Chapter 2 - Perubahan Sehari-hari yang Ramai
[Part 3] (End of Chapter 2)
Pengingat:
【】: kata-kata Kurusu di tabletnya
() : suara hati orang lain yang dibaca/didengar oleh MC (Kaburagi)
Malam itu. Aku akan begadang seperti biasa.
Namun, keluargaku menjadi sedikit lebih bawel karena mengetahui aku jatuh sakit sebelumnya.
"Jangan begadang terlalu larut, tidurlah!"
Aku menjawab suara khawatir kakak perempuanku, 'Iya tahu'.
Aku segera mematikan lampu dan berbaring di tempat tidur.
Sepertinya keluargaku sudah mengerti kepribadianku. Aku mendengar suara dari koridor berkata, 'Mari kita tunggu sebentar untuk melihat apa yang akan dia lakukan'.
Saat aku diam dan mengatur nafasku, kehadiran kakakku di dekat pintu pun akhirnya menjauh.
"Nah, sekarang setelah pantauannya selesai. Ayo belajar."
Pada saat itu, seolah-olah mengetahui situasiku, layar ponselku menyala dan bergetar dengan 'buzz'.
Aku melihat ke layar dan melihat,
>(Kurusu): Terima kasih banyak atas bimbingan dan doronganmu. Aku akan mengambil pesan hari ini ke dalam hati dan terus bekerja keras di masa depan.
Itulah pesan yang kuterima dari Kurusu.
"Sungguh orang yang kaku..."
Aku menghela nafas dan mengangkat bahu.
Aku tahu dia adalah orang yang serius, tetapi kalimatnya yang ditunjukkan pada teman sekolahnya ini terasa sangat tidak wajar.
>(Kaburagi)[draft]: Aku hanya ingin melakukannya, jadi jangan khawatir. Tapi, kalimatmu terlalu kaku, kalau boleh jujur.
"...yah, begitu kan? Aku akan mengirimkannya."
> (Kurusu): Aku mengerti.
"...Eh, bukankah dia terlalu cepat membalasnya?"
Aku tercengang saat melihat ponselku.
Hanya butuh beberapa detik untuk mendapatkan balasan. Aku mengira Kurusu akan menghabiskan banyak waktu memikirkan satu kalimat... Dan kenapa ditulis dengan hiragana?? Ada banyak hal yang aku tidak mengerti ...
"Yah... bagaimanapun juga"
>(Kaburagi): Aku terkejut melihat betapa cepatnya kau menjawab. Dan kenapa menggunakan hiragana??
> (Kurusu): Itu cepat.
"Kau terlalu cepat, oi."
Membalas dengan segera memang bagus, tapi...aku tidak tahu apa yang kau pikirkan!!
Ini berarti dia sedang menunggu balasan. Atau apakah dia hanya mencoba mempersingkat obrolannya?
Mengingat kepribadiannya, aku pikir itu yang kedua... tapi... Ah, aku tidak akan tahu jika hanya melalui layar ponsel.
Aku pikir jika dia lebih banyak bicara lewat chat, komunikasinya akan berjalan lebih baik, tetapi aku rasa itu tidak akan terjadi.
Kurasa dunia memang tidak semudah itu.
Aku menghela nafas dan beralih ke ponselku.
Apa yang harus saya lakukan, apakah dia ingin segera tidur atau dia ingin aku bertanya... Tidak, aku pikir lebih baik memeriksa niat Kurusu yang sebenarnya. Aku akan bertanya, 'Apakah ada yang ingin kau tanyakan padaku?' dan kemudian aku akan menebak dari jawabannya dan memutuskan apa yang harus aku lakukan... Dan kemudian dia kembali dengan pertanyaan lain.
>(Kurusu): Latihan besok?
"Kita memang akan latihan, tapi... kita sudah membahas ini sebelumnya. Jadi sepertinya dia tidak ingin segera menyelesaikan obrolan ini, kan? Hmm..."
Aku meletakkan ponselku di samping dan membayangkan Kurusu di sisi lain layar.
