Chapter 3 - Jarak untuk Mendekatinya yang Tidak Berbicara
[Part 3] (End of Chapter 3)
Pengingat:
【】: kata-kata Kurusu di tabletnya
() : suara hati orang lain yang dibaca/didengar oleh MC (Kaburagi)
“Baiklah, ini hari terakhir kita sebagai siswa kelas keempat, jadi mari kita bersemangat! Dan selamat atas kenaikan kelasku!!”
Teriakan Kawaguchi memulai pesta kelas kami.
Setelah upacara penutupan, hari ini adalah hari terakhir kami berada di kelas ini.
Itulah mengapa kami semua berkumpul di sini dan mengadakan pesta perpisahan.
Karena ini adalah kelas yang ramai, aku merasa sedikit sedih ketika berpikir bahwa sekarang adalah hari terakhir dari kelas ini.
Aku menonton teman-teman sekelasku yang terlihat penuh semangat dari tepi tempat dudukku dan menegak soda ke dalam mulutku.
Soda yang menyengat itu terasa enak, tetapi perasaanku justru sebaliknya, terdapat perasaan tidak enak yang terus melekat di dalam dadaku.
"...Masih tidak ada kabar darinya. Kenapa ya..."
Aku mengeluh dalam bisikan dan menyentuh layar ponselku.
Yang terlihat di sana hanyalah waktu dan tanggal, dan masih belum ada notifikasi apa pun.
Ya, aku belum melihat Kurusu sejak hari dimana kami berlatih membuat bento.
Sudah seminggu sejak aku berhenti menemani Kurusu berlatih, yang sebelumnya biasa aku lakukan hampir setiap hari.
Untuk beberapa alasan, dia telah menghindariku dengan cara apa pun.
Saat dimana aku berpikir telah melihat Kurusu, dia pun segera menghilang.
Seolah-olah aku sedang mengejar binatang kecil yang penuh waspada.
Jika aku bisa mendekatinya, aku bisa mencari tahu alasan dari perilakunya, tetapi jika aku tidak bisa mendekatinya, aku tidak akan bisa berbicara dengannya.
“Setidaknya beritahu aku mengapa. Apakah itu terlalu berlebihan…”
Aku melihat ke langit-langit dan menghela napas.
Aku tidak pernah mengejar orang-orang yang pergi dariku, dan aku tidak menolak orang-orang yang datang padaku.
Jika dia tidak datang kepadaku lagi, aku hanya akan berkata, ‘Peranku sudah berakhir’.
Aku mencoba meyakinkan diriku tentang itu, tapi...
Aku tidak mengerti. Semuanya terasa setengah-setengah, dan aku merasakan sesuatu yang mengganjal di dalam dadaku karena dia tidak mengatakan apa pun.
──Tinggalkan aku sendiri.
Sikapnya seolah mengatakan itu. Tapi,
“Kau tahu, aku tidak bisa melakukannya.”
Aku menghela napas pada sifatku yang merepotkan ini.
Dan kelihatannya aku tampak seperti dalam keadaan tertekan jika dilihat oleh orang-orang sekitarku.
Lalu, Kirisaki bertanya padaku, ‘Ada apa dengan wajah surammu itu?’.
“Aku sedang berpikir, ada banyak sekali hal yang tidak ku mengerti.”
Aku membalas sambil menghela napas.
Aku tidak tahu pasti mengapa dia menghindariku, dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Bahkan jika kita tidak terlibat di masa depan, jika ini memang akan menjadi ‘kelulusan’ yang dikatakan oleh Kurusu, ada baiknya aku bisa mengatakan satu kata terakhir untukknya.
Aku ingin melepasnya tanpa ada perasaan menyesal sama sekali.
Ketika aku memikirkannya, Kirisaki di sebelahku mengatakan, ‘Heee’, seolah-olah dia telah melihat sesuatu yang tidak biasa.
“Ternyata ada hal yang bahkan Ritsu tidak mengerti ya. Itu mengejutkan.”
“Ya itu normal, kan. Kau tidak akan mengetahui hal yang tidak kau ketahui.”
“Sungguh? Kamu tahu, Ritsu, kamu selalu menyadari semua hal yang ada di sekitarmu seolah kamu selalu mengatakan, ‘Normal kan, loh kamu tidak sadar?’. Kamu biasanya sepintar itu, kan? Hingga terkadang aku berpikir apakah ada hal yang tidak kamu bisa. Maka dari itu, ini sungguh langka.”
“Maaf... Aku tidak cukup pintar kali ini.”
“Hahaha. Jangan bersikap begitu. Menurutku bagus kok ternyata kamu terasa cukup normal sepertiku, dan jika memang begitu, kamu terlihat lebih menarik dari biasanya.”
“Apakah seburuk itu biasanya? Ah, aku jd merasa tertekan…”
Aku menghela napas setelah terpukul dengan kata-katanya yang terasa benar di dalam benakku.
