu hanya ingin berpegangan tangan, kan"

"Ya. Kurasa kau benar."

"Kamu memang... sangat tidak pengertian."

Koyuki mendesah kecil karena cemas.

Kemudian, tanpa ragu-ragu, dia meremas balik tangan Naoya dengan cara yang sama dengannya.

"Aku akan memegangnya erat-erat. Aku akan memastikan kamu tidak melakukan sesuatu yang tidak penting."

"Oke, ayo kita pergi." kata Naoya, sambil tersenyum dan mereka meninggalkan villa bersama.

Mereka berlima kemudian menuju sebuah kuil kecil yang terletak sedikit lebih jauh di bawah bukit.

Jalan di depan kuil adalah zona pejalan kaki, dengan kios, tempat istirahat dan panggung yang berjajar di kedua sisi jalan. Meskipun ini festival lokal kecil, tetapi masih dalam skala yang cukup besar.

Banyak orang berkerumun di area itu dan terdengar suara kegembiraan anak-anak di sana-sini.

Pada saat Naoya dan yang lainnya tiba, matahari sudah terbenam dan lampu-lampu kios yang berkilauan sudah terlihat dari kejauhan

Wajah Koyuki bersinar saat dia melihat sekeliling lokasi festival.

"Itu dia festivalnya!"

"Ya, kau benar."

Naoya menimpalinya dengan wajah tersenyum.

Mereka berpegangan tangan sepanjang jalan dari villa ke lokasi festival dan tentu saja mereka masih melakukannya hingga sekarang.

Itulah mengapa Naoya bisa merasakan kegembiraan Koyuki lebih kuat lagi.

Melupakan rencananya untuk besok, mau tak mau dia terbawa oleh suasana gembira ini.

Sementara mereka berdua melihat-lihat, Sakuya dengan cepat mengangkat tangannya dan berkata.

"Kalau begitu, kita akan melihat-lihat dulu. Kamu pergi dengan Nii-sama, Onee-chan."

"Eeehh?! Bukankah kita semua akan jalan-jalan bersama?!"

"Tidak apa-apa, tapi… hei."

"Hei."

Para ibu saling memandang dan melirik ke belakang aula festival.

Di sana, Naoya dapat melihat bahwa ada sejumlah orang dewasa yang terlihat sedikit mabuk.

"Kontes minum sake lokal...kedengarannya seperti yang disenangi oleh Ibu dan Ayah."

"Sesekali ikut kontes semacam itu, boleh juga 'kan, Misora-san?"

"Yup, bahkan kita juga ingin bersantai.."

Keduanya saling mengangguk sambil tersenyum.

Aku bisa dengan jelas merasakan antusiasme mereka saat mereka mencoba menikmati festival dengan sepenuh hati.

Sakuya juga melihat kios-kios dengan kilau di matanya.

"Aku akan pergi berkeliling dengan mereka dan menikmati makanan di stand-stand yang ada. Aku juga akan mengamati pasangan yang saling bermesraan dan mencoba menemukan sesuatu untuk diberikan pada Sensei. Itu sebabnya, aku pergi secara terpisah dari Onee-chan."

"Itu bagus, tapi... jangan sampai kau tertangkap dan dilaporkan, Sakuya-chan."

"Sakuya, sebaiknya kamu mencari hobi lain yang lebih wajar."

"Hobiku yang sebenarnya adalah mengamati Onee-chan. Aku akan pergi bersama kalian kalau kamu tidak keberatan."

Dia mengeluarkan kamera dari saku yukata-nya dan mengangkatnya dengan tangan yang terlatih.

"Jika aku ikut bersamamu, aku akan memotretmu saat jatuh cinta dengan Nii-sama"

"Hah...? Apa yang kamu bicarakan, tidak mungkin aku akan jatuh cinta pada orang ini."

Setelah memotret Kakak perempuannya dengan jelas, Sakuya sedikit memiringkan kepalanya.

"Bolehkan?"

"... Tidak, nggak boleh."

"Aku kagum kau bisa langsung menyerah. Kerja bagus, Koyuki."

Naoya memuji Koyuki dengan tulus sambil membisikkan beberapa patah kata.

Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar daerah itu.

Naoya memegang tangan Koyuki dan mulai berjalan.

"Kalau kakimu sakit, katakan padaku. Kau tidak terbiasa memakai geta 'kan, Koyuki?" [TN: Geta itu semacam sandal kayu/bakiak khas jepang.]

"Aku baik-baik saja. Lagi pula, Naoya-kun akan tahu bahkan sebelum aku mengatakan apapun."

"Aku bisa mengerti itu, tapi kau tahu? Aku ingin kau langsung mengatakannya padaku, oke?"

"Iya, iya. Nanti kalau memang itu terjadi."

Koyuki menjawab dengan dingin, tetapi jelas bahwa dia dalam suasana hati yang baik.

Suara getanya yang bersentuhan dengan aspal sangat merdu sehingga aku ingin mendengarkannya sepanjang waktu.

Matahari sudah terbenam, tetapi ini masih pertengahan musim panas. Jalanan tanpa henti melepaskan panas yang menumpuk di siang hari, dan hanya berjalan di sepanjang jalan itu membuat kami berkeringat di tiap langkah kami.

Meski begitu, Naoya dan Koyuki tidak mau melepaskan tangan mereka satu sama lain.

Mereka tetap saling berpegangan tangan. Meskipun, mereka mengetahui bahwa telapak tangan mereka agak basah karena berkeringat, entah itu karena hawa panas atau hal lainnya.

Kemudian Koyuki menunjuk ke sebuah stand dengan tangannya yang bebas.

"Ah, permen kapas! Nee, nee, ayo kita makan itu!"

"Ohh, itu hal klasik di festival musim panas. Oke, ayo pergi!"

"Yup!"

Dengan wajah Koyuki yang bersinar, kami menuju stand permen kapas.

Bukan permen kapas putih biasa, tetapi permen kapas warna-warni. Ini membuat mata Koyuki berbinar dengan antisipasi. Naoya menatapnya dan menyipitkan mata.

Setelah makan setengah dari permen kapas merah muda yang telah dibelinya, mereka berkeliling ke berbagai stand lainnya.

Takoyaki, jagung bakar, menyendok ikan mas, melempar cincin... dari stand makanan standar hingga permainan, kami menikmati semua yang kami lihat.

Semua hal itu membuat Koyuki dalam suasana hati yang sangat baik.

Meskipun ada beberapa kecelakaan kecil, seperti bagian dalam mulutnya yang merasa panas karena memakan takoyaki gurita dan dikejutkan ketika pengait ikan masnya patah setelah kurang dari lima detik, namun suasana hati Koyuki tetap baik.

"Ini semua sangat menyenangkan!"

"Senang mendengarnya..."

Duduk berdampingan di bangku di rest area, Koyuki memberiku senyuman lebar.

Dia membiarkan suaranya pecah saat memakan es serutnya.

"Umm. Setelah makan ini, mau pergi kemana lagi? Apa kamu ingin makan sesuatu lagi, Naoya-kun?

"Tidak, tidak. Aku sudah cukup kenyang."

"Festivalnya belum berakhir. Kita selalu makan makanan manis. Hmm, mungkin sesuatu yang kaya akan rasa selanjutnya akan terasa lebih enak."

"Biasanya kau sangat mengkhawatirkan kalori dan berat badan."

"Aku tidak peduli dengan itu ketika sedang berlibur! Aku akan melakukan diet ketika kita sudah pulang nanti!"

"Iya, iya. Kalau begitu, selanjutnya, mari kita makan omusoba di sana." [TN: Omusoba (Omurice Soba) itu kyk omelete di warkop/warmindo sini, jadi perpaduan telur dan semacam mie.]

“Omusoba! Itu pilihan yang bagus darimu, Naoya-kun, aku suka dengan pilihanmu!”

"Terima kasih banyak"

Naoya memberikan tanggapan sepintas kepada Koyuki, yang sedang dalam suasana hati yang baik.

Sudah sekitar satu jam sejak dia meninggalkan Ibunya dan yang lainnya, tetapi dia masih ingin menikmati momen berdua ini sepenuhnya.

Koyuki tersenyum lebih dan lebih saat dia melahap es serutnya.

"Hmmm, sudah lama sejak aku pergi ke festival dengan orang lain selain keluargaku."

"Oh, kau dulu pernah datang bersama Ketua kelas?"

"Itu benar. Emi-chan sangat pandai dalam permainan lempar cincin sehingga dia bahkan berbagi hadiah yang dia menangkan denganku."

Dia bercerita dengan bangga seakan itu adalah pencapaiannya sendiri.

Tapi kemudian, dia mulai mengobrak-abrik tas kecilnya.

"Oh, ya. Aku harus menelepon Emi-chan dan yang lainnya. Aku berjanji akan memberi mereka laporan perjalanan ini."

"Yah, Koyuki sudah memotret setiap hari."

"Tentu saja. Kamu tidak bisa mengingkari janji pada teman-temanmu. Coba lihat... Bagaimana cara mengirim fotonya, ya?"

"Begini. Berikan padaku."

Naoya mengambil smartphone dari Koyuki yang kebingungan dan mengoperasikannya untuknya.

Ketika dia memposting foto di grup chat mereka bertiga, keduanya langsung membalasnya.

Wajah Koyuki bersinar ketika dia melihat ini.

Emi berkata, "Aku iri padamu”. Dan Yui berkata, "Lain kali ayo pergi ke festival musim panas bersama kami!”.

"Itu bagus, kau harus pergi dengan mereka. Kalau kau khawatir karena berpergian dengan para gadis saja, aku akan ikut sebagai pendampingmu." 

"Makasih. Fufufu. Perjalanan kita hampir selesai dan aku tidak sabar untuk pulang."

Dengan kilau di wajahnya, Koyuki perlahan mengetik balasan untuk mereka berdua.

Naoya, kehilangan ketenangannya saat melihatnya, memutuskan untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut.

"Kalau begitu, kita harus lebih bersenang-senang di sisa waktu perjalanan ini."

"Tapi, kita hanya punya satu hari lagi untuk bersenang-senang. Kita sudah kesana kemari, apakah ada hal lain?"

"Tentu saja. Di sini."

Naoya mengeluarkan kartu AS-nya dari sakunya.

Saat Naoya mengeluarkan itu, Koyuki menatapnya dengan ekspresi terkejut.

"Apa ini... tiket taman hiburan?"

"Ya, benar. Bagaimana kalau kita berdua pergi kesana besok?"

Koyuki menatap penuh tiket tersebut dan Naoya menyipitkan matanya.

Sepertinya kejutan ini sukses...

"Koyuki, kau selalu ingin pergi ke sana. Kau sering melihatnya selama perjalanan dan kau bahkan meletakkan bookmark di buku panduanmu."

"Ugh...kamu bisa melihat semuanya, Naoya-kun."

"Tentu saja. Aku bisa mengerti mengapa kau tidak bisa mengatakan kau ingin pergi kesana hanya karena kau tidak ingin dianggap kekanak-kanakan."

Naoya menatap wajah Koyuki dan melanjutkan pembicaraannya.

"Aku bisa membaca pikiran kebanyakan orang. Tapi, jika itu Koyuki. Aku akan membacanya dengan ekstra hati-hati. Jadi, aku ingin kau bersiap untuk itu."

"Kedengarannya seperti hal yang baik untuk dikatakan. Tapi, entah mengapa itu membuatku takut."

Koyuki bergumam pelan.

Tapi, kemudian dia menatap tiket yang ditawarkan Naoya padanya.

"Aku tidak yakin apakah ini berkaitan dengan taman hiburan atau ... Ngomong-omong, Naoya-kun. Itu… bolehkah aku menanyakan beberapa... pertanyaan?"

"... Silahkan."

Kemudian keheningan terjadi di antara mereka berdua.

Koyuki ragu-ragu untuk bertanya, karena dia sudah menebak apa yang akan Naoya lakukan.

Banyak orang lewat di depan mereka dan tawa menggema dari mana-mana. Meskipun mereka berada di tengah-tengah festival musim panas, bangku itu serasa dunia pribadi bagi mereka berdua.

Koyuki berdehem seolah-olah dia siap untuk hal apapun yang terjadi dan kemudian dia mengeluarkan pertanyaannya dengan suara lirih.

"Apakah kamu berencana untuk menyatakan perasaanmu padaku lagi di sini...?"

"Tepat sekali."

Naoya mengangguk dengan sungguh-sungguh.

Koyuki tampaknya sudah lengah dengan respons yang sangat lugas ini. Dia mengendurkan bahunya dan tertawa seperti orang bodoh.

"Naoya-kun ... biasanya orang-orang merahasiakan itu, bukan?"

"Tidak ada gunanya menyembunyikannya. Itu sudah sangat jelas."

"Memang benar karena bahkan aku bisa menebaknya. Tapi, itu sedikit mengurangi suasananya, kan?"

Koyuki terus tertawa.

Naoya juga tersenyum padanya.

Dia mengibaskan tiket di depannya dan berkata.

"Apa yang akan kau lakukan? Kalau kau menerima tawaran ini, kau tidak akan bisa melarikan diri lagi. Terakhir kali mereka mengganggu kita di tempatku... Tapi kali ini, aku benar-benar akan menyatakan perasaanku padamu yang sesungguhnya."

"... Mn."

Koyuki menatap kedua tiket itu lagi.

Setelah menghela napas pelan, tanpa ragu, dia mengambil salah satu tiketnya.

"Yup, mari kita kesana. Aku juga sudah siap."

Menyembunyikan mulutnya dengan tiket itu, Koyuki memberikan Naoya senyum tipis.

"Tapi, sebisa mungkin aku ingin bersenang-senang di sana. Kalau kamu tidak menghiburku di taman hiburan itu dengan kemampuan terbaikmu, aku akan meninggalkanmu. Ingat itu!"

"Tentu saja. Aku akan berusaha sekuat tenaga mendampingimu disana."

“Yup, kamu sudah siap untuk menjadi pelayanku sepenuhnya sekarang. Latihan selama ini sepertinya terbayar sudah. Siapkan dirimu untuk besok!”

Koyuki berkata dengan tegas, tetapi wajahnya sedikit memerah.

Naoya, yang merasa lega dan menepuk dadanya, juga menyadari bahwa wajahnya memerah.

Akhirnya besok...aku harus berusaha lebih keras lagi...

Naoya mengepalkan tangannya dengan erat.

Sebuah sendok tiba-tiba teracung di depan matanya.

".... Apa?"

"Buka mulutmu 'Ahhn'.. Sudah kewajibanku sebagai majikanmu untuk membayar usaha pelayannya. Kamu pasti merasa lelah karena menemaniku hingga sekarang dan makanan manis adalah hal terbaik untuk situasi seperti ini. Jadi, makanlah."

"... Jangan memaksakan sisa makananmu padaku hanya karena kau sedang malu."

Dia merasa bahwa jika dia diam, dia tidak akan bisa menahan perasaan malunya.

Karena tidak ada alasan bagi Naoya untuk menolak, dia mengambil sendok yang ditawarkan Koyuki kepadanya.

Es serut meluncur ke tenggorokannya. Itu adalah sensasi yang menyenangkan di malam yang panas.

Namun, berbeda dengan kesejukan es serut itu, Naoya merasa perutnya semakin panas.

Kami melakukan ciuman tidak langsung lagi...

Dia sudah mengalami peristiwa ini berkali-kali dan Koyuki sudah terbiasa.