Aku tidak bisa membayangkan dia memegang telepon dan melihat layar sepanjang waktu... Jika dia tidak terbiasa dalam hal itu, mungkin dia sedang duduk berlutut, berusaha untuk tidak bersikap kasar?
Atau mungkin dia berpikir bahwa dia harus membalas secepat mungkin?
"Haha. Itu tidak mungkin kan...!"
Aku tertawa dan melihat langit-langit yang gelap.
Aku punya firasat buruk tentang ini, jadi aku merasa harus mencoba mencari tahu.
Mungkin itu kekhawatiran yang tidak perlu, tetapi aku akan tetap memeriksanya. Dengan nada bercanda.
> (Kaburagi): Kurusu. Btw, kau tidak harus duduk berlutut saat menjawab, kan?
Yah, aku harap aku hanya overthinking, tetapi aku segera memeriksa teks balasan darinya.
>(Kurusu): Dimengerti.
Isi balasannya menarik wajahku.
...Ternyata benar, ya.
Aku menghela nafas dan meletakkan tanganku di dahiku.
Ngomong-ngomong, aku tidak bisa mendengar pikirannya melalui perangkat elektronik. Hanya ketika dia berada di sekitarku.
Jadi kali ini aku tidak curang, aku benar-benar hanya menebak-nebak...
"Jika aku benar tentang yang satu ini, aku yakin aku juga benar tentang yang lain. Dia benar-benar akan memegang ponselnya tanpa melepaskannya bahkan untuk sesaat pun."
Aku mulai berpikir bahwa jika dia tidak mendapatkan balasan dariku, dia akan terus menunggu sampai pagi.
Mungkin aku terlalu memikirkannya, tapi sulit untuk berhenti memikirkan Kurusu yang sedang menantikan balasannya.
"Lain kali kita bertemu, mari kita putuskan berapa lama dia harus menunggu."
Aku memutuskan itu dan terus berkomunikasi dengannya──sampai pagi.
◇ ◇ ◇
Di hari lain sepulang sekolah.
Aku mengajukan ijin untuk menggunakan ruang serbaguna dan menunggu Kurusu datang.
Memang tidak setiap hari, tapi aku cukup sering berlatih percakapan dengan Kurusu.
Ini seolah-olah sesi belajar karena kami meminjam ruang kelas, tetapi pada kenyataannya aku mengajari Kurusu tentang berbagai macam topik.
"Kaburagi. Kembalikan kuncinya seperti biasa setelah kamu selesai menggunakannya~."
"Terima kasih atas bantuanmu. Terima kasih untuk semuanya! Aku tidak bisa meminjam ruang UKS setiap saat, jadi terima kasih."
"Yah, aku adalah teman bagi siswa yang kesusahan. Tapi Kaburagi, tidak peduli seberapa serbagunanya ruangan ini, jangan menggunakannya untuk tujuan lain, oke?"
"Tolong jangan vulgar. Bahkan jika kau seorang guru, kau tidak boleh berbicara seperti itu kepada murid-muridmu."
"Hahaha!! Aku bercanda! Aku tahu kamu tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Tapi perasaan bisa berubah begitu cepat, jadi aku hanya ingin memastikan."
"Itu kekhawatiran yang tidak perlu. Aku tahu sulit ini bagiku untuk mengatakannya, tapi aku sudah dewasa."
"Yah..."
Kemudian sensei menatapku.
"Benarkah? Kalau begitu, aku ingin tahu bagaimana perasaanmu tentang cinta. Sebagai seorang siswa, kamu harus rajin tidak hanya dalam studimu tetapi juga dalam kehidupan cintamu."
"Yah, jika aku hanya belajar keras, aku akan terlambat menikah, sama seperti sensei."
"Sial, apakah kamu baru saja mengatakan sesuatu?"
"Ya, semuanya harus dilakukan dengan sabar sih..."
Dia menatapku dengan marah, seolah-olah dia akan membunuhku, dan aku memalingkan wajahku. Kemudian, seolah-olah untuk menutupi lelucon nakal yang telah ku buat, aku memutuskan untuk mengubah arah pembicaraan.
"Serius. Tidak akan ada yang terjadi."
"Bahkan jika ada?"
"Apa yang kau bicarakan... Yah, bahkan jika itu benar-benar terjadi, aku sendiri tidak akan mengambil tindakan yang berisiko. Hubungan cinta hanya dapat menciptakan kesan negatif, jadi aku akan menghindari menghancurkan apa yang telah aku bangun sendiri hanya karena emosi sesaat."
"Aaah... pria yang mengecewakan..."
"Tidak, tidak~. Adalah fakta kehidupan bahwa hubungan cinta seseorang dapat menghancurkan hidupnya. Itu sebabnya aku tidak ingin terbawa suasana."
"Kamu sangat aneh, dasar pria yang mengaku-ngaku dirinya populer!"
"Tolong jangan memujiku begitu."
"............" (Dia benar-benar seorang idiot yang tidak bisa diselamatkan)
Memalingkan pandangannya ke arahku seolah-olah dia sedang melihat seseorang yang malang, guru itu menghela nafas.
Tapi dia mengerti bahwa tidak ada gunanya memberitahuku, jadi dia tidak berniat mengatakan apa-apa lagi. Dia melirik jam tangannya dan berjalan menuju pintu keluar kelas.
Saat dia meletakkan tangannya di pintu, dia berhenti bergerak dan berbalik untuk melihatku.
"Yah, aku pergi... umm"
"Ada apa? Tatapan mencurigakan itu..."
"Jangan punya 'niat aneh', oke? Kamu janji??"
"Kau benar-benar keras kepala! 'Jangan mendorongnya. Jangan pernah mendorongnya.', jangan katakan hal-hal seperti itu lagi." [TN: Mendorong dalam konteks menjatuhkan gadis buat dilecehin.]
Kemudian sensei meninggalkan kelas dengan lambaian tangannya.
Dia menoleh ke samping sejenak di koridor, menyeringai jahat, dan berjalan pergi.
Aku menghela nafas dan mengangkat bahu.
...Sial. Aku merasa seperti kalah pada akhirnya.
Saat aku merasa kalah, Kurusu datang mengintip dari ambang pintu.
Tepat pukul tujuh belas seperti biasa. Tepat pada waktu yang sudah kita janjikan.
"Yo, Kurusu!"
Saat aku menyapanya, Kurusu menampilkan layar dengan kata 【Halo】 tertulis di atasnya dan membungkuk padaku.
Kemudian dia menghapus layar tabletnya dan mulai menulis apa yang ingin dia katakan.
【Teman baik】 (Mereka berbicara seolah-olah mereka adalah teman baik. Aku iri...)
"Hmm. Yah, kurang lebih begitu. Jadi, sudah berapa lama Kurusu di sini?"
【Belum lama】
"Bagus deh..."
Jadi dia mendengar lelucon yang sensei katakan kepadanya, kan?
Kurusu adalah orang yang sangat serius, keras kepala, dan tidak fleksibel.
Aku tidak ingin dia menganggapnya terlalu serius──.
【Apa itu pohon permen?】 (...banyak cokelat dan sejenisnya, aku harap)
[TN: Niat aneh (おかしな気) dan Pohon permen (お菓子な木) memiliki ejaan yang sama 'okashina ki'.]
"Ah—ya... kupikir banyak permen dan coklat..."
【Aku ingin beberapa】 (...tapi aku akan menjadi gemuk jika aku makan terlalu banyak)
"Iya... Hahahaha"
Aku tertawa dan membohonginya.
Aku tidak tahu apa itu. Dan aku tidak membuat kesalahpahaman, tetapi aku merasa bersalah seolah-olah aku telah menipu seorang anak kecil...
Tidak, aku tahu jika melihat Kurusu dalam kehidupan normalnya, dia tidak akan mengerti apa yang dikatakan oleh sensei. Ketidaktahuan dan kepolosan hanya akan menghasilkan kekhawatiran, kan.
【Kemajuan dalam percakapan】 (Aku pikir sudah lebih lancar dari sebelumnya)
"Oh. Kau sudah melakukannya lebih baik dari sebelumnya dibanding ketika kau terlalu berlebihan dengan kata-katamu. Sekarang aku berharap kau dapat mengoordinasikan gestur tubuhmu dengan lebih baik agark bisa membantu komunikasimu. Kau akan membuat kemajuan lagi. Pasti."
(Syukurlah...)
Dia tampak lega dan menghela napas dengan gusar.
Kemudian dia mengepalkan tinjunya, seolah-olah dia telah bersemangat.
...Meskipun hanya sedikit, tapi sudah lebih baik, kan?
Kurusu telah berlatih denganku dan telah datang untuk memeriksa sejumlah kalimat percakapan yang telah disiapkan sebelumnya.
Meskipun terbatas pada kata-kata yang sering digunakan seperti【Ya】atau 【tidak】, percakapan menjadi lebih lancar dari sebelumnya sejak kami mulai membahas cara efektif untuk menggunakannya.
Sampai sekarang, dia harus bekerja sangat keras untuk menulis responnya setelah didekati seseorang, jadi pasti ada jeda waktu dalam percakapannya.
Ketika dia harus merespon dengan cepat, dia cenderung menggunakan kata-kata pendek seperti 'Persetujuan', yang terkadang menyulitkan pihak lain untuk mendapatkan makna sesungguhnya dari pesannya. Aku tahu keinginan Kurusu untuk bisa berbicara, jadi aku mencoba memberinya nasihat setelah kami mulai berkomunikasi.
Itu sederhana seperti, 'Siapkan kata-kata yang paling sering digunakan sebelumnya' dan 'Sertakan gestur tubuh yang mendukung'.
Dia menerima saran dan praktikku dengan tangan terbuka. Dan kami baru saja mulai, sehingga masih agak canggung...
Aku tidak yakin apa yang diharapkan, tetapi aku yakin akan dapat menemukan sesuatu yang akan membantunya.
Namun, aku punya satu masalah dengannya.
[Master, tolong!] (Mari berlatih dengan keras... ei o ei o... hehe)
Dan, yah, dia menerimaku terlalu mudah seperti ini.
Aku tahu bahwa dia benar-benar mengandalkanku tanpa latar belakang apa pun, dan aku ingin membantunya.
Tapi, menurutku dia terlalu loyal padaku.
Kurasa dia terlalu menyukaiku (TN: bukan dalam artian romantis ya), atau terlalu bergantung, atau... terlalu cepat percaya padaku.
Aku tahu dia jujur, jadi serangan langsungnya yang imut padaku masih hidup dan berlanjut sampai sekarang. [TN: maksudnya kata hati jujurnya yang selalu ditangkap ma Kaburagi.]
Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa dia mendengarkan semua yang aku katakan?
Yah...aku tidak tahu, jadi aku akan bertanya padanya. Bahkan jika dia tidak memberi tahuku, aku tahu apa yang dia pikirkan.
"Sebelum kita mulai berlatih, aku punya pertanyaan yang ingin kutanyakan pada Kurusu, oke?"
(...Kau memiliki sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku? Aku ingin kau bertanya padaku karena itu jarang terjadi)
Kurusu mengangguk berulang kali, seolah ingin aku bertanya lebih dan lebih.
Dia memegang tanganku dan matanya bersinar.
...Segitunya kah kau ingin aku bertanya padamu?
"Aku sudah bertanya-tanya. Bukankah Kurusu terlalu mudah percaya?"
【Buruk, kah?】
"Yah, tidak semuanya buruk. Aku hanya berpikir kau benar-benar menerima segalanya. Tidakkah kau bertanya-tanya? Ketika kita berlatih, apakah kau pernah berpikir, 'Apa gunanya melakukan ini?' atau 'Ini tidak masuk akal!'?"
【Tidak】 (...Aku bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya sejak kau mengajariku. Aku bisa menjawab dengan benar untuk pertama kalinya di kelas. Jadi, ini jelas membuahkan hasil)
"Begitukah... Yah, jika itu memang membuahkan hasil, itu bagus untukku. Aku pikir tidak apa-apa untuk melihat hal-hal dengan sedikit lebih skeptis. Banyak orang yang akan menikam dari belakang dan lebih baik juga untuk memiliki beberapa perspektif yang berbeda."