Kirisaki lalu menepuk bahuku, seolah-olah mencoba menyemangatiku.
Ini pertama kalinya aku mendengar seseorang mencoba menyemangati orang lain dengan sekedarnya saja.
“Bukannya aku tidak menyukainya, tapi biasanya Ritsu seolah memiliki rasa optimis yang aneh kan? Kamu seolah terlihat begitu sempurna dan tanpa cela, jadi aku merasakan adanya jarak denganmu.”
“Jarak, ya? Aneh bagiku untuk mengatakan ini, tapi kupikir aku memperlakukan semua orang secara setara kan.”
“Yah, benar sih. Hanya saja, dengan kata lain, itu adalah jalan 2 arah, jadi bisa saja itu membuat orang lain merasa tidak nyaman…tidakkah kamu mengetahuinya?”
“Umm, yah. Seperti, ‘Kamu terlalu baik dan itu sedikit menakutkan.’. Aku pernah mendengar itu, jadi sekiranya aku bisa sedikit mengerti. Tapi, terlalu baik itu biasanya adalah sebuah pujian, kan?”
“Kurasa jika itu diarahkan padaku, aku mungkin akan berpikir begituー”
Aku pun mengangkat alisku pada perkataannya itu.
Disebut ‘orang baik’ adalah tanda menjadi orang yang baik, dan itu berarti bahwa orang lain tidak memiliki perasaan negatif terhadapku.
Dan dilihat dari sisi manapun, menurutku itu tetaplah hal yang baik…
Aku pun memiringkan kepalaku, tidak memahami maksud yang ingin disampaikan Kirisaki.
Dia tersenyum padaku dengan senyum yang menawan dan meletakkan jari telunjuknya di dadaku.
“Ritsu, bukankah kamu benar-benar akan ditikam cepat atau lambat? Oleh orang yang terobsesi denganmu...“
“Jangan mengatakan yang tidak-tidak. Aku jadi merinding.”
“Tapi itu mungkin, bukan? Itu ada di dalam drama. Seperti, ‘Jika kamu tidak menjadi milikku, maka aku akan membunuhmu!’, yah yang begitu lah pokoknya.”
“Aku sudah pernah melihatnya dalam drama. Dan aku masih tidak paham dengan itu.”
“Yah, itu hanya contoh ekstremnya saja, tapi itu lah yang aku maksud.”
Kirisaki lalu mengambil minuman soda yang sama denganku dan menghembuskan napasnya.
Dia meletakkan punggungnya ke dinding dan menoleh ke arahku.
“Sangat menarik memang untuk bersikap baik kepada semua orang. Tapi seorang gadis benar-benar ingin kamu bersikap seperti itu hanya padanya. Mereka selalu ingin jadi yang paling spesial.”
“Spesial...?”
“Ya benar. Bersikap baik dapat membuat mereka merasa tidak nyaman. Dan itu bisa menjadi penyebab pertengkaran. Menurutku, itu yang disebut sebagai ‘kecemburuan’.”
Ah, tidak tidak. Dan Kirisaki pun melambaikan tangannya dengan jengkel.
“Yah, kalau kecemburuan itu jelas perasaan yang buruk.”
“Hahaha. Kemana aja sih Ritsu kok baru sadar. Ya kalau begitu Ritsu harus berhati-hati untuk saat ini, karena kamu punya pacar kan. Kamu harus berusaha untuk menghindari masalah dari kecemburuan itu.”
“Yah, aku sangat setuju denganmu. Tapi bukan itu masalahnya…”
Kirisaki memiringkan kepalanya dan menatapku dengan curiga.
Aku tahu dia mengkhawatirkanku, tapi kenyataannya aku tidak mempunyai pacar, jadi aku harus berhati-hati untuk apa kalau begitu.
Yah, aku tidak bisa mengatakan itu padanya.
“Aku pikir Ritsu sedang mengkhawatirkan itu. Aku hanya mencoba menebaknya sendiri sih.”
“Bukan kok. Yah, masalahnya terkait hubungan antar manusia juga sebenarnya.”
“Oh, begitu. Yah Ritsu memang peka, tapi aku tahu kamu tidak begitu mengerti dengan perasaan wanita… Jadi aku yakin kamu pasti terlibat dalam masalah itu.”
“Sepertinya itu cukup akurat…”
“Fufufu. Apaan sih.”
Kirisaki pun menegakkan kepalanya dan memberikanku senyuman.
“Tapi berhati-hati lah. Walaupun kamu punya pacar, bukan berarti kamu tidak akan mendapat masalah. Dan kamu juga akan mendapatkan masalah jika kamu memiliki banyak wanita di dalam hidupmu.”
“Termasuk kau kah, Kirisaki?”
“Benar sekali. Aku sangat berbahaya tahu.”
“Kau yang mengatakannya sendiri, ya.”
“Yah, biasanya butuh keberanian yang sangat besar untuk mendekati seseorang yang sudah punya pacar dan mencoba mengganggu kehidupan cintanya, jadi itu jarang terjadi. Seringkali, orang-orang pasti akan mundur duluan.”
“Aku juga berpikiran begitu. Jadi, kalau dipikir-pikir lagi...pertarungan cinta itu tidak realistis.”
“Hahaha. Benar juga ya. Menyenangkan saja jika membacanya di karya fiksi. Tapi pasti sangat merepotkan jika itu benar-benar terjadi.”
Mengganggu kehidupan cinta orang lain...
Ketika aku mendengarnya, aku tiba-tiba teringat wajah Kurusu.
Dan bersamaan dengan itu, sepertinya aku mengerti mengapa dia menghindariku.
Jadi begitu. Ya, akhirnya aku tahu.
Dia terlalu serius...
Dan──dia adalah orang yang selalu memperhatikan keadaan di sekitarnya, kan.
“…Baiklah, aku akan pergi sekarang.”
Aku mengatakannya, dan Kirisaki menatapku sambil mengaduk minumannya dengan sedotan.
Kemudian dia tersenyum tipis dan bertanya padaku.
“Jadi, apakah kamu sudah mendapatkan kesimpulannya?”
“Ya, sepertinya. Terima kasih, itu berkat kau.”
“Kalau begitu, Ritsu. Bolehkah aku mengajukan satu pertanyaan padamu?”
“Ya?”
“Apakah sikapmu sekarang ini benar-benar dikarenakan sifat baikmu?”
Pertanyaannya membuatku gugup, dan untuk sesaat aku kehilangan kata-kata.
Tapi dengan segera, aku menjawab, ‘Ya, seperti biasanya.’.
“Sungguh~? Memang ini bukan pertama kalinya Ritsu bertingkah seperti ini, tapi anehnya kamu segitu mengkhawatirkannya. Aku jadi bertanya-tanya apakah kamu punya perasaan lain padanya.”
“Tidak, tidak. Sama sekali tidak. Aku hanya tidak bisa mengabaikannya begitu saja, seperti biasanya.”
Ya, ini seperti biasanya.
Karena sekarang aku mengetahuinya, aku jadi tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Aku tidak akan bisa tidur nyenyak jika dibiarkan, jadi aku harus mengurusnya untuk menenangkan pikiranku.
──Itu saja, pada awalnya.
Tapi sekarang, ini sedikit berbeda. Saat aku mengenalnya, aku menyadari bahwa aku ingin semua orang tahu siapa Rurina Kurusu yang sebenarnya.
Dia jujur, lugas, dan memiliki hati yang indah.
Tidak ada perasaan lebih dibanding itu... Aku dapat meyakinkannya tentang itu.
“Jadi begitu... Yah, masih dengan Ritsu yang sama seperti biasanya ya.”
“Iya, iya. Aku memang memiliki sifat yang merepotkan, jadi ini semacam rutinitas bagiku.”
“Hahaha. Kamu sendiri ya yang bilang.”
Dia tertawa dan kemudian mendesakku untuk segera pergi.
Aku bangkit dari tempat dudukku dan maju selangkah, lalu berhenti dan bergumam.
“Aku mungkin akan membawanya saat kita sudah lebih mengenal satu sama lain, tidak apa-apa kan?”
“Hee, kamu tidak perlu ijin dari orang lain kan? Aku tidak akan pernah tahu apakah kita cocok sampai kita saling berbicara langsung. Dan aku tidak berpikiran sesempit itu untuk menolak seseorang hanya karena rumor yang beredar.”
“Baiklah. Terima kasih untuk semuanya, Kirisaki.”
“Aku tidak melakukan apa pun, jadi kamu tidak perlu berterima kasih. Sana cepat pergi. Kamu tidak akan melihatnya lagi jika kamu melewatkannya hari ini.”
Kirisaki mengatakannya dan mendorongku.
Ketika dia menyentuhku, sepertinya aku mendengar suara dari belakangku, ‘Aku tidak bisa mengatakan hal buruk ke orang lain ketika aku sendiri memiliki sifat yang buruk.’.
“Kirisaki?”
“Sudah, jangan lihat aku, nanti dia keburu pergi lho.”
“Ah. Kalau begitu, sampai jumpa lagi.”
“Biar aku yang bilang ke semuanya nanti... Dasar orang baik yang bodoh.”
Aku pun melihat wajahnya yang tersenyum dan bergegas meninggalkan restoran.
◇◆Perasaanku dan Dirinya yang Peka◆◇
Setelah upacara penutupan, aku duduk sendirian di bangku di belakang gedung sekolah.
Aku hanya duduk di sana, sambil melihat ke langit dari bawah pepohonan.
Warna langit berubah sedikit demi sedikit dari warna biru muda.
Dan aku tertegun melihat perubahan itu.
Seharusnya, tempat ini ramai sepulang sekolah.
Biasanya tempat ini digunakan untuk kegiatan klub, tetapi tidak ada seorang pun di sekitar sini saat ini.
Terkadang aku masih melihat beberapa orang berlari, tetapi...tampaknya sebagian besar klub tutup untuk hari ini.
Jika aku mendengarkan dengan seksama, yang bisa aku dengar hanyalah suara pohon yang bergoyang dan dedaunan yang bergemerisik karena tertiup angin.
Suasananya tenang, tidak ada sinar matahari, dan dingin...
Jika bukan karena kegiatan klub, mungkin tidak ada orang yang suka datang ke sini.
──Yah...Begini juga tidak apa kan.
Aku melihat ke langit dan bergumam pada diriku sendiri.
Ini adalah hari terakhir tahun pertamaku di sekolah.
Jika kita saling menjauh seperti ini, seharusnya tidak akan ada masalah...
Kaburagi-kun terlalu baik padaku, jadi aku akan menimbulkan masalah baginya jika aku membiarkan diriku dimanjakan olehnya.
Jadi aku akan berhenti mengganggunya mulai sekarang, dan aku harus mempraktekkan apa yang telah dia ajarkan padaku dan bekerja keras…begitu kan.
Jika tidak, aku akan merasa tidak enak pada Kaburagi-kun yang telah meluangkan waktunya untukku selama ini.
──Ya, lebih baik begini.
Aku bergumam pada diriku sendiri lagi.
Aku sudah membuat pilihan yang tepat.
Aku mungkin orang yang tidak peka dan bodoh, tetapi aku bisa menyadarinya dan bertindak dengan inisiatifku sendiri.
Jika aku tidak menyadarinya dan terus memanfaatkannya, Kaburagi-kun kelak akan bertengkar dengan pacarnya.
Aku tidak ingin melihatnya mendapatkan masalah karenaku, dan aku tidak ingin itu terjadi sejak awal.
Itu sebabnya────lebih baik begini.
Aku menggumamkannya berulang kali, mencoba meyakinkan diriku sendiri.
Ketika aku mencoba untuk berubah pikiran, aku mencengkeram bento yang ada di tanganku.
Aku menghela napas dan melihat bento yang telah aku buat sendiri.
Sejak saat Kaburagi-kun mengajariku untuk membuatnya, kupikir aku sudah cukup mahir untuk melakukannya sekarang.
Kuharap aku bisa memberitahunya, ‘Begini caraku aku membuatnya’, tapi...aku tidak akan melakukannya.
──Sepi.
──Sedih.
Aku pikir, aku sudah terbiasa sendirian.
Aku telah diberkati dengan begitu banyak hari yang baik akhir-akhir ini hingga aku, mau tidak mau menginginkannya lagi.
Tapi egois bagiku untuk tetap menginginkannya.
Sejujurnya, aku berharap kita masih bisa saling berbicara... Aku masih ingin terlibat dengannya.
Jika seseorang bertanya kepadaku, ‘Hubungan yang seperti apa?’, diantara aku dan Kaburagi-kun, aku akan menjawab kita seperti master dan muridnya... Aku tidak ingin memutuskan hubungan ini.
‘Aku tidak akan mengajari Kurusu lagi. Semoga beruntung.’, aku harap bisa lulus darinya dan mendengarkannya.
Meskipun dia satu-satunya yang bisa akrab denganku...tapi mau bagaimana lagi.
Jika aku mengatakan kepadanya bahwa aku tidak perlu berlatih lagi, Kaburagi-kun yang peka dan baik hati pasti akan menyadari kalau sebenarnya aku mengkhawatirkannya.
Dan dia pasti akan berkata, ‘Jangan khawatirkan hal itu.’.
Jadi aku harus menghindarinya.
Jika aku tidak melihatnya, jika aku tidak terlibat lagi dengannya... Dia mungkin akan memikirkannya pada awalnya, tetapi setelah beberapa saat dia pasti akan menyerah.
Waktu bisa menyelesaikan masalah.
Tidak sopan sebenarnya bersikap seperti ini tanpa mengatakan apa pun padanya. Menurutku ini menjijikkan.
Aku tahu itu.
Jadi, di kemudian hari, mari meminta maaf padanya.
Dan tentu saja, aku harus berhati-hati agar tidak membuatnya salah paham...
Saat aku memikirkannya, angin dingin bertiup ke arahku dan seolah menyayat wajahku.
Jejak bulan April sudah dekat, tetapi musim dingin tampaknya masih belum siap untuk menyerahkan tongkat estafetnya ke musim semi.
Angin dingin berhembus menerpa kulit dan tubuhku tanpa ampun, membuatku merasa sangat kedinginan meskipun biasanya aku tidak terlalu menghiraukannya.
Seketika bibirku terasa gemetar dan bahuku menegang.
Aku sudah berniat untuk memakai jaketku sebelumnya, tetapi karena tergesa-gesa, dengan bodohnya aku meninggalkannya di kelas.
Ini benar-benar dingin...sungguh.
Jadi aku berusaha untuk merapatkan bahuku.
Ya. Ini sangat dingin hingga membuatku menggigil.
Rasa dingin ini, mungkin hanya karena cuaca sekarang…aku yakin.
Namun tiba-tiba────aku berhenti menggigil.
“...Bukankah ini sedikit terlambat untuk makan siang?”
Sepertinya aku mendengar suara yang tidak asing bagiku, dan kemudian sesuatu yang hangat dan lembut diletakkan di atas kepalaku.
“Bukannya dingin ya kalau makan di sini? Setidaknya kau harus memakai jaket.”
Aku pun mengeluarkan kepalaku dari jaket itu dengan tergesa-gesa dan menoleh ke arah suara itu.
Lalu, aku melihat Kaburagi-kun sedang tersenyum padaku.
Apa yang dia lakukan di sini? Bukankah dia sudah pulang? Tidak, dia tidak boleh terus berada di sini.
Aku membeku karena terkejut dan kebingungan.
Kurasa wajahku lebih tegang dari biasanya, dan mataku melotot padanya.
Jangan datang ke sini. Jangan bicara padaku.
Aku hanya sedang merasa kecewa dan gugup, tapi Kaburagi-kun pasti seolah melihat diriku tidak senang dengan kedatangannya.
Aku yakin dia akan berpikir begitu──
“Aku duduk di sebelahmu ya.”
Dia sepertinya tidak terganggu dengan sikapku dan langsung duduk di sampingku tanpa menunggu responku.
‘Hari ini dingin juga, ya?’, dia bergumam dan uap keluar dari mulutnya.
Ketika aku mencoba mengembalikan jaketnya, dia menunjukkan kepadaku beberapa penghangat tubuh yang dibawanya dan tampak bangga dengan hal itu.
“Hal yang baik untuk terus membawa penghangat di musim seperti ini, bukan? Apa ya, perasaan untuk bisa mengatasi hawa dingin seperti ini terasa menyenangkan. Jadi, kau juga harus memilikinya, Kurusu. Kau tidak akan bisa menulis dengan baik jika tanganmu terlalu gemetar.”
Dia pun meletakkan penghangat itu di tanganku.
Kehangatannya menyebar secara perlahan, dan sepertinya mengembalikan indera perabaku tidak hanya di tanganku tetapi juga di seluruh tubuhku.
Kemunculannya yang tiba-tiba membuatku senang... Tetapi kemudian aku menghela napas dan mengeluarkan tabletku dan menuliskan,
【Kenapa kamu datang ke sini?】
Bukankah kamu ada acara makan siang bersama teman-temanmu?
Kamu harus kembali...ini hari terakhir untuk menghabiskan waktu bersama teman sekelasmu.
Kita tidak bisa membiarkan mereka salah paham dan akhirnya hubungan kalian memburuk karena ini.
Kamu harus meninggalkanku di sini dan kembali ke teman-temanmu sesegera mungkin.
Jadi aku mendorong Kaburagi-kun yang duduk di sebelahku.
Meskipun aku sudah memaksanya, dia menegakkan punggungnya dan berkata, ‘Tidak apa-apa. Ini lebih penting sekarang.’.
Senyumnya yang lembut membuat jantungku berdebar.
Tapi aku tidak mengerti. Tidak ada alasan baginya untuk tetap di sini, dan mengorbankan waktunya untuk bersama dengan teman-temannya.
“Ah, btw, jangan khawatirkan itu. Bahkan jika kita dipisahkan dengan perubahan kelas, kita masih bisa saling menghubungi lewat telepon dan selalu dapat berkomunikasi satu sama lain.”
【Tidak】
──Bukan itu masalahnya. Kalian sedang mengadakan pesta kan.
“Pesta? Kita bisa melakukannya lagi nanti.”
【Sama sekali tidak】
Aku akan menuliskan itu di tabletku dan menunjukkannya padanya.
Sekarang, dia harusnya menghargai momen itu.
Jika dia tidak menghabiskan waktu dengan teman-temannya, dia akan menyesal. Karena hari ini tidak akan pernah kembali lagi nanti.
Kaburagi-kun menatapku dan kemudian menghela napas panjang.
“Haah. Kurusu tidak mengerti.”
【Apa?】
Aku pun membeku…tapi, apa yang lebih penting dibanding menghabiskan waktu bersama teman-temanmu?
“Yah, itu kan menurut Kurusu. Jika kita benar-benar berteman dengan baik, kita akan memiliki banyak kesempatan lain untuk bermain bersama. Tapi kalau masalah momen yang ingin aku hargai, sekarang adalah waktunya. Satu-satunya penyesalan bagiku adalah kalau aku tidak bisa menemui Kurusu sebelum libur musim semi nanti.“
Dia benar-benar tidak ingin pergi. Aku bisa merasakan keinginan yang begitu kuat di mata Kaburagi-kun.
Tetapi jika aku menyerah sekarang, ini tidak akan pernah berhasil.
Aku menatapnya, menyingkirkan perasaan lemah yang membuatku ingin dimanjakan olehnya.
【Aku suka sendirian】
…Aku tidak punya pilihan lain selain mengatakannya.
“Mengapa seseorang yang suka menyendiri bertanya padaku bagaimana caranya berteman?”
【Aku sedang ingin sendiri】
Pesanku akan tersampaikan dengan itu.
Dia akan menghargai perasaanku dan meninggalkanku sendirian...
Sebenarnya, aku sangat ingin berbicara dan menghabiskan waktu dengannya.
Tapi, aku tidak ingin egois.
"...Jadi, kau ingin sendiri karena mengalami kesulitan di dalam pikiranmu?"
【Iya】
…Dia mendapatkan pesanku.
Kupikir begitu, tapi Kaburagi-kun tiba-tiba meletakkan tangannya di bahuku dan menatapku dengan khawatir.
“Jadi begitu. Itu membuatku semakin sulit untuk meninggalkanmu sendirian. Aku bukan tipe orang yang akan meninggalkan dan mengabaikan seorang gadis yang sedang kesulitan.”
Aku pun terus membicarakan hal lain untuk menjauhkan Kaburagi-kun.
Tapi tidak peduli apa yang aku katakan atau apa yang aku minta, dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi.
Tetap saja, aku harus melakukan sesuatu tentang hal ini...
Saat aku memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya,
“Kurusu. Dasar bodoh. Kau sangat buruk dalam berbohong.”
Kaburagi-kun mengatakannya dengan jengkel.
Dia menyadari segalanya...
Sikapnya memberi tahuku begitu dan aku tidak bisa mengatakan apa-apa.
Tapi aku tidak bisa membiarkannya berada di sini.
Aku harus meyakinkan Kaburagi-kun.
Jika dia punya pacar, dia harus menjauhiku.
Jika tidak, aku akan merasa tidak enak dengannya...
"...Aku lah yang berbohong, oke?"
Ketika aku memikirkan apa yang harus aku katakan padanya, Kaburagi-kun bergumam seperti itu.
Dia menggaruk pipinya dan terlihat gelisah.
Apa? Apakah dia baru saja mengatakan kalau dirinya berbohong?
Kebohongan...apa?
“Aku tahu Kurusu adalah orang yang sensitif... Maaf, aku sudah membuatmu merasa tidak enak.”
Dia terlihat menyesal.
“Sebenarnya, hal terkait pacar tersebut adalah kebohongan yang aku lakukan. Aku tidak punya pacar, jadi Kurusu tidak perlu merasa berasalah dengan siapa pun. Jadi, maafkan aku.”
【Tidak perlu meminta maaf】
…Dia tidak perlu meminta maaf. Tapi, kenapa dia berbohong seperti itu?
Kaburagi-kun tidak punya alasan untuk berbohong.
Dia populer, jadi dia tidak perlu berpura-pura punya pacar untuk membuat dirinya terlihat baik...
“Aku melakukannya bukan untuk terlihat lebih baik, tetapi aku bisa menghindari masalah jika orang-orang tahu kalau aku sudah punya pacar, kan? Aku tidak ingin memiliki hubungan percintaan di sekolah, jadi aku berbohong seolah aku sudah punya pacar.”
【Tidak apa-apa kalau kamu memberitahuku?】
“…Aku sangat menghargainya jika kau bisa merahasiakannya.”
【Oke, itu rahasia】
“Baiklah. Terima kasih.”
…Aku tidak memiliki siapa-siapa untuk membocorkan hal tersebut. Jadi aku pasti akan menepatinya, aku janji.
Dibutuhkan keberanian untuk memberi tahu orang lain apa yang ingin dia rahasiakan.
Hal tersebut bisa saja menyebar karena dia memberitahukannya kepada orang lain.
Memperingatkan seseorang untuk ‘Jangan pernah mengatakannya pada siapa pun’ seringkali tidak berguna.
Aku pikir Kaburagi-kun mengerti tentang hal itu...
Tapi dari raut wajahnya seolah-olah dia yakin aku tidak akan pernah membocorkannya...
Dan tampak ekspresi lega di wajahnya.
【Apakah ada orang lain yang tahu?】
"Tidak, seharusnya. Jika lebih banyak lagi orang yang tahu, apa gunanya aku berbohong."
Jadi, tidak ada orang lain yang tahu.
Maksudmu, kamu hanya memberitahuku…begitu?
…Hee? Wajahku sedikit memanas...
Memikirkan kalau hanya aku satu-satunya yang ia beri tahu membuat wajahku berkedut...kenapa ini?
“Yah, jadi begitu, Kurusu. Itu sebabnya kau tidak perlu khawatir tentang hal itu.”
【Aku mengerti. Aku juga meminta maaf】
“Iya, tidak apa kok. Kalau begitu kesalahpahaman sudah terselesaikan, kan. Mari kita berlatih bersama lagi seperti sebelumnya. Sampai kau puas.”
…Aku senang.
Aku bisa berbicara lagi dengan Kaburagi-kun.
Tapi...besok sudah mulai libur musim semi, jadi aku tidak akan melihatnya lagi sampai hari sekolah berikutnya, kan?
Yah, jadi begitu. Sayang sekali.
Sementara aku diam-diam merasa sedih, Kaburagi-kun menyarankanku untuk menemuinya di sekolah besok. Aku pun sontak melihat ke arah wajahnya setelah mendengar saran yang tidak terduga itu.
【Apa kamu yakin?】
“Tentu saja. Kita sudah tidak berbicara selama beberapa hari terakhir, jadi aku ingin menebusnya.”
【Terima kasih. Satu hari saja cukup kok】
Itu lah yang akan aku tulis.
Aku tidak ingin membebani atau mengganggunya, jadi aku sudah puas hanya dengan satu hari saja. Aku tahu kamu punya urusan lain dengan teman-temanmu, jadi seharusnya aku bukan satu-satunya.
Kemudian Kaburagi-kun membuat wajah misterius dan menghela napas.
“Umm, kau tahu. Jangan malu-malu untuk saat ini. Alasanku ada di sini dan alasanku mengajari Kurusu, semua itu adalah pilihanku sendiri. Itu sebabnya, jangan menahan diri karena kau kepikiran dengan yang lainnya. Tidak apa-apa untuk menjadi egois sesekali.”
Dia tersenyum dan menatapku dengan lembut.
Matanya jernih, seolah dia bisa melihat menembus pikiranku.
‘Jadi, apa yang sebenarnya kau inginkan, Kurusu?’, dia bertanya padaku dengan nada lembut, seolah menyetujui isi hatiku.
【Aku akan mengganggumu】
“Aku tidak keberatan. Aku sudah biasa dengan hal itu.”
【Reputasi Kaburagi-kun akan hancur】
“Itu adalah hal yang hanya dikatakan oleh orang-orang yang tidak suka denganku. Jadi aku tidak terlalu peduli.”
【Aku peduli】
“Ah~! Kau terlalu banyak berpikir!”
Dia membuatku berhenti menulis ketika aku sedang ingin melanjutkannya.
Dia kemudian meletakkan tangannya di kepalaku dan mengacak-acak rambutku.
…Rambutku, jadi kusut tahu.
Aku pun menatapnya seolah ingin mengeluh.
“Kau tahu, Kurusu. Bagaimana jika kau sebenarnya ingin berubah tetapi tidak mau mengambil langkah terakhir? Bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya? Kurusu harus mengakui siapa dirinya dan menyukai dirimu sendiri. Untuk apa mencoba mendekati orang lain, tetapi kau sendiri mencoba untuk menjauhi dirimu sendiri?”
Hal yang dikatakan olehnya meremas hatiku.
Genggamanku pada tabletku pun mengencang.
Tanpa menunggu reaksiku, Kaburagi-kun melanjutkan,
“Jadi, mulai lah untuk melangkah. Ambil langkah pertamamu. Jangan malu, jangan terlalu khawatir dengan yang lain. Tidak semua orang berpikiran sempit untuk langsung berpikiran buruk dengan Kurusu.”
Mengapa?
Mengapa…kamu bisa begitu baik Kaburagi-kun?
“Yah...pada akhirnya ini hanya untuk kepuasanku sendiri. Aku melakukannya karena aku ingin kedamaian dan ketenangan di sekitarku.”
Dia terlalu peduli padaku jika dia mengatakannya hanya untuk kepuasannya sendiri…
Terlalu baik...
Dan ini semua hanya menguntungkanku.
Aku belum pernah melihat kebaikan seperti itu dalam hidupku...dan itu membuatku gelisah.
Apakah itu sebabnya? Aku gugup karena aku cemas.
Badanku terasa panas. Dan jantungku terasa semakin berdebar.
“Aku tahu akan sulit bagimu untuk mencerna perkataanku. Tapi kau bisa memikirkannya seperti ini. Contohnya, ada cerita berjudul ‘Balas Budi Sang Bangau’. Jadi perbuatan baik yang kita lakukan akan kembali ke diri kita sendiri. Jadi, itu lah prinsip tindakanku. Tapi entah lah, apakah itu masuk akal??” [TN: Itu cerita tradisional di jepang yang mengisahkan seekor bangau yang mencoba membalas kebaikan seorang pria yang menolongnya.]
【Perhitungan untung dan rugi?】
“Yap, benar. Itulah yang aku maksud. Jadi jangan khawatir tentang hal itu. Kebaikan yang aku lakukan tidak semurni dan setulus itu, ada hal menguntungkan bagiku yang membuatku melakukannya.”
Kata-kata menghibur itu keluar dari mulutnya.
Aku memang tidak seperseptif Kaburagi-kun.
Aku tidak peka, dan aku tidak pandai memahami perasaan orang lain.
Tetapi aku bahkan bisa mengerti bahwa Kaburagi-kun bersungguh-sungguh dengan apa yang baru saja dia katakan terkait kebaikannya.
Akan sangat tidak tulus bagiku jika aku tidak menanggapi kata-katanya.
“Yah, jika Kurusu merasa tidak bisa dimanjakan selamanya, mari kita batasi setidaknya sampai setahun penuh. Dengan kata lain, kita akan berlatih sampai akhir Maret, dan kemudian kau akan melakukan semuanya sendiri. Bagaimana menurutmu? Kenapa kau tidak memberitahuku pendapatmu?”
Jadi dia memberikan penawaran dengan waktu terbatas.
Sepertinya itu saran yang dia ajukan untuk diriku yang begitu keras kepala.
Baiklah. Apa yang sebenarnya aku inginkan...
Aku adalah orang yang egois dan berantakan...dan aku hanya ingin bersenang-senang dengan teman-temanku.
Aku ingin memiliki waktu yang santai dan menyenangkan...aku ingin membuat teman seperti itu.
Aku melihat wajah Kaburagi-kun.
Dia masih tersenyum, menunggu responku.
Akhirnya aku memiliki keberanian untuk menulis keinginanku yang sebenarnya.
【Ku mohon. Aku ingin bersamamu.】
Ini adalah perasaanku saat ini.
Tujuanku mungkin masih jauh. Tapi dengan Kaburagi-kun, itu mungkin akan menjadi kenyataan.
Itu lah yang aku pikirkan ketika aku menulisnya.
“Ah. Tentu saja boleh.”
Dia menjawab tanpa ragu-ragu dan tersenyum padaku.
Ekspresi riangnya tampak menerangi hatiku yang tertekan dan menyemangatiku.
Dia benar-benar...orang yang luar biasa. Seperti pangeran dari dalam dongeng.
Aku bisa mengerti apa yang dikatakan oleh orang-orang di sekitarku.
──Aku sangat senang.
Aku memegang dadaku yang masih berdebar dan berusaha menahannya.
Tubuhku terasa hangat, dan wajahku panas.
Tapi panasnya tidaklah menyebalkan.
Ini adalah kehangatan yang membuatku merasa seperti berada di musim semi.
Aku tidak keberatan, tapi...kenapa aku merasa malu?
Seolah merasakan perubahan di hatiku, sebuah cahaya menembus dan menyinari jalan yang gelap dan dingin ini, yang awalnya terhalang oleh pepohonan.
Itu tampak seperti menunjukkan jalan baru yang harus aku ambil mulai sekarang.
“Kalau begitu, ayo pergi. Mumpung belum terlalu larut.”
Aku mengangguk, lalu dia berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku terlalu malu untuk memegang tangannya.
Menurutku itu menunjukkan sebuah pertemanan, karena banyak gadis lain yang juga saling berpegangan tangan dengan temannya, seperti itu…mungkin.
Tetapi jika aku memegang tangannya sekarang, aku merasa jantungku akan meledak.
Karena saat ini jantungku berdebar dengan sangat keras sehingga aku berpikir demikian.
Aku bingung dengan hal aneh yang terjadi di dalam tubuhku, ini belum pernah aku rasakan sebelumnya. Dan aku terjebak dengan pemikiran bahwa akan tidak sopan untuk menolak uluran tangannya.
──Apa yang salah dengan diriku?
Aku pun bertanya pada diriku sendiri, tetapi aku tidak mendapatkan jawaban.
Sebaliknya, hal aneh pada tubuhku semakin memburuk.
Aku harus berani, bukan.
Aku pun berhasil mengumpulkan keberanianku dan alih-alih meraih tangan yang ditawarkan kepadaku, aku meraih ujung bajunya.
Lalu aku menulis 【Bersikap lembutlah padaku】 di tabletku.
Aku akan senang jika dia mengajariku dengan lembut...
Kaburagi-kun pun melihat ke layar tabletku,
“…Jika ini bukan aku, orang akan salah paham denganmu. Dasar.”
Begitu gumamnya, dan pipinya menjadi sedikit merah.
Ketika dia melihat mataku tertuju padanya, dia berdeham dan melihat ke arah langit.
“Kurusu, aku harus memberitahumu sesuatu.”
Aku menatapnya dengan tanda tanya ke arah wajahnya.
Dia menggaruk pipinya seolah-olah dia sedang malu karena suatu alasan.
“Mulai sekarang, ketika kau menulis di tabletmu, sebaiknya gunakan kata-kata yang tidak akan disalahpahami, oke?”
Aku memiringkan kepalaku, tidak mengerti apa yang dia maksud dengan senyum masam di wajahnya itu.
…Apakah ada yang salah?
Yah...aku tidak tahu.
Untuk saat ini, aku hanya senang bisa berbicara lagi dengannya.
…Semangatlah, diriku…ei-o-ei-o.
Aku mencoba sebaik mungin agar dia tidak menyadari sikapku ini.
|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment