Chapter 4 - Gadis yang Tidak Berbicara dan Perkembangan yang Klise
[Part 3 - End of Chapter]
Pengingat:
【】: kata-kata Kurusu di tabletnya
() : suara hati orang lain yang dibaca/didengar oleh MC (Kaburagi)
“Maaf, Ritsu... Aku benar-benar mabuk berat...ugh.”
Aku pun pergi membeli obat untuk kakakku yang terlihat kehabisan tenaga di depanku.
Lalu aku ingin segera pulang karena tidak ada hal lain yang harus kulakukan...
“...Kenapa aku harus menunggu di sini?”
Namun dalam perjalanan pulang, aku mendapat panggilan telepon dari kakakku yang memintaku untuk mengantar Kurusu ke stasiun, jadi aku menunggu di taman dekat rumahku.
Awalnya aku ingin ke rumah sekalian mengantarkan obatnya, tetapi kakakku malah menolak dengan sekuat tenaga.
Dia terdengar masih mabuk dan sakit, tetapi keceriaan yang mencurigakan dari suaranya, dan itu sedikit membuatku khawatir…
Sambil merasa cemas, aku duduk di bangku taman, menatap kosong ke langit dan menunggu Kurusu tiba.
Dua puluh menit telah berlalu sejak aku mulai menunggu.
Ponselku bergetar, lalu aku melihat ke layar dan terdapat pesan yang mengatakan 'Aku sudah sampai'.
Aku melihat ke sekelilingku, tapi Kurusu tidak terlihat.
“Oh tidak, dimana dia. Apakah dia salah taman? Tidak, tidak, taman ini tidak jauh dari rumahku, kan...?”
Tetapi bisa saja terjadi karena itu Kurusu.
Itulah yang ada di pikiranku.
Dia itu orangnya sedikit...atau mungkin memang sangat unik.
Jadi mungkin dia sudah berada di suatu tempat yang tidak bisa ku bayangkan.
Sangat mungkin, dan jika itu masalahnya, ini adalah masalah besar...dan aku harus mencarinya.
Aku pun bangkit dari bangku dan berlari menuju pintu masuk taman.
Lalu saat aku berbelok di tikungan,
(Ini jelas...tidak cocok untukku. Tapi aku tidak bisa menolaknya saat sensei meminjamkan pakaiannya untukku...)
Aku mendengar suara negatif yang familiar lalu melihat ke sekelilingku dan menemukan Kurusu sedang berjongkok di bawah pohon besar di dekat pintu masuk.
Aku pun menepuk dadaku, merasa lega ternyata firasat burukku salah untuk kali ini.
Dan saat aku mencoba mendekatinya, Kurusu menyadari kedatanganku dan bersembunyi di balik pohon sehingga aku tidak bisa melihatnya.
Dia menjulurkan kepalanya sedikit. Dia terlihat seperti seekor binatang kecil.
“...Apa yang sedang kau lakukan?” tanyaku.
Dan dia mengeluarkan tabletnya lalu menunjukkannya padaku.
“Umm… ’Jangan tertawakan aku karena ini memang tidak cocok untukku’… Ah, begitu ya.”
(...Pakaian ini, tidak cocok untukku. Aku masih terlalu muda untuk memakainya)
Seperti yang dikatakan oleh suara hatinya, dia tidak terlihat percaya diri.
Seragamnya basah kuyup, dan kakakku pasti meminjamkannya pakaian.
Jadi itu yang menyebabkan dia dengan aneh terdengar senang.
Dari sudut pandang Sayaka, rasanya pasti seperti sedang bermain mendandani boneka.
Dan Kurusu pasti tidak akan bisa menolak, aku yakin dia hanya pasrah menurutinya…
Aku merasa kasihan padanya, sungguh.
Dan jika dia meminjamnya dari Sayaka, ada kemungkinan besar pakaiannya tidak sesuai dengan usianya.
Jika itu masalahnya, tidak ada yang bisa aku lakukan...
“Kurusu, bagaimana kalau keluar dari persembunyianmu sekarang? Aku tidak akan tertawa, dan menurutku Kurusu pasti akan terlihat cocok dalam segala jenis pakaian.”
Aku hanya mendesaknya untuk tidak perlu mengkhawatirkannya.
Kurusu terlihat memutuskan untuk mempercayai kata-kataku, dan akhirnya muncul di hadapanku.
“......”
──Pakaian itu benar-benar terlihat cocok untuknya.
Hee~ Penampilan yang bagus.
Hanya itu yang bisa aku pikirkan, tetapi ketika aku melihatnya, aku membeku seolah-olah waktu telah berhenti.
Dia hanya mengenakan kemeja sederhana dengan banyak renda dan celana kargo, tetapi aura manis dari wajahnya yang ditambahkan pada penampilannya yang dewasa sangatlah berbahaya bagi hatiku.
Penampilannya sangat bagus sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela nafas karena terkagum dengannya.
“...Wow...”
Aku kemudian berdeham untuk menutupi suara yang tanpa disengaja keluar dari mulutku.
Aku malu pada diriku sendiri karena terpana olehnya, jadi aku melihat ke langit meskipun tidak ada apa-apa di sana.
(...Aku tahu ini pasti tidak cocok untukku. Aku akan mati karena malu jika kamu terus diam...)
Aku mendengar suara hatinya itu dan mencubit pinggangku untuk menyadarkan diri.
“Maaf... Aku sangat terkejut hingga kehilangan kata-kata.”
【Kamu telah mengalihkan pandanganmu sejak tadi. Ini memang tidak cocok kan untukku】 (Aku tahu itu, tapi…rasanya menyedihkan)
“Tidak, kau salah. Ini sebaliknya...”
【Apa maksudnya?】
──Aku mengalihkan pandanganku karena dia terlalu cantik. Itulah yang sebenarnya terjadi.
Aku bisa saja mengatakan berbagai macam pujian padanya, tetapi tetap saja memuji seorang gadis dengan jujur adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan.
Saat sedang bersungguh-sungguh, kata-kata akan gagal untuk keluar dari mulutku. Aku malu jika orang-orang mengetahui kalau emosiku bisa berfluktuasi seperti ini, jadi aku akan mengatakannya dengan nada bercanda saja.
Tapi sekarang aku merasa tidak baik bagiku untuk melakukannya.
...Dia sangat serius, sehingga lelucon yang buruk hanya akan menyakitinya.
Aku tahu bagaimana perasaannya,
“Terus terang, pakaian itu sangat cocok denganmu, aku sampai kehilangan kata-kata.”
Jadi aku langsung berterus terang saja padanya, tanpa menyembunyikan apapun.
Seketika, pipi Kurusu berubah menjadi merah dan seolah uap keluar dari kepalanya.
Setelah beberapa detik terdiam, dia bersembunyi lagi di balik pohon.
Dan aku tidak bisa melihatnya kembali, tapi kemudian dia menunjukkan tabletnya lagi padaku yang bertuliskan 【Terima kasih. Seperti yang diharapkan dari seorang playboy】.
(…Jadi pakaian ini cocok ya untukku. Syukurlah. Hehehe… Tapi aku jadi sangat malu jika menunjukkan ekspresiku yang tidak karuan begini. Aku harus menyembunyikannya, atau dia akan melihatku ekspresi girangku ini…)
──Yah, tapi aku tetap bisa mendengarnya.
Suara hatinya yang lucu itu...
Mungkin seperti yang biasa orang-orang katakan ‘Kau bisa menyembunyikan kepalamu tapi tidak dengan suaramu’.
Aku pun hanya bisa terkekeh mendengarnya.
◇ ◇ ◇
(...Tidak ada seorang pun di sekitar sini. Mungkin Kaburagi-kun tahu aku tidak suka keramaian jadi dia memilih jalan ini? Kaburagi-kun, kamu baik sekali. Dia bisa melakukan apa saja)
Kurusu memikirkan hal ini saat dia melihat sekeliling dalam perjalanan kami ke stasiun.
Aku sendiri memilih jalan ini karena memang kosong dan tidak terlalu bising.
Namun Kurusu sepertinya berpikir kalau aku melakukannya atas dasar perhatianku padanya.
Aku jadi merasa sedikit bersalah karena dipuji untuk hal yang tidak disengaja aku lakukan.
Aku kemudian melirik ke samping untuk melihat wajah Kurusu.
Hmm. Sepertinya, dia sudah baik-baik saja kan sekarang?
Butuh beberapa saat baginya untuk pulih dari rasa malunya, tetapi akhirnya dia bisa mengembalikan ekspresinya yang biasanya.
(...Aku belum pernah menerima pujian langsung seperti itu sebelumnya... Wajahku masih terasa panas. Aku akan membuat ekspresi yang aneh jika melihat Kaburagi-kun)
Meskipun Kurusu memikirkan hal itu di kepalanya, dia tetap memasang ekspresi dingin seolah menunjukkan tidak ada yang salah. Tapi jauh di lubuk hatinya dia masih merasa malu dan tidak bisa menatapku.