【Tidak perlu】
"Eh─..."
Dia segera menyangkal apa yang aku katakan dan aku hanya dapat tertawa.
Meskipun aku yang membantunya, kurasa dia tidak perlu menerima seratus persen apa yang aku katakan padanya.
Tidak ada jawaban yang benar tentang bagaimana menghadapi orang lain, jadi dia boleh mempraktikkan apa yang hanya dapat dia pahami dan masukkan sisanya ke dalam hati untuk apa yang diperintahkan olehku kepadanya.
Memaksa diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak dia pahami atau tidak dapat mengekspresikannya hanya akan membuatnya merasa tidak nyaman, dan perilaku seperti itu kemungkinan besar akan membuat orang lain juga merasa tidak nyaman.
Namun, Kurusu mencoba untuk mempraktekkan semua yang aku ajarkan padanya, jadi baru-baru ini aku mencoba untuk hanya menggunakan hal-hal yang mudah dimengerti yang akan membuat komunikasi Kurusu lebih baik.
Aku khawatir dia terlalu mempercayaiku dan terlalu jujur ketika belum lama sejak kami mulai berkomunikasi...
Itu sebabnya aku memberinya saran seperti yang baru saja aku berikan padanya...
Aku melirik wajah Kurusu.
Matanya bersinar, menungguku berbicara.
──Dia juga sangat cerah hari ini.
Dia bahkan tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan.
"Kurusu, bisakah kau mempercayai pria sepertiku yang tiba-tiba mulai berbicara denganmu?"
【Ya】
"Kau mengangguk sangat kuat... Tapi biasanya kau harus sedikit lebih skeptis. Laki-laki penuh dengan motif tersembunyi, dan tipe orang yang jujur dan mudah tertipu seperti Kurusu memiliki begitu banyak celah yang membuatku khawatir."
【Tidak masalah】 (Aku yakin Kaburagi-kun bukan orang jahat)
"Tidak, tidak. Tidak apa-apa bagimu untuk sedikit curiga. Kau hanya terlibat denganku sebentar, kan? Bukankah ini sedikit terlalu cepat?"
【Tidak masalah】 (...Semuanya juga cepat akrab denganmu, jadi ini juga normal)
"Itu bukan temanku yang sesungguh─... tidak, bukan apa-apa. Yah, kau benar..."
Yah, aku mengerti apa yang dikatakan Kurusu.
Beberapa orang memancarkan keramahan dengan mengatakan 'yay' segera setelah mereka bertemu seseorang.
Namun di balik hati mereka, mereka mungkin khawatir tentang perbedaan suhu antara diri mereka dan orang lain, atau mereka mungkin khawatir tentang 'Aku ingin tahu apakah aku dapat menangani godaannya ini?'. Atau 'Jika aku berada di grup ini, aku akan merasa nyaman!' dan mengkhawatirkan di mana mereka harus berdiri di dalamnya... semua orang memikirkan sesuatu saat mereka berinteraksi satu sama lain.
Jadi, apa yang Kurusu lihat tidak lebih dari adegan 'pertempuran mencari perut'.
[TN: Di Jepang, pernah dipikirkan bahwa hati dan jiwa ada di perut. Jadi maksud dari ‘pertempuran mencari perut’ itu ketika orang-orang saling mencari tahu pikiran dan niat sesungguhnya dari orang-orang di sekitarnya.]
Tapi bagi Kurusu, dia mungkin ingin segera berbicara dengan orang-orang dengan ramah seperti itu.
Dan kita baru berbicara tentang pertemuan pertama dengan sesama jenis...
Kurusu adalah gadis yang sangat cantik, jadi kuharap dia berhati-hati dengan lawan jenis lainnya.
Kurasa itu sebabnya aku memasang ekspresi tegas di wajahku karena aku memikirkan itu.
Ekspresi Kurusu berubah sedikit mendung karena khawatir.
"Tidak apa-apa. Pokoknya, hati-hati saja. Dengan banyak hal di sekitarmu."
【Aku akan berhati-hati】
"Itulah sikap yang kau butuhkan. Kurusu memiliki penampilan yang menarik, jadi sedikit lebih waspada akan penting..."
【Tunggu】 (Aku harus menuliskan ini)
"Hm?"
Kurusu buru-buru menulis apa yang dia ingin sampaikan di tabletnya.
Dia mungkin berpikir dia tidak bisa berkomunikasi hanya dengan kata-kata singkat kali ini.
[Aku tidak berbicara. Jadi hanya orang yang sangat baik yang akan terlibat dengan orang yang merepotkan sepertiku dan mau menanggapiku berulang kali. Aku adalah 'wanita ranjau darat'.] (Yang lain mengatakanku seperti boneka. Aku telah mendengar dari mereka kalau aku menakutkan, atau mereka tidak tahu apa yang akan aku lakukan pada mereka...)
[TN: Maksudnya ‘wanita ranjau darat’ itu, wanita yang dari luar keliatan normal, tapi ternyata dia memiliki banyak masalah setelah diajak berkomunikasi. Ya seperti ranjau darat, kan kita tidak akan tahu kalau itu akan meledak sebelum menginjaknya.]
Kurusu menunjukkan padaku layar tabletnya, menyembunyikan wajahnya.
Ternyata yang orang lain katakan padanya lebih banyak (dan kejam) dari yang aku kira…
Memikirkan itu, aku terkejut dia masih tidak berkecil hati.
Tapi kau tahu...
"Bukankah menyedihkan menyebut dirimu sendiri sebagai 'wanita ranjau darat'...?"
(Memang...)
Kurusu memutar matanya dan kemudian memegangi kepalanya.
Aku pikir dia merasa sedih karena dia merasakannya lagi bahwa dia adalah ranjau darat.
Tapi Kurusu dengan cepat pulih dan menunjukkan layarnya lagi.
【Tapi aku tahu Kaburagi-kun adalah pria yang baik】
"Tidak terlalu"
(Dan jelas gentle)
Aku tersentak saat dia mendekatiku.
Aku biasanya sangat pandai membiarkan hal-hal berlalu begitu saja, jadi mengapa kali ini tidak berjalan dengan baik.
Aku yang mengajarinya, tetapi aku merasa seperti dipaksa untuk berlatih banyak hal, mungkin karena aku dipaksa untuk melatih pikiranku sendiri.
Aku menghela nafas dan mengangkat bahu.
"...Yasudah, mau bagaimana lagi. Kalau begitu, mari kita lanjutkan latihan senyum hari ini! Mari kita perbaiki ekspresi yang tidak biasa dibuat oleh Kurusu."
【Ya】
"Kita akan berlatih tersenyum secara alami dengan mengangkat sudut mulut kita dan berkata, 'Aku suka wiski' (TN: Dalam bahasa Jepang, Uisuki daisuki). Kau bisa berlatih tersenyum dengan membuat suara 'i' dengan mulutmu..."
(Uisuki─...)
Ya, ya. Seperti itu, cobalah dengan perlahan.
(Daisuki...)
Aku memulai latihan ini untuk membuatnya dapat tersenyum.
Kami telah melakukan ini setiap hari, dan aku sudah mulai terbiasa melihatnya.
Tetapi baru saja, senyum yang dia buat adalah yang paling cerah yang pernah aku lihat.
【Bagaimana?】 (Apakah aku melakukannya dengan baik...?)
"Oh, ya. Kau sudah menjadi lebih baik dalam latihan ini. Jika kau bisa membuat senyum itu sepanjang waktu... Kupikir itu akan sempurna."
【Senang mendengarnya】 (...Hehe ...Aku mendapat pujian)
Mendengar suara hatinya, aku mengipasi pipiku, yang mulai terbakar, dengan tanganku.
Kurusu penuh dengan celah dan jujur.
Seperti biasa, berlatih dengannya benar-benar...buruk untuk jantungku.
|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment