NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tonari no Seki no Moto Idol Volume 2 Chapter 5

Chapter 5 - “Apa Arti Seorang Idol Untukmu?”

Minggu kedua pembuatan film, kemajuannya cukup terasa.

“Kasumi-san, aktingnya telah meningkat pesat selama aku pergi, bukan?”, ucap Kotono yang baru saja menyelesaikan kursus musim panasnya dan bergabung kembali dalam pembuatan film setelah sekian lama.

“Eh, beneran!?”

Kasumi memang orang yang benar-benar berbakat. Dia tidak hanya akan bisa melakukannya jika mencobanya, tapi dia bisa mencapainya lima kali lebih cepat dari orang-orang pada umumnya. Tentu saja dia bekerja keras, tapi dia sangat ahli untuk berkembang dengan pesat, mungkin karena dia telah menghadapi masalahnya sendiri sepanjang hidupnya.

Kebetulan, hanya ada aku dan Kotono di kelas sekarang karena kita datang terlalu awal, tapi karena itu aku jadi bisa memuji Kasumi tanpa merasa malu.

“Potensi pertumbuhan Kasumi sangat menakjuban, bukan? Yah sebagian mungkin karena sejak awal dia memang terlihat begitu cantik. Sebelumnya saat masalah itu terjadi, dia seperti kehilangan nafsu makannya, tetapi akhir-akhir ini sepertinya sudah kembali normal.”

“Mengapa Kashiwagi-kun terlihat begitu bahagia ya?”

“Ya karena aku sutradaranya kan, apa ada hal lain lagi?”

“…Begitu ya. Maaf ya jadi terdengar kasar. Aku hanya sedikit lelah.”

Kotono, yang selalu berdiri tegak dan lurus, terlihat sedikit lelah hari ini.

“Yah ini musim panas, jadi wajar saja jadi mudah emosi.”

“Yap, benar kan. Umm, Kashiwagi-kun biasanya tidak tertarik dengan orang lain, tapi bukannya kamu begitu memperhatikan Kasumi-san ya?”

“Iya, itu benar. Kalau dia sudah bersamaku sejak bulan April lalu, mataku mau tak mau jadi terus mengikutinya kan…tapi, apa aku benar-benar terlihat tidak tertarik dengan orang lain?”

“Yah, menurutku sih begitu. Aku sudah memperhatikanmu sejak SMP dulu, tahu.”

Kotono tertawa mendengar kata-kataku dan mengipasi wajahnya dengan naskahnya.

Wow, sungguh luar biasa. Bahkan aku menyadarinya baru-baru ini. Jika memang begini, seharusnya aku lebih mendengarkan lagi keluhan-keluhannya sebelumnya dan segera mengandalkannya.

Kita sudah berada di tahun kedua masa SMA kita. Hanya tersisa satu tahun lagi hingga ujian masuk perguruan tinggi. Sebagai sekolah yang memproklamirkan diri sebagai ‘Sekolah Unggulan’, mereka mengatakan “Libur musim semi di tahun kedua adalah awal dari semeter di tahun ketiga”, jadi setelah libur musim panas dan musim dingin nanti, kita sudah menjadi siswa yang bersiap untuk ujian.

Mungkin tidak bisa dihindari bagi seorang siswa teladan seperti Kotono harus berusaha keras dalam studinya, terlepas dari keinginannya sendiri, atau mungkin karena latar belakang keluarganya. Jadi tidak heran jika dia merasa lelah, meskipun tentu saja cuaca panas ini juga menjadi faktor penyebabnya.

Kotono berhenti mengipasi dirinya sendiri dengan naskah dan mulai membolak-balik halaman. Dia tampaknya memeriksa ulang dialog-dialog adegan hari ini. Kemudian dia membaliknya hingga ke halaman terakhir dan menghela napas panjang ketika melihat halaman selanjutnya yang masih kosong. Kita semua masih bingung dengan adegan terakhirnya. Sudah cukup lama sejak Kotono memberitahukan hal itu dulu, tetapi aku sendiri juga masih belum menemukan jawabannya.

“Pak Sutradara, sudah waktunya untuk membuat keputusan, bukan?”

“Iya, benar. Adegan ini akan mengarah ke petunjuk awal dari adegan klimaksnya nanti.”

“Aku juga sudah memikirkannya, tapi…aku membuatnya semakin gelap dan gelap, dan aku juga tidak bisa memaksimalkan pesona Kasumi-san secara maksimal, jadi sulit bagiku untuk memutuskannya.”

Ketika cerita ini mencapai klimaksnya, hantu gadis itu telah menemukan cara untuk naik ke surga dan dia datang untuk memberitahu gadis sekolah yang diperankan oleh Kotono kalau dia akan pergi keesokan harinya.

Tindakan gadis sekolah itu setelahnya nanti akan menentukan akhir dari ceritanya. Dapatkah gadis itu bertahan dengan kenyataan bahwa dia akan kehilangan satu-satunya temannya, bagaimana ia akan menanggapinya, bagaimana ia akan menjalani sisa hidupnya, ataukah dia akan bunuh diri karena dia tidak tahan, Kotono telah memberikan banyak gagasan tersebut, tetapi entah kenapa tidak ada satu pun yang terasa benar.

Tampaknya Kotono sendiri yang paling merasakan hal tersebut, dan dia selalu terlihat gregetan ketika kita membicarakannya. Di samping itu, karena dia yang akan memainkan peran tersebut, akan menjadi pilihan terbaik untuk memutuskan akhir seperti apa yang paling memuaskan baginya.

“Yah, sepertinya masih akan baik-baik saja jika ditunda hingga sekitar satu mingguan. Dua minggu dari sekarang, ugh, pasti akan sangat sulit.”

“…Tolong jangan beri aku deadline di menit-menit akhir. Setidaknya beritahu aku tiga hari sebelumnya, jadi aku bisa sedikit tenang.”

“Tidak ada gunanya memberitahuku setelah kamu mengatakan itu padaku.”

Maksudku, walaupun aku mengatakan hal tersebut untuk berjaga-jaga, aku tahu dia tidak pernah melampaui deadline sebelumnya. Dan karena aku tahu Kotono itu night owl (TN: Maksudnya orang yang suka begadang kalo kerja), aku jadi tidak mau memaksakan dirinya, tapi aku percaya pada dirinya. Yah singkatnya, aku tahu Kotono pasti akan mampu menyelesaikannya.

Sementara kita menghabiskan waktu dengan membicarakan hal-hal ini, lima menit sebelum waktu yang kita janjikan, Kasumi masuk ke dalam kelas.

“Hei, aku ingin membicarakan tentang penayangan Fuyuka-san besok di N-St!” [TN: N-St itu salah satu program di stasiun televisi disana.]

“Eh”

“Oh, Kotono-chan sudah bisa ikut ya hari ini? Selamat atas kerja kerasmu di kursus musim panasmu~!”

Kasumi tersenyum pada Kotono, tetapi dari mata Kotono sepertinya pikirannya sudah dipenuhi dengan Fuyu-nee.

Oh tidak, celaka. Kasumi tidak tahu kalau Kotono adalah fans berat Fuyu-nee…!

“Apa yang baru saja kamu katakan, Kasumi-san?”

“Eh? Ah──, maksudmu tentang rencana pergiku dengan Ren-kun untuk menonton pertunjukkan di N-St?”

“Sebelum itu! Katamu itu penayangannya Fuyuka-san, bukan? Mungkinkah, ini terkait pengumuman seleksi yang terjadi kemaren?”

“Ah, iya. Jadi, kemarin itu pengumuman resmi terkait Fuyuka-san yang akan membawakan lagu baru nanti sebagai center, benar kan? Dan aku diundang untuk menontonnya karena akan ditayangkan di N-St. Umm, Kotono-chan, ternyata kamu tahu banyak juga, ya?”

“Bukan begitu, yah, aku menyukai pertunjukan musik sama seperti orang lain. Dan karena Kasumi-san ada di dalam grup itu sebelumnya, aku jadi tertarik.”

“Oh begitu, bagus deh.”

Mereka tampak berbicara dengan damai, tetapi saat aku mundur selangkah, aku bisa melihat sebuah kepanikan di wajah mereka berdua. Kotono, yang sudah menyembunyikan hobi ngidolnya dibutakan dengan informasi tentang idol favoritnya dan jadi salah tingkah. Sementara Kasumi, yang secara tiba-tiba membicarakan tentang Fuyu-nee karena mengira aku hanya sendirian dan tidak tahu kalau Kotono ternyata juga ada di sini, dia menatapku dengan ekspresi bersalah di wajahnya. Dan tentu saja, riwayatku juga akan tamat jika Kotono mengetahui kalau Fuyu-nee adalah teman masa kecilku────────.

“...Kotono ingin ikut juga?”

“…Astaga, seriusan?”

“Serius. Seingatku, kita masih bisa mengajak satu teman lagi, bukan?”

“Eh!? Ah, iya! Ya, bisa kok itu!”

Ketika aku berbicara dengan Kasumi, dia tampaknya telah memahami maksudku, dan langsung menganggukkan kepalanya.

Sejujurnya, aku lah yang diundang oleh Fuyu-nee untuk datang dan menonton penayangannya, bukan Kasumi. Tapi untungnya, pesanku telah dibaca olehnya dalam sekejap, jadi aku memintanya untuk memesankan satu tiket lagi.

“Umm, Kashiwagi-kun. Sepertinya aku akan jatuh dari tangga. Tolong bangunkan aku.”

“Tunggu, tunggu, tunggu! Astaga, ini nyata oi!”

“Karena hanya beberapa lusin orang yang bisa memasuki tempat acaranya, jadi jaraknya 550 kali lebih dekat dibandingkan saat konser. Jadi bukankah dia akan bernyanyi dan menari pada jarak sedekat itu!? Sama saja seperti dia benar-benar berada di hadapanku!”

“Tidak, tidak, memang lebih dekat dibandingkan saat konser, tetapi masih agak jauh kok tergantung di mana kita duduknya.”

“Iya, mantan idol, sudah jangan keras kepala. Dan Kotono, tolong sadarlah sekarang juga!”

Seharusnya aku mengajak Kotono ikut sejak awal jika ini akan terjadi. Aku takut ketahuan sebagai teman masa kecilnya jika dia bertanya kepadaku mengapa aku memiliki tiket menontonnya padahal aku terlihat tidak begitu tertarik dengan idol, tetapi ini semua malah menjadi bumerang bagiku. Yah, tapi Kotono tampaknya berpikir kalau aku memilikinya karena aku adalah teman Kasumi, jadi sepertinya semuanya baik-baik saja.

Sementara Kasumi tampak senang dan mengatakan, “Jangan bilang, Kotono-chan itu…!”. Dan Kotono yang sebelumnya murung karena naskahnya, sekarang terlihat seolah-olah dia sedang bermimpi.

“Yah selain itu, mungkin aku bisa menggunakannya sebagai referensi dengan menonton pertunjukkan profesional...”, gumamku sambil mengunyah kata-kataku itu.

Sejujurnya, semuanya terasa menyenangkan bagiku karena aku telah menemukan apa yang ingin aku lakukan. Matahari terbit terlihat lebih indah, pantulan dari genangan air terlihat menarik. Segala sesuatu yang aku lakukan, baik saat aku tidur atau terjaga, aku menghubungkan semuanya dengan film. Dan seterusnya…

Aku jadi bertanya-tanya mengapa Fuyu-nee ingin menjadi seorang idol, setelah dipikir-pikir lagi.

“Astaga, buruknya aku.”

Walaupun dia adalah teman masa kecil yang sangat aku sukai.

Dia memenangkan audisi, menjadi center di dalam grupnya, dan yang lainnya. Aku selalu hanya mengetahui hasilnya, dan ketika aku memikirkannya, ternyata ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang Fuyu-nee. Mungkin saja aku pernah mendengar tentangnya, tapi aku tidak ingat.

Ketika aku memikirkan hal tersebut, tiba-tiba aku jadi merasa takut. Aku selalu berpikir telah melakukan semuanya sebaik yang aku bisa. Tapi pada akhirnya, ini semua hanya tentang diriku sendiri, dan mungkin karena itu aku jadi mengabaikan hal-hal seperti ini.

 

***

 

Kemudian, hari penayangannya pun tiba.

Aku telah berangkat ke Tokyo selangkah lebih awal untuk berbicara berdua dengan Fuyu-nee. Lalu aku akan bertemu dengan Kasumi dan Kotono di tempat acara berlangsung. Kebetulan, aku tidak tidur nyenyak semalam karena aku sedang dalam misi untuk membuat Kasumi menyamar sedemikian rupa sehingga dia tidak akan dikenali, tetapi juga tidak terlihat mencurigakan.

Sambil menggosok-gosok mataku yang masih mengantuk, aku terhuyung-huyung di dalam kereta, dan membuka peta di ponselku saat menuju tempat tujuanku. Tempat itu adalah sebuah restoran. Dan restoran yang hanya memiliki ruangan pribadi itu ternyata lebih mudah untuk dimasuki dibandingkan bayanganku. Walaupun begitu, ketika aku memasuki restoran, seorang pramusaji yang terlihat sangat profesional langsung memanduku ke sebuah ruangan. Dan ketika aku mengetuk dan membuka pintunya, sudah ada Fuyu-nee disana yang dengan anggun melambaikan tangannya.

“Ren~! Sudah lama ya tidak jumpa.”, ucap Fuyu-nee sambil tersenyum ke arahku.

Dia masih tersenyum seperti biasanya meskipun aku tahu dia sekarang sudah bertanggung jawab sebagai center dengan jadwal yang pasti mematikan.

Aku sempat khawatir tentang kondisi mentalnya karena berita terkait menurunnya popularitas grupnya semenjak kepergian Kasumi, tetapi dia nampaknya baik-baik saja dan bersemangat, seperti yang dia katakan di telepon.

“Aku benar-benar kagum padamu, Fuyu-nee.”

“Ada apa tiba-tiba begitu?”

“Ya apa saja. Entah aku merasa masih sangat jauh, aku bahkan masih berjuang menyeimbangkan apa yang ingin aku lakukan dengan tugas-tugasku.”

“Tidak juga kok, aku sendiri masih merasa berantakan setiap hari. Tetapi aku tidak punya waktu untuk memikirkannya, jadi ya sudah aku jalani saja semuanya.”

“Kerennya.”

Idolaku. Fuyu-nee selalu berada di depanku.

“Btw, Ren, kamu bilang ada yang sedang ingin kamu lakukan sekarang?”

“Ah...”

“A─pa, kenapa wajahmu begitu? Kamu menyembunyikan sesuatu ya dari onee-sanmu? Dingin banget sih Ren. Aku bertanya-tanya siapa yang menemani Ren ketika berpindah-pindah dari satu hal ke hal yang lainnya dulu.”

“Ugh…”

“Apa ada yang salah kalau aku tahu?”

“Yah, aku sendiri tidak tahu ini benar atau tidak. Aku sudah berencana untuk menghubungi Fuyu-nee saat sudah selesai nantinya.”

“Memangnya kenapa sih.”

               “Karena, kau tahu kan, aku…tidak ingin menunjukkan betapa payahnya aku. Aku akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikannya sebelum akhir liburan musim panas nanti, jadi tolong tunggu aku.”

               Setelah mengatakannya, aku rasa situasinya sudah tidak keren lagi.

“Haah〜〜〜〜

Ketika aku memikirkannya, aku melirik wajah Fuyu-nee dan dia menghela nafas panjang. Ekspresinya seolah seperti sedang tertegun atau lega. Entahlah, aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya dia rasakan.

“Kenapa sih.”

“Entah rasanya membuatku frustasi. Padahal aku selalu ada untukmu sepanjang waktu.”

“Ya, kau memang ada di sini kan.”

“Benar juga. Kalau begitu, setelah sekian lama, aku akan memelukmu lagi!”

“Sudah-sudah, tidak apa-a──”

Aku pun dihancurkan sebelum sempat menyelesaikan kata-kataku, apa-apaan ini.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi rasanya aku telah diselimuti dengan aroma vanila yang begitu menyenangkan.

“Le…Lepaskan aku!”

“Waa, jahatnya! Kamu ingin membuatku menangis ya!?”

“Itu seharusnya kata-kataku! Pikirkan usiamu sekarang!”

Terutama pertumbuhan fisikmu itu!!

“Aku masih remaja, tahu?

               Apa maksudnya masih remaja. Dan saat aku membuat komentar itu di otakku, aku jadi teringat kalau Kasumi juga pernah memelukku. Apakah semua idol suka memeluk? Atau hanya yang berada di sekitarku saja? Entahlah, aku tidak tahu.

“Jangan memikirkan siapa pun kecuali aku yang ada di depanmu."

“Fu, Fuyu-nee?”

Ketika aku sadar, wajah cantik Fuyu-nee sudah berada tepat di depanku. Lingkaran hitam di sekitar matanya membuat dia terlihat sangat seksi.

“Karena aku seorang idol, aku tidak bisa hidup tanpa perhatian.”

Dia mengatakan hal yang berkebalikan dengan Kasumi. Tentu saja, karena Kasumi sudah berhenti menjadi idol.

“Ah, kamu terlihat seperti sedang memikirkan orang lain selain aku lagi. Kamu tahu rasanya menjadi seorang idol, bukan?”

“Iya maaf.”

“Sudah, tidak usah minta maaf. Aku tidak akan kalah dengan orang biasa.”

Fuyu-nee mengatakannya sambil meletakkan lengannya di leherku dan terkikik di telingaku. Aroma vanilanya kembali menggelitik hidungku. Aku bahkan tidak punya waktu untuk mengeluh dengan kesan jarak Fuyu-nee yang kacau, dan ia kembali melanjutkan pembicaraannya.

“Baiklah kalau begitu.”

“Eh?”

“Maaf ya aku tidak bisa melihat prosesnya, tapi karena Ren ingin menunjukkannya padaku, aku sangat senang, jadi tidak masalah.”

“…Terima kasih ya.”

“Fufufu. Sebagai imbalannya, aku ingin Ren menunjukkan seberapa kerennya kamu.”

“Ah. Aku pasti akan menunjukkannya padamu.”

Tekanan darinya pun terangkat. Namun, aku jadi sangat termotivasi sekarang untuk menjawab tantangannya itu. Karena ini pertama kalinya aku mendengar Fuyu-nee mengharapkanku untuk melakukan sesuatu.

“Ah, sudah hampir waktunya nih. Aku harus segera pergi ke stasiun TV.”

“Oh, sudah ya?”

“Sayang sekali, tapi aku akan bernyanyi untuk Ren nanti. Aku jadi sangat bersemangat, tahu. Soalnya Ren…jarang sekali kan datang untuk melihatku di atas panggung?”

Aku benar-benar minta maaf untuk itu.

Tentu saja itu karena aku berpikir kalau aku juga tidak begitu menyukai jika kerabatku datang untuk melihatku diatas panggung berkali-kali. Di samping itu, aku takut akan tempat pertunjukkannya dan sorak-sorai yang keras dari para fans lainnya. Sungguh, sepertinya dia sudah menjadi sosok yang tidak bisa aku raih lagi.
 

Tetapi, seperti halnya aku memutuskan untuk datang ke sini hari ini, aku yakin akan datang lagi untuk kedepannya.

“Aku akan lebih sering lagi datang mulai sekarang.”

“Eh──? Aku tidak percaya sih.”

Melihat Fuyu-nee mengatakannya dengan pipinya yang menggembung seolah merajuk, aku tiba-tiba teringat dengan tujuan kedatanganku hari ini.

“Ah, tunggu. Ada satu hal terakhir yang ingin aku tanyakan padamu.”

“Apa itu?”

“Kenapa Fuyu-nee memutuskan untuk menjadi seorang idol?”

“Eh...”

Aku bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan pertanyaanku, tetapi aku jelas melihat wajah Fuyu-nee menjadi terdistorsi. Aku tidak bisa merasakan ketenangan yang biasanya dari wajahnya, dan yang bisa aku katakan hanyalah…dia terlihat seperti akan menangis.

“Aku sendiri ingin tahu kenapa.”

Ya, benar. Aku pernah melihat ekspresi ini sebelumnya. Ini adalah ekspresi yang dia pasang ketika dia melapisi dirinya dengan persona idolnya.

“Rahasia.”

Fuyu-nee bergumam dengan suara yang kecil dan meninggalkan ruangan.

 

Kemudian, aku bergabung dengan Kotono, yang sudah sangat terharu sampai-sampai dia hampir menangis. Dan juga dengan Kasumi, yang ekspresinya masih sedikit tegang, mungkin karena masih takut menghadapi para penonton lainnya. Kami pun menyaksikan Fuyu-nee menari di tengah panggung.

Lagu tentang cinta yang hilang dengan melodi yang populer dan berlatar musim panas yang telah berlalu ini sangat cocok dengan Fuyu-nee. Panggung yang sudah lama tidak aku lihat ini begitu megah nan indah, dan aku merasa sangat bersemangat.

Seolah-olah ekspresi murung di wajahnya sebelumnya adalah sebuah kebohongan, Fuyu-nee bersinar di tengah-tengah panggung.  Dan di sepanjang lagu tersebut, Fuyu-nee tidak melakukan kontak mata sekali pun denganku.

 

***

 

Side: Fuyuka Shirakaba

“...Kuu, haa, ugh.”

Aku tidak bisa bernapas.

Apa itu? Apa yang tiba-tiba saja terjadi? Mengapa?

Setelah meninggalkan ruangan pribadi tempatku bertemu dengan Ren dan berjalan sebentar, aku meletakkan tanganku di lantai dan terduduk.

────Kenapa Fuyu-nee memutuskan untuk menjadi seorang idol?

Hingga sekarang, dia tidak pernah memperhatikan hal semacam itu.

Begitulah seharusnya, itu yang terbaik. Karena aku sengaja hanya menunjukkan hasilnya saja kepada Ren. Aku ingin dia menganggapku sebagai idol. Aku tidak ingin Ren melihat proses yang kacau nan jelek itu, yang mungkin bisa aku perlihatkan kepada para fansku.

Aku ingin selalu menunjukkan kepada Ren betapa sempurnanya diriku.

Karena itu…aku…

Itulah sebabnya aku ingin menjadi seorang idol.

 

***

 

               Di tahun terakhirku di sekolah dasar, aku menyadari bahwa aku bukanlah orang yang terpilih.

Teman masa kecilku, Ren, selalu terlihat bahagia. Dia tertarik pada hal-hal baru dan selalu mencoba tantangan demi tantangan. Mungkin karena kedua orang tuanya bekerja dan dia memiliki waktu luang, tetapi dia membuatku terpesona dan terkejut.

Aku lebih tua darinya. Aku seharusnya tahu lebih banyak darinya. Aku harus melakukan segalanya dengan lebih baik darinya. Harga diriku terguncang setiap kali Ren melaporkan beberapa hal yang sudah ia lakukan.

Dulu aku berpikir bahwa aku adalah siswa yang cukup baik, tetapi sepertinya tidak. Aku selalu melakukan semua yang terbaik dengan caraku sendiri, tapi sepertinya itu tidaklah cukup.

────Huh, aku ingin tahu apa yang aku kuasai.

Tiba-tiba, aku berpikir bahwa aku seharusnya tidak berpikir seperti itu.

Dan sejak hari itu, aku tidak bisa melihat Ren lagi.

Bahkan lebih buruk lagi setelah kami memasuki sekolah menengah pertama dan bersekolah di tempat yang sama. Ren selalu berbicara dengan gembira bersama teman-temannya. Sementara aku tidak pandai berbicara dengan orang lain dan tidak bisa membaur dengan teman-teman sekelasku, jadinya aku selalu merasa malu ketika sendirian di koridor dan bertemu dengannya.

Namun, setiap kali kami berpapasan, Ren selalu tersenyum padaku dengan gembira dan mengatakan, “Hei, Fuyu-nee.”.

Aku sangat membencinya, aku ingin mengatakan padanya bahwa aku tidaklah layak, itu benar-benar menyakitkan hingga aku muntah di malam hari.

“Aku tidak bisa terus seperti ini, sungguh...”

Mau tidak mau aku terus menahannya, karena aku masih ingin bersama dengan Ren. Aku benar-benar bahagia. Karena Ren, makhluk yang mungkin berbeda denganku, menyayangi diriku.

“Jadilah istriku ketika kita tumbuh dewasa nanti!”

Aku tahu bahwa janji seperti itu sudah lama kadaluwarsa. Namun, aku tidak bisa melupakannya, dan aku selalu memimpikannya di hari-hari ketika aku sedang mengalami hal yang buruk.

Jika aku tidak melakukan ini, aku tidak akan bisa bersikap baik dengan Ren lagi. Karena inferiority complexku yang selalu menyelimutiku. [TN: Inferiority complex itu semacam kondisi psikis yang buat orang jadi ngerasa tidak percaya diri dengan dirinya sendiri, dalam kadar yang ekstrem ya]

Ren adalah orang yang baik. Aku adalah orang yang buruk, aku tidak cukup baik. Selalu, selalu, dan selalu seperti itu.

“Selamat pagi, Ren.”

Berapa lama lagi aku bisa menjadi onee-sanmu yang baik dan mencintaimu?

Kemudian, ketika aku merasa tergesa-gesa, aku melihat film dokumenter tentang idol.

               “Semenjak aku menangis sejadi-jadinya saat audisi umum, jumlah fansku kian meningkat. Aku sangat senang, aku tidak tahu kalau ada begitu banyak orang yang mau menerimaku seperti itu!”

Seorang idol di TV menceritakan kisah hidupnya.

“Jadi, tidak apa-apa untuk gagal.”

Aku tidak pandai berbicara dengan orang lain. Aku tidak pandai melakukan kontak mata. Aku tidak punya apa-apa untuk dibanggakan dalam diriku.

Jika aku menjadi idol, apakah mereka akan menerimaku seperti ini?

 

***

 

Sejak hari itu, aku tidak bisa berhenti memikirkan tentang idol, tidak peduli apa yang sedang aku lakukan.

“Ada orang-orang yang mengagumiku seperti ini!”, katanya.

Kata-kata yang diucapkan sang idol dengan bangga itu melekat ke dalam diriku yang mengalami inferiority complex, dan aku tidak bisa menyingkirkannya dari pikiranku.

Aku pikir ini adalah satu-satunya cara bagiku.

Dengan ini, aku mungkin bisa menjadi yang terbaik juga.

Ren mungkin akan tetap mengagumiku selamanya.

“Ibu, aku ingin menjadi seorang idol.”

Tentu saja orang tuaku menghentikanku.

Berkali-kali mereka bertanya padaku mengapa aku harus memilih jalan yang begitu menyakitkan itu. Tetap saja, yang aku pikirkan hanyalah bagaimana untuk bisa menjadi seorang idol dan bagaimana aku bisa berbicara dengan Ren lagi secara tulus seperti dulu.

Aku bertahan selama setahun. Dan setelah akhirnya mendapatkan izin dari kedua orang tuaku, aku melamar audisi untuk grup idol baru bernama cider×cider, dan aku berhasil lolos.

Mungkin aku bisa lolos karena aku sudah mempersiapkan diri untuk babak kedua dan terakhir, membuat naskah untuk jawabanku, dan melatih nyanyian serta tarianku mati-matian. Karena setiap kali aku memikirkan apa yang akan terjadi jika aku gagal, aku kehilangan kepercayaan diri untuk menjalani sisa hidupku dengan normal.

Dan kemudian, aku dipuji oleh Ren, yang tidak mungkin mengetahui hal-hal dibalik semua ini.

Seraya aku berjuang mati-matian untuk mendapatkan lebih banyak pujian dan menambah kepercayaan diriku, aku mendapati diriku telah menjadi member terpilih dari cider×cider dan menjadi idol nasional.

Tetapi setelah benar-benar melakukannya, aku pun mengerti.

Menjadi seorang idol tidak cukup hanya dengan menjadi cantik.

Mereka bilang selama kita berusaha, fans pasti akan menemukanmu, tetapi jika kita tidak memiliki ciri khas sama sekali sejak awal, mereka bahkan tidak akan menemukanmu.

Ada begitu banyak bintang di langit, tetapi hanya tiga atau lima saja yang orang-orang tahu namanya. Bahkan para ilmuwan pun tidak mencari nama-nama dari debu bintang, yang sama tidak berharganya dengan batu. Seorang gadis biasa, atau lebih tepatnya gadis yang bahkan kurang dari biasanya, harus bekerja lebih keras dibanding yang lainnya untuk menjadi bintang yang tercantik.

“...Frustasi sekali.”

Tarian yang tidak aku kenal, nyanyian yang buruk. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Awalnya aku membencinya, tetapi setiap kali aku disemangati, aku menjadi lebih kuat.

Karena dia bukanlah otaku idol atau apapun, jadi aku harus bisa bersinar sampai menjangkau dirinya yang terlihat bosan dengan semuanya. Jika aku berpikir seperti itu, aku benar-benar bisa melakukan apa saja.

Ren pasti tidak akan mau menonton videoku berlatih. Dia juga sepertinya tidak akan menonton film dokumenter. Satu-satunya hal yang mungkin ditonton olehnya adalah video musik yang dibuat seindah mungkin, dan video live.

“Semuanya! Terima kasih banyak!! Aku mencintai kalian!”

Sorak-sorai dan doa dari para fans membuatku menjadi seorang idol.

Layaknya mantra untuk diriku yang menyedihkan ini, mereka membuatku menjadi sosok onee-san yang sudah lama aku impikan.

Di balik layar ini, di antara penonton, mungkin ada Ren di sana.

Hanya dengan memikirkan itu saja sudah membuatku tersenyum seperti orang paling bahagia di dunia, tidak peduli seberapa gilanya jadwalku.

────────Seharusnya begitu.

“Suatu hari nanti musim akan berubah

Ren tampaknya telah menemukan sesuatu yang ingin ia lakukan saat aku tidak berada di sisinya. Dia memperlihatkan senyum yang paling mempesona dari yang sudah aku lihat sebelumnya. Aku ingin tahu sejak kapan dia mulai tersenyum seperti itu.

“Album kameramu semakin bertambah dengan kenangan-kenangan orang lain selain diriku

Aku tidak mengetahuinya sejak awal, aku tidak tahu kalau dia begitu ingin mencari sesuatu untuk ia lakukan. Karena selama ini aku hanya melihatnya putus asa saat kecil, dan dia tidak pernah menceritakannya lagi padaku.

“Hei, dengan siapa dirimu saat ini?

               Atau mungkin dia berhenti menceritakannya karena diriku.

Ada Ren di barisan penonton, tapi aku tidak bisa mengalihkan pandanganku ke arahnya karena suatu alasan. Itu karena ada Mirufy di sisinya. Kalau mata kita bertemu, aku takut menyadarinya.

Aku tahu, tempat di sisinya itu bukanlah milikku lagi.

 

“Apakah salah bagiku untuk mengatakan kalau aku sedih sekarang

Demi Ren, kataku, aku malah bekerja sebagai idol dan meninggalkannya.

Tidak. Tentu saja tidak. Karena aku tidak akan bisa mengakui perasaan ini, jika bukan karena untuknya.

Aku bertanya-tanya, siapakah aku bagimu♪”

──────Apa artinya menjadi idol untukku.

Saat memikirkannya, aku menyadari lagu ini telah usai.

"Terima kasih semuanya!"

Di saat itu, tiba-tiba aku meneteskan air mataku, tetapi aku tidak tahu untuk siapa air mata itu.

 

|| Previous || ToC || Next Chapter ||  

0

Post a Comment



close