Namun, itu berbeda dengan yang dirasakan Naoya. Lagipula, dia baru saja mengalami ciuman yang nyata beberapa minggu yang lalu.

Bibir Koyuki, yang merah karena sirup stroberi, tampak sangat glamor dalam balutan cahaya festival musim panas.

Naoya hampir membiarkan pandangannya terpaku dengan itu. Tapi, dia segera mengalihkannya dengan menggelengkan kepalanya.

Ayo cepat dan buat pengakuan yang sukses sehingga kita bisa berciuman...kalau tidak, kurasa aku tidak akan bisa menahan perasaan ini lebih lama lagi...

Jika pengakuan besok berjalan dengan baik, keduanya akan menjadi sepasang kekasih.

Jika mereka bisa saling berciuman, Koyuki akan ikut merasakan hal yang sama seperti Naoya atau bahkan lebih. Setidaknya, perasaan ini dapat saling terbagi diantara keduanya.

Baiklah... Besok, aku akan menyatakan lagi perasaanku padanya! Lagipula, Koyuki juga siap untuk itu....

Tidak menyadari tekad baru Naoya, Koyuki terus menyuapi Naoya dengan es serutnya untuk menutupi perasaan malunya.

Akhirnya, Koyuki mulai beranjak normal dan mulai tersenyum lagi.

"Kalau begitu, ayo cepat pulang. Kita harus membuat rencana untuk besok."

"Ya, alokasi waktu sangat penting di taman hiburan, bukan? Koyuki adalah tipe orang yang ingin melihat parade atau semacamnya, kan?"

"Tentu saja. Ini adalah pertunjukan spesial yang menampilkan semua maskot dan kamu akan menyesal jika melewatkannya."

"Begitu. Kurasa aku melihat banyak karakter binatang di situs web."

"Jangan bilang kamu tidak tahu tentang mereka, Naoya-kun? Kamu harus mempelajari yang satu ini...!"

Setelah menuangkan sisanya, Koyuki bangun dari bangku.

"Baiklah! Ayo pergi, Naoya-kun!"

"Ya, iya."

Koyuki berbalik dan mengulurkan tangan kanannya.

Naoya meraih tangannya, mencoba untuk berdiri dan pada saat itu, ketika Naoya hendak bangkit dari tempat duduk.

'Ha-ha-ha! Tunggu, Onii-chan!'

"Kyaaa, uwaaa!?"

"Eehh?"

Seorang gadis kecil menabrak Koyuki.

Tidak dapat menyeimbangkan dirinya diatas geta yang tidak biasa dia kenakan, Koyuki terhuyung-huyung dan menabrak Naoya.

Kemudian…

'Ah, maaf!'

'Apa yang kau lakukan, bodoh?'

'Muu. Jangan berkata seperti itu, Onii-chan!'

"............"

"............"

Keduanya menatap diam-diam ke arah saudara kandung itu ketika mereka pergi.

Mereka membeku sejenak dan Naoya yang pertama kali bergerak dalam situasi itu.

Dia meletakkan tangannya di bahu Koyuki dan dengan lembut menarik bibirnya menjauh dari bibir Koyuki.

Kelembutan bibirnya, mata tertutup Koyuki pada jarak ini, sentuhan samar hidung mereka, semuanya sama seperti sebelumnya.

Singkat cerita, mereka berciuman lagi.

Bagaimana timingnya bisa seperti ini untuk kedua kalinya? Aku tidak tahu apakah ada semacam kutukan disini...!


Dia seberuntung MC dalam kisah romcom, tetapi dia tidak begitu senang dengan hal ini.

Bagi Naoya, kejutan ini sudah tidak sebesar sebelumnya karena ini adalah yang kedua kalinya.

Namun, bagi Koyuki, ini adalah kejutan yang seakan menjungkir balikkan dunianya. Ditambah lagi, dia tidak ingat dengan ciuman pertamanya.

"Kau tahu, Koyuki. Ini adalah kecelakaan. Jadi jangan khawatir tentang ini...Koyuki?"

"...........Mn?"

Koyuki tidak tersipu malu atau bingung.

Satu-satunya hal yang dia lakukan adalah menyentuh bibirnya, yang baru saja saling bersentuhan, dengan cara yang aneh.

Pandangannya perlahan bergerak bolak balik dari wajah Naoya ke bibirnya.

".........?"

Alisnya berkedut.

Matanya mengamati seolah mencari sesuatu.

Mulutnya mengencang dan terlihat seperti akan ada suara yang keluar.

Melihat tanda-tanda ini, Naoya dengan jelas berpikir, "Ah, ini gawat".

"Tunggu, Koyuki. Jangan terlalu memikirkannya..."

"Ah!"

Sudah terlambat untuk memberitahu Koyuki untuk jangan memikirkannya lagi.

Mata Koyuki melebar menjadi lingkaran penuh.

Dan saat berikutnya, tidak hanya wajahnya, tetapi juga leher dan telinganya menjadi merah padam...

"Kyaaaaaaaaaaa!?"

"Koyuki!?"

Dengan teriakan yang menusuk, Koyuki berlari menjauh seperti kelinci.

Naoya meraih tangannya dan mencoba menariknya kembali, tetapi tangannya dengan cepat ditepis dan dia gagal mengejarnya.

Dengan begitu, sosoknya dengan cepat menghilang di balik kerumunan.

"Benar-benar waktu yang tidak tepat untuk mengingatnya!"

Naoya, yang tertinggal, hanya dapat tercengang.

Sepertinya Koyuki akhirnya mengingat ciuman pertamanya.

* * *

"Astaga, apa yang akan aku lakukan dengan ini..."

"Jangan terlalu memikirkannya, Nii-sama!"

Naoya meninggalkan tempat berlangsungnya festival musim panas dan berjalan menuju villa.

Sakuya berusaha menyemangatinya dengan menepuk punggungnya. Meskipun Naoya menghargai perhatiannya, tetapi dia tidak bisa menahan tangannya yang lain untuk membawa yakisoba, takoyaki, gulali apel dan makanan enak lainnya dalam jumlah besar.

Aroma saos tercium lembut di udara malam dan suara festival musim panas yang meriah masih bisa terdengar dari kejauhan. Itu adalah pemandangan yang menggetarkan hati di malam musim panas, tetapi Naoya tetap dalam kondisi yang cukup buruk.

Di belakang mereka berdua, para Ibu juga sedang berjalan sambil menggerutu dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Ya ampun, Koyuki. Bagaimana dia bisa kembali ke villa sendirian tanpa kunci?"

"Meskipun jalanan ramai karena banyaknya pejalan kaki yang hendak mengunjungi atau pulang dari festival, aku masih tetap khawatir. Untung saja, Housuke dan yang lainnya baru saja kembali. Jadi, kita bisa memastikan bahwa dia aman."

"Maaf ya, dia memang gadis yang agak merepotkan. Tapi tetap saja, dia sangat bersemangat ketika pergi berkencan dengan Naoya-kun di festival ini... Aku ingin tahu ada apa dengan gadis itu."

"Yah, kurasa kita tidak akan bisa sampai ke taman hiburan besok..."

Sambil menatap ke arah bulan, Naoya bergumam.

Kencan di taman hiburan dalam kondisi seperti ini akan terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Dengan kata lain, pernyataan cintanya pun juga akan tertunda.

Bagaimana cara memperbaiki mood Koyuki kembali setelah ini...? Agak aneh kalau aku menghiburnya dan mengatakan "Jangan dipirkan lagi". Itu pasti akan melukai perasaannya…

Dia merenungkan ini dan itu, tetapi tetap tidak dapat menemukan jawaban.

Untuk menenangkan Naoya, Sakuya mengulurkan tangan kanannya.

"Aku akan pergi denganmu besok."

"Sayangnya, Koyuki mengambil salah satu tiketnya."

"Oh, tidak. Itu berarti, Onee-chan akan mengurung diri di kamarnya sepanjang hari besok dan dia tidak akan bisa memberiku tiketnya."

"Kurasa begitu. Dan bahkan kalau kau memiliki tiketnya, aku tidak tahu apakah aku bisa pergi dengan Sakuya-chan."

"Jangan khawatir, ini bukan kencan. Aku hanya ingin menikmati makanan yang ada di taman hiburan yang ditraktir olehmu dan menikmati pemandangan beberapa pasangan yang berada disana."

"Setidaknya cobalah untuk menyembunyikan keinginan pribadimu itu."

"Aku tidak akan bisa menyembunyikannya darimu, Nii-sama."

Saat kami sedang mengobrol sambil bercanda, villa mulai terlihat.

Dari sini, kita bisa melihat bahwa lampu rumah mulai menyala satu demi satu dan mobil sewaan yang ditinggalkan Housuke pagi ini terparkir di sana.

Naoya berhenti dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Hmmm, aku sangat tertekan sekarang... tapi aku harus pergi..."

“Semangat, Nii-sama. Untuk saat ini, apa kamu bisa membiarkanku merekam adegan dimana kamu mencoba membuat Onee-chan keluar dari kamar-… Huh?”

"Eehh?"

Sebelum Sakuya menyelesaikan kalimatnya, dia membuat suara aneh yang membuat Naoya mendongak ke arah suara itu.

Saat itu, pintu depan villa terbuka.

Dengan latar belakang cahaya yang bersinar dari dalam, sesosok kecil berjalan lurus ke luar. Cahaya dibelakangnya membuat Naoya sulit untuk melihat sosok itu, tetapi pada saat sosok itu mencapai matanya, dia bisa melihatnya.

Itu adalah Koyuki.

Rambutnya, yang seharusnya ditata dengan baik, menjadi kusut dan yukata-nya acak-acakan.

Wajahnya sangat merah bahkan dapat dilihat dalam kegelapan dan dia terengah-engah. Tentu saja, matanya basah oleh air mata karena malu. Bahu dan lututnya lebih gemetar dari anak rusa yang baru saja lahir.

Hatinya sepertinya sudah penuh dengan kejadian tadi.

Namun, Koyuki kemudian mengeluarkan suara samar.

"Naoya-kun. Aku perlu berbicara lagi denganmu."

"I-Iya..."

Koyuki mengulurkan tangan kanannya ke arah Naoya, yang terkejut melihatnya.

Yang terlihat ditangannya adalah tiket tersebut... Koyuki kemudian berseru.

"Mari kita selesaikan semuanya di sini besok! Aku akan menyatakan perasaanku padamu!"


"Um, Koyuki. Seharusnya aku yang mengatakan itu, bukan? Tapi, yah.. mari kita bicarakan nanti, oke?"

"Onee-chan, apa kamu begitu terkejut sehingga kamu menjadi seperti ini?"

Sakuya memiringkan kepalanya dan Ibu mereka yang menonton di belakangnya pun saling memandang.


TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah:
Judul chapter ini sebenarnya adalah 祭りの買 (Matsuri no Gai) yang artinya secara harfiah adalah Festival Berbelanja (kalau ga salah juga wkwkwk). Tapi karena judul itu kurang terasa "impact"nya ketika dibaca, kita coba ganti menjadi Festival Musim Panas, hal yang sudah sangat mainstream tentunya di genre romcom (Tidak akan ada pertanyaan sama sekali di benak kalian setelah membaca judul itu, kan. Bahkan mungkin kalian bisa menebak 55% dari ceritanya setelah mendengar judul itu). Walaupun, sebenarnya Festival Berbelanja juga valid saja sebagai judul (toh Koyuki juga jajan mulu kerjaannya). Jadi, menurut kalian apakah ini keputusan yang baik untuk mengganti judulnya?



|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close