[Bagian 2]
"..."
"..."
Sambil memulihkan diri dari kelelahan di pemandian air panas, Umi dan aku menatap langit malam dalam keheningan untuk sementara waktu.
Langit cerah sepanjang hari. Jadi, kami saat ini melihat langit yang dipenuhi bintang.
"Maki."
"Mm?"
"Indah, bukan?"
"Mm? Maaf, aku tidak mendengarnya.."
"Muu. Aku bilang indah, bukan?"
"Aku biasanya tidak melihat ke arah langit. Jadi, aku tidak begitu tahu... Tapi yah, indah sekali.."
"Mn, aku juga sama sepertimu, tapi..."
"Tapi...?"
"Muu!"
"Tunggu, maaf, aku cuma bercanda, berhenti mencubit sisi tubuhku, itu sakit!"
Sejujurnya, aku hanya melihat ke langit karena aku tidak ingin terlalu sadar akan Umi.
Meski tubuhnya tertutup oleh air. Tapi kami duduk bersebelahan, sambil memegang tangan satu sama lain, sulit bagiku untuk menahan hasratku.
Aku sangat ingin melihat semua dirinya...
Namun, aku harus bertahan. Jika itu terjadi, aku pasti akan kehilangan akal sehatku.
"Um... Ya, langitnya indah, tetapi kau juga cantik, Umi."
"Ehehe, kalau begitu katakan padaku bagian mana dariku yang menurutmu indah."
"Semuanya."
"Beri aku jawaban yang spesifik! Apa itu leherku? Lenganku? Kaki? Atau mungkin, Oppai?"
"Astaga, semuanya Umi."
"Sebutkan satu saja, ayolah~ Kalau kamu terus bertingkah seperti ini, aku akan semakin dekat denganmu~"
"Ugh, jangan memaksakan keberuntunganmu, kau sendiri tidak begitu menggoda..."
Tentu saja aku lebih suka jika dia mendekat, tetapi seperti yang telah kukatakan, jika itu terjadi, sisa akal sehat yang kumiliki akan hancur. Iblis terus membisikkan padaku bahwa selama Shizuku-san tidak mengetahuinya, semuanya akan baik-baik saja dan aku tergoda untuk membiarkan semuanya lepas, tetapi aku memutuskan untuk tetap bertahan.
Aku harus mengatakan apa pun yang ingin dia dengar dengan lantang.
"....Kau cantik, membangkitkan gairah adalah cara yang lebih baik untuk mengatakannya, kurasa. Tidak ada satu pun noda pada kulitmu, halus seperti sutra. Lehermu panjang dan menggoda untuk dilihat. Lenganmu lembut dan aku ingin membelai mereka sepanjang waktu jika aku bisa. Ketiakmu juga indah... Uh, aku tidak memiliki fetish ketiak, tetapi itu masih menarik perhatianku."
"Fufu, sudah kuduga~ Dari tadi kamu menatap ke arah situ, bukan~? Ah, kalau dipikir-pikir.. ketika di gunung. Kamu bahkan mengendusnya, kan~?"
"H-Haha... Maaf tentang itu..."
"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan. Yah, ada alasan mengapa aku memberi mereka perawatan khusus... Baiklah, lanjutkan."
"....Ayolah, beri aku istirahat.."
"Eeehh~"
Dia terkikik, jelas dalam suasana hati yang baik.
Aku tahu bahwa aneh bagiku untuk mengatakan semua itu dengan lantang di depannya, tetapi dia tidak kalah anehnya karena sangat bersemangat tentang hal itu.
Tapi, inilah yang membuatku mencintainya.
"Oke, aku akan mengatakannya. Um, kamu memiliki... O-Oppai yang indah.."
"Eh? Apa tadi? Maaf, aku tidak bisa mendengarmu.. Coba katakan lagi~"
"Ugh.. Gadis ini.."
"Nee, sekali lagi, oke~?"
"Baiklah, aku akan mengatakannya. Jadi, dengarkan baik-baik.."
"Mnm.."
"Kamu memiliki Oppai yang sangat indah.. Itu terasa lembut, meski aku belum pernah menyentuhnya secara langsung.."
"Fufu, kamu sangat menyukai mereka 'bukan, Maki?"
"Lagipula, aku laki-laki normal.."
Sejak bulan Desember lalu, ketika dia menghiburku atas masalah orang tuaku, Umi membiarkanku bersandar di kedua asetnya yang diberkahi dengan sangat baik.
Dia hanya membiarkanku melakukannya kapan pun dia sedang ingin melakukannya, tetapi setiap kali dia melakukannya, hal itu selalu membuatku merasa bahagia.
Bahkan sahabatnya, Amami-san, mengakui betapa kuatnya Umi-pai (Nakamura Mio dari kelas 2-11 mulai memanggil mereka seperti itu) dan itu jelas merupakan bagian favoritku dari tubuhnya.
Aku tidak memiliki fetish yang menonjol. Tapi, sejujurnya aku tidak akan punya alasan jika seseorang menyebutku penggemar boba pada saat ini.
"Pokoknya, aku menyukai semua bagian tubuhmu. Wajahmu, matamu, bibirmu, bobamu, pantatmu, paha, kaki rampingmu..."
"S-Sudah cukup Maki! Entah kenapa aku menjadi sangat malu!"
"Apa kau puas sekarang?"
"M-Mnm... Tapi, itu memalukan, tau!"
"Padahal kau sendiri yang memintanya."
"Terserah! Sekarang giliranku."
"Giliranmu untuk apa?"
"Hal yang aku suka dari tubuhmu.."
Setelah dia mengatakan hal ini, dia meringkuk di pelukanku.
[TN: Kira2 posisi mereka sekarang kek pict di atas.. SC: Anime Shin no Nakama]
Kulitnya yang halus dan Bobanya yang lembut sangat merusak. Aku langsung kehilangan semua alasan ketika aku merasakannya langsung.
Gawat, kita tidak bisa terus seperti ini...
Tapi untuk beberapa alasan, aku tidak melarikan diri. Tatapanku yang tadinya diarahkan pada langit malam, sekarang terfokus pada gadis dalam pelukanku.
Mungkin itu disebabkan oleh mata air panas, tetapi kulitnya sedikit memerah.
"Aku juga menyukai segala sesuatu tentangmu. Rambutmu menyenangkan untuk disentuh. Matamu indah dan mereka selalu tampak menarikku setiap kali aku mencoba untuk melihat mereka, meskipun kamu memiliki kebiasaan untuk memalingkan muka dariku. Aku juga menyukai bibirmu, bibirmu cenderung mudah kering, kamu harus lebih sering memakai lip balm."
"....Um, apakah bagian terakhir itu seharusnya menjadi pujian?"
"Bukan, tapi aku mencoba memberitahumu apa yang aku sukai tentang tubuhmu, bukan memujimu."
Dia menyentuh bibirku dengan jarinya sebelum dia melanjutkan.
"Aku suka rambut yang tumbuh dari tahi lalat di bahu kananmu. Aku suka perutmu, dulu perutmu agak buncit. Tapi, setelah semua kerja keras yang kamu lalui, mereka menjadi sedikit berotot. Haruskah aku melanjutkan ke bagian bawah tubuhmu?"
"Ugh, tidak. Tidak usah.."
"Fufufu, kalau begitu aku akan membiarkan bagian itu kali ini. Oh, ya. Aku lupa menyebutkan lidah kecilmu yang nakal yang selalu berhasil mengejutkanku setiap kali kita berciuman. Aku suka kamu semakin baik dalam berciuman, meskipun pada saat yang sama, kamu semakin sombong, aku masih menyukai bagian itu dari dirimu."
"A-Ah... T-Terima kasih?"
Mungkin ini adalah pertama kalinya aku mendengar dia mengatakan padaku apa yang dia 'sukai'.
Aku sering mengungkapkan perasaan dan rasa terima kasihku padanya dan terkadang membuatku bertanya-tanya apakah itu terlalu berlebihan untuk diterimanya, tetapi sepertinya tidak ada gunanya untuk mengkhawatirkan hal itu.
Dia mencintaiku lebih dari yang kuharapkan...
"Maki, bisakah kamu mendengarkan permintaanku?"
"Hm? Apa itu?"
"Mungkin ini terdengar egois. Tapi.."
"Apapun itu, aku akan mendengarnya. Jadi, katakan saja.."
"Mulai sekarang, tolong awasi dan perhatikan aku. Jangan membuatku merasa gelisah dengan melihat gadis-gadis lain. Aku ingin kamu menjadi Maki-ku selamanya..."
"Tentu saja... Aku akan melakukan yang terbaik untukmu. Meskipun, aku tidak berpikir akan ada gadis-gadis lain yang melihatku seperti itu.."
"Kamu salah tentang itu, Maki. Asal kamu tahu saja, kamu yang sekarang itu lebih populer dan disukai banyak gadis. Maksudku, kamu dekat dengan Nakamura-san, Shichino-san dan yang lainnya, kan?"
"Empat orang yang biasa, ya?"
Alih-alih menyukaiku, mereka berempat memperlakukanku seperti aku semacam hewan langka. Jadi, aku tidak pernah berpikir banyak tentang hal itu.
Tapi, kurasa itu berbeda dari sudut pandang Umi, ya?
"Baiklah, mengerti. Aku ragu bahwa akan ada orang yang akan menatapku seperti itu. Tapi jika ada, aku pasti akan memberitahumu tentang hal itu."
"Benarkah? Janji?"
"Ya, aku janji."
Di depan orang lain, dia akan memakai topeng seorang murid teladan dan cukup ketat tentang segala sesuatu, tetapi di depanku, dia berubah menjadi seorang anak kecil. Kadang-kadang, dia bertingkah manja, di lain waktu nakal, suka ikut campur dan mengkhawatirkan. Selain itu, dia juga cepat cemburu.
Meskipun begitu, itu adalah bagian yang paling menggemaskan dari dirinya.
"Um, Umi..."
"Mn, apa?"
"Um, kau tahu... Situasi ini membuatku benar-benar ingin melakukannya.."
Tubuh hangat kami masih saling bersentuhan satu sama lain.
Jika Umi memberiku 'Oke'. Aku kemungkinan besar akan menyerangnya pada saat ini juga.
Iblis telah berbisik di telingaku untuk melepaskan dan melakukannya.
"...Tapi, aku harus menahan diri, kan?"
"Mm."
Sayang sekali, ini belum waktunya. Ini adalah pemandian umum. Saat ini, tidak ada seorangpun disini, tetapi ini masih tempat umum. Jika kita benar-benar ingin melakukannya, setidaknya kita harus melakukannya di dalam kamar.
Entah bagaimana, malaikat itu berhasil mengalahkan iblis yang berbisik padaku dan kami sedikit menjauh satu sama lain.
Sejujurnya, aku benar-benar ingin merasakannya lebih dan aku ingin dia melakukan hal yang sama kepadaku. Tapi, semuanya harus menunggu sampai waktu berikutnya.
Setelah itu, kami hanya menikmati pemandian air panas sampai kami merasa hangat. Kami berhasil mendengarkan Shizuku-san dan tidak melakukan apapun selain mandi.
Namun, kami masih punya waktu sepanjang malam, kesempatan lain mungkin akan datang.
Catatan Penerjemah:
Oke, coba lagi nanti~
Post a Comment