NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Shaberanai Kurusu-san Kokoro no Naka wa Suki de Ippai V1 Chapter 2 Part 1

Chapter 2 - Perubahan Sehari-hari yang Ramai

[Part 1]


Pengingat:

【】: kata-kata Kurusu di tabletnya

() : suara hati orang lain yang dibaca/didengar oleh MC (Kaburagi)

 

────Pagiku dimulai lebih awal.

Aku meninggalkan rumah pada saat tidak ada orang sama sekali dan pergi ke sekolah.

Dan sembari menunggu gerbang sekolah dibuka, aku menghabiskan waktu di lingkungan sekitar...itulah rutinitasku sehari-hari.

 

Menurutku tipikal dari sekolah di pedesaan adalah adanya jalan tanah yang belum diaspal di daerah tersebut. Ini adalah jalur lari yang sibuk selama jam-jam kegiatan klub, namun sekarang, jalur ini adalah jalur terbaik untuk berjalan kaki karena belum ada orang di sekitarnya.

...Begitu menenangkan tanpa suara.

Jika kalian mendengarkan dengan seksama, yang bisa kalian dengar hanyalah kicau burung atau suara ranting yang bergesekan.

Aku selalu berpikir bahwa akan lebih mudah jika selalu diisi dengan suara seperti itu.

Saat aku berjalan sambil memikirkan hal itu, rutinitas harian lainnya tiba beberapa saat kemudian.

"Selamat pagi, Ritsu~. Kamu terlihat seperti orang tua, menatap kosong ke langit."

Sebuah tepukan di punggungku membuatku berbalik untuk melihat Suzune Kirisaki, yang sekelas denganku, memasang senyum menggoda di sudut bibirnya.

Rambutnya yang berwarna terang, disisir ke belakang hingga sekitar bahu, berkibar tertiup angin. Matanya terlihat tegas, dan bisa dikatakan dia lebih cocok disebut cantik dibandingkan imut.

Seolah mempertegas penampilannya yang keren, dia memakai sepasang headphone besar di lehernya. Penampilannya mungkin akan mengingatkan kalian pada seorang berandalan, tetapi itu sama sekali tidak benar. Meskipun dia adalah orang yang kurang ajar dan blak-blakan, dia dapat memperhatikan orang dengan baik dan memiliki aura yang akan membuatmu ingin memanggilnya 'Nee-san!'.

Tapi aku sudah mengenalnya sejak SMP, dan aku tidak memujanya dengan memanggilnya 'Nee-san', tapi sebagai teman ngobrol yang nyaman, kami sering berbagi waktu bersama.

Pertukaran pagi ini juga sudah menjadi rutinitas kami.

"Selamat pagi, Kirisaki. Maksudku, bukankah agak kasar memperlakukanku seperti orang tua?"

"Begitukah? Dari kejauhan kamu tampak seperti orang tua yang minum teh di teras."

"Kapan kau mulai melihatku dari kejauhan?"

"Sejak kamu datang ke jalur ini? Lucu melihat Ritsu di senja hari, jadi aku terus memperhatikanmu."

"Hooo. Kau punya hobi yang bagus."

"Terima kasih atas pujiannya. Ritsu memang pandai memberikan pujian."

"Aku tidak memujimu!"

Kirisaki tertawa senang menanggapi gurauanku, berkata, 'Hahaha'.

Melihatnya seperti itu, aku tidak bisa menahan senyum.

"Ayo pergi. Kamu luang sampai sekolah dibuka, kan?"

"Ya, kurasa begitu. Aku akan ke sana beberapa jam lagi, seperti biasa."

"Aku juga berencana begitu. Ahh, aku membawa selimut hari ini, jadi kita tidak akan kedinginan."

"Oh, kau sangat peka dan perhatian."

"Aku gadis yang pintar, kan?"

Dia tersenyum bangga, dan kami mulai berjalan berdampingan seperti biasa.

Kami duduk di bangku di tengah jalan dan meletakkan selimut di lutut kami.

Duduk berdampingan di jalan yang sepi, kami pasti terlihat seperti sepasang kekasih dari luar.

Mungkin kita seolah sedang bermesraan, tapi tidak terlihat seperti itu bagiku.

Seolah-olah dia bisa melihat melalui perasaanku, dia mengucapkan kata-kata itu.

"Kurasa setiap kali kita melakukan ini, orang akan salah paham tentang hubunganku dengan Ritsu. 'Bukankah kamu selalu bertemu dengannya di pagi hari?', begitu kata mereka."

"Sudah terlambat untuk itu. Selain itu, tidak peduli dengan siapa kita bersama, rumor akan selalu berbicara sendiri."

"Kurasa begitu. Oh tidak, tidak. Orang-orang menyukai rumor seperti itu. Hanya dengan melihat dua orang lawan jenis bersama, mereka menanggapinya ke arah itu."

"Yah, begitulah. Itu hal yang memang menarik minat gosip para siswa. Aku yakin sebagian besar mungkin dikarenakan rasa iri, tapi kamu tidak keberatan, kan, Kirisaki?"

"Yapp. Aku tidak peduli, dan aku tidak akan mengubah perilakuku hanya karena rumor. Tapi bukankah itu juga berlaku untuk Ritsu?"

"Aku tidak perlu memberitahumu."

Kami saling berpandangan dalam diam, tapi kemudian tertawa.

Kirisaki menyipitkan matanya dengan menyilaukan dan menatap ke langit. Aku menatapnya dari samping.

...Aku juga tidak bisa mendengarnya hari ini.

Orang-orang pasti memikirkan banyak hal, dan bahkan jika mereka memikirkannya, mereka mungkin tidak mengatakannya.

Kita menjalani hidup dengan memisahkan niat kita yang sebenarnya dengan kepura-puraan kita. Aku tahu dan mengerti bahwa inilah yang membuat kehidupan masyarakat berjalan lancar. Mengatakan kebenaran tentang segala hal hanya akan menyebabkan masalah.

Meskipun aku sudah selalu mengetahuinya, aku tetap merasa tidak nyaman dengan kepura-puraan ini karena aku tahu bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya.

Itulah mengapa aku merasa nyaman berbicara dengan Kirisaki.

Karena aku tidak mendengar suara hati yang disembunyikannya...

"Kirisaki sangat santai untuk diajak bicara, ya. Sepertinya tidak ada sisi lain darimu yang kau sembunyikan."

"Apa yang kamu bicarakan? Ritsu adalah satu-satunya orang yang mengatakan hal tersebut."

"Benarkah? Bukankah semua orang mengatakan itu??"

"Mereka tidak mengatakan itu. Bahkan jika mereka melakukannya, nuansanya berbeda."

Saat aku memiringkan kepalaku, dia mengangkat bahunya.

Lalu dia menghela nafas dengan murung.

"Apa yang orang lain sebut sebagai 'terbuka dan jujur' itu seperti wanita dewasa yang lugas, dan yang dimaksud Ritsu adalah aku bersikap apa adanya dan tidak mengada-ada... Apa aku salah?"

"Aku tidak pernah menganggap dirimu sebagai wanita yang dewasa."

"Hei, itu tidak sopan, oke?"

"Maaf, maaf. Tapi kamu juga tidak ingin disebut wanita dewasa, kan?"

"Yah, kamu benar. Aku tidak berpikir aku setua itu. Aku hanya terlihat berbeda dan tenang, hanya lebih keren dari orang lain."

"Kau benar-benar mengatakannya sendiri... Kenapa tidak bilang saja 'dewasa'? Kedengarannya lebih baik."

"Hahaha. Oke, aku akan mengatakannya seperti itu."

"Huh, sederhana sekali."

Dia terkikik bahagia ketika aku mengatakan itu, lalu berdiri tegak dan merentangkan tangannya di atas kepalanya.

Melihatnya bernapas dengan nyaman, aku merasa hatiku sedikit rileks juga.

"Tempat ini sangat bagus, bukan? Tenang dan penuh dengan ion negatif."

[TN: Bener ion negatif, ion positif itu efeknya malah buruk untuk tubuh. Google aja kalau kepo.]

"Setuju. Yah, seperti biasa, tempat ini sangat menyembuhkan. Udaranya sangat bersih, membuatku ingin tidur... hoamm"

"Hhehe aku juga~. Tentu saja itu membuatku mengantuk, tapi ada aspek lain yang mengganggu juga!"

"Eh, benarkah?"

"Senang bisa menikmati alam di sini, tapi bukankah di musim dingin rasanya terlalu dingin?"

"Kurasa itu benar, jika kau bertanya padaku."

"Ini bukan tempat untuk berjemur, dan jika aku tidak membawa selimut seperti hari ini, aku akan mati kedinginan."

"Umm tidak, dingin itu musiman, tapi masih ada penyebab lainnya."

"Penyebab lain?"

"Ini."

Anak laki-laki bisa memakai celana rangkap di bawah celana seragam mereka dan tetap merasa nyaman.

Jadi mereka sangat siap untuk cuaca yang dingin, dan jika mereka merasa kedinginan, itu mungkin hanya terasa di wajah mereka.

Di sisi lain, anak perempuan memakai rok, yang tidak memiliki perlindungan terhadap dingin, sehingga mereka terlihat seperti mengalami kesulitan di musim dingin.

Yah, kurasa mereka bisa melindungi diri dari hawa dingin dengan stocking atau semacamnya, tapi mereka tidak bisa memakai perlindungan lebih sebanyak anak laki-laki.

Lalu, Kirisaki memamerkan kakinya yang panjang tanpa ragu-ragu, jadi wajar saja jika dia kedinginan.

Ketika aku termenung melihat kakinya, dia menunjukkan ekspresi puas, dan kemudian segera berubah menjadi wajah yang menyeringai dan provokatif.

Kemudian dia menarik selimutnya dan menunjukkan roknya padaku.

"Oh tidak, apa yang kamu lihat?"

"Aku tidak berusaha mengintipnya. Hanya saja ini musim dingin dan aku penasaran, kan?"

"Fufu. Kamu mesum~."

"Jangan menilaiku seperti itu! Aku melakukannya hanya karena aku pikir kau kedinginan... Maksudku, kau harus menjaga dirimu dengan lebih baik. Rokmu pun terlalu pendek!"

"Tidak apa-apa. Terlihat imut jika sependek ini."

"Tapi tetap saja, itu terlalu pendek."

Dia sudah terlihat sangat menarik, ditambah lagi jika dia berpakaian dengan cara yang begitu provokatif ...

Kirisaki menghela napas mendengar saranku, dan terlihat bosan.

[TN: Duh short-hair berdamage~…]

Ketika mataku bertemu dengan matanya, dia mengangkat roknya ke posisi yang sangat membahayakan dan menunjukkannya padaku.

"Tapi...Ritsu menyukainya, kan──kaki yang telanjang?"

"Jangan konyol. Aku hanya suka betis yang mulus."

"Pas banget. Nih~."

"Ups. Aku keceplosan."

""............""

Kami saling menatap dalam diam...dan pada saat yang hampir bersamaan, aku mengeluarkan 'pfft'.

Lucu sekali percakapan konyol yang sering kami lakukan satu sama lain, dan aku secara alami tertawa terbahak-bahak.

Kami memiliki pertukaran yang sama setiap saat, tetapi aku tidak pernah bosan.

...Senang bisa berbicara tanpa merasa khawatir dengan apapun, kan.

Saat aku memikirkan ini dan melihat ke langit, aku merasakan adanya tatapan ke arahku, dan ketika aku mencoba melihatnya, Kirisaki ternyata sedang menatapku.

"Um... apa ada sesuatu di wajahku?"

"...Aku ingin menanyakan sesuatu pada Ritsu. Bolehkah?"

"Oke, apa? Kamu tampak sedikit ragu-ragu, tapi tanyakan saja."

"Begitukah. Oke, ijinkan aku bertanya langsung. Apakah pacar Ritsu pergi ke sekolah ini?"

"Hee?"

Aku mengeluarkan suara aneh pada pertanyaan blak-blakan yang tak terduga ini.

Kirisaki memutar matanya pada reaksiku, dan kemudian menutup jarak di antara kami dan menatapku dengan penuh rasa kepo.

"Apakah aku benar? Apakah itu pas mengenai sasaran?"

"Tidak, tapi... kenapa kau tiba-tiba menanyakannya?"

"Sakura memberitahuku. 'Pacar Kaburagi-san ada di sekolah ini! Meskipun ada seseorang sepertiku...hiks, hiks'. Aku merasakan itu hanyalah aktingnya, jadi aku biarkan saja, tapi aku masih sedikit penasaran."

"Dia bertingkah aneh lagi ..."

Aku menghela napas dan menjatuhkan bahuku.

Kurasa dia mungkin melihatku bersama Kurusu.

Yah, aku tahu bahwa rumor seperti itu pasti akan terjadi ketika seorang pria dan wanita bersama, dan aku tahu bahwa aku tidak punya pilihan selain membiarkannya berlalu...

"Aku khawatir dia akan membuat cerita yang lebih besar dari yang seharusnya."

"Yah, baiklah. Tenang saja. Sakura mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena itu terjadi sepanjang waktu. Dia hanya khawatir karena dia memiliki saingan untuk Ritsu."

"Begitukah... Untuk saat ini, aku akan membalas perbuatannya nanti."

"Haha. Ngeri, ngeri~. Jangan berlebihan tapi ya."

Kirisaki menyeringai.

Dia pasti merencanakan sesuatu. Dia tersenyum sedikit nakal seolah-olah dia telah menyadari sesuatu, dan mengacungkan jempol.

"Oh, btw, sepulang sekolah, apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini?"

"Tugas yang sama seperti sebelumnya. Guru menyuruhku membantunya dengan ini dan itu."

"Hmmm. Jadi sama seperti dulu. Kenapa kita tidak hang out kapan-kapan?"

"Maaf. Kurasa aku tidak punya waktu untuk itu. Aku sedang berusaha mendapatkan nilai sekarang, jadi aku harus membuat kesan yang baik pada guru."

"Aku mengerti. Tapi kamu bekerja terlalu banyak. Mungkin kamu harus meregangkan sayapmu sesekali."

"Yah, itu kedengarannya bagus. Tidak, tidak, sulit untuk menjadi orang yang diandalkan──"

"............"

"...Ada apa?"

"Tidak ada. Tapi, lagi-lagi. Sungguh, kamu memang idiot, ya."

Kirisaki mengangkat bahunya dengan ekspresi tercengang di wajahnya.

Dia sepertinya sudah menebak apa yang sedang terjadi, tapi dia tidak punya niat khusus untuk menghentikanku.

"Kalau itu urusan Ritsu, mesti untuk orang lain lagi... Tapi, terlalu banyak berkorban untuk orang lain itu tidak baik, tahu."

"Aku tidak bermaksud melakukan itu. Aku sudah mencoba menarik garis di pasir."

[TN: Maksudnya, sudah membuat batasan untuk apa yang bakal MC lakukan.]

"Benarkah? Yah, aku tahu tidak ada gunanya bagiku untuk mengatakan apa pun, tapi..."

"Hahaha. Ini kemauanku sendiri kok."

"Huft. Pengorbanan diri itu luar biasa. Aku tidak bisa melakukannya. Aku terlalu sibuk melakukan urusanku sendiri."

"HAHAHA..."

Dia mendesah sedih dan aku menertawakannya.

Dia menatapku dari samping dan menggembungkan pipinya.

Lalu────

"Pokoknya jangan simpan sendiri. Jika kamu butuh sesuatu, katakan saja padaku. Rasanya sepi ketika tidak diandalkan denganmu──."

Kirisaki mengatakan ini dengan kasar dan mencolekku tepat di hidungku.

"Memang sulit untuk keluar dari sana ..."

Aku memeriksa jam tanganku dan menghela napas.

Setelah Kirisaki memasuki ruang staf, aku menunggunya di luar.

Sudah sekitar sepuluh menit dan masih belum ada tanda-tanda dia akan keluar.

Yah, sepertiku, dia sering diandalkan oleh guru, jadi dia pasti terlibat dalam beberapa masalah.

Dengan pemikiran ini, aku membuka buku kamusku dan belajar untuk kuis.

Setelah membalik-balik beberapa halaman, aku mendengar ada suara berkata (Hari ini pasti bisa!).

"Selamat pagi, Kaburagi-san. Ini hari yang indah, bukan?"

Ketika aku melihat ke arah salam tersebut, aku melihat seseorang dengan mata besar dan gelap yang sepertinya menarikku.

Rambut hitam mengkilapnya cukup panjang hingga mencapai pinggang, dan aura serta penampilannya mengingatkanku pada 'Yamato Nadeshiko', seorang wanita tradisional Jepang yang bersahaja.

Dia, Sakura Hinamori, jika hanya dilihat dari penampilannya, dia memancarkan aura lembut yang akan membuat siapa pun menyukainya.

Ya, jika hanya dilihat dari penampilannya...

(Fufu! Apa pendapatmu tentang sosokku ini! Sinar matahari yang bersinar dari belakangku dapat dianggap seperti 'rahmat Tuhan', bukan? Ini sempurna. Terlalu sempurna! Tidak ada orang yang tidak akan jatuh cinta pada ini!)

Dan, yah, kedua sisi sikapnya itu sudah sangat jelas.

Jika kalian tidak tahu sifat aslinya, kalian pasti akan terpesona olehnya seperti yang dia katakan sendiri.

Bahkan, banyak yang bilang jumlah anak laki-laki yang tertipu oleh aura lembutnya dan menyatakan perasaannya padanya sudah tak terhitung lagi.

Nah, tapi dari sudut pandangku, itu tidak akan mungkin terjadi.

Aku melihat Hinamori, yang tersenyum padaku.

"Selamat pagi. Hinamori, seperti biasa, kau sangat mempesona."

Aku memberikan salam singkat dan pendapat yang jujur ​​dan mengembalikan pandanganku ke buku kamusku.

Aku memiliki tes bahasa setiap minggunya, jadi itu tidak mudah. Dan cakupannya sangat luas.

Dan sekarang, tepat ketika aku akan berkonsentrasi pada pembelajaranku, dia meraih bahuku dan bertanya, 'Bukankah kamu terlalu mengabaikanku?'.

"Apakah kau tidak belajar untuk tes bahasa, Hinamori?"

"Tidak masalah, aku sempurna dalam segala hal. Aku seorang gadis cantik yang berperilaku baik, polos, berhati murni, dan berbakat."

"Kau tidak bisa mengatakan itu sendiri."

"Itu benar, tapi tidak ada cara untuk menyembunyikannya, itu bocor." (Oh, betapa berdosanya aku. Bagaimana bisa aku begitu mempesona dalam segala hal?)

"Ya, ya. Senang mengetahuinya."

Aku kembali melihat buku kamusku.

Hmmm... Ada banyak hal yang sulit untuk diingat hari ini...

"Jika aku tidak fokus, aku akan kehilangan skor sempurna."

"Mengabaikanku lagi adalah sebuah pelanggaran! Nih!"

"Duh! Jangan memukul kepalaku secara tiba-tiba begitu. Kau tahu? Pukulan di kepala akan membunuh sel-sel otakku. Bagaimana jika sebuah kata tersangkut di kepalaku dan aku tidak mendapatkan nilai sempurna?"

"Tes bahasa atau aku. Mana yang lebih penting?"

"Tentu saja aku memilih bahasa. Ini adalah dunia yang global, kau tahu."

".........." (Jawaban instan! Ugh...orang ini!!!)

Hinamori gemetar karena emosi, dan tangannya tampak tidak terkendali.

Dan melihat aku masih tidak terbawa permainannya, dia akhirnya menyerah dan menghela nafas dengan keras, mengatakan 'Haaaa'.

"Oh, itu saja untuk hari ini?"

"...Kenapa kamu begitu dingin padaku, Kaburagi-san~. Bahkan aku, orang yang selalu diistimewakan, akan menangis karena reaksimu yang begitu kasar..."

"Kau bilang kau akan menangis... Tidak, tidak, mentalmu kuat, kau akan baik-baik saja."

"Yah, ya, tapi..." (Kupikir Kaburagi-san bisa jadi sedikit lebih canggung, dan sedikit panik~. Ini membuatku merasa seperti sedang dipermainkan...dan membuatku frustasi!)

Jadi kau mengakuinya... Kau terlihat sangat sombong karena suatu alasan. Ternyata kau masih percaya diri seperti biasanya.

Apa yang ada di dalam hatinya, sangatlah aneh dan konyol...

Aku pun menghela napas.

"Huft. Apa yang Hinamori inginkan dariku?"

"Aku ingin reaksi yang normal. Kaburagi-san, aku merasa kamu hanya dingin padaku, dan──" (Akhirnya, kamu menyerangku dengan nafsumu dan aku akan melawan balik dengan cara yang spektakuler. Skenario tersebut akan menjadi yang terbaik.)

"Sayangnya, itu adalah keinginan yang tidak akan terpenuhi. Aku tidak akan terpancing ketika aku tahu perilaku Hinamori hanyalah sebuah akting."

"Akting? Apa yang kamu bicarakan?"

(Apakah itu terlihat jelas!? Maksudku...Aku pikir aku sudah bersandiwara baik. Tapi bagaimana Kaburagi-san bisa tahu?)

"Kau sangat jelas. Yah, Hinamori adalah aktris yang baik, bukan? Orang-orang di sekitarmu tidak menyadarinya sama sekali, dan itu mengagumkan, sungguh. Tapi aktingmu tidak cukup baik untukku."

"Itu bukan akting..."

Mulut Hinamori menganga dengan frustrasi.

Seolah-olah dia telah menyerah, dan seolah-olah dia telah kalah... dia menundukkan kepalanya dengan sikap pasrah.

Jika dilihat dari penampilan luarnya saja, sepertinya dia sedang merajuk dan diam. Tetapi...

(Tidak peduli apa yang aku lakukan, aku tidak bisa menembus pertahanan Kaburagi-san sama sekali. Aku harus menyerang dengan langkah yang lebih jauh lagi. Orang-orang selalu rentan terhadap serangan tak terduga. Aku harus menyerangnya ketika dia terlihat lengah...dan ini akan membalikkan keadaannya!!)

Dan bagian dalam hatinya masih tetap gelap seperti biasanya.

...Sungguh, dia tidak pernah menyerah dan tidak mau kalah.

"Aku terluka. Kaburagi-san mempermainkanku..."

"Jangan membuat pernyataan yang menyesatkan."

"Itu benar. Aku memiliki bekas luka sebesar satu mikron di hatiku."

"Itu terlalu kecil untuk dianggap luka."

"Aku terlalu terluka untuk bergerak...Hiks...Hiks..."

"Kau terlalu buruk dalam berakting menangis, tapi...huft. Yasudah, apa yang kau ingin aku lakukan?"

"Tolong... rawat aku dengan lembut. Bisakah kamu menggendongku seperti tuan putri ke kelas?"

"Menggendong seperti tuan putri..."

(FUFUFU. Ini menjengkelkan, bukan. Sebuah permintaan manja dengan pandangan ke atas. Ini jelas bernilai seribu poin!! Tapi aku yakin, Kaburagi-san tidak akan bisa melakukan ini. Mari mendorongnya selagi dia malu untuk melakukannya!)

Itulah yang dia pikirkan... Dia sangat gigih karena dia tidak pernah belajar.

Yah, hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan.

Jika aku tidak melakukan sesuatu seperti yang diharapkan Hinamori...dia akan terkalahkan.

Aku meraih tangannya dan menariknya ke arahku.

"Oke. Kau ingin digendong seperti tuan putri, kan?"

"Hee?"

Wajahnya memerah dengan suara yang pecah.

Aroma manis menggelitik lubang hidungku dan membuatku mabuk... tapi aku menatapnya tanpa tersenyum.

Hinamori pun panik dan berpikir, (Eh, apa? Kenapa!?!?!?) dan sepertinya cukup terkejut.

"Ayolah. Sulit untuk menggendongmu jika kau tidak mendekat."

"Eh, hee, tu…tunggu!"

"Serahkan saja padaku. Jika kau malu, tutup saja matamu. Aku akan berhati-hati."

"...Baiklah."

Dia menjawab dengan lemah dan menutup matanya. Bahunya yang ramping bergetar.

Aku pikir ini sudah cukup. Aku tidak yakin apakah aku bisa melangkah lebih jauh.

Maksudku, aku sendiri juga malu.

"Aku hanya bercanda. Kau selalu lemah saat diserang balik, Hinamori."

Aku mencolek kepala Hinamori dan mengguncang bahunya, lalu wajahnya menjadi merah padam dan menatapku dengan penuh kekecewaan.

"Jahat sekali! Kamu bermain-main dengan hati suci seorang gadis!"

"Oh... Tapi itu sama saja denganmu, kan? Kau seratus tahun terlalu cepat untuk mencoba menggodaku dengan akting yang begitu transparan seperti itu."

"Apa yang kamu bicarakan?"

"Jangan mencoba terlihat polos, oi."

Hinamori memang pandai menyerang, tetapi dia sangat lemah saat diserang balik.

Kita sudah saling mengenal sejak awal masuk SMA, tetapi belum ada yang berjalan sesuai dengan rencananya.

Semuanya sudah terhitung. Semuanya selaras dengan apa yang dia rencanakan. Pasti seperti itu kehidupannya selama ini.

Itu sebabnya dia sangat rentan terhadap orang-orang sepertiku yang bertindak secara tidak terduga.

(...Lagi-lagi aku kena. Tapi...Aku tidak akan kalah lain kali! Aku pasti akan membuatnya menyatakan cintanya padaku, dan kemudian──aku akan menolaknya mentah-mentah!!)

Tapi tetap saja, dia benar-benar bersemangat untuk mendesakku menyatakan perasaanku padanya dan berpikir untuk mencampakkanku.

Aku menatap Hinamori seolah-olah aku sedang melihat seorang gadis yang malang, dan menghela nafas.

"Btw, Kaburagi-san. Apakah sesuatu yang baik terjadi baru-baru ini?"

"Apa maksudmu?"

"Umm. Yah..." (Bagaimana aku harus menanyakannya? Aku pikir dia akan mengelak jika aku langsung bertanya 'Apakah kamu punya pacar sekarang?'. Aku harus bertanya secara bertahap dan hati-hati agar dia tidak bisa melarikan diri. Fufu. Sempurna...yosh!)

Aku mengerti. Hal itu masih terngiang di pikirannya selama ini.

Yah, Hinamori selalu memikirkan banyak hal sebelum dia mengatakan sesuatu. Aku bisa mendengarnya bahkan jika aku tidak berniat untuk mendengarkan.

Kau sangat gigih, bukan. Sungguh.

"Itu dia. Aku ingin tahu apakah kamu memiliki hal-hal baik untuk dikatakan tentang hubunganmu dengan wanita."

"Hubungan dengan wanita?"

"Ya! Misalnya, apakah kamu punya kekasih baru, atau pacar baru, atau cewek baru... bagaimana?"

"Bukankah itu semua memiliki maksud yang sama?"

"Yah, ceritakan tentang itu. Apapun istilahnya tidak terlalu penting."

Dari cara dia berakting, sepertinya dia melihatku bersama Kurusu, kan?

Hinamori adalah anggota OSIS, jadi tidak mengherankan jika dia menyaksikanku menjadi sukarelawan dan berkerja sama dengan Kurusu.

Jadi, mungkin dia mengira Kirisaki akan tahu. Itu sebabnya dia berakting seperti itu sebelumnya sebagai cara untuk mendapatkan informasi darinya.

Tapi kau tahu... kau terlalu buruk dalam menyelidiki sesuatu! Aku pun mencoba menahan tawa,

"Pfft!"

"Apanya yang lucu?"

"T-Tidak ada. Aku hanya tidak menyangka kau akan menanyakan itu padaku."

"Benarkah? Yah, oke. Ayo, jawab saja pertanyaannya."

Aku pikir dia benar-benar akan bertanya dengan bertahap dan berhati-hati sesuai rencananya.

Tapi pertanyaan itu langsung datang lebih cepat dari yang aku harapkan. Aku tidak bisa menahan tawa.

Aku mencoba untuk tidak membiarkan wajahku menunjukkan bahwa aku telah menyadarinya, dan aku sengaja mencoba untuk menenangkan diri.

Aku melirik Hinamori, yang sepertinya berpikir dia pintar dan memiliki ekspresi yang jelas di wajahnya, tapi aku bisa melihat rasa ingin tahu di matanya.

"Kalau kau bilang perkara hubungan dengan wanita. Aku pikir itu karena aku tidak harus berurusan dengan kakak perempuanku yang memiliki kebiasaan minum yang buruk akhir-akhir ini."

"Eh, kakak perempuan...?"

"Yap. Dia selalu menyebalkan. Dia selalu membuat masalah setelah dia minum dengan rekan kerjanya sepulang kerja."

"Hee~. Jadi Kaburagi-san punya kakak perempuan."

"Ya, benar. Btw, apakah kamu punya saudara kandung, Hinamori?"

"Tidak punya, aku adalah anak tunggal."

"Ya, tentu saja begitu."

"Mou...Apa maksudmu dengan itu?"

Hinamori mengerutkan kening karena ketidakpuasannya dengan jawabanku dan mengalihkan pandangannya padaku.

Pipinya yang menggembung begitu cantik sehingga aku jadi ingin menyentuhnya.

Tapi aku tidak bisa terpancing dengan provokasinya, jadi aku melihat ke langit dan memasang wajah cuek.

"Karena Hinamori cukup manis, bukan?"

"A-Apa yang kamu bicarakan!?"

"Biasanya, kau menunjukkan sisi dirimu yang bisa melakukan segalanya sendiri. Tapi menurutku kau sebenarnya orang yang kesepian dan sangat ingin melakukan sesuatu bersama dengan yang lain."

"Itu benar. Tapi atas dasar apa..."

"Kau sering melirik orang lain yang sedang bersenang-senang, atau haruskah aku katakan kalau kau sangat ingin bergabung dengan mereka."

"Ugh..."

"Kau tahu betapa jelasnya ekspresi iri di wajahmu? Seperti yang orang katakan, mata berbicara lebih jelas dibandingkan kata-kata."

"Muu, ya mau bagaimana lagi."

Mungkin karena aku telah mengurangi mentalitas Hinamori terlalu banyak, dia menjatuhkan bahunya dan menundukkan kepalanya.

Dalam hati, dia mengeluh, (Bagaimana aku bisa terlihat begitu jelas~!).

Tetapi dia dengan cepat pulih, dan sambil tersipu, dia segera meluruskan posturnya dan berbalik menghadapku.

"Yah, baiklah. Tidak masalah jika aku menunjukkan kelemahanku. Kegagalan adalah awal dari kesuksesan." (Kegagalan ini juga merupakan batu loncatan untuk mengalahkan Kaburagi-san lain kali... Anggap saja begitu.)

"Aku mengerti. Kau masih kuat dan positif seperti biasanya."

"Bagaimanapun juga, aku itu sempurna." (Karena gadis cantik yang sempurna adalah yang terkuat dalam segala hal! Aku tidak akan gentar dengan hal seperti itu~!)

Dia penuh semangat dan tersenyum riang saat dia berkata begitu.

Dia memiliki suara hati yang galak, tapi sejujurnya aku suka kerja keras dan dedikasinya.

Kurasa itu sebabnya tidak sulit bagiku untuk berbicara dengannya.

Aku tidak pernah merasa buruk tentang itu, meskipun suara hatinya benar-benar mengganggu.

"Sekarang, Kaburagi-san. Apa yang ingin kamu mainkan selanjutnya?"

"Apakah ini adalah pertandingan?"

"Itu benar! Skor saat ini masih imbang 50-50."

"Aku tidak tahu permainan apa yang kau maksud. Apakah kau masih akan memainkan 'Game Tokimeki' ini?"

[TN: Game Tokimeki itu seperti "Aishiteru" game / “I love you” game. Jadi kedua pihak akan saling menggoda dan pihak yang tersipu lah yang akan kalah.]

"Game Tokimeki?"

"Yap. Aku sedang membicarakan hobi yang selalu Hinamori coba bangun di sekitarmu dan membuatmu merasa superior."

"Haa?"

Ekspresi Hinamori begitu jelas sehingga aku tahu aku telah tepat sasaran.

Dan tepat pada waktunya, pintu ruang staf terbuka dan Kirisaki keluar dari dalam.

"Tunggu──. Apakah ini adalah komedi pasangan lainnya? Kalian sudah akrab sejak pagi tadi."

"Su...Suzune-chan! Itu tidak benar!"

"Benarkah? Aku bisa mendengar percakapan itu sampai ke ruang guru, dan bahkan para guru juga berkata begitu."

"Oh, begitukah. Jika kita sudah sinkron antara satu sama lain, itu berarti kau akan segera mencapai tujuanmu. Hinamori menyukaiku, kan?"

"Tunggu, Kaburagi-san! Jangan berbicara seenaknya!"

"Hee? Bukankah Sakura sudah biasa bilang, 'Aku menyukaimu, Kaburagi-san!', berkali-kali?”

"Suzune-chan... itu... semacam kebohongan."

"Apa benar itu bohong? Jadi yang kau lakukan denganku hanya untuk bersenang-senang. Itukah yang kau maksud...?"

"Tidak, bukan. Itu bukan untuk bersenang-senang."

"Hmm. Jadi maksudmu kamu serius?"

Hinamori, terpojok, menoleh ke kiri dan ke kanan.

Reaksinya lucu, dan dia akhirnya mengalami suasana hati yang buruk.

Hinamori, mungkin dalam keadaan putus asa, meraih bahu Kirisaki dan mulai mengguncangnya.

"Jangan menyiksaku, kalian berdua! Dua lawan satu itu tidak adil."

""Inilah yang disebut pembalasan karma.""

"Bukankah kalian berdua lebih sinkron!?" (Cara mereka bertukar, kalian berdua lebih seperti pasangan sungguhan dibanding aku! Sialan!)

Teriakan Hinamori membuatku dan Kirisaki saling memandang.

Setelah hening sejenak, aku pun lanjut tertawa terbahak-bahak.

Pipi Hinamori menggembung tidak setuju dan dia berkata, 'Tolong jangan tertawakan aku!'.

Sementara aku menikmati percakapan konyol ini, tiba-tiba aku mendengar gumaman suara.

"Mn?"

Kebanyakan adalah suara anak laki-laki. Yang mereka katakan adalah pujian atas penampilan seseorang, seperti 'Dia sangat imut!'.

Saat aku mengalihkan perhatianku ke suara-suara itu, Kurusu sedang berjalan ke arahku.

Kurasa dia pasti menyadari kehadiranku... tatapan kami bertemu sejenak.

Tapi, dia dengan cepat mengalihkan pandangannya.

(Salam untuk Kaburagi-kun...? Sepertinya akan mengganggu jika ada orang di sekitarnya... Tapi setidaknya aku ingin menyapanya.)

Dia berpikir untuk menahan diri untuk tidak menyapa karena pertimbangannya padaku, jadi dia mencoba berjalan melewatiku.

"Kurusu, selamat pagi!"

(Eh... dia menyapaku?)

Aku pikir dia tidak berharap untuk disapa duluan denganku. Dia berhenti, mengedipkan matanya yang besar beberapa kali, dan membeku di tempat.

Dia bukan satu-satunya yang terkejut, siswa lain di lorong juga, dan untuk sesaat ada keheningan di koridor yang awalnya bising tersebut.

Tanpa memperhatikan sekelilingnya, dia memasang senyum di wajahnya.

(Salam, dari Kaburagi-kun... Aku harus melakukan yang terbaik.)

Aku hanya memperhatikannya saat dia mencoba yang terbaik tanpa kehilangan ekspresiku.

Kurusu perlahan mengeluarkan tabletnya dan terlihat ketakutan...yah, bagi siapa pun selain aku, dia masih terlihat cuek saja.

Dia hanya menunjukkan satu kata di layar, Selamat pagi, dan meninggalkan tempat itu dengan langkah yang cepat.

(Aku senang... dia menyapaku. Fufu)

Suara yang kudengar saat dia pergi, suara yang tidak bisa kulihat dari caranya bertingkah. Aku hanya bisa tertawa mendengar suara itu.

...Kalau saja mereka bisa mendengar suara itu di sekitar mereka, mereka akan berubah dalam sekejap.

Mereka berdua yang berada di sebelahku, tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Kemudian mereka saling memandang dengan bingung.

"Hah? Kurusu-san baru saja menyapanya kembali...kan?"

"Itu benar. Aku juga belum pernah melihat dia menyapa Ritsu sebelumnya."

"Mn? Kurasa dia setidaknya menyapa balik."

"Apakah begitu?"

"Yah, begitulah. Ayo kita pergi."

Dengan mereka berdua yang memiringkan kepalanya ke arahku seolah-olah 'tanda tanya' telah muncul di atas kepala mereka, aku melanjutkan langkahku ke kelas. Aku menghela nafas lega ketika Kurusu dapat membalas salamku.

 

|| Previous || ToC || Next Chapter || 

Post a Comment

Post a Comment

close