Di antara semua game yang dia miliki, Reiji memilih gim balap tertentu. Itu adalah gim balap yang terkadang aku mainkan bersama dengan Umi dan itu adalah game dengan rating E untuk semua orang. Kau bisa menggunakan item yang tersebar di lintasan untuk berbagai efek, mengambil jalan pintas untuk mencapai garis finis lebih cepat atau hanya menggunakan keterampilan murnimu saja.
Kami akan bermain dengan monitor di samping sofa.
Sebelum memulai secara nyata, aku mencoba melakukan satu lawan satu melawan Reiji-kun untuk menguji kemampuan masing-masing.
"Reiji-kun, kau pandai dalam gim ini, ya?"
"Itu karena aku sering memainkannya!"
Sepertinya aku sudah meremehkannya. Aku sendiri tidak terlalu buruk, tetapi dia berhasil mengalahkanku dengan mudah.
Aku memiliki tingkat kemenangan 90% melawan Umi dan bangga dengan fakta itu, tetapi dia setingkat di atasku. Semua trikku tidak berguna di depannya.
"Onii-chan!"
"Ya?"
"Kenapa Onii-chan payah sekali?"
"...Ugh. Oke, kau yang memulainya."
Bocah berusia 4 tahun ini berhasil membangkitkan semangat kompetitifku.
Aku tahu itu tidak terlalu dewasa bagiku, tetapi dalam situasi seperti ini, usia hanyalah sebuah angka. Terlepas dari usianya, aku harus serius dalam gim ini agar membuatnya mengerti perbedaan di antara kita.
Setelah itu, aku berhasil bertahan cukup baik melawannya berkat keberuntunganku dengan item. Tapi pada akhirnya, aku tidak mendapatkan winrate yang lebih tinggi dari 20%.
Aku bisa sedikit bersimpati pada Umi sekarang.
"Sekali lagi."
"Tentu!"
Dia menjawab ekspresiku yang frustrasi dengan senyum puas.
Aku benci kenyataan bahwa aku kalah, tetapu setidaknya dia bersenang-senang. Shizuku-san mempercayakannya padaku. Jadi, aku harus memastikan bahwa dia bersenang-senang saat bermain denganku.
Setelah sekitar 1 jam, kami beristirahat sejenak. Kami membeli jus dari Vending Machine.
"Reiji-kun, mana yang kau inginkan?"
"Yang itu... Tapi, Mama bilang bahwa aku tidak boleh meminta minuman dari para tamu..."
"Kau tidak memintanya, akulah yang mentraktirmu. Jadi, seharusnya tidak apa-apa. Tapi, rahasiakan dari Mamamu, oke?"
"Bisakah kau merahasiakannya juga, Onii-chan?"
"Mhm. Aku janji. Ini adalah janji antara laki-laki."
"Janji..."
Matanya berbinar-binar saat dia memilih minuman yang diinginkannya. Dia mungkin tertarik dengan kata-kata 'janji antar pria'.
Hal ini sedikit melukai dompetku, tetapi selama aku berhati-hati mulai sekarang, seharusnya tidak apa-apa.
Aku membeli Cola kecil untuk diriku sendiri sementara Reiji-kun membeli Cider rasa anggur. Kami berdua meneguk minuman kami segera setelah kami membukanya.
Dari sudut pandang orang luar, kami mungkin terlihat seperti Kakak-adik dengan jarak usia yang sangat jauh. Aku adalah anak tunggal. Jadi, aku tidak bisa tidak bertanya-tanya kehidupan seperti apa yang akan aku jalani jika aku memiliki adik laki-laki seperti dia.
"Onii-chan."
"Hm?"
"Bolehkah aku duduk di sana?"
"Kau ingin duduk di sini? Silakan."
Ketika aku memberinya izin, Reiji-kun duduk di pangkuanku.
Aku merasa dia terlalu terbuka dengan seseorang yang baru saja dia temui. Dia mungkin terikat padaku karena aku adalah orang yang paling dekat usianya dibandingkan dengan orang lain di sini.
"Reiji-kun, bisakah aku menanyakan sesuatu?"
"Apa itu?"
Aku ingin bertanya kepadanya mengapa dia tidak waspada terhadapku, tetapi itu mungkin pertanyaan yang sulit untuk dijawabnya.
"Um, Reiji-kun, apa kau menyukaiku?"
"Ya!"
"Bagaimana dengan Onee-chan yang bersamaku kemarin? Apa kau juga menyukainya?"
"Aku juga menyukainya! Tapi, dia orang asing..."
"Kan aku orang asing juga."
"Itu benar. Tapi, Onii-chan memiliki bau yang sama dengan Papa!"
"Papa Reiji-kun? Seperti apa baunya?"
"Berasap!"
"Ah, bau rokok, begitu..."
Ibu adalah seorang perokok berat. Jadi, bau rokok telah meresap ke dalam segala sesuatu yang telah kami gunakan selama bertahun-tahun.
Mereka mengatakan bahwa orang yang tidak terbiasa mencium bau rokok akan mudah mencium baunya. Mengingat hal itu dan fakta bahwa anak-anak memiliki ingatan yang kuat dan indera yang tajam. Sudah pasti dia akan menyadarinya. Secara kebetulan, Ayahnya mungkin menghisap merek rokok yang sama dengan Ibuku.
"Kau suka Papa-mu, ya, Reiji-kun?"
"Um... Ya."
Dia hanya menganggukkan kepalanya setelah melihat sekeliling sebentar. Dia mungkin mencoba untuk melihat apakah Shizuku-san ada di sekitar atau tidak.
Sepertinya dia sangat memperhatikan Ibunya.
Dia mungkin tidak mengerti apa-apa. Tapi, dia sedikit mengerti apa yang harus dikatakan dan tidak dikatakan.
Hal itu mengingatkanku padaku ketika aku seusianya.
Bagaimanapun juga, aku mengerti mengapa dia begitu dekat denganku sekarang.
Dia mungkin melihat Ayahnya dalam diriku.
"Begitu. Bagaimana dengan Mamamu, apa kau menyayanginya?"
"Mhm!"
Rasanya seperti aku melihat diriku di masa lalu dalam dirinya.
Aku tahu orang tuanya mungkin memiliki alasan tertentu, tetapi meminta seorang anak semuda ini untuk memahami hal itu pasti akan sulit.
Kami berada dalam situasi yang sama. Jadi, aku bisa bersimpati padanya, tetapi ini bukanlah sesuatu yang harus aku ikut campur.
Yang bisa kulakukan untuk saat ini adalah membuat Reiji-kun melupakan kesepiannya sampai Shizuku-san datang menjemputnya.
"Begitu. Maaf karena menanyakan pertanyaan yang aneh. Pokoknya, kita sudah minum. Jadi, mari kita lanjutkan bermain gimnya! Gim apa yang ingin kau mainkan selanjutnya?"
"Yang ini!"
Dengan pembicaraan yang berat, kami melanjutkan bermain gimnya.
Kami melanjutkan dengan memainkan berbagai gim termasuk puzzle dan tabletop. Kadang-kadang, aku mengajarinya apa yang tidak dia ketahui dan kadang-kadang, dia akan menyebutku buruk dalam permainan. Hal ini berlanjut selama 1 jam.
"Maaf sudah merepotkanmu, Maki-kun."
"Ah, selamat datang kembali, Shizuku-san."
"Selamat datang kembali, Mama!"
"Mn, Reiji. Apa kamu menjadi anak yang baik?"
"Mn!"
Reiji-kun turun dari sofa, berlari ke sisi Ibunya dan memeluknya erat-erat.
Pada awalnya, aku khawatir apakah aku bisa menjaganya dengan baik, tetapi kami memiliki minat yang sama dalam gim. Jadi, kami bergaul dengan sangat baik.
Selain itu, aku juga berhasil mempelajari sedikit tentang situasinya.
"Oh, ya. Maki-kun, Mizore-san baru saja memesan sesuatu dari kami. Jadi, aku bisa mengantar Umi pulang setelah aku selesai dengan pengirimannya."
"Baik. Kalau begitu, sampai jumpa nanti, Shizuku-san."
Sebenarnya, Umi juga mengirimiku pesan tentang itu dan menyuruhku untuk bersiap-siap sebelum dia tiba.
"Sampai jumpa~"
"Sampai nanti, Reiji-kun."
Pokoknya, berkat Reiji-kun, aku berhasil membunuh waktu dan tenang. Jadi, seharusnya tidak ada masalah jika aku pergi keluar dengan Umi sekarang.
...Aku masih akan membawa beberapa dari mereka denganku untuk berjaga-jaga. Aku ragu akan ada kesempatan untuk menggunakannya.
Post a Comment