NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kyou mo Ikitete Erai! [LN] Volume 1 Chapter 5

Chapter 5 - Apakah itu Berarti Aku Bisa Memanjakannya?


"Ehh!? Kamu ingin mengambil cuti sebulan dari pekerjaan paruh waktumu!?"

Setelah aku menyelesaikan pekerjaan paruh waktuku, suara terkejut Manager Mamiya bergema di halaman belakang.

"Ya... Maaf sudah merepotkanmu. Tapi, ada banyak hal yang terjadi."

"Umm...Aku tahu kamu punya banyak hal. Dan yah, aku tidak akan bertanya terlalu dalam, tapi..."

Rasa bersalah tumbuh di dadaku saat aku melihat Manager Mamiya, menyilangkan tangannya dan tampak merenung.

Wanita ini adalah orang dermawan yang mempekerjakanku ketika aku baru saja lulus SMP.

Dia adalah wanita cantik dengan wajah yang menarik, meskipun dia berusia tiga puluhan dan selalu terlihat kelelahan.

Rambut hitamnya, diikat ke belakang dengan gaya ponytail dan rambutnya terlihat agak kasar. Tapi, aku yakin rambut itu akan mendapatkan kembali kilau dan keindahannya dengan sedikit perawatan.

Aku menghormatinya karena menjadi Manager minimarket ini meskipun dia masih muda dan juga atas kejujurannya dalam pekerjaan dan sikap baiknya pada karyawannya.

Tapi sejujurnya, aku berharap dia berhenti mengeluh tentang tuntutan menikah dari keluarganya dan berhenti memikirkan pekerjaannya di waktu luangnya.

"Mnn...Yah, aku bisa mengurusnya selama sekitar satu bulan. Tidak apa-apa. Aku akan menjadi orang dewasa di sini dan mengaturnya untukmu."

"Ahh, terima kasih!"

"Kamu tidak akan berhenti begitu saja, kan?"

"Eh?"

"Aku tidak tahu apakah kamu menyadarinya atau tidak. Tapi, Inamori memiliki reputasi yang baik di antara pelanggan. Tentu saja, aku dan rekan-rekanku juga sangat menghargaimu. Bukan karena kamu terlihat bagus dalam pekerjaanmu, tetapi kamu sangat memperhatikan detail yang penting."

"Hmm… Apakah begitu?"

“Iya, tidak apa-apa kalau kamu tidak menyadarinya. Tapi aku tidak mau melepaskanmu, tahu.”

Ketika Manager mengatakan itu kepadaku, hatiku secara alami terasa terangkat.

Tapi, bukan itu yang penting sekarang.

Aku harus memberitahunya tentang rencanaku kedepannya.

"Selama Manager mengijinkan, aku masih ingin bekerja untukmu. Jumlah shiftku mungkin akan aku kurangi dan aku juga sangat berhutang budi padamu atas semua bantuan yang kau berikan. Aku akan melakukan yang terbaik di sini selama aku dibutuhkan."

Salah satu alasanku bisa tetap hidup sampai aku bertemu Fuyuki tentu karena pekerjaan paruh waktu ini.

Fakta bahwa mereka fleksibel dengan shift kerjanya dan upah kerjanya yang bagus, dan bagaimana mereka dengan hati-hati mau mengajariku tentang pekerjaan ini ketika aku masih baru.

Diberkati dengan lingkungan seperti itu, tentu saja telah menyelamatkan hidupku.

Aku benar-benar ingin membalas budi.

Bahkan jika aku harus hidup bersama Fuyuki dengan sungguh-sungguh mulai sekarang dan bahkan jika dia memintaku untuk berhenti dari pekerjaan paruh waktuku, ini adalah salah satu hal yang mungkin tidak akan aku tolerir.

Ini bukan perkara mana yang lebih penting, ini adalah karakterku yang tidak pernah bisa membiarkan diriku untuk tidak membalas budi.

"Yah, jika memang itu kenyataannya, aku dapat merasa lega. Baik, kalau begitu aku simpulkan sekali lagi bahwa kamu akan mengambil libur selama sebulan mulai besok. Tolong kembalilah dalam sebulan untuk memberiku rencana shift kerjamu."

"Terima kasih!"

"Yah, bagaimanapun juga, aku tidak dalam masalah yang besar. Tapi, aku khawatir kamu harus menjelaskan situasinya kepadanya, bukan?"

"Ah, itu benar ..."

Aku bisa membayangkan Kouhai yang bertingkah kacau di kepalaku.

Dia memang memandangku sebagai Senpainya.

Mungkin dia akan membuat beberapa kesalahan selama pekerjaan paruh waktunya karena aku tidak datang menemaninya.

Aku cukup mengkhawatirkannya, tapi ----- Aku ingin dia berhenti membuat kesalahan dari awal dan dengan harapan dia bisa berdiri sendiri. Kalau begitu, mari kita anggap ini sebagai kesempatan bagus baginya untuk berkembang dan belajar mengurus dirinya sendiri.

"Katakan padanya untuk tetap bertahan selama pekerjaannya. Dia pasti akan mendengarkanmu."

"Ya...Aku akan melakukannya sambil memberitahunya bahwa aku akan mengambil cuti selama sebulan.."

"Makasih. Sampai ketemu sebulan lagi. Oh, ya. Kamu boleh datang ke sini kapan pun kamu mau!'

Aku membungkuk kepada Manager dan meninggalkan minimarket itu.

Aku melihat ke langit yang sudah gelap dan menghembuskan napas dengan ringan.

Aku mengambil cuti sebulan dari pekerjaan paruh waktuku mulai besok, tetapi entah bagaimana ini rasanya tidak nyata.

Aku sudah bekerja selama ini dan bahkan jika tiba-tiba aku dibebaskan dari pekerjaanku, tubuhku tidak akan bisa begitu saja terbiasa.

...Untuk saat ini, aku hanya akan berkonsentrasi pada ujian tengah semester...

Aku bahkan berterima kasih dengan ujian tengah semester, yang seharusnya menjadi musuh bagi setiap siswa/i. Tapi, hanya untuk saat ini saja.

Jika aku punya tujuan, kondisi mentalku tidak akan begitu terasa terbebani dengan perubahan mendadak ini.

"...Sepertinya, pekerjaan paruh waktumu sudah selesai."

Pada saat itu, aku mendengar suara seseorang yang seharusnya tidak berada di sini dan tanpa sadar aku mengalihkan pandanganku ke arah suara itu.

"Fuyuki..."

"Hehehe, aku benar-benar ingin pulang bersamamu. Makanya aku menunggu sampai pekerjaan paruh waktumu selesai."

Dia tersenyum agak malu-malu dan berdiri di sampingku dalam suasana hati yang baik.


"Kau bilang sudah menunggu... Pasti sudah lama sekali."

"Nggak juga kok. Aku tadi pergi ke kedai kopi terdekat dan minum secangkir kopi untuk menghabiskan waktu."

Tetap saja itu tidak baik.

Meskipun cuaca semakin hangat, malam di bulan Mei tetaplah terasa dingin.

"Asahi tadi mencoba menghentikanku. Tapi akhirnya aku diijinkan melakukannya, hanya untuk hari ini!"

"Eh... apa?"

"Pulang berdua bersama Haruyuki-kun. Aku sudah lama ingin mencoba naik kereta saat pulang sekolah."

Begitu, ya. Tentu saja, dari sudut pandang Hino-san, dia tidak ingin Fuyuki naik kendaraan umum.

Kupikir di situlah kekuatan majikannya sehingga bisa memaksanya untuk mengijinkannya.

"... Tapi, kita juga tetap dipantau dalam situasi ini."

Fuyuki menunjukkan ujung trotoar dengan matanya.

Ada Hino-san yang mengawasi Fuyuki.

"Jadi begitu. Dia mengizinkanmu, tetapi dia tetap mengawasimu dari kejauhan, ya.."

"Mn, begitulah. Yah, ini tidak menggangguku sih."

“Kalau begitu, ayo kita pergi------.”

Begitu dia mengatakan itu padaku, dia melingkarkan tangannya di lenganku.

Sentuhan lembut dan aroma lembut yang secara alami membuatku ingin mengendusnya menyebar dan wajahku memerah seperti biasa.

"Fufufu, aku belum pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya. Jadi, aku sangat menikmatinya sekarang."

"Aku senang mendengarnya ..."

"Haruyuki-kun, apa kamu...tidak senang?"

"Bukannya aku tidak senang..."

Aku sudah memikirkan situasi disekitarku untuk sementara waktu sekarang.

Sebagian besar orang yang aku lewati terpana melihat Fuyuki.

Itu karena dia sangat menarik hanya dengan melihatnya.

Tapi begitu mereka melihatku berdiri di sampingnya, mereka melihatku dengan ekspresi bingung di wajah mereka.

Mereka mungkin tidak percaya bahwa seseorang sepertiku dapat bergandengan tangan dengan Fuyuki.

Bahkan aku bisa memahami perasaan itu.

"...Kamu harus lebih percaya diri, Haruyuki-kun. Kamu adalah pria yang menarik tidak peduli apa kata orang-orang."

"Dan lagi... apa itu terlihat di wajahku lagi?"

"Iya, itu terlihat jelas. Dengar, Haruyuki-kun. Kamu tidak perlu menjadi orang lain, cukup menjadi dirimu sendiri. Jangan mengkhawatirkan tentang cara orang memandangmu. Akulah satu-satunya orang yang tahu seberapa menariknya dirimu."

‘Dan aku tidak bercanda’, itulah yang dikatakan Fuyuki selanjutnya.

Kata-katanya memiliki kekuatan misterius.

Itu secara alami membuatmu percaya padanya atau membuatmu ingin mengandalkannya.

Caranya untuk meyakinkanku masih sangat memukau bagiku.

Dengan tangan saling disilangkan, kami pun berjalan menuju stasiun.

Untungnya, tidak ada siswa/i lain yang mengenakan seragam yang sama di sekitar kami.

Ini sudah melewati waktu akhir dari kegiatan klub. Jadi, mereka sepertinya sudah pulang.

Sudah lama sejak terakhir kali aku naik kereta. Itu sebabnya,  ini membuatku sedikit gugup.

Menurut Fuyuki, sejak dia masih kecil, dia telah diantar jemput dengan mobil oleh pelayannya termasuk Hino-san. Satu-satunya saat dia bisa naik kereta adalah saat acara sekolah.

Aku tidak berpikir bahwa aku pernah naik kereta juga sebelum aku masuk SMA.

Naik kereta pada dasarnya tidak ada yang istimewa, setidaknya bagiku.

Namun, ada satu hal yang membuatku khawatir.

"Ugh...!"

Begitu kami naik ke dalam kereta, kerumunan orang-orang masuk secara bersamaan dan menekan tubuh kami.

Inilah yang terjadi pada jam sibuk.

"Fuyuki, mendekatlah.."

"I-Iya!"

Merasa sungkan dengan orang-orang di sekitarku, aku menarik tangannya dengan kuat dan menarik dirinya ke sisi depan tubuhku.

Kemudian, untuk mencegah Fuyuki terhimpit dengan dinding, aku mengelilingi tubuhnya dengan lenganku sebagai tiang penyangga.

Aku merasakan tekanan yang kuat di punggungku, tetapi ini jauh lebih baik daripada Fuyuki yang harus terhimpit oleh tekanan itu.

"H-Haruyuki-kun, apa kamu baik-baik saja..?"

"Ahh, aku baik-baik saja."

Sambil mengatakan itu, mungkin karena orang di belakangku bersandar lebih kuat dari yang aku bayangkan, rasa sakit mulai muncul di sekitar pergelangan tanganku.

Aku merasa seperti menggunakan otot yang sudah lama tidak aku gunakan dalam kehidupan sehari-hariku sebelumnya dan tanganku mulai gemetar tanpa ku sadari.

"... Haruyuki, kamu boleh menekuk sikumu."

"Eh?"

"Kalau kamu menopang dirimu sendiri dengan siku dibandingkan dengan telapak tangan, itu akan terasa sedikit lebih mudah."

Tangan Fuyuki dengan lembut bergerak di sekitar pinggangku.

Dalam prosesnya, tangannya dengan lembut membelai punggung dan pinggangku, sensasi gemetar menjalar di tulang belakangku dan tubuhku tanpa sadar menjadi rileks.

"Ahh-------"

Aku dapat menghindari situasi di mana aku harus tiba-tiba bersandar pada siku dan menekan tubuh Fuyuki, tetapi pada akhirnya aku tetap melakukan apa yang dia sarankan.

Jantungku pun bergejolak.

Wajah Fuyuki berada tepat di depanku.

Karena aku lebih tinggi darinya, dia secara alami melihat ke arahku dari bawah dan keimutannya membuatku ingin memeluknya dari lubuk hatiku.

"Haruyuki-kun, kamu benar-benar orang yang baik. Aku tahu kamu pasti merasa sakit dan lelah. Tapi, kamu masih peduli pada orang lain. Sebenarnya, tidak apa-apa kalau kamu bersandar padaku, tahu.."

Sambil mengatakan itu, Fuyuki menaruh sedikit kekuatan di tangannya yang berada pinggangku.

Segera setelah itu, jarak di antara kami semakin dekat. Dan juga, aku bisa merasakan sentuhan lembut dadanya.

"Sebentar lagi.."

Meskipun kami sudah melakukan skinship yang lebih dekat di ranjang dibandingkan dengan yang kami lakukan sekarang, aku merasakan perasaan tidak bermoral yang aneh, mungkin karena kami berada di tempat umum.

Ahh------------ ini gawat....

Seolah-olah seperti serangga yang tertarik pada cahaya, aku melakukan kontak dekat dengan tubuhnya sebelum aku dapat menyadarinya.

Wajahku terkubur di rambutnya karena perbedaan tinggi kami dan aku merasakan kelembutan gumpalan yang berada di bagian depan tubuhnya melalui seragamnya.

Rambut peraknya yang indah menyapu hidungku dan sedikit menggelitikku.

"Snif snif...fufu, aku bisa mencium aroma Haruyuki-kun!"

Fuyuki membenamkan wajahnya di dadaku sambil mengatakan itu.

"Ah, aromamu sangat enak dan nyaman.."

"Oh tidak... Jangan lakukan itu..."

Beberapa menit di kereta.

Aku hanya mencoba yang terbaik untuk menjaga rasionalitasku, yang bisa saja terhapus kapanpun selama perjalanan ini.

* * *

"Sekarang, waktunya belajar untuk ujian!"

Setelah selesai makan malam dan mandi, Fuyuki menyarankanku untuk meluangkan waktu melihat buku catatanku.

"Rumus ini bisa digunakan di sini juga. Jadi, kamu bisa menyelesaikan semuanya dengan cara yang sama."

"...Oh, benar juga. Terima kasih."

"Ehehe, sama-sama. Kalau kamu bisa menyelesaikan yang satu ini, kamu akan memiliki waktu yang jauh lebih mudah dengan tes di bagian ini."

Gaya mengajar Fuyuki cukup baik.

Jika aku tidak mengerti sesuatu, dia akan memberiku petunjuk dan begitu aku bisa menyelesaikannya, dia akan memintaku memecahkan masalah yang sama dengan cara yang sama.

Berkat cara belajar seperti ini, aku dapat mengingat bagaimana cara menyelesaikan masalah yang sudah aku pahami.

Dari sana, semuanya tentang pengulangan dan penerapan.

Saat aku sedang memecahkan masalah, Fuyuki sedang mengerjakan dokumen pekerjaannya.

Satu-satunya suara di ruang tamu adalah gemerisik pakaiannya saat dia menyilangkan kaki dan menggelengkan kepalanya dan suara pensil mekaniknya yang mengalir di atas selembar kertas.

Aku menyukai waktu tenang seperti ini...

Aku tidak perlu memikirkan hal lain, aku hanya perlu fokus pada apa yang ada di depanku-----.

"...Oh, ya... Haruyuki-kun."

"Hmm?"

"Maukah kamu menemaniku pergi setelah selesai ujian?"

"Oh, tentu saja..."

"Makasih. Aku berharap bisa pergi berbelanja sebagai hadiah karena telah menyelesaikan ujian."

"Oh... Jadi, kau ingin pergi berbelanja pakaian?"

"Mn, benar. Pakaianku dan pakaian Haruyuki-kun."

"Oh begitu. Eh...pakaianku juga?"

Aku langsung mendongak dari buku catatanku tanpa disengaja.

Aku melihat ke arah Fuyuki, yang sedang tersenyum dan aku menyadari bahwa apa yang baru saja dia katakan bukanlah sebuah kesalahan.

"Pakaianku? Kenapa?"

"Apanya yang kenapa? Itu karena aku ingin membelinya..."

"Maaf, aku benar-benar tidak mengerti."

"Yah... bagaimana aku mengatakannya? Apa kamu tidak ingin memberi hadiah kepada orang yang kamu sukai?"

Aku tidak yakin harus berkata apa tentang ini.

"Pokoknya! Sebagai hadiah karena sudah berusaha keras dalam ujianmu. Aku ingin membelikan banyak baju untuk Haruyuki-kun! Kalau bisa, sesuatu yang aku suka!"

"Tidak...Kau tidak perlu membelikannya untukku."

"Tidak perlu bagimu untuk merasa sungkan! Kenyataannya, itu adalah harga yang adil untuk menjadi boneka dandananku mulai sekarang, bukankah begitu?"

"Eh, baiklah..."

"Kalau kamu bertanya padaku, ini adalah semacam eksperimen manusia... Haruyuki-kun, sebagai subjek, berhak mendapatkan bayaran yang pantas!"

Pikiranku menjadi kacau.

Apa yang Fuyuki bicarakan?

"Atau mungkin kamu tidak mau menerima pemberian dariku...?"

"Tidak...bukan itu..."

"Kalau begitu! Ikutlah denganku untuk membeli pakaian!"

Didorong oleh momentumnya, aku tanpa sadar menerimanya.

Aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu bersemangat dan sepertinya aku tidak bisa menghilangkan kebingunganku. Tapi kurasa inilah yang terbaik, karena tidak ada alasan untuk menolak tawaran berbelanja dengannya. Aku yakin itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Meski kenyataannya, aku benar-benar tidak tahu.

"Aku menantikan kencan pertama kita!"

"K-Kencan?"

"Maksudku, benar kan? Pergi keluar berduaan adalah kencan!"

"Oh, baiklah... kencan, ya."

"Apa ini mungkin kencan pertamamu, Haruyuki-kun?"

"Yah, aku belum pernah berkencan dengan siapa pun sebelumnya."

"Ini kebetulan, bukan? Ini juga pertama kalinya bagiku."

Fuyuki menggaruk pipinya karena malu.

Saat aku melihat bagian dirinya yang malu seperti itu, jantungku melompat dengan cara yang aneh, mungkin karena “gap” di antara keduanya. [TN: Maksudnya “gap” antara sikap malu-malunya sama sikap tegas dan anggunnya seperti personanya di luar rumah.]

Kurasa --- Fuyuki tidak akan mengatakan kebohongan aneh dalam situasi seperti ini.

Aku rasa --- aku tidak perlu begitu khawatir sedang dikerjai olehnya sekarang.

"Kalau begitu, mari kita nikmati kencan pertama kita masing-masing."

"... Ahh."

"Fufu? Sepertinya Haruyuki-kun menjadi sangat antusias."

"Yah, selain bertunangan atau apa pun nanti, aku senang menghabiskan waktuku bersama Fuyuki."

Wajah Fuyuki yang berubah secara tak terduga selalu menjadi pemandangan yang menarik untuk dilihat.

Selain itu, kata-katanya selalu menghiburku.

Setidaknya, memang benar bahwa hatiku menjadi tertarik pada Tojo Fuyuki.

Pertama-tama, ada sedikit alasan bagiku untuk menolak lamaran pernikahannya dan dalam arti tertentu, itu adalah situasi yang tak terhindarkan.

Satu-satunya kendala utamanya sekarang adalah tekadku sendiri.

Aku belum menyiapkan sesuatu yang cocok dengan tekad yang aku rasakan darinya. [TN: Maksudnya Haruyuki merasa belum memiliki sesuatu yang pantas dengan semua yang udah Fuyuki berikan ke dirinya.]

"...Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku akan menangis."

"Eh?"

Saat aku hendak kembali belajar.

Wajah Fuyuki tiba-tiba menjadi lembab dan dia menatapku.

Apa aku mengatakan sesuatu yang menyakitinya?

Fuyuki menggelengkan kepalanya saat dia melihat bahwa aku semakin bingung.

"Tidak, hanya saja... karena Haruyuki-kun tiba-tiba mengatakan dia senang bersamaku... aku sangat tersentuh sampai tidak bisa berhenti memikirkannya."

"Ahh, jadi itu toh. Kupikir mungkin aku mengatakan sesuatu yang menyakitimu."

"Aku tidak akan pernah menangis di depan Haruyuki-kun, bahkan jika aku terluka. Itu akan mengganggumu."

"------Itu tidak benar."

"Hee?"

"Aku tidak berpikir kau perlu menahan diri ketika seseorang menyakitimu. Jika mereka melakukan sesuatu yang tidak kau sukai, kau bisa mengatakan kau tidak menyukainya, kau bisa marah dan kau bisa menangis."

Itu tergantung pada situasinya, tetapi aku tidak menjelaskan untuk situasi yang seperti apa.

Saat ini kita sedang membicarakan antara aku dan Fuyuki saja.

“Aku tidak bermaksud menyakiti perasaan Fuyuki, tetapi mungkin kata-kata yang tidak sengaja aku ucapkan akan menyakitimu. Kalau kau menahan diri dalam situasi seperti itu, aku mungkin akan terus mengatakan kata-kata itu padamu, kan? Aku bahkan tidak ingin membayangkan ketika aku tanpa sadar terus menyakiti Fuyuki dan tidak bisa meminta maaf untuk itu."

"Haruyuki-kun..."

"Jadi, jangan bilang itu menggangguku."

Mungkin Fuyuki hanya bercanda di awal.

Bahkan jika memang itu kenyataannya, aku tidak akan bisa menganggapnya sebagai lelucon.

Kupikir, aku memang orang yang membosankan.

Tapi, aku tidak keberatan disebut orang yang membosankan untuk ini.

"------Huft, aku memang bukan tandingan Haruyuki-kun. Aku khawatir kamu menjadi semakin menarik sejak kita mulai hidup bersama."

Fuyuki menyeka matanya dan tertawa, seolah-olah agak terkejut.

"Jadi... Apa tidak apa-apa bagiku untuk lebih dimanjakan oleh Haruyuki-kun?"

"Hmm...? Oh, ya. Itu maksudku."

Untuk dapat bersikap jujur dengan perasaanmu, identik juga dengan untuk dapat dimanjakan.

Ini sedikit berbeda dengan apa yang ada di dalam pikiranku, tapi mari kita tidak memikirkan detailnya.

"Aku mengerti. Sekarang setelah kamu mengatakan itu, maukah kamu mempersilahkanku?"

"Eh?"

Fuyuki meletakkan dokumen di atas meja, berdiri dan berpindah untuk berdiri di sampingku.

Aku hanya bisa mengikutinya dengan mataku dan akhirnya dia duduk di sebelahku.

"Karena aku sudah diberikan ijin, aku memutuskan untuk menikmati waktuku untuk berada di sebelah Haruyuki-kun sebanyak yang aku mau. Haruyuki-kun, silakan lanjutkan belajarmu."

"Ahh..."

Dari Fuyuki yang duduk di sebelahku, aku bisa mencium aroma samphonya.

Kesadaranku goyah sejenak, tapi yang harus kulakukan adalah belajar.

Agar tidak membuang waktu, aku perlu berkonsentrasi di sini.

"Ugh!?"

"Hee, apa ada yang salah?"

"T-Tidak..."

Tubuh Fuyuki menempel padaku.

Kehangatan dan kelembutannya sangat terasa karena dia mengenakan pakaian santai yang berbeda dari seragamnya.

Perasaan tertekan meluap dari dasar perutku dan konsentrasiku dengan cepat menghilang.

"Fuyuki, aku ingin kau menjauh sebentar dariku..."

"Apa, kenapa...? Bukankah Haruyuki-kun sendiri yang bilang kalau aku boleh bersikap manja...?"

"Itu benar, tapi..."

Aku memalingkan wajahku ke arah Fuyuki.

Dia tersenyum bahagia saat dia menatap wajahku.

Di sinilah aku mengerti.

"Yah, kau menggodaku lagi ..."

"Fufufu, maafkan aku, aku hanya menyembunyikan rasa maluku. Aku semakin jatuh cinta pada Haruyuki-kun. Jadi, aku ingin mendapatkan kembali ketenanganku sebelum aku secara tidak sengaja menyerangmu."

"Apa menggodaku membuatmu merasa tenang?"

"Iya, terima kasih, aku sudah mendapatkan kembali ketenanganku."

Fuyuki mengatakan itu dan menjauh dariku dan kembali ke posisi semula.

Aku tahu, aku memang bukan tandingannya...

Untuk sesaat kupikir aku sudah berada di atas angin, tetapi kemudian keadaan berbalik lagi.

Tapi untuk hari ini, untungnya aku bisa melihat wajahnya yang tersipu malu.


TL: Retallia
ED: Sipoi




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
0

Post a Comment



close