Biasanya, orang akan berpikir kalau dia sedang membenci mereka, tetapi itu tidak akan terjadi padaku.
Sebenarnya, menurutku itu lucu ketika dia berusaha keras untuk menyembunyikannya, dan aku kembali menerima serangan di hatiku dengan cara yang berbeda.
...Kesenjangan antara wajahnya yang tidak berekspresi dan isi hatinya terlalu besar.
Apa-apaan, efek sinergis ini...
Yah, karena situasi ini, percakapan jadi jarang terjadi di antara kita.
“Kurusu, kita mengambil jalan memutar sedikit. Aku tidak suka tempat yang bising.”
【Tidak masalah】 (Aku suka jalur ini karena membuatku merasa seperti sedang berjalan-jalan di tengah hutan)
“Baguslah kalau begitu.”
Percakapan terasa lancar meskipun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Tentu saja itu sebagian berkat kemampuanku, tapi itu juga menjadi bukti kalau Kurusu sudah mulai terbiasa.
Orang-orang yang melihat kami dalam situasi ini pasti mengira kami adalah sepasang kekasih.
Seolah seperti sepasang kekasih yang sedang menyusuri jalanan di pedesaan dan terlihat akur.
Untungnya, hari ini bukan hari sekolah, dan tidak ada siswa yang lewat sini untuk mengikuti kegiatan klubnya, jadi kami tidak akan terlihat oleh siapapun.
Tidak ada alasan bagi siapapun untuk melewati jalur ini, karena berlawanan arah dengan sekolah dan tidak ada fasilitas publik apa pun.
Jika mereka melakukannya, itu karena mereka benar-benar menyukainya, atau yah karena sepertiku, mereka tidak suka keramaian dan lebih suka tempat yang lebih tenang.
Yah, mungkin saja akan ada pasangan yang sedang saling bermesraan...tapi dalam hal ini, mereka mungkin akan berpura-pura untuk tidak melihat kami.
Saling tidak menginterferensi dan saling tidak peduli. Kita akan berusaha untuk saling menghormati waktu kita satu sama lain.
Jadi jika bertemu dengan mereka, kita akan aman-aman saja──
“Hei, Ritsu? Apa yang sedang kamu lakukan?”
Suara yang familiar itu membuat diriku terperanjat.
Seolah suara itu seperti petir yang tiba-tiba menyambar.
Pertemuan tak terduga ini... Kurusu tidak mengerti apa yang sedang terjadi, jadi dia menatapku dengan ekspresi kosong seolah dia sedang ditipu oleh seekor rubah.
Kirisaki melepas headphone dari telinganya saat dia mendekat.
“Kirisaki, kenapa kau di sini...”
“Hah…’Kenapa aku di sini…?’, aku habis dari sekolah. Aku tidak bisa berkonsentrasi belajar kalau di rumah, jadi aku mencoba mencari perubahan suasan.”
“Oh, begitu. Makanya kau pakai seragam ya.”
“Iya, iya. Itu yang aku maksud.”
Kirisaki melirik Kurusu yang bersembunyi di belakangku.
Dia memiliki senyum yang menjengkelkan di wajahnya dan menatapku.
“Kupikir ada yang aneh kenapa kamu tidak berada di sekolah. Hmm. Jadi begitu toh.”
“Jangan menatapku seolah-olah kau tahu apa yang kau bicarakan. Aku yakin kau salah.”
“Sepertinya aku tidak salah, kan? Dan kupikir kalian terlihat akrab, jadi aku akan memberikan sambutan yang hangat.”
(...Dia terlihat keren. Sepertinya dia teman Kaburagi-kun. Hehe, mereka terlihat akur...)
Kurusu, tolong lebih perhatikan dirimu sendiri.
Kau bisa berpikir tanpa beban, tapi bukankah tatapan Kirisaki terlihat agak menakutkan?
Ekspresinya tampak normal, tetapi dia telah mencubit pinggangku untuk sementara waktu sekarang, dan dia bermain dengan ponselnya seperti sedang dalam suasana hati yang buruk.
>(Kirisaki): Aku akan bertanya kepadamu untuk berjaga-jaga... Apakah kamu selingkuh dengan pacarmu?
Benar saja, aku mendapat pesan seperti itu dari Kirisaki di ponselku.
>(Ritsu): Demi Tuhan, aku tidak berselingkuh. Maksudku, kau sudah tahu itu dari apa yang terjadi akhir-akhir ini kan.
Ketika aku membalasnya, akhirnya dia melepaskan tangannya dari pinggangku,
“Tolong jangan kasar ya.”
Kirisaki mendengus setelah mendengarkanku.
Lalu dia menatap Kurusu yang ada di belakangku.
Matanya yang menyipit bergerak ke atas dan ke bawah seolah-olah dia sedang mengevaluasi Kurusu, lalu dia menganggukkan kepalanya.
“Ini pertama kalinya kita bertatap muka. Beberapa kali mungkin kita pernah berpapasan, tapi aku tidak pernah benar-benar memperhatikanmu dari dekat, dan...yah...kamu memang benar-benar imut.”
【Terima kasih】 (Syukurlah…dia mau berbicara denganku. Umm, siapa namanya? Aku sering melihatnya dan Kaburagi-kun mengobrol, tapi tidak sopan bagiku untuk mengatakan kalau aku tidak tahu... Apa yang harus aku lakukan?)
Kurusu berterima kasih kepada Kirisaki atas pujiannya.
Aku ingin memperluas percakapan mereka dari sini, tapi...sepertinya agak sulit.
Aku pikir akan lebih aman bagiku untuk bertindak sebagai jembatan di antara mereka.
“Eh, Kirisaki. Kenapa kau tidak memperkenalkan dirimu? Kau belum pernah berbicara dengan Kurusu sebelumnya kan.”
“Oh iya. Hmm…malu juga rasanya harus menyebutkan namaku lagi... Tapi yah, namaku Suzune Kirisaki. Ritsu dan aku adalah teman sekelas, sejauh ini.”
Oi, apa maksudmu dengan ‘sejauh ini’?
Aku menekan protes yang hendak keluar dari mulutku.
Karena Kurusu pasti akan merasa ditinggalkan jika aku melayangkannya dan kita mulai bercanda seperti biasanya.
Jadi mari abaikan saja kata-kata itu untuk saat ini.
Aku menghela napas dan menepuk punggung Kurusu untuk mendorongnya agar terus berbicara.
Kurusu menyadari niatku dan segera menulis di tabletnya.
【Kirisaki-san, aku Rurina Kurusu】 (...Aku akan memperkenalkan diriku dengan cepat dan sederhana)
“Panggil saja aku Suzune. Dan juga, aku rada geli jika dipanggil dengan ‘-san’.”
【Apakah itu tidak apa apa?】
“Kamu bisa memanggilku dengan apapun yang kamu mau. Aku juga akan memanggilmu Rurina.”
(...Dia ingin memanggilku dengan nama depanku, senangnya)
“Hah? Rurina, kenapa kamu membeku begitu...?”
“Sudah jangan khawatir. Dia hanya tersentuh karena dipanggil dengan nama depannya.”
“Benarkah? Sepertinya Ritsu tahu persis apa yang dia pikirkan. Yah, kamu memang sangat peka dalam hal-hal seperti ini.”
“Begitu ya?”
“Wajah sombongmu benar-benar membuatku kesalー...?”
Kirisaki menatapku dengan wajah kesal.
Ekspresinya masih sama seperti biasanya, tetapi dalam hatinya dia berpikir, ‘Aku cemburu padamu. Walaupun dia tidak mengatakan apapun, kamu bisa memahaminya.’.
…Jangan tujukan perasaan itu padaku. Aku biasanya tidak melakukan itu, tapi itu juga membuatku gila.
──Namun, aku juga tidak menyadari apapun.
Aku pun berusaha menjaga ekspresi wajahku agar tidak berubah.
“Oh iya. Mumpung kita semua di sini, jika kalian ada waktu luang, bagaimana kalau kita berbelanja bersama? Kalau Rurina mau sih. Kupikir dengan begitu kita bisa mempererat pertemanan kita.”
【Aku ingin ikut. Sekarang juga. Secepatnya】 (Baiknya dia mau mengajakku, padahal kita baru saja bertemu untuk pertama kalinya...)
“Hahaha! Aku jadi malu. Kalau begitu ayo kita pergi sekarang. Oh iya, Ritsu yang akan jadi tukang angkutnya ya. Sekalian jadi bodyguard kita.”
“…Yah, mau bagaimana lagi.”
Dengan enggan aku pun menyutujuinya.
Memang benar jika mereka berdua saja pasti akan menarik perhatian, dan mungkin ada beberapa masalah yang terjadi nanti, seperti misalnya digoda oleh orang tak dikenal.
Jadi akan sedikit lebih baik jika ada satu orang lagi yang menjaga mereka.
Sepertinya itu yang dipikirkan oleh Kirisaki, itu sebabnya dia menyebutku sebagai ‘bodyguard’.
Tapi Kurusu sepertinya tidak memahaminya.
Dia menatapku dengan tatapan bersalalah dan berpikir ‘Aku ingin pergi, tapi itu akan merepotkan Kaburagi-kun’...huh, dasar.
“Kalau sudah sejauh ini, jangan khawatir. Aku akan mengikutimu bahkan jika kau menolaknya. Lagipula bertiga akan lebih menyenangkan daripada berdua saja.”
【Maaf kamu juga jadi repot membawa barang belanjaannya nanti】
“Ah, jangan khawatirkan itu. Ritsu adalah traktor di kehidupan sebelumnya, jadi dia cukup tangguh. Kamu tahu, walaupun terlihat langsing tapi dia itu kuat lho.”
“Oi, jangan sentuh perutku, geli tahu.”
“Kenapa sih. Perutmu tidak akan kenapa-kenapa juga.”
Bukan begitu. Ini perkara mentalku…
Maksudku, jika kau akan menyentuhku, lakukan saja dengan normal.
Caramu membelainya sangat erotis dan membuatku gugup.
【Dia jelas berotot】 (Kaburagi-kun ternyata memiliki rahasia itu di kehidupan sebelumnya…)
“Kurusu, kau tidak harus mempercayainya, oke?”
Tidak, kau perlu mempertanyakannya sedikit.
Aku hanya bisa menghela napas ketika melihat Kurusu yang seolah benar-benar mempercayainya.
Jika aku tidak menjernihkan kesalahpahaman ini, pasti akan ada masalah lagi kedepannya.
Ketika aku melirik ke arah Kirisaki untuk mengungkapkan kekesalanku, dia hanya tersenyum dengan puas.
◇ ◇ ◇
Gadis berbelanja sangat lama.
Itu adalah salah satu fakta di dunia ini.
Mereka bisa pergi dari toko ke toko tanpa membeli apapun.
Mengapa mereka tidak pernah bosan akan hal itu?
Padahal kita bisa memutuskan terlebih dahulu apa yang ingin kita beli, mencarinya, menemukannya dan membawanya ke kasir.
Hanya itu saja yang perlu dilakukan sebenarnya.
…Ini adalah salah satu hal yang benar-benar tidak bisa aku mengerti.
Yah, bahkan jika merasa begitu, aku tidak akan mengatakan ‘Aku bosan melihat-lihat, aku ingin pulang’, atau aku tidak akan menyibukkan diri dengan ponselku, atau dengan bermain game.
Itu hanya akan menjadi penyebab pertengkaran, dan jika terjadi pada sepasang kekasih, bisa menjadi penyebab retaknya hubungannya.
Jadi ketika berbelanja dengan gadis-gadis, aku hanya perlu menemani mereka dan memberikan kesan atau pendapatku.
Dan aku juga harus terlihat ikut tertarik, dan memberikan kesan kalau aku juga menikmatinya.
Begitulah aturan emasnya.
Jadi aku akan menemani mereka berkeliling.
Aku hanya mengawasi mereka dan sesekali ikut berpatisipasi...tapi,
“Sulit berada di tempat yang sangat ramai...”
Pada akhirnya aku pun kelelahan dan harus beristirahat di atap pusat perbelanjaan.
Tidak sulit sebenarnya bagiku untuk berbelanja.
Dan sebenarnya, aku sangat khawatir dengan Kurusu sehingga aku ingin mengawasinya.
Tapi...sulit untuk berada di tempat dengan begitu banyak suara dalam waktu yang lama.
Mau tidak mau aku akan mendengarnya, dan di tengah perjalanan kepalaku terasa berdenyut dan sakit seakan dipukul dengan palu.
Awalnya aku bisa menahannya, tetapi akhirnya aku harus beristirahat seperti ini.
“Ritsu. Apakah kamu baik-baik saja? Sepertinya kamu sudah mendingan.”
“Aku hanya sedikit mabuk. Tapi sekarang sudah jauh lebih baik kok.”
“Benarkah? Jangan terlalu memaksakan diri. Rurina sedang pergi untuk membeli minuman.”
“Ah…baiklah.”
Aku menutupi mataku dengan tanganku dan melihat ke langit melalui celah-celah jari.
Kurusu benar-benar peka...
Kurusu adalah orang pertama yang menyadari kalau aku sedang dalam kondisi yang buruk.
Dia langsung mengevakuasiku tanpa menanyakan apapun, dan di sinilah kita sekarang.
“Kirisaki, terima kasih untuk hari ini. Kau telah banyak membantuku.”
“Hmm? Aku tidak berbuat banyak. Rurina yang memperhatikanmu.”
“Tidak, bukan itu...maksudnya untuk berbelanja dengan Kurusu. Aku tidak tahu bagaimana wanita memilih pakaian mereka.”
“Hee, itu mengejutkan.”
“Yah, aku hanya manusia biasa.”
“Hahaha, apaan sih.”
Kirisaki tertawa terbahak-bahak dan duduk di sampingku.
Wajahnya tersenyum, tapi kurasa dia masih khawatir.
Dia terkadang memperhatikanku dengan ragu.
Tetapi ketika dia merasa kondisiku sudah benar-benar membaik, dia kembali berbicara.
“Aku sendiri juga harus mencari pakaianku sendiri. Para gadis itu sangat peka dengan fashion, jadi ada baiknya untuk memiliki pengetahuan akan hal itu.”
“Oh iya. Aku juga mendengar kalian tertawa di kamar pas, apa yang kalian bicarakan?”
“Mn? Apa ya~? Apakah kamu khawatir dengan apa yang kami bicarakan?”
“Tidak sih. Kalian sepertinya bersenang-senang dan Kirisaki memiliki ekspresi aneh yang jelas di wajahmu, jadi aku hanya penasaran.”
“Ah, begitu ya. Tapi, cewek-cewek memang suka mengobrol, jadi kami membicarakan banyak hal hingga aku tidak ingat semuanya.”
“Heee...”
Aku hanya bisa menghela napas saat dia mengatakannya.
Kalau aku mendengarkan namaku disebutkan bersamaan dengan kata seperti ‘kelulusan’ dan juga ‘teman’, tentu saja aku akan penasaran.
Aku hanya berharap dia tidak mengatakan kalau dia menginap di rumahku kemaren...
Dari ekspresi wajah Kirisaki, apakah dia terlihat baik-baik saja?
Aku tidak merasakan adanya perasaan tidak suka darinya...
Huh. Entahlah, aku tidak tahu, aku tidak bisa mendengarkan suara hatinya sama sekali.
(Mesin penjual otomatis...aku tersesat)
Saat aku mencoba mengamati Kirisaki, aku mendengar suara itu.
Aku pun menoleh ke arah suara itu.
Dan ku lihat Kurusu mendekat dengan membawa minuman.
(Kaburagi-kun...kondisinya terlihat membaik. Apa karena kejadian kemaren?)
Kurusu menatapku dengan cemas dan meletakkan kompres dingin di dahiku.
Dia lalu mendinginkan leherku dengan minuman dingin, dan sangat berhati-hati.
Kirisaki terkesan melihat dia melakukannya dengan terampil dan berkata, ‘Oh~’.
“Terima kasih Kurusu. Aku baik-baik saja kok sekarang. Aku sudah istirahat selama 30 menit.”
【Jangan terlalu memaksakan diri】 (Ada kemungkinan kamu akan semakin kurus lagi…)
“Kalian berdua benar-benar ragu padaku ya...”
【Kamu sudah pernah melakukannya】
“Mungkin aku sudah berubah sekarang?”
(Kamu tidak akan berubah begitu saja...karena aku juga sama)
Kurusu menggelengkan kepalanya, dan tetap keras kepala.
Jika aku berdiri dalam keadaan seperti ini, hanya akan mengulang kejadian di UKS sebelumnya.
Tapi aku tidak bisa beristirahat selamanya.
Ini adalah kesempatan yang baik bagi Kurusu untuk mengakrabkan diri dengan orang lain selain aku, dan jika aku menghalanginya, akan sangat sia-sia.
Tapi kepribadian Kurusu tidak memungkinkannya untuk menyerah dengan mudah.
…Aku benar-benar bingung.
“Begini saja, Ritsu tunggu di sini dulu ya? Aku akan pergi membeli crepes dengan Rurina.”
Seolah menyadari dengan kebingunganku, Kirisaki mengajukan hal tersebut.
【Meninggalkan Kaburagi-kun sendirian…】 (Aku ingin berbicara dengannya...namun)
“Tidak apa-apa. Aku tunggu dulu saja sambil beristirahat. Dan kebetulan aku juga sedang lapar.”
【Khawatir】
“Terima kasih. Tapi aku sudah baik-baik saja kok. Sana, sana.”
Aku tersenyum dan mendesak Kurusu, yang sedang bimbang, untuk pergi.
Dia benar-benar ingin pergi, tetapi dia masih mengutamakan orang lain.
Kurusu tidak bergerak meskipun aku sudah mendesaknya, lalu Kirisaki meraih tangannya dan mengatakan ‘Ayo pergi, Rurina’ ketika dia menyadari tidak ada yang bisa aku lakukan.
“Kalau begitu Ritsu, kita pergi dulu ya. Jangan pulang duluan tanpa ijin, oke?”
“Tidak akan. Aku akan menunggu kalian.”
“Oke, oke.”
Dia menjawab dengan nada ringan dan membawa Kurusu bersamanya.
Kurusu memperhatikan masih mengamatiku sampai akhir.
Senang rasanya memiliki Kirisaki di saat-saat seperti ini. Dia pembaca situasi yang baik.
Saat aku memikirkannya, aku sedikit merasa kesepian saat melihat punggung mereka yang kian menjauh.
Perasaan lemah nan sepi ini sepertinya menyerbu dadaku yang tiba-tiba kosong.
“...Entah apa.”
Aku bergumam, dan menunggu mereka kembali.
◇ ◇ ◇
Dua jam kemudian.
Kami sedang berjalan menuju stasiun.
Aku seharusnya mengantarnya ke stasiun sejak tadi, tapi matahari sudah terbenam sebelum aku menyadarinya.
Aku melihat mereka berdua berinteraksi dari belakang.
Interaksinya masih terlihat canggung, tetapi Kirisaki sepertinya tidak terganggu oleh itu, jadi sepertinya tidak ada masalah.
Begitu dia mendapatkan satu orang lainnya untuk diajak bicara, jumlah orang yang dia ajak bicara pasti akan meningkat nantinya.
Jadi kurasa ini adalah kelulusan yang Kurusu bicarakan sebelumnya.
Aku senang melihatnya berkembang dan berubah.
Aku melihat mereka dan tersenyum.
“Oke deh, aku sampai di sini saja ya.”
Kirisaki mengibaskan tangannya dan pergi bergitu saja.
Aku menertawakan langkahnya yang terlihat seperti kucing.
【Terima kasih. Ini berkat Kaburagi-kun】 (…Untuk pertama kalinya aku bisa berinteraksi dengan seseorang selain Kaburagi-kun)
“Tidak, tidak, itu hasil usahamu sendiri, Kurusu. Responmu sudah bagus dan wajahmu tidak terlalu tegang seperti biasanya.”
【Yey】 (Kemajuan yang cukup pesat. Akhirnya aku mendapatkan lisensiku... Aku juga merasa lebih baik dalam hal itu, meskipun hanya sedikit)
“Aku juga berpikir begitu. Kau benar-benar berkerja keras ya.”
Ketika aku mengatakannya, dia menyipitkan matanya dengan gembira.
Melihat perubahan ekspresi wajahnya, aku menyadari bahwa dia telah banyak berubah.
Masih ada beberapa bagian yang sulit untuk berubah, dan ada kalanya dia memiliki wajah tanpa ekspresi yang familiar, tetapi secara keseluruhan, aku sudah bisa memahami perubahan emosinya dari wajahnya.
【Apakah aku sudah lulus dari master?】 (Aku akan mulai berusaha sendiri sekarang, jadi aku harus lebih berkerja keras lagi. Aku cemas, tapi...)
“Jika Kurusu ingin dibantu sedikit lagi, aku akan membantumu. Yah, tidak ada garis finish yang jelas dalam bersosialisasi, sejauh yang aku tahu. Tapi tanpa ku sadari ini sudah akhir bulan.”
Dia mengangguk dan melihat ke langit.
Batas waktu yang kutetapkan sebelumnya hanyalah jalan untuk membujuk Kurusu pada saat itu.
Jadi jika dia mau, aku akan membantunya lagi dan aku tidak akan menolak jika dia memintanya.
Tapi Kurusu yang serius sepertinya sangat ingin lulus dariku dan bekerja keras sendiri.
Jika itu niatnya, aku harus menghormatinya.
Jika aku membatasi dirinya dan membatasi pertemanannya, bantuanku jelas tidak ada gunanya.
Maka sepertinya lebih baik untuk mendorongnya kembali dan mendukungnya untuk mendapatkan teman yang baik lainnya.
“Kurusu, yang kau lakukan hari ini itu sudah bagus. Jadi yang tersisa hanyalah untuk mendapatkan pengalaman secara bertahap kedepannya.”
【Benarkah?】
“Aku tidak akan berbohong. Aku akan membantumu bangkut jika kau gagal.”
Saat aku mengatakannya, Kurusu mulai menulis di tabletnya.
【Terima kasih, master. Terima kasih banyak sudah mengajariku dan membantuku】
Mulut Kurusu sedikit melengkung naik dan dia membuat ekspresi bahagia.
Aku memberinya acungan jempol ketika aku melihat senyumannya, yang sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Kurusu memeluk tasnya dengan sangat hati-hati.
【Bye, bye】
“Oke, bye.”
Kurusu membungkuk dengan sopan dan pergi.
Walaupun itu hanya sapaan biasa darinya, tapi entah mengapa rasanya begitu menyesal melihatnya pergi. Aku pun kembali menoleh ke arahnya hingga sosoknya menghilang ditelan kerumunan.
Aku jadi kepikiran, apakah dia masih akan berbicara denganku ketika dia sudah mendapatkan teman baru lainnya?
“...Aku juga harus pulang.”
Aku kembali bergumam dan menjauh dari keramaian.
Sepertinya aku ingin mengambil jalan pulang memutar kali ini.
“Ritsu?”
Aku mendengar suara tersebut dan mendapat tepukan di bahu.
Seketika aku berbalik karena kaget dan melihat Kirisaki tersenyum padaku, lalu jarinya menyentuh pipiku.
Dia tersenyum padaku, dan aku tidak bisa menahan tawaku.
“Eh...Kirisaki? Kupikir kau sudah pulang...”
“Baru juga jam enam.”
“Alasan macam apa itu?”
Ketika aku mengatakannya dengan satir, Kirisaki menggerakkan jari telunjuknya di pipiku seolah mengelusnya.
Aku menatapnya dengan kesal, malu dengan perlakuannya ini di depan umum.
Dia menarik tangannya, tersenyum, dan duduk di sampingku. Kemudian dia menatap ke langit, dan menghela napas.
“Jadi ada apa, Ritsu? Apakah kamu habis ditolak atau apa??”
“Aku tidak akan menembak gadis lain ketika aku sendiri sudah punya pacar ya.”
“Oh, begitu ya. Yah tapi kamu terlihat sangat sedih sih, makanya aku jadi kepikiran kalau hal itu benar terjadi.”
“…Sedih?”
“Iya sedih, seperti ekspresi yang melankolis begitu.”
“…Aku tidak tahu kalau ekspresi wajahku benar-benar seperti itu.”
…Begitu ya.
Hubungan itu dimulai dari semacam rasa simpatiku padanya, tapi kurasa aku menikmati hari-hari bersamanya lebih dari yang kukira.
Hari-hari dimana aku bisa mendengar suara yang indah itu…
Aku pun melihat ke langit dan menghela napasku.
Kabut putih menyebar di langit malam dan menghilang dengan cepat.
──Yah, pada akhirnya seorang murid akan meninggalkan gurunya cepat atau lambat.
Aku mencoba menerimanya, dan menyesuaikan kembali ekspresi wajahku.
Kirisaki, yang memperhatikanku, meraih lenganku dan menarikku ke arahnya.
“Ritsu selalu bisa memahami orang lain, tapi kamu benar-benar tidak mengerti dengan dirimu sendiri.”
“Hahaha. Itu benar. Aku tidak pernah sadar sampai aku ditegur oleh orang lain.”
“Ayo, Ritsu.”
“Mau kemana?”
“Karaoke dong. Aku sedang sangat ingin bernyanyi. Aku ingin berteriak sekeras yang aku bisa.”
“Oke, ide yang bagus.”
“Baiklah kalau begitu, sudah diputuskan. Mari kita terus bernyanyi dan tidak boleh pulang kalau belum mendapatkan nilai sempurna. Mungkin kamu tidak bisa pulang hari ini, benar kan?”
“Tidak, tidak~ aku adalah ‘Mr. Perfect’, jadi tidak masalah.”
Sautku dengan bangga dan Kirisaki tersenyum dengan riang sambil mengatakan, ‘Mari kita lihat bagaimana nanti’.
“…Terima kasih ya.”
“Mn? Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud.”
“Yah…”
“Oh iya, tapi…tadi itu belum dihitung janji menemani berbelanjamu ya. Kan kita hanya bertemu secara kebetulan.”
“Eh, serius?”
“Tentu saja. Janji adalah janji, kebetulan ya kebetulan. Jangan seenaknya mengabaikan janjimu sebelumnya ya.”
“Hahaha. Iya deh iya.”
Saat aku mengangguk, Kirisaki mengatakan, ‘Yosh!’, dan tersenyum padaku.
Kemudian aku dan Kirisaki berjalan berdampingan di malam ini.
Dan kami tidak terlalu banyak bicara setelah itu.
Namun, aku bersyukur akan hal itu untuk sekarang.
|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment