NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tonari no Seki no Moto Idol Volume 1 Chapter 4

Chapter 4 - Telapak Tangan, Sakura

Tampaknya gagasan untuk melarikan diri dari kenyataan bahwa aku mungkin bisa mengatasinya setelah liburan itu ternyata adalah hal yang naif.

“Aku akan mencoba menjalani hidup tanpa aura idolku.”

Pertarungan untuk mengubah Kasumi kembali menjadi gadis normal telah dimulai, tetapi kami masih saja terisolasi sendiri.

"Serius, sudah waktunya untuk melakukan sesuatu tentang keadaan ini."

"Mou───. Aku pikir aku telah melakukan yang terbaik untuk tidak mengedipkan mataku akhir-akhir ini. Kebiasaan tanda tanganku juga sudah lebih baik. Maka dari itu, puji aku dong karena semua usahaku! Sepertinya ini terjadi karena kamu yang kurang berusaha."

"Kalau begitu, berusahalah lebih keras untuk tidak menunjukkannya!!"

"Aku tidak bisa. Karena menurut Miru itu imut."

"Sial... imut adalah hal yang paling menyebalkan!"

Miru terkikik saat dia memiringkan kepalanya dengan cara yang aneh.

Beberapa orang yang mencuri pandang padanya dikejutkan oleh kecantikannya dan menjatuhkan diri ke meja mereka.

Serius, tidak bisakah dia melakukan sesuatu tentang situasi ini.

Kebetulan, Kotono ada di antara mereka. Kalau terus begini, waktunya akan segera tiba ketika dia akan terekspos sebagai fans idol garis keras. Bertahanlah, dasar tukang ngidol.

 

Tetapi baru-baru ini, setiap kali Kasumi melakukan kesalahan, aku akan memberinya teguran sehingga dia cenderung tidak lanjut terbawa suasana seperti sebelumnya. Berkat buku catatan normal dan sikap jujur ​​Kasumi (atau bisa dibilang sikapnya yang imut), teman-teman sekelasnya mulai menerimanya, meskipun secara bertahap.

 

Namun, karena dia pernah mengalami masalah besar dengan mereka sebelumnya, dia masih menjaga jarak dengan Maina dan kelompoknya, tetapi tidak ada masalah yang terjadi diantara mereka. Maina memiliki kepribadian yang blak-blakan, tetapi dia sebenarnya adalah orang yang baik.

Ngomong-omong, aku juga sudah lebih jarang mendengar sindiran 'jangan kepedean ya' dan kata-kata buruk lainnya di koridor seperti sebelumnya. Hore!

Jadi, teman sekelasku secara bertahap sudah bisa datang untuk berbicara kepadaku tentang hal-hal yang penting, tetapi masalah terbesar saat ini adalah Kasumi menyerang mereka secara berlebihan setiap kali mereka mendekatiku.

"Ini ya, aku kasih tahu. Jangan langsung mengatakan pada orang lain kalau kau menyukai mereka. Itu akan membuat mereka terbunuh."

"Aku sudah mencoba yang terbaik untuk menahannya, tahu? Tapi kamu sendiri bahkan tidak merasa malu, Ren-kun. Kok bisa?"

Ya aku bisa menghadapimu karena aku memiliki toleransi dalam hal itu, walaupun sebenarnya di dalam hatiku aku tersiksa. Jadi kalau bisa, aku benar-benar ingin kau menghentikan itu, bahkan jika itu bersamaku.”

"Fufu. Ya, kata-kata ‘Aku sangat menyukaimu’ dari ku perlahan terkenal seperti sebuah serangan ya..."

"Jangan katakan itu dengan bangga."

Pada tingkat ini, dia jauh dari gadis normal. Jadi, dia harus mulai dengan menyingkirkan kebiasaan idolnya itu yang sudah mendarah daging.

Saat kami mengadakan pertemuan strategi di sudut kelas ini, yang telah menjadi tempat sehari-hari kami berinteraksi, salah satu teman sekelasku, seorang laki-laki, datang ke sini.

"Umm, Kashiwagi-kun dan Kasumi-san. Aku sedang mengumpulkan buku catatan dari bagan matematika yang kita selesaikan untuk tugas kemaren... Aku akan membawakannya ke sensei, jadi bisakah kalian menyerahkannya padaku?"

"Sungguh!? Terima kasih! Aku menyukaimu!"

"............!?"

"Sudah kubilang hentikan itu... tunggu, dia tidak bernafas!? Tolong bawa dia ke UKS!!"

"Ah, eh, maafkan aku!"

Dengan demikian, jiwa lain yang berharga telah dikorbankan.

Di sisi lain, Kasumi, dia terlihat menyesal tetapi agak pasrah dengan kenyataan bahwa dia tidak punya pilihan lain.

"...Kasumi!"

"Aku harus melakukan ini agar dia tertarik padaku. Karena sampai sekarang, aku belum berkenalan dengan yang lain selain Ren-kun..."

"Sudah kubilang ini bukan sesi jabat tangan. Normalnya, kami tidak akan berbicara seperti itu disini. Apa kau mengerti? Yang dilakukan Kasumi sekarang bukanlah mencari teman, tetapi mencari penggemar."

"...Iya."

Kemudian, wajah Kasumi menjadi murung.

Tatapan Kotono, yang terbang dari kejauhan, juga terasa menyakitkan bagiku.

Aku tidak yakin apakah kata-kataku terlalu menyakitkan baginya, tetapi aku sendiri juga sedikit sudah sangat kewalahan.

"Ya Tuhan! Aku tidak menyalahkanmu untuk mengatakan kau menyukai seseorang. Hanya saja terkadang hal tersebut salah jika kita mengatakannya di antara teman. Aku cuma mau bilang kalau kau harus lebih berhati-hati menggunakan kata-kata itu."

"Aku mengerti. Tapi, itu...~~bukan apa-apa."

Akan lebih mudah jika aku bisa mengatakan 'Ini jelas bukan apa-apa', tetapi aku pikir tidak tepat untuk ikut campur dalam situasi di mana orang tersebut sedang mencoba untuk berubah.

Poin utamanya adalah Kasumi tidak benar-benar bermaksud untuk membuat masalah disini.

"Tapi btw, dia orang yang baik. Aku tidak percaya dia berusaha keras untuk mengumpulkan buku catatan untuk kita juga."

"Nah, itu memang kerjaannya komite bagian matematika."

"Oh gitu. Tapi kita tidak punya pekerjaan sama sekali, kan?"

"Itu karena kita adalah panitia festival. Kita mengadakan festival di bulan Juni, jadi sudah waktunya untuk membahas detailnya di rapat kelas nanti."

Rencana awalnya adalah festival akan diadakan pada musim gugur, tetapi mereka memutuskan untuk mengadakannya di bulan Juni agar para siswa tahun ketiga di klub budaya dapat pensiun dini dan fokus pada ujian akhir mereka.

"Oalah. Yah, jika Ren-kun ada di sana, semuanya akan berjalan lancar saja, kan."

"Apa yang kau katakan, kita akan melakukannya bersama. Kita berdua."

"Aku mengatakannya bukan karena aku ingin mengolok-olokmu, tapi karena aku sangat mempercayaimu~~."

"Itu, um..."

"Fufu. Miru suka melihat Ren-kun salting."

"Aku membencinya."

"Aku tahu kok~~."

Kasumi tersenyum nakal saat dia mengatakan itu. Aku berharap dia akan selalu tersenyum seperti itu dibanding memasang senyum idolnya yang merepotkan itu, tapi aku pikir itu bukan tugas yang mudah untuk menyegel sikap idolnya yang sudah mendarah daging dengan sempurna.

Kasumi adalah orang yang serius terlepas dari penampilannya.

Kehidupan idolnya sangat sibuk, tetapi dia tetap mengerjakan tugas sekolahnya dan tidak pernah melupakannya sebelumnya. Bahkan saat ini, jika ada hari-hari ketika dia kurang tidur, dia tidak pernah terlambat dan datang ke sekolah setiap hari.

Jadi, seperti yang sudah dia klaim, dia mungkin memang sudah bekerja keras untuk keluar dari kebiasaan idolnya itu. Mungkin.

Sebaliknya, sangat menakjubkan bahwa dia telah bekerja sangat keras untuk disukai oleh orang lain sehingga dia secara tidak sadar melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan sifatnya.

Tiba-tiba aku bertanya-tanya apakah benar untuk menyangkalnya begitu saja.

"Apa sih. Merasa terpesona dengan Miru ya?"

"Tidak, aku sedang memikirkan makan malam nanti."

"Aku ingin omurice malam ini!"

"Tidak, mengapa kita seolah akan makan bersama? Jika kita makan di luar, kita akan segera ketahuan dan restoran akan mendapat masalah serius."

"Eh, jadi Ren-kun akan membuatkannya sendiri."

"Tidak akan!!"

Jangan berasumsi bahwa kita akan bersama malam ini.

"Iya aku cuma bercanda. Tidak ada siapa-siapa di rumah Miru, jadi kalau Ren-kun datang, itu malah menimbulkan masalah."

"Itulah mengapa aku sudah menolaknya sejak awal."

Bahkan jika kau berurusan denganku, kau harus tetap memiliki rasa kewaspadaan yang cukup.

"Ah──, mou..."

Dalam waktu sesingkat itu, kehidupan sehari-hariku telah diserang oleh Miru Kasumi.   

──────Aku benar-benar dalam masalah.

 

***

 

"Sekarang, kita akan memutuskan apa yang akan kita lakukan di festival nanti, jadi tolong angkat tangan kalian jika ada dari kalian yang punya ide."

"Yup, mari kita lakukan!"

Akhirnya, pekerjaan kami sebagai anggota komite festival dimulai.

Beberapa tahun lalu, aku senang bisa menjadi anggota komite festival, tetapi sebagai siswa tahun kedua saat ini, aku sudah tahu bahwa festival sekolah tidaklah sesederhana itu.

Aku tidak berharap teman-teman sekelasku akan antusias dengan ini, tapi berkat Kasumi yang berdiri di depan sini bersamaku, mereka menjadi sangat antusias.

Aku berterima kasih kepada Kasumi-sama atas kesempatan ini.

"Kebetulan, aku mendengar bahwa mulai tahun ini, akan ada hadiah untuk kelas terbaik yang dipilih oleh siswa dan pengunjung, jadi aku ingin kita semua memberikan yang terbaik."

Tentu saja, penting untuk memberi tahu mereka tentang hal ini.

Sekarang, mari kita mulai dengan memutuskan temanya────.

"Maid Cafe!"

"Galeri Foto Instagram!"

Dan, mereka semua adalah para idiot yang hanya ingin melihat Kasumi dalam balutan kostum.

Sepertinya mereka hanya mencoba mendekati kita pada saat-saat seperti ini…

Yah, itu tidak menyebalkan, dan itu jauh lebih baik dibanding tidak bekerja sama.

"Kita memiliki anggaran yang tetap, jadi berikan aku ide terbaik yang sesuai dengan itu."

Ketika aku mengatakan itu.

"Tidak bisakah kau meningkatkan anggaran kita?"

Atau,

"Jika kita mau ikut membayarnya, bagaimana peluangnya?"

Aku mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut dari para idiot ini. Tapi untuk saat ini, aku akan mengabaikan mereka.

"Jika kita mengadakan event yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti membuka cafe, semuanya harus terlibat dan bekerja dengan banyak shift."

"Eh──, kau harus melakukan sesuatu tentang itu."

"Tentu saja. Ada pengumuman terkait kegiatan klub juga kan nanti."

"Tapi bukankah cafe selalu menjadi sorotan dalam sebuah festival sekolah?"

"Miru setuju dengan itu karena sepertinya menyenangkan."

Kasumi, jangan hanya tersenyum dan memikirkan kesenangannya di sana.

Menurutmu untuk apa aku memberikan opini-opini negatif sebelumnya.

Jika akhirnya diputuskan kelas kita akan membuka café dan kau yang menjadi salah satu pelayannya, aku lah yang akan sibuk mengatur keramaian pada hari tersebut!! Aku ingin kau bisa mengerti dengan kemungkinan itu!

"Lalu, bagaimana kalau membuka stand takoyaki?"

"Eh───. Bagaimana dengan rumah hantu kalau begitu."

"Oh iya, btw, hati-hati, karena jika kita memiliki tema yang sama dengan kelas lain, itu akan berubah menjadi pertarungan presentasi, dan kelas yang kalah harus bekerja keras untuk memamerkan segalanya agar dapat mengejar ketertinggalan."

"Kashiwagi, kenapa kau tidak mengatakan itu sejak awal!?"

"Lalu, kenapa kita tidak membuat pameran saja?"

Pendapat mulai bermunculan satu demi satu. Kasumi diam-diam menuliskan semuanya di belakang.

Jika aku aku langsung mengatur tema yang akan kita bawa, orang-orang tidak akan mengungkapkan opini mereka. Jadi, disini aku mengambil peran untuk memberikan pertimbangan kontra dari tiap opini yang diberikan berdasarkan peran yang mungkin akan dijalani Kasumi nanti. Karena aku memiliki tulisan tangan yang buruk dan aku tidak dapat merangkum hal-hal dengan kata-kata, ini mungkin adalah solusi yang terbaik bagiku.

"Mungkinkah kita sebaiknya bermain drama?"

"Kelihatannya seru. Drama apa ya?"

"Romeo dan Juliet."

"Ah elah, itu berisiko. Kau tahu, tempo hari..."

Aku yakin kalian semua menemukan banyak ide yang ingin kalian ungkapkan.

Namun karena terlalu banyak ide yang masuk, percakapan dalam rapat kelas ini perlahan menjadi tidak terkendali.

Aku ingin mengambil suara mayoritas di sini, tetapi hanya ada beberapa ide yang layak di antara semua ide yang telah diusulkan.

Saat aku bertanya-tanya apakah aku harus terus meminta pendapat, ada tangan yang datang untuk menyelamatkanku.

"Umm, bagaimana kalau kita membuat film di kelas? Dengan begitu akan lebih sedikit orang yang harus tinggal di kelas untuk shift mereka."

Dengan sikap tegak dan suara yang berwibawa. Ya, itu Kotono.

"Oh, kedengarannya menarik. Yap, itu sangat menarik. Aku baru saja mendapatkan kamera yang bagus, jadi kita bisa menggunakan kameraku untuk membuat filmnya."

Aku mendapatkannya, atau yang sebenarnya, itu dikirimkan kepadaku. Meskipun aku mengatakan sudah tidak menginginkannya lagi, Fuyu-nee tetap bersikeras bahwa dia akan menepati janjinya dan mengirimkannya kepadaku.

"Kenapa tidak? Kalau begitu kita bisa bermain bersama dan saling mengenal."

"Ayo kita pesta karaoke setelah pertunjukannya nanti. Aku selalu ingin melakukan hal seperti itu."

"Aku tahu maksudmu~! Akan sangat bagus jika kita bisa bekerja lebih ringan pada hari itu. Beberapa dari kita pun pasti sibuk dengan kegiatan klub."

"Tapi, bagaimana dengan naskahnya?"

"Oh, bolehkah aku menuliskannya untuk kalian? Aku selalu ingin mencobanya."

"Sungguh! Ketua komite benar-benar bisa melakukan apa saja, bukan? Terima kasih!!"

"Nee-Nee, bukankah akan menyenangkan jika ceritanya nanti berisi tentang hehidupan sekolah dan misteri!? Misal, semua orang di kelas berbohong gitu. Lalu kita bisa memakai seragam sehingga kita tidak perlu menyiapkan kostum tambahan!"

Berawal dari pendapat Kotono, ruang kelas, yang di mana sampai beberapa saat yang lalu hanya berisi anak laki-laki paling terkemuka yang menyuarakan pendapat mereka, ruang ini sekarang dipenuhi dengan berbagai pendapat.

Aku melihat ke arah Kotono dan mendapat tepukan di punggung, dan kedipan yang dilakukan dengan buruk dari posisi di mana aku sudah sangat terbiasa melihat kedipan Kasumi.

Rupanya, dia melihatku dalam masalah sebelumnya dan memutuskan untuk membantuku.

Seperti yang diharapkan dari ketua komite dengan pengalaman lima tahun, dia memang berbeda.

"Kalau begitu, kalian yang ingin menampilkan film original, silakan angkat tangan!"

Mayoritas suara mendukung proposal tersebut, jika dilihat lagi perhitungannya.

Tampaknya kelas kita nanti akan menampilkan pemutaran film original.

 

Aku senang bahwa keputusan itu dibuat begitu cepat. Tahun lalu, kami tidak bisa mencapai persetujuan sama sekali, tetapi ketika anggota komite festival lainnya mengajukan proposal yang sama pada menit terakhir, entah bagaimana itu diterima, dan kami pun akhirnya menjual pisang cokelat dengan saling bertarung.

 

Dengan demikian, kami dapat menekan biaya material dan menghindari kehebohan yang mungkin timbul saat Kasumi muncul di lokasi pada hari festival nanti. Selain itu, akting memang menjadi keahlian khusus bagi Kasumi, yang bahkan sudah pernah muncul di drama. Ini mungkin kesempatan yang baik baginya untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik di kelas.

Aku menatap Kasumi dengan perasaan lega, lalu─────.

"Aku pikir, aku tidak akan tampil."

Kasumi mengatakan ini dengan senyum idolnya yang cerah dan berkilau.

"Bukannya aku tidak ingin tampil di acara itu, ya? Kalian tahu, aku adalah bintang top, dan jika aku tampil, orang-orang akan datang dan membuat masalah."

Ruang kelas, yang sejenak dibingungkan oleh komentar bercandanya, dengan segera menjadi ramai kembali.

"Ah──, ya juga sih. Kalau begitu, mau bagaimana lagi."

"Padahal kalau Mirufy tampil, kita pasti menang kan? Ah───. Kupikir kita akan memenangkan hadiah utamanya dengan mudah."

"Fufufu... Sebenarnya, tarifku untuk tampil mahal lho...!"

"Yah, itu sudah jelas kan."

"Eh?"

Yo! Dasar penggoda alami. Namun, dia imut dan ramah, dan teman-teman sekelasnya menyukainya, jadi kurasa waktunya tidak lama lagi hingga dia bisa benar-benar menyesuaikan diri.

Aku menarik kembali Kasumi, yang mulai terbawa suasana, dan kemudian mulai merangkum situasinya.

"Aku akan bertanggung jawab atas pengambilan gambarnya, ketua komite akan bertanggung jawab atas naskah, dan sisanya akan menjadi pembuat prop dan editor filmnya. Jadi, seperti itulah proposal yang akan diajukan kelas kita nanti."

Gelombang tepuk tangan pun terdengar. Dengan demikian, sesi meeting kelas hari ini berakhir dengan damai.

Jadi, yang tersisa hanyalah aku dan Kasumi untuk menyelesaikan proposalnya dan pergi ke ruang guru untuk menyerahkannya.

 

Sepulang sekolah. Kami tinggal di kelas bersama, untuk menyusun proposalnya.

"Hei, kau tahu. Apakah kau baik-baik saja dengan itu?"

"...Apa?"

"Kau tidak tampil di film nanti kan. Padahal kau sangat bersemangat dengan festival."

"Berada di belakang layar adalah pekerjaan yang bagus juga. Oh, tidak. Ini adalah diskriminasi terhadap mereka yang bekerja di belakang layar. Ren-kun, kamu jahat sekali!"

“Bukan itu yang aku maksud.”

Mungkin, itu bukan jenis hubungan yang ingin dia jalani. Tapi tetap saja, aku ingin masuk.

Dia sangat pemalu, meskipun dia dilahirkan untuk menjadi idol, dan dia adalah orang yang kesepian yang jaraknya menggangguku ketika kami mulai saling mengenal.

Kami memang sedang berduaan bersama, tapi secara samar, aku bisa merasakan bahwa dia sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Mnn, tidak apa-apa. Karena jika Miru melakukannya, nanti akan hancur lagi."

Lapisan Mile-feuille dirinya mulai runtuh.

Aku pun memperhatikan kalau matanya yang besar, bertabur bintang, dan berkelap-kelip itu bergetar sesaat, seolah seperti dia sedang menahan air mata.

Dia adalah gadis yang sangat populer, tetapi dia tidak memiliki lebih banyak teman dibanding aku, dan dia takut jika dia tidak mengatakan 'aku menyukaimu' pada orang lain selain dirinya, mereka akan membencinya, dan dia menjalani hidupnya dengan kaku dan dipersenjatai dengan aura 'idol’nya.

Dan sepertinya dia tidak bisa hidup tanpa itu.

"...Apa maksudmu? Kau menghancurkan apa?"

"Aku akan menghancurkan semua ini. Aku tidak bisa membaca suasana. Aku bahkan tidak tahu apa itu hal yang normal. Jika kamu menyadarinya, aku akan selalu membuat orang-orang menjauh."

"Aku tahu itu, tapi..."

Dengan kata lain, aku pikir Kasumi mencoba mengatakan bahwa dia mungkin menciptakan situasi yang sama seperti saat pawai di Disneyland tempo hari.

Itu hanya pawai untuk bersenang-senang.

Mungkin sudah berkali-kali selama kehidupan sehari-harinya sebagai idol, dia menciptakan keadaan itu tanpa menyadarinya, dan orang-orang di sekitarnya telah menjauhkan diri darinya.

[TN: Maksudnya Kasumi, mungkin, karena dia melakukan semuanya dengan fokus yang sangat tinggi, dirinya akan menjadi sangat mencolok di mata orang-orang sekitarnya. Jadi ketika dia melakukan sesuatu bersama, misal seperti menari bersama di pawai sebelumnya, orang-orang malah menjauh untuk menyaksikan dan mengagumi dia, bukan lanjut menari bersamanya.]

"Tapi, itu sebabnya kau memiliki aku."

Aku adalah orang yang tidak bisa bergairah dengan apa pun, begitu banyak sehingga aku bertanya-tanya apakah fungsi tubuhku yang dapat membuatku bergairah sudah rusak jika dibandingkan dengan Kasumi.

Pada awalnya, aku memang melakukannya agar aku bisa berubah dan menemukan apa yang dapat membuatku bergairah. Tapi sekarang, aku benar-benar ingin membantu Kasumi.

Dia lebih kikuk dari kelihatannya, dia kuat tapi rapuh.

"Mungkin kamu sebenarnya kecewa? Atau mungkin kamu menyesal telah menerimaku untuk bekerja sama."

"Itu tanggung jawabku."

"Tapi bisa saja nanti, aku akan mengacaukannya lagi! Padahal semenjak Ren-kun bekerja sama denganku, semakin banyak orang yang mau berbicara denganku."

Kata-kata Kasumi tidak kunjung berhenti.

"Lalu aku akan menjauh dari kata normal, sendirian, membuat kesalahan, aku yakin aku akan berakhir seperti itu lagi."

Ah, jadi begitu.

"Apakah kau takut dibenci olehku?"

"Tidak, tentu saja tidak."

"Jadi, kau takut ditinggal sendirian karena gagal?"

"............!!"

Sepertinya pertanyaanku tepat sasaran.

"Lemah sekali, bahkan untuk orang seperti Kasumi-san. Padahal kau bilang, kau tidak akan mendapatkannya kecuali kau terluka."

"Apa sih pakai gelar segala, menyebalkan! Ya itu memang benar, tapi jika kamu menyerah dari awal, kamu tidak akan bisa mendapatkannya juga. Kamu pasti sangat mengerti itu, kan, Ren-kun?"

Aku menatapnya, dan matanya yang besar menangkap mataku.

Ya, aku mengerti begitu menyakitkannya itu. Karena begitulah aku menjalani seluruh hidupku selama ini.

Tapi, apa yang akan dia lakukan saat aku mengatakan ini padanya?

"Entahlah. Aku sudah memutuskan untuk berubah. Karena Kasumi."

Mendengar kata-kataku, Kasumi, yang menundukkan kepalanya dengan gusar, membuka mulutnya dengan suara kecil.

"Miru tidak bisa mengubahmu."

"Tidak mungkin, karena buktinya aku sudah berubah."

"...Baiklah, aku tidak akan menyerah."

"Aku sudah mengatur posisi yang bagus untukmu di film itu."

Ketika aku menjawab dengan seringai, Kasumi menatapku dan mengatakan suara yang tak terucapkannya sebelumnya.

"...Mou! Aku tidak bisa menyerah untuk tampil di film karenamu, Ren-kun!"

Aku menang!

Aku membuka mulutku, mengencangkan otot-otot wajahku untuk menahan kebahagiaanku.

"Yah, aku akan berjanji sebagai gantinya. Selama kau bersikeras mengajakku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian."

"Aku tidak bilang kalau aku kesepian atau sendirian."

"Kau benar."

"Aku telah membuat banyak kesalahan"

"Tentu saja."

Lalu ada jeda sebentar.

"...Sini hibur aku."

Kasumi berkata dengan suara kecilnya yang berbisa, dan mengulurkan telapak tangannya.

"Gambarlah semacam tanda di sini."

"Kenapa?"

"Lakukan saja!"

Aku melakukan apa yang dia minta dan menggambar tanda hati dengan pena merah, dan dia mengangguk puas. [TN: Sungguh? Hati?]

"Yosh. Kalau begitu, ayo percaya dengan bukti ini!"

"...Untuk apa itu?"

"Ini adalah tanda 'suka, suka Miru-chan'. Selama aku memiliki ini, aku bisa mengganggu Ren-kun dan mengatakan apapun yang aku mau."

"Apa-apaan itu."

"Karena kamu tidak membenci Miru, kan?"

Dia tersenyum padaku seperti mengejek, dan tampaknya telah kembali ke sikap normalnya, tetapi bagiku, yang terbiasa melihat senyumnya, itu terlihat seperti agak terganggu dan berbeda dari biasanya.

"...Aku tidak punya pilihan, jadi sesukamu saja deh."

Aku yakin aku tidak akan bisa membenci Kasumi sekarang karena aku tahu apa yang mengganggu pikirannya.

Kasumi kemudian melihat telapak tangannya dengan gembira dengan senyum lebar di wajahnya.

"Yosh. Nah, gambar ini lagi ya kalau sudah hilang, tanda bunga sakura ini."

"Loh seharusnya itu gambar hati."

"Eh, kupikir ini kelopak bunga sakura. Kupikir kamu terlalu mencintai Miru, dan memilih tanda sesuai dengan warna rambutku."

"Ah, anggap saja seperti itu."

"Lagi dan lagi. Bagian dari dirimu itu, aku sangat menyukainya~."

"Ya, kau imut sekali."

"Aku tahu."

Jika kau tahu, jangan katakan itu. Ugh. Suatu hari nanti aku akan mati, dan ini bukan lelucon.

"...Baiklah, mari kita bicara dengan ketua komite sekarang. Aku akan memintanya memberikan Kasumi peran yang baik."

"Bisakah kamu berhenti berbicara seolah seperti produserku begitu!? Kuon-chan, akan terkejut."

"Tidak, aku pikir dia akan sangat senang."

Percakapan yang ringan dan santai ini, dan proposal yang akan kita ajukan.

Aku merasa kita menjadi sedikit lebih dekat dibanding kemarin.

 

|| Previous || ToC || Next Chapter ||   

0

Post a Comment



close