Setelah kembali ke kamar kami, kami mengobrol sebentar sambil menikmati camilan dan jus yang sebelumnya kami beli sebelum tertidur di kasur masing-masing.
Ini ketiga kalinya aku tidur bersama dengan Umi. Pertama kali ketika dia menginap di rumahku dan kedua kalinya ketika aku menginap di rumahnya.
Pada awalnya, aku khawatir apakah aku benar-benar bisa tertidur karena gadis yang aku cintai berada tepat di sampingku. Tapi, sepertinya kelelahanku berhasil menang dan kami berdua tertidur segera setelah kami masuk ke futon kami.
...Tentu saja, karena kami bersebelahan, kami tidur sambil berpegangan tangan.
Sejujurnya, aku ingin kami tidur bersama dalam satu futon. Aku tidak ingin memaksakan hal itu saat berada di depan Riku-san. Jadi, ini adalah sejauh yang kami bisa lakukan.
Dan, aku berhasil tertidur sambil merasakan kehangatan tangan pacarku sampai akhirnya pagi datang.
"...Nn."
Matahari pagi yang bersinar melalui jendela besar dan suara samar-samar serangga dan burung membangunkanku dari tidurku. Kami mematikan AC sebelum kami tidur karena tidak terlalu panas dan aku tidak berkeringat sepanjang malam. Pagi hari terasa sangat menyegarkan.
..Tssk.
Saat aku berpikir untuk berbaring lebih lama, aku bisa mendengar suara gemerisik di belakangku.
Aku berbalik dan mendapati Umi sedang berganti pakaian.
Suara gemerisik itu berasal dari Umi yang melepas yukatanya.
"Ah, selamat pagi, Maki. Apakah aku membangunkanmu?"
"Tidak, aku sudah bangun kok... Tunggu, apa kau mau pergi?"
"Mm. Yah, sebenarnya aku ingin bersantai lebih lama lagi. Tapi karena Nenek dan Ibu mungkin sudah mulai bersiap-siap, lebih baik aku pergi lebih awal."
Keluarga Asanagi datang ke sini untuk membantu Mizore-san dengan upacara peringatan keluarganya. Sora-san akan membantu menyiapkan makanan yang akan dihidangkan untuk kerabat Mizore-san. Tadi malam, Umi memberitahuku bahwa dia dan Riku-san ditugaskan untuk bersih-bersih dan menata ruangan yang akan mereka gunakan untuk pertemuan itu.
"Oh, ya. Kemana Riku-san pergi?"
"Aku mengusirnya keluar kamar karena aku mau ganti baju. Dia mungkin pergi ke tempat parkir."
"Kalau begitu, kenapa kau tidak mengusirku?"
"Kamu sedang tidur nyenyak, aku tidak ingin membangunkanmu. Selain itu, aku tidak keberatan kamu melihatnya. Sebaliknya, kamu tadi melihatku berganti pakaian, bukan~?"
"Ugh... Maaf?"
Aku hanya melihatnya sejenak, tetapi pemandangan punggung putih dan celana dalamnya yang berwarna biru muda tertanam kuat dalam pikiranku.
...Itu adalah cara sempurna untuk membangunkanku.
Bagaimanapun, aku meminta maaf karena melihatnya berganti pakaian tanpa izin dan dia menggodaku untuk itu. Setelah beberapa saat, Riku-san kembali dengan ketukan di pintu.
"Oi, apa kau sudah selesai ganti baju? Aku sudah mengemasi koper kita. Jadi cepatlah, makan sarapanmu dan pergilah. Mereka sudah menyiapkan sarapan untuk kita."
"Dasar kakak bodohku itu. Padahal lagi asik-asiknya. Ya, iya. Aku akan segera ke sana. Ah, apa kamu ingin sarapan sekarang, Maki? Aku bisa memberitahu Shizuku-san kalau kamu akan makan nanti kalau tidak mau."
"Jangan lakukan itu, aku tidak ingin mengganggunya. Lagipula, kau akan kembali sebelum tengah hari, kan?"
"Mhm. Aku akan mencoba untuk kembali secepat yang aku bisa. Shizuku-san memberitahuku tentang tempat yang bagus kemarin. Ada sungai yang indah di dekatnya, kita bisa bermain sepuasnya di sana."
Karena itu adalah sungai, itu berarti kami akan mengenakan baju renang yang kami pilih beberapa hari yang lalu.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mengenakan pakaian renang, kecuali pelajaran olahraga. Jadi, aku merasa sedikit gugup, tetapi kegembiraanku mengalahkan kegugupanku karena...
"Maki."
"Ada apa?"
"Mukamu merah loh~"
" ..!"
"Fufu, segitunya kamu ingin melihatku dalam pakaian renangku, ya~?"
"Tidak, aku..!"
"Hmm~ Aahh, kalau begitu. Aku nggak usah bawa baju renang deh..."
"I-Itu..."
"Emm, apa~?"
"...Tolong, aku ingin melihatnya."
Dia membuatku menari-nari di telapak tangannya dan tidak ada yang bisa kulakukan.
Yah, untuk lebih adilnya, itu adalah betapa inginnya aku melihatnya dalam baju renang itu. Aku melihat sekilas di ruang ganti toko, tetapi aku sadar akan orang lain. Jadi, aku tidak bisa melihatnya dengan baik.
"Fufufu, baiklah, aku akan membawanya hanya untukmu. Tapi kali ini kamu harus melihatku dan memujiku dengan benar, oke?"
"M-Mm... Mengerti..."
Kalau dipikir-pikir, dia membeli dua baju renang. Aku ingin tahu yang mana yang dia bawa?
Salah satunya harusnya untuk nongkrong dengan Amami-san dan yang lainnya.
Itu berarti, yang satunya lagi untukku-
Tunggu, apa yang kupikirkan pagi-pagi begini?
Aku harus menunggu sampai matahari terbit sedikit lagi sebelum memikirkan hal seperti ini.
"Yup, kalau begitu. Ayo kita pergi. Mereka sudah menunggu kita. Juga, aku mulai lapar.."
"Kau benar, tapi pertama-tama..."
"Hm?"
Ketika Umi berbalik menghadapku.
Aku mencium pipinya.
"M-Maki?"
"I-Ini apa yang mereka sebut 'Ciuman selamat pagi'.... Kita belum pernah melakukannya, kan? M-Maksudku, kau pernah melakukan itu sesekali sebelum berangkat sekolah, ingat? I-Itu sebabnya, aku ingin melakukannya juga.."
"Ah, Mnm."
Matanya berkibar, benar-benar tertangkap basah. Wajahnya secara bertahap menjadi lebih merah.
Dia biasanya membuat langkah pertama. Jadi, dia tidak memiliki kewaspadaannya sama sekali.
Aku melakukan ini sebagian sebagai balas dendam atas semua penderitaan yang telah dia sebabkan padaku.
"Maaf, apa itu mengejutkanmu? Aku hanya berpikir bahwa akan menyenangkan jika kita mulai melakukan sesuatu seperti ini. Jadi, aku hanya melakukannya secara mendadak... Apa kau tidak menyukainya, Umi?"
"B-Bukan begitu... Aku hanya terkejut..."
"Begitu? Lega mendengarnya."
"M-Mm... Itu sebabnya, Maki... Kalau kamu merasa ingin melakukan sesuatu seperti ini lagi, lakukan saja, oke?"
"Kalau itu yang kau inginkan. Maka, aku akan melakukannya, tapi jangan marah oke?..."
"M-Mnm."
Aku melakukannya dengan benar, tetapi aku tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah aku berlebihan saat Umi menempel padaku dengan sangat erat ketika kami sedang sarapan.
Riku-san tampak terkejut ketika dia melihatnya seperti itu.
Post a Comment