-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 4 Side Story

Side Story - Defektif yang Terlalu Peka: Berkas Kasus Housuke Sasahara

Banyak sekali pertanda buruk yang muncul di hari itu.

Dimulai dari hari ini yang disebut sebagai 'Butsumetsu', yang dianggap sebagai hari yang sangat buruk berdasarkan kalender Jepang. Di pagi hari, seekor kucing hitam lewat tepat di depannya, lalu ia menumpahkan kopi yang baru saja ia beli dan ia hampir saja ditabrak mobil yang melanggar lampu merah.

Tapi Howard K. Shirogane bukanlah orang yang percaya akan takhayul. Jadi ia hanya mengangkat bahunya sambil mengatakan, “Yah, ada kalanya hari seperti ini terjadi.”, dan tidak membiarkan hal tersebut menurunkan semangatnya.

Setelah itu, ia berhasil mengejar taksi tanpa halangan, tanpa terjebak kemacetan, dan sampai di tujuannya dengan selamat. Semuanya berjalan dengan lancar.

    “Wow, ini...pemandangan yang luar biasa.”, Howard mengatakannya sambil terpukau, memandang kapal pesiar besar nan mewah yang sedang berlabuh di pelabuhan.

Kapal tersebut digunakan untuk perjalanan mengelilingi dunia, dengan kapasitas mencapai ribuan penumpang. Bahkan di dalamnya terdapat kolam renang, panggung opera, dan kasino.

Di area sekitar kapal tersebut dipenuhi dengan orang-orang yang berpakaian rapi, jelas terlihat sebagai kaum kelas atas, dan mereka sedang menjalani pemeriksaan seluruh badan sebelum diperbolehkan untuk memasuki kapal.

Kapal tersebut telah disewa untuk merayakan hari jadi ke-50 tahun dari sebuah perusahaan besar. Howard diundang karena sebuah alasan pekerjaan dan ia datang ke sana sebagai perjalanan bisnisnya.

    “Haha, kayaknya nanti aku pamerin ke Koyuki dan yang lainnya dah waktu balik ke Jepang.”

Gumam Howard, hatinya berdebar dipenuhi dengan kegembiraan saat dirinya mengarahkan kamera smartphonenya ke kapal pesiar tersebut.

Namun, kapal tersebut terlalu besar untuk masuk ke dalam satu frame. Jadi ia mencoba memutar-mutar smartphonenya agar mendapatkan sudut pengambilan gambar terbaik. Dan saat ia terlalu fokus dalam pengambilan gambarnya, ia tidak sengaja menabrak seseorang.

    “Oops, maaf ya...”

    “Tidak, tidak, itu salahku. Eh?”

Saat Howard berbalik untuk melihat siapa yang ia tabrak, seketika ia membeku ketika melihat wajahnya.

Orang tersebut adalah orang Asia. Ia sedang membelai rambut pendeknya yang berwarna hitam, dan tersenyum lembut yang membuatnya terlihat seperti orang baik. Walaupun orang-orang bisa saja mengiranya sebagai pemuda karena perawakannya yang masih awet muda, namun karena auranya yang sungguh kuat dan terkesan seperti berasal dari dunia lain, membuatnya terlihat seperti pertapa yang tinggal jauh di dalam pegunungan. Kehadirannya, tanggal hari ini yang merupakan 'Butsumetsu', kucing hitam yang ditemuinya, semuanya bercampur aduk dan seolah datang sebagai sebuah iblis yang membawa kesialan dan malapetaka.

Dan dengan begitu, Howard seketika tahu nasib dirinya kedepannya. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya sambil berteriak.

    “Ah, berakhir sudah... Aku akan mati hari ini...!”

    “Hahaha, kau masih saja suka bercanda ya, Howard-san.”

Iblis itu, yang ia kenal sebagai Housuke Sasahara, tersenyum lembut padanya.

Jika seseorang bereaksi seolah dirinya berada di akhir dunia ketika dirinya bertemu dengan kenalannya, orang lain tentu saja akan tersinggung. Tapi Housuke tidak bereaksi sama sekali. Dan Howard juga sudah terbiasa dengan itu sekarang.

Howard meraih kerah baju Housuke dan berteriak sekuat tenaganya,

    “APA YANG KAU LAKUKAN DISINI, HOUSUKE? SEHARUSNYA KAU DI JEPANG KAN SEKARANG!?”

Keluarga Howard, Shirogane, dan Keluarga Housuke, Sasahara, baru saja melakukan perjalanan singkat bersama kurang dari seminggu lalu. Housuke bilang ia berencana tetap tinggal di Jepang untuk sementara waktu bersama istrinya, Airi, jadi Howard merasa lega mendengar hal itu. Jadi untuk bertemu dengannya secara tiba-tiba di luar negeri seperti ini tidak lebih dari sebuah kutukan baginya.

Housuke, yang bahkan tidak peduli dengan kusut di bajunya membalasnya dengan santai,

    “Aku tiba-tiba dipanggil mendadak karena urusan pekerjaan. Aku sudah menyelesaikan urusanku di sana, jadi aku datang ke sini hari ini untuk menghadiri undangan pestaku. Apakah kau juga diundang, Howard?”

    “Iya sih, tapi...”, Howard menelan ludahnya, merasa cemas.

    “Oi, Housuke. Sudah berapa kali kita bertemu secara tidak disengaja seperti ini?”

    “Mungkin ini yang ketujuh-kalinya. Bukankah ini suatu kebetulan?”

    “Dan berapa kali kita terlibat dalam suatu insiden?”

    “Tujuh kali juga, kurasa.”

    “Ahh, aku benar-benar dikutuk!”

Howard dan Housuke belum mengenal satu sama lain dalam kurun waktu yang lama. Sekitar dua bulan lalu ketika Howard hampir terjebak dalam suatu insiden, Housuke datang untuk menolongnya. Dan terlebih lagi, Housuke adalah ayah dari seseorang yang akan menjadi menantunya di masa depan. Howard benar-benar terkejut akan hal itu, setidaknya.

Pada saat itu, Howard masih percaya bahwa Housuke adalah penyelamatnya dan tidak ragu untuk memanggilnya “saudara sepenanggungan”nya. Tapi, seraya dengan dirinya yang terus menerus bertemu dengannya tanpa disengaja, situasinya kian berubah. Pertama, ia jadi terseret dalam kasus penjambretan. Kedua, dalam kasus perampokan bank. Dan yang ketiga, dalam kasus perang gang. Awalnya, Howard merasa ia hanya sedang sial saja, tapi saat keempat-kalinya, ia akhirnya tersadar.

    Tiap kali aku bertemu dengan pria ini, kita akan selalu terlibat dalam sebuah insiden! Dia itu seperti Dewa Kekacauan!

Dan di semua insiden tersebut, Housuke selalu bisa menuntaskan tiap masalahnya dengan apik tanpa terluka sedikit pun. Semua penjahat yang terlibat akhirnya ditangkap dan dihukum, dan gang tersebut juga sepenuhnya dimusnahkan.

Namun, kerusakan mental yang dialami oleh Howard sudah tidak terukur lagi. Untuk Howard, yang selama ini menjalani kehidupan yang damai setelah dirinya menetap di Jepang, dunia yang penuh akan tembak-tembakan dan suara penuh amarah adalah sesuatu yang hanya akan ia lihat dalam film.

Dia sudah sangat tertekan tiap kali itu terjadi, dan fakta bahwa insiden yang dialaminya kian membesar dari waktu ke waktu membuatnya sangat cemas kali ini.

    Dan kali ini, mungkin akan terjadi di kapal pesiar yang mewah...

Howard melihat kembali kapal yang begitu besar tersebut. Sampai saat ini, ia hanya kagum dengan betapa megahnya tampilannya, tapi sekarang kapal itu tidak lebih dari sebuah peti mati yang besar baginya. Adegan dari Titanic yang tenggelam dalam kuburan besar lautan seketika terlintas dengan samar di pikirannya. Di saat yang sama, wajah dari istrinya yang ia sayangi, anak-anaknya yang menggemaskan, dan bahkan kucingnya juga terlintas di pikirannya.

    Oke, inilah saatnya untuk melarikan diri!

Dengan begitu sudah diputuskan, tidak ada hal lain lagi yang perlu dilakukan selain mengambil tindakan. Howard lalu mengangkat satu tangannya dengan senyum terpaksa.

    “Ah, maaf, tapi aku baru saja ingat kalau ada hal mendesak lain yang perlu aku lakukan. Aku pergi dulu ya.”

    “Eh, benarkah? Yah, sayang sekali...”

Housuke mengerutkan keningnya dalam ekspresi kecewa. Dan sejenak hati nurani Howard tersentak melihat reaksinya. Tapi ia sudah meneguhkan hatinya dan mencoba untuk melarikan diri–

    “Karena aku mengenal baik presiden perusahaan di sini, aku awalnya berencana untuk mengenalkanmu padanya, Howard-san. Tapi...yah, sayang sekali kalau begitu. Aku dengar ia berencana untuk membangun sebuah hotel dan mencari orang yang ahli dalam perabotan antik.”

    “Ugh...kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal!?”

Karena Housuke tiba-tiba mengajukan penawaran yang spesifik dan menggoda, Howard tidak punya pilihan lain selain berputar balik. Tapi bukan berarti dia adalah seseorang yang rakus akan harta.

Howard memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk istri dan anak tercintanya, tapi juga untuk karyawan beserta keluarga mereka. Ia benar-benar harus mengambil kesempatan bisnis ini untuk mempermudah tanggung jawab itu.

    Presiden itu terkenal dengan kemurahan-hatinya! Ini pasti akan menguntungkan!

Howard lalu melihat-lihat lagi ke arah Housuke dan kapal tersebut. Pada akhirnya, ia menghela napas panjang dan mengepalkan tangannya.

    “Oke...kalau memang begitu, aku akan mempersiapkan diriku juga. Jadi, tolong kalau bisa jangan melakukan apapun yang tidak penting!”

    “Aku tidak pernah melakukan apapun kan. Itu semua ulah orang-orang yang jahat.”

Setelah itu, mereka pun menaiki kapal tersebut. Ketika mereka mengantre untuk pemeriksaan seluruh badan, Housuke tersenyum dengan tenang.

    “Selain itu, jarang juga kan bisa terlibat dalam suatu insiden. Kemungkinannya paling hanya 3 banding 5 setidaknya.”

    “Di dunia macam apa kau ini hidup...?”

    “Rata-rata 60% itu itungannya juga tinggi sih.”

Wajah Howard semakin masam, tapi ketika ia memikirkan suatu kemungkinan, ia menjadi semakin murung.

    “Tidak juga, tapi...untuk sisa 2 kejadiannya, sesuatu yang tak kau anggap sebagai insiden sesuai standarmu pasti telah terjadi, kan?”

    “Yah, kalau kita bisa mencegahnya, itu tidak tidak bisa dibilang sebagai insiden kan. Jadi tetap saja, 3 banding 5.”

    “Jadi...kalau kau memasukkan kejadian itu, berapa peluangmu untuk terjebak dalam sebuah insiden?”

    “Hahahaha. Ah, sepertinya sudah giliran kita.”

    “Oi, jangan menghindari pertanyaanku! Berapa jadinya peluangnya!?”

Dengan Housuke yang menghindari interogasi Howard, mereka pun telah selesai menjalani pemeriksaan seluruh badan.

Dengan begitu, keduanya terbawa arus keramaian dan melewati jembatan menuju ke kapal pesiar. Semakin mereka mendekati kapal pesiar tersebut, wajah Howard menjadi pucat pasi.

Akhirnya, ia mengucapkan selamat tinggal kepada daratan sambil menghela napas karena diselimuti dengan rasa penyesalan.

    “Harusnya aku tidak rakus... Aku harusnya tahu kita akan terlibat dalam suatu insiden yang rumit nantinya...”

    “Sudahlah, santai saja. Memang nasib kita akhirnya bertemu lagi seperti ini... Oh iya,” Housuke tersenyum dan terlihat mencari sesuatu di kantong jaketnya.

    “Bagaimana menurutmu?”

    “Oho...? Perhiasan yang cukup bagus.”

Housuke mengeluarkan sebuah kalung yang berhiaskan kristal berukuran kecil. Walaupun kristal itu adalah permata buatan, kilau putih yang dipancarkannya tetap terlihat sangat elegan. Kalung tersebut berada dalam sebuah wadah yang terlihat kokoh dan terlihat begitu berharga. Perusahaan Howard juga berkecimpung dalam hal perhiasan seperti itu, jadi ia memiliki ketertarikan dengan barang tersebut.

    “Bagus juga pilihanmu. Apakah itu hadiah untuk Airi-san?”

    “Bukan, ini untuk Koyuki-san. Bisakah kau memberikan ini padanya?”

    “Untuk Koyuki?”

Howard pun terkejut ketika Housuke menyerahkan perhiasan tersebut.

    “Koyuki-san sudah merawat Naoya dengan baik. Mungkin ulang tahunnya masih agak jauh, tapi akan menyenangkan jika ia mau menerimanya.”

    “Sejak kapan kau tahu ulang tahun anakku?”

Menurutnya, pasti ada alasan yang lebih menarik dibanding 'Aku mendengarnya dari Naoya'. Namun, Howard menggelengkan kepalanya.

    “Tapi tetap saja...aku tidak bisa menerima hadiah yang mahal seperti ini.”

    “Tolong jangan khawatirkan hal itu,” balas Housuke, sambil tersenyum canggung dan menggaruk-garuk pipinya.

    “Sebenarnya, beberapa hari lalu, aku baru saja melindungi kolektor perhiasan dari sekelompok perampok...dan aku pun menerima banyak sekali perhiasan sebagai kompensasinya. Karena aku tidak enak hati buat menjualnya, aku membagikannya ke beberapa teman dan kenalanku.”

    “Seperti biasanya ya...”

Jika diingat-ingat kembali, pada suatu waktu Howard menerima email tiba-tiba yang berisikan pertanyaan 'Apakah kau mau seekor unta?', dan ternyata itu karena Housuke baru saja mendapatkan hadiah dari seorang pengusaha minyak.

Dibandingkan hal tersebut, hadiah seperti ini jauh lebih mudah untuk diterima. Walaupun Howard sempat ragu untuk beberapa saat, tapi kemudian ia menundukkan kepalanya untuk menyampaikan rasa terima kasihnya.

    “Yah, kalau begitu, dengan sepenuh hati aku akan menerimanya. Aku yakin Koyuki juga pasti akan senang.”

    “Terima kasih banyak. Lega rasanya kau mau menerimanya.”

Howard menerima perhiasan tersebut dan memasukkannya ke kantong bagian dalam jaketnya. Sementara itu, Housuke menyaksikannya dengan seksama dan mengangguk dengan puas.

    “Ngomong-ngomong, seperti yang sudah kubilang sebelumnya, peluang kita untuk terlibat dalam suatu insiden itu 3 banding 5, jadi aku yakin tidak akan ada yang terjadi kali ini...Oh?”

Dan akhirnya, mereka berdua pun sampai ke dalam kapal. Hal pertama yang menyambut mereka adalah sebuah ruang tamu mewah. Sebuah lampu gantung berkilauan tergantung dari langit-langit tinggi, dan sebuah tangga yang elegan mengarah ke aula lantai dua, membentuk lengkungan yang menawan. Semuanya terlihat sangat bersinar dan seorang penyanyi opera memamerkan suara indahnya dengan didampingi oleh seorang pianis secara langsung. Rasanya seperti berada di pesta dalam istana dongeng.

Kalau Koyuki ada di sana, dia pasti akan mengatakan “Wah, menakjubkan!” dengan mata yang berbinar.

    “Hmm...”

Housuke menatap pemandangan yang meriah itu dengan wajah yang serius. Wajah orang-orang yang berlalu-lalang, penempatan staff di kapal, dan dekorasi interior seperti piano dan lampu gantung. Ia mengobservasi semuanya secara detail dalam waktu 5 detik penuh – yang dimana itu terbilang lama baginya, jadi itu benar-benar 'penuh' – lalu Housuke berbalik ke Howard dan tersenyum dengan lembut. Terdapat semacam tekanan yang dapat dirasakan dari dirinya.

    “Howard-san, bagaimana kalau kita pindah ke tempat lain?”

    “...Oke.”

Suasana yang familiar ini benar-benar menakutkan.

Tanpa melayangkan protes apapun, Howard hanya mengganggukan kepalanya dengan berat. Banyak anak-anak tak berdosa yang berlarian dan para ibu yang membawa bayi mereka di sekelilingnya. Howard sudah belajar dari pengalamannya berulang kali kalau membuat keributan di tempat seperti ini hanya akan menimbulkan kepanikan dan berakhir dengan buruk. Dia benar-benar sudah belajar banyak akan hal ini.

Keduanya lalu secara diam-diam keluar dari aula tamu dan memasuki lorong yang lebih sepi.

Mereka melewati sebuah tali dengan papan peringatan bertuliskan “Tidak boleh masuk kecuali petugas” dan dengan perlahan membuka pintu menuju sebuah ruangan kecil. Ruangan tersebut adalah gudang yang dipenuhi berbagai macam peralatan. Gerobak pembersih dan sebagainya ditempatkan di sana dan ukuran ruangannya terbilang cukup pas. Sangat sempurna untuk dijadikan tempat berdiskusi secara rahasia. Mereka memasuki ruangan kecil tersebut, dan ketika mereka menutup pintunya, suara-suara dari luar seketika menghilang.

Dalam keheningan ini, Housuke berbicara dengan ekspresi serius yang tidak seperti biasanya.

    “Howard-san, tolong dengarkan dengan tenang.”, ia menepuk pundak Howard dan melanjutkan.

    “Kali ini, peluang 3 banding 5 itu benar-benar terjadi. Satu jam dari sekarang, kapal ini akan jatuh ke tangan sekelompok teroris.”

    “Inilah kenapa aku tidak mau bekerja denganmu...!”, Howard berteriak pelan dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Walaupun hal ini tidak lagi begitu mengejutkan baginya, tetap saja ia tidak bisa menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya. Ia pun pasrah dan mencoba mengikuti arus percakapannya.

    “Jadi...? Kali ini apa yang akan terjadi?”

    “Setelah kapalnya berlayar, akan ada ledakan kecil di beberapa tempat di kapal ini.”

    “Ledak-!?”

Kata itu, yang diucapkan oleh Housuke dengan santai, bukanlah hal yang biasa Howard dengar di kehidupannya sehari-hari. Keringat dingin mengalir di tubuhnya, wajahnya seketika menjadi pucat.

Housuke lanjut menjelaskannya dengan tenang,

    “Ledakannya kecil dan hanya terjadi di beberapa tempat yang tidak begitu berpengaruh dengan navigasi kapalnya, jadi tidak ada resiko akan tenggelam. Namun, tetap saja beberapa orang akan terluka. Dengan staff yang jatuh dalam kepanikan dan sebuah pengumuman akan diumumkan ke seluruh kapal. Asap akan memenuhi udara, bercampur dengan jeritan dan teriakan. Dan sebuah suara sintetis akan memecah kerusuhan yang terjadi, “Bom yang sangat kuat telah terpasang di kapal ini. Jika kalian ingin tetap hidup, turutilah permintaan kami.”, begitu kurang lebih.”

    “Jadi, tujuan mereka untuk meminta tebusan?”

    “Sepertinya begitu. Soalnya pesta ini dihadiri oleh banyak sekali orang terkenal dari dunia bisnis maupun politik.”

Housuke menjelaskannya dengan begitu mudah, seolah hanya bercerita tentang ramalan cuaca besok. Karena nada bicaranya dan isi pembicaraannya yang begitu timpang, membuat ini terdengar seperti semacam lelucon–

    Yah, beginilah Housuke...

Howard hanya bisa mengehela napas pasrah. Dia telah berkali-kali melihat intuisi supranatural Housuke sebelumnya. Karena itu, ia begitu paham kalau ini semua bukanlah lelucon atau candaan belaka.

    “Hanya memastikan saja, bagaimana kau bisa mengetahui semua ini?”

    “Di antara beberapa staff dan penumpang, terdapat individu bersenjata yang ikut berbaur.”

    “Bukankah mereka hanyalah bodyguard?”

    “Pergerakan mereka tidak seterampil bodyguard. Mereka mungkin hanyalah kriminal yang direkrut secara mendadak. Masalahnya itu ada di jumlah mereka yang banyak sekali, sekitar seratus. Mereka berhasil masuk ke sini melewati penjagaan dan membawa senjata mereka.”

    “Terus apa buktinya kalau mereka sudah memasang bom?”

    “Yah aku tidak akan menjelaskannya dengan detail karena akan sangat panjang, tapi...”, Housuke tersenyum lembut dan memberikan jawaban yang singkat padanya.

    “Kau bisa tahu hanya dengan melihat mereka. Itu saja.”

    “Oke. Aku paham.”

Howard mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Dia sebenarnya tidak mengerti, tapi karena Housuke yang mengatakannya, ledakan tersebut pasti akan terjadi dan insiden pun akan dimulai.

Dia memejamkan matanya dan membiarkan pikirannya mengembara.

    Ternyata perjalanan musim panas waktu itu relatif cukup damai...

Mereka baru saja menangkap seorang pencuri dan terlibat dalam konspirasi warisan seorang miliarder, tidak lebih dari itu. Ternyata insiden tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan situasi saat ini. Tapi pelarian Howard tidak bisa bertahan lama.

Housuke terus berbicara dengan nada santai,

    “Jadi, Howard-san, silakan bersembunyi di ruangan ini. Seharusnya di sini aman dari ledakan.”

    “Bagaimana denganmu...?”

    “Sudah diputuskan. Oke, saatnya naik!”

Dengan begitu, Housuke memanjat tangga di dekatnya dan membuka saluran di langit-langit ruangan. Dalam waktu kurang dari satu menit, sebuah lubang besar yang mengarah ke saluran terbuka.

Sambil menunjuk ke arahnya, dia dengan santai berkata,

    “Aku akan menggeledah kapal secara diam-diam dan menjinakkan bomnya, lalu melumpuhkan markas operasi musuh. Sudah terlambat untuk memanggil polisi sekarang.”

    “Ini seperti sesuatu yang ada di film-film...”

Dia lebih suka menonton dengan santai sambil mengunyah popcorn dan minum cola. Namun sayangnya, mereka berada tepat di dalam layar.

Howard ragu-ragu selama sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan yakin.

    “Baiklah, kalau begitu aku juga akan ikut.”

    “Apa kau yakin? Ini akan berbahaya lagi.”

    “Iya, aku tahu itu.”

Howard menggelengkan kepalanya dan Housuke seketika terkejut.

    “Ada wanita yang membawa anak kecil dan bayi di kapal ini. Aku tidak bisa hanya duduk dan menonton dari tempat yang aman.”

    “Begitu ya...”, Housuke menjawab dengan senyuman yang lembut.

Meskipun dia adalah seseorang yang tidak pernah berhenti tersenyum, di mata Howard, Housuke terlihat lebih tenang dari biasanya. Dengan senyum lega di wajahnya, Housuke mengulurkan tangan kanannya.

    “Kalau begitu, mohon bantuannya lagi kali ini. Mari kita segera menghentikannya sebelum insiden itu terjadi.”

    “Sebagai gantinya, jangan pernah bicara padaku lagi saat kita berada di luar Jepang, oke...!?”

Howard meraih tangan Housuke dengan pasrah, mereka berdua mulai bergerak melalui saluran tersebut. Mereka merangkak maju melalui ruang sempit, berdebu, dan dipenuhi bangkai serangga. Ini adalah pertama kalinya Howard berada di tempat seperti itu, dan ia merasa sangat menderita saat berjuang melewatinya. Sebaliknya, Housuke, yang memimpin, bergerak maju dengan lancar tanpa ada kendala. Ia terlihat seperti ikan mas yang sedang berenang menuju ke hulu sungai, tetapi bagi orang-orang jahat, ia mungkin tampak seperti seekor buaya pemakan manusia yang menghampiri mereka.

Howard menyipitkan matanya dengan perasaan takjub melihat bagaimana Housuke terlihat begitu terbiasa dengan situasi saat ini.

    “Kau pernah melakukan ini sebelumnya, bukan?”

    “Yah, ini cara terbaik untuk bergerak secara diam-diam. Oh, hari ini adalah hari yang baik untuk memakai setelan jas lamaku.”

    “Ya, dan aku baru saja memakai setelan jas baruku!”

    “Aku bisa tahu hanya dengan melihatnya.”

Sambil saling bersenda gurau, Housuke terus berbelok ke kiri dan ke kanan melalui saluran. Howard tidak tahu kemana mereka akan pergi, tapi sepertinya Housuke telah memiliki peta yang akurat di kepalanya.

    Kapal pesiar semegah ini seharusnya cetak birunya dirahasiakan untuk alasan keamanan, tapi...

Meskipun Howard memiliki keraguan, dia tidak menyuarakannya. Dia sudah bisa melihat bahwa keraguannya hanya akan dibalas dengan “Kau bisa tahu hanya dengan melihatnya” dan pada akhirnya hanya akan merasa frustrasi, jadi dia tidak mau repot-repot bertanya.

Terlepas dari itu, dia dengan bersusah-payah mengikutinya, dan akhirnya Housuke berhenti dan mulai mencari-cari. Housuke dengan cepat membuka sebuah saluran air dan mereka turun ke ruangan lain.

    “Kita sudah sampai. Ini lokasi pertamanya.”

    “Apa ini...ruang kostum?”

Ruangan ini dipenuhi dengan gaun-gaun yang mempesona. Tampaknya ini adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan kostum panggung untuk para pemain, dengan alat peraga seperti pedang yang bersandar di dinding.

Di luar jendela, ia bisa melihat lautan yang luas. Kapal tampaknya sudah berlayar tanpa mereka sadari. Howard melihat ke arah daratan yang tampak semakin jauh dan ekspresinya berubah.

    “Hei, Housuke. Sepertinya kapalnya sudah berangkat. Kita harus bergegas, bukan?”

    “Tentu saja, aku akan bergegas. Rasanya, seharusnya ada di sekitar sini... ah, itu dia.” Housuke mencari-cari di antara kostum-kostum itu dan dengan cepat mengeluarkan sebuah kotak kardus.

Di dalamnya ada sebuah mesin yang tampak mencurigakan. Banyak kabel yang menjulur keluar dari sebuah papan sirkuit misterius dan sebuah panel LCD sederhana menunjukkan perhitungan waktu mundur. Benda itu tampak seperti bom.

    “Ternyata benar ada bom ya...”

    “Iya, syukurlah kita menemukannya lebih awal.”

    “Aku masih beranggapan kalau ada sedikit kemungkinan ini hanya kesalahpahamanmu saja, sampai akhirnya aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri...”

Pada saat itu, tidak ada yang bisa dilakukan selain mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Meskipun dia merasa sedih dengan kenyataannya, tiba-tiba dia menyadari sesuatu dan mulai panik.

    “T-Tapi apa yang harus kita lakukan? Bahkan jika kita memanggil tim penjinak bom, apakah mereka bisa datang tepat waktu!?”

    “Ah, itu tidak perlu,” kata Housuke dengan santai sambil mengambil bom itu.

Dia membuka jendela kapal dan dengan santai melemparkannya keluar. Ombak yang tenang menyelimuti bom tersebut dan membawanya ke dasar laut.

Howard berdiri di sana dengan mulut ternganga dan Housuke tersenyum padanya.

    “Bom seperti itu tidak terlalu tahan air. Seharusnya kita aman sekarang.”

    “Bisa tidak memberitahuku dulu sebelum kau membuangnya?”

Sambil mencoba menenangkan jantungnya yang hampir berhenti, Howard menggelengkan kepalanya.

    “Yah, terserah lah. Berapa banyak lagi bom yang tersisa?”

    “Lima lagi tepatnya. Kalau begini, kita seharusnya bisa menjinakkan semuanya sebelum waktunya habis.”

    “Oke. Kalau begitu, ayo cepat--”

    “Permisi, para tamu?”

Sebuah suara dingin bergema di seluruh ruangan. Melihat ke arah pintu masuk, ada dua orang staf kapal yang tampak seperti pelayan menatap Howard dan Housuke.

Walaupun terlihat tegang, mereka dengan tenang menyatakan,

    “Area ini terlarang bagi para tamu. Kami mohon Anda segera pergi.”

    “Ah, iya-ya. Maaf, kami sedang tersesat.”

Saat Howard terbata-bata mencari alasan, dia mencolek Housuke dan mendesaknya mundur, tapi-

    “Hei, Housuke. Ayo kita pergi sekarang... Housuke?”

    “Hmm...”

Housuke hanya menatap kedua anggota staf itu, ketika Howard melihat secerca cahaya dari matanya, ia sadar. Dia dengan cepat memeriksa rute pelarian dan potensi persenjataan mereka.

Mungkin karena Howard dan Housuke tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi, kedua staf tersebut mendekati mereka dengan terburu-buru. Dan begitu mereka melihat kotak kardusnya sudah kosong, wajah mereka menjadi pucat.

    “Apa-...bomnya tidak ada!”

    “FBI...atau mungkin Interpol? Aku tidak percaya mereka sudah mengendus rencana kita.”

Mereka memelototi Howard dan Housuke dengan ekspresi tegang sambil mengeluarkan baton dan pistol dari saku mereka.

Howard pun panik dan teruburu-buru mencoba beralasan.

    “T-Tidak, tidak! Kami hanya karyawan perusahaan biasa-”

    “Hanya karyawan biasa... lalu bagaimana kalian tahu di mana bom itu berada?”

    “Aku benar-benar tidak tahu kenapa...”

Karena tahu usahanya sia-sia, Howard tidak mengatakan apa-apa lagi. Kedua orang tersebut pun semakin mendekat. Tidak ada jalan keluar bagi mereka, sudah tidak ada lagi harapan dalam situasi ini. Normalnya begitu.

    “Jangan bunuh mereka. Ikat keduanya dan buat mereka mengungkapkan lokasi rekan-rekan mereka.”

    “Baikla-?!”

Saat kedua pria itu bertukar pandang, Housuke diam-diam mendekat. Dia meraih salah satu pergelangan tangan mereka dan menariknya lebih dekat, menendang lengannya dengan lututnya. Sebelum senjatanya terjatuh menyentuh tanah, Housuke membanting pria itu ke lantai dan dengan cepat menekan tenggorokannya, membuatnya menjadi pingsan.

Ketika menghadapi lawan bersenjata dengan tangan kosong, kebanyakan orang akan sangat takut untuk bergerak. Bahkan seseorang yang telah menguasai seni bela diri pun akan ragu-ragu. Tapi gerakan Housuke sangatlah akurat dan efisien.

Pria satunya pun panik dan buru-buru mengarahkan senjatanya.

    “K-Kau...”

    “Hyaaah!”

Properti pertunjukkan berupa pedang besar yang dipegang Howard pun menghantam bagian belakang kepala pria itu, membuatnya terbang dan terjatuh ke rak-rak pakaian. Melihatnya terkubur di bawah tumpukan pakaian, jelas pria itu sekarang sudah pingsan. Housuke membersihkan debu yang menempel di tangannya dan tersenyum.

    “Senang rasanya kalau berdua, kita bisa melakukan banyak manuver yang berbeda. Aku akan mengandalkanmu lagi lain kali, Howard-san.”

    “I-Itu hanya sebuah kebetulan! Aku hanya mengayunkannya asal-asalan...”

    “Tidak masalah. Aku yang akan mengarahkan musuhnya agar seranganmu bisa tepat sasaran lagi nanti.”

    “Sebenarnya kau bisa melakukannya sendiri, kan...” Howard menggerutu sambil mengikat orang-orang tersebut dengan tali peraga. Tentu saja, dia juga sudah menggeledah mereka dan mengumpulkan semua senjatanya.

Dia mulai muak dengan betapa cepatnya dia beradaptasi dengan situasi seperti ini.

 

***

 

Kemudian mereka berdua, terutama Housuke, menunjukkan kemampuan luar biasa 'hachimenroppi' mereka. Mereka menemukan bomnya, menyelamatkan para staff yang diikat, dan terkadang terlibat dalam pertarungan dengan musuh yang mereka temui. Setiap pertarungannya berakhir hanya dalam hitungan menit, dan Housuke bahkan tidak terluka sama sekali. [TN: Hachimenroppi adalah kiasan dari orang yang serba bisa]

Howard juga memberikan bantuan padanya, namun secara keseluruhan kontribusinya sangat sedikit. Sementara Iblis itu telah menguasai berbagai macam gaya bertarung, mulai dari Aikido, Jujutsu, pertarungan jarak dekat ala militer, dan berbagai macam teknik beladiri China. Tidak hanya kemampuan bertarungnya yang menakjubkan, tetapi gerakannya juga benar-benar efektif hingga bisa dibilang terlihat curang.

    “Entah sudah berapa kali aku melihatnya, aku masih tidak mengerti bagaimana kau bisa menghindari hujan peluru tersebut...apakah kau ini CGI?”

    “Kalau kau bisa memperhatikan pergerakan tangan dan mata dari musuh, tipe senjatanya, dan kondisi perawatannya, akan mudah untuk memprediksi arah pelurunya.”

    “Sepertinya cuma kau yang bisa melakukan itu di dunia ini...tidak, mungkin saja Naoya-kun juga bisa melakukannya.”

    “Kupikir ia bisa melakukannya. Namun, anakku belum pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya, jadi sulit untuk mengatakannya.”

    “Yah, aku hanya bisa berdoa agar dia tidak pernah mengalami hal seperti ini di dalam hidupnya...”

Dengan harapan tersebut, Howard dengan santai melemparkan bom terakhir ke laut. Benteng terakhir dari pertahanan musuh adalah anjungan-jantung kapal.

Biasanya, itu adalah tempat di mana para awak kapal sibuk berlalu-lalang, tetapi sekarang orang-orang bersenjata telah menjaga lorong menuju ke sana. Housuke dengan cepat menaklukkan mereka, dan sekarang area itu dipenuhi oleh tumpukan tubuh manusia.

Berdiri di depan pintu besi besar, Howard menelan ludahnya.

    “Jadi, ini dia benteng utamanya...”

    “Ya, mereka seharusnya sudah menguasai area itu sekarang,” jawab Housuke, memeriksa arlojinya dan menyeka keringat di dahinya.

Setelah dengan hati-hati menyimpan saputangannya, ia menatap Howard dengan serius.

    “Mereka seharusnya sudah sadar dengan kedatangan kita. Apa kau masih mau masuk? “

    “Tentu saja. Kita sudah sampai sejauh ini, jadi aku akan melakukannya sampai akhir.”

Howard mengencangkan genggamannya pada pedang propertinya, yang sekarang terlihat compang-camping dengan cat yang sudah terkelupas. Dia sebenarnya yakin Housuke bisa mengatasi ini sendiri. Tapi meskipun begitu, dia tidak bisa membiarkannya pergi sendirian.

    Jika aku meninggalkannya sekarang, aku akan sangat malu saat bertemu dengan Naoya-kun!

Untuk bertemu dengan calon menantunya lagi dengan rasa bangga, tidak ada pilihan lain selain menghadapi musuh itu sekarang. Adrenalinnya sangat terpacu setelah mengatasi berbagai macam situasi yang mengancam jiwanya hingga saat ini.

Jadi, di balik pintu yang tebal itu, keduanya saling bertukar pandang.

    “Ada tujuh musuh di dalam. Mereka bersenjatakan pistol, tapi kita punya keuntungan, jadi kita akan menerobos masuk. Apakah itu tidak apa-apa?”, tanya Housuke.

    “Tidak masalah! Ayo selesaikan lelucon ini dengan segera!”

    “Baiklah kalau begitu... Tiga, dua, satu!”

Dengan aba-aba, mereka menendang pintu tersebut yang jatuh ke dalam ruangan. Ruangan tersebut adalah anjungan kapal yang luas, dengan dinding kaca di semua sisinya. Di luar tampak langit kelabu dan laut yang bercampur menjadi satu. Cuaca telah berubah menjadi badai tanpa mereka sadari.

Di dalam, ada anggota kru kapal yang terkejut dan-

    “Jangan bergerak!!”

    “T-Tolong aku...!”

    “Apa-apaan ini!?”

Seorang pria bersenjata menodongkan pistolnya ke arah seorang wanita. Wanita tersebut adalah wanita yang Howard lihat di pintu masuk kapal, menggendong seorang bayi yang terbungkus selendang. Saat dia melihat wajah wanita itu berlinang air mata, Howard seketika bertindak sesuai nalurinya.

    “Awas!”

Dia mendorong Housuke ke samping dan, pada saat yang hampir bersamaan, wanita yang seharusnya adalah sandera tersebut, mengeluarkan sebuah pistol tangan. Dari sana, semuanya seolah bergerak dengan lambat. Waktu seakan melambat saat jari ramping wanita itu menarik pelatuknya dan sebuah ledakan yang memekakkan telinga bergema di seluruh ruangan. Howard hanya bisa menyaksikan semua itu.

    Tidak mungkin orang biasa bisa menghindari ini...

Saat ia menyadarinya...suara tembakan yang dia dengar berkali-kali hari ini telah menusuk dadanya.

    “Ugh...!”

Howard terhempas dengan keras ke lantai, dan suara derit tulang belakangnya bergema di kepalanya. Saat ia kehilangan kesadaran, dengan samar-samar dia dapat mendengar suara tembakan dan jeritan yang saling tumpang tindih di anjungan tersebut.

Ketika dia telah sadarkan diri, dia melihat Housuke mengintip ke arahnya, dengan senyuman yang tidak cocok dengan suasana medan perang saat itu.

    “Kau sudah tahu kalau wanita itu adalah bosnya, bukan?”

    “Yah... entah bagaimana, iya...”

Sepertinya kepekaan Housuke telah menular padanya.

Howard memaksakan diri untuk tertawa pahit dan mengeluarkan suaranya yang serak,

    “Tapi sepertinya keberuntunganku sudah habis... Aku tidak pernah menyangka akan mati untuk melindungi seseorang sepertimu...”

    “Jangan bilang begitu. Itu hanyalah nasib buruk,” jawab Housuke, mengangkat bahunya dengan nada bingung.

    “Kau tidak tertembak sama sekali, Howard-san. Coba lihat lebih dekat lagi.”

    “Hah...?”

Dengan ragu-ragu Howard menyentuh jaketnya. Dan benar, seperti yang dikatakan Housuke, hanya ada sebuah lubang di jaketnya dan tidak ada noda darah. Setelah berpikir lebih jauh, dia menyadari bahwa pikirannya masih jernih dan tubuhnya tidak merasakan sakit hingga membuatnya tidak bisa bangun.

    “Tapi, jelas-jelas tadi peluru itu mengenaiku!”

Saat ia mencoba duduk, sesuatu terjatuh dari saku bagian dalam jaketnya. Itu adalah kalung yang Housuke berikan padanya sebelum naik ke kapal. Ketika dia mengambilnya dengan hati-hati, dia melihat sebuah peluru berkilau bersarang di bagian belakang wadahnya.

    “Yang benar saja...apakah ini yang melindungiku?”

    “Sepertinya begitu. Kau benar-benar beruntung,”, kata Housuke sambil mengulurkan tangannya.

Dengan bantuannya, Howard berdiri dan melihat ke sekeliling dengan ekspresi muram. Semua orang bersenjata telah tergeletak di lantai.

    “Wah, cepatnya... Apakah semuanya sudah usai?”

    “Ya, saat kau tidak sadarkan diri. Ini latihan yang bagus untukku.”, kata Housuke sambil membetulkan dasinya.

Kemudian, dia menundukkan kepalanya kepada wanita yang sedang mundur dengan gugup. Pistol yang tadi dipegangnya sudah tergeletak di sudut anjungan. Satu-satunya hal yang ia pegang sekarang adalah seorang bayi yang terbungkus syal.

    “Aku tidak ingin kasar pada seorang wanita. Jadi sebaiknya kau menyerah.”

    “Aku tidak tahu siapa kamu...tapi kamu telah meremehkanku! Jangan mendekat!”, teriaknya sambil melemparkan syalnya ke samping.

Hal yang muncul di balik syal tersebut adalah sebuah boneka canggih, yang diisi dengan mesin yang tertutupi dengan kabel-kabel kusut. Boneka itu berkali-kali lipat lebih besar dari bom yang mereka lemparkan ke laut sebelumnya. Tanpa ragu-ragu, wanita itu menekan sebuah tombol dan angka-angka di panelnya mulai bergerak.

    “Aku baru saja mengaktifkan bomnya! Kekuatannya cukup untuk menenggelamkan seluruh kapal ini, dan hanya aku yang tahu cara menjinakkannya-”

    “Permisi.”

    “Ugh...!”

Tanpa memperhatikan ancaman klisenya, Housuke mengambil bom tersebut dari wanita itu. Dia meletakkan bom itu di atas meja ruang kontrol dan menghabiskan waktu sekitar sepuluh detik untuk memotong dan menyambungkan kabelnya. Dengan suara klik pelan, angka-angka di panelnya pun berhenti bergerak.

    “Fiuh. Aku sudah menjinakkannya. Jadi jangan khawatir kalau ini akan meledak.”

    “Kamu... Tidak mungkin...!”

Wanita itu tertegun dan terjatuh di lantai. Para anggota kru yang telah menonton dengan napas tertahan akhirnya bisa menghela napas lega, dan insiden pun telah berakhir.

Howard menatap Housuke dengan ekspresi bingung.

    “Jadi, kau bisa menjinakkan bomnya ya. Kalau begitu, kenapa tadi kita membuangnya ke laut?”

    “Karena itu lebih mudah dan tidak membutuhkan banyak usaha.”

    “Benar juga.”

Setelah tidak bisa melayangkan protes lagi, Howard dengan linglung hanya mendengarkan sirene polisi maritim yang telah datang.

 

***

 

Polisi pun tiba, pesta dihentikan dan kapal berlayar kembali ke pelabuhan. Semua penjahat ditangkap dan tidak ada tamu maupun staf yang terluka. Ini adalah akhir yang benar-benar spektakuler. Saat matahari terbenam di atas laut, banyak mobil polisi tiba, menimbulkan kekacauan di pelabuhan.

    “Sekali lagi, terima kasih atas bantuannya, Howard-san.”

    “Tidak... Aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu.”

Di sudut keributan itu, Howard menggelengkan kepalanya ke arah Housuke.

Insiden yang baru saja mereka alami benar-benar intens, tetapi Howard tidak berniat untuk menyimpan dendam pada Housuke.

    “Jika bukan karena jimat yang kau berikan padaku, aku pasti sudah mati di sana.”

    “Tapi aku juga kan yang membuatmu terlibat.”

    “Yah, pada akhirnya aku juga yang memutuskan untuk ikut aktif. Jadi anggap saja impas.”, Howard tertawa kering dan senyum Housuke menjadi semakin dalam.

Melihat para penjahat itu dibawa pergi, Howard memejamkan matanya.

    “Aku biasanya bisa membaca apa yang dipikirkan seseorang hanya dengan melihatnya.”

    “K-Kenapa tiba-tiba dah? Aku sudah tahu itu.”

    “Ya. Itu sebabnya aku tahu...betapa kejamnya manusia.”, kata Housuke sambil menghela nafas.

Meskipun senyum lembut masih ada di wajahnya, ada bayangan yang terukir di wajahnya.

Namun, ketika ia membuka matanya lagi, bayangan itu telah menghilang sepenuhnya.

    “Karena itu, aku tahu kau bukan orang yang seperti itu dan lega saja rasanya. Aku harap kita bisa berkerjasama lagi kedepannya.”

    “Hmph, jangan bawa-bawa aku. Aku sudah muak dengan kejadian seperti ini.”

    “Kau selalu bilang begitu, tapi kau juga cukup proaktif setiap kali ini terjadi, bukan? Istriku, Airi, selalu bisa merasakan kalau insiden akan terjadi dan langsung melarikan diri meninggalkan suaminya.”

    “Yah, dia sudah tahu kalau kau mungkin tidak akan mati walaupun kau dibunuh...”

Jadi bukan karena istrinya tidak berperasaan, tetapi karena Housuke sendiri memang seperti seorang Iblis.

Howard mengangguk dan mengerang, meletakkan tangannya di dagunya.

    “Aku tidak akan mengambil risiko kedepannya. Aku tidak bisa mengandalkan keberuntungan yang seperti ini lagi nantinya.”

Howard mengeluarkan wadah yang telah menyelamatkan nyawanya dari jaketnya yang berlubang. Peluru itu hancur seperti permen, menunjukkan kekuatan luar biasa di baliknya.

    “Tapi ini benar-benar keberuntungan. Rasanya seperti sesuatu yang keluar dari...film...”, ujar Howard, terbata-bata.

Howard sangat terharu, tetapi kata-katanya mulai tersendat-sendat. Dia mengingat dengan jelas apa yang terjadi sesaat sebelum menaiki kapal.

Housuke menyerahkan kalung itu pada Howard-

    Terima kasih banyak. Lega rasanya kau mau menerimanya.”

    Bukankah dia mengatakan hal seperti itu sebelumnya?

    Aku tidak percaya, tapi apakah kau...”

Howard menelan ludahnya dan menatap wajah Housuke.

    “Apakah kau sudah memprediksinya sebelumnya dan memberikanku ini untuk digunakan sebagai perisai?”

    “Hahaha.”

Iblis itu hanya tertawa pelan.

Dia memutar tumitnya dan mulai berjalan pergi.

    “Oh iya, Presiden perusahaan itu sudah menunggu kita di sana. Dia ingin berterima kasih kepada kita, para pahlawan dalam insiden ini.”

    “Hei, tunggu sebentar! Bahkan aku, yang dikenal mudah tertipu, tidak akan tertipu lagi kali ini!”

    “Tapi ini adalah solusi termudah dan yang paling ampuh, bukan? Lagipula, tidak ada kerusakan yang nyata, kan?”

    “Ada lubang peluru di setelan jasku!”

    “Presiden akan mengurusnya. Baginya itu hanyalah setelan jas yang murah, bukan?”

Nyatanya, setelah kejadian ini, Howard menerima beberapa voucher penjahit untuk setelan jas mewah. Dia juga menjalin hubungan pribadi dengan pimpinan perusahaan besar tersebut, dan kinerja perusahaannya pun meroket.

Melihat ke belakang, ini adalah insiden yang penuh dengan hal-hal positifー

Namun, stres telah membuat kerutan yang dalam di dahi Howard, lebih dalam dari celah mana pun.

    “Aku jadi sangat khawatir kalau Naoya-kun akan menjadi sepertimu di masa depan...”

    “Sepertinya itu tidak mungkin.”, kata Housuke sambil menggelengkan kepalanya.

Dengan senyum yang menyegarkan, dia menyampaikan pernyataan yang bahkan lebih menakutkan-

    “Naoya punya lebih banyak potensi dibanding aku. Dia mungkin bisa mengungguliku dengan mudah.”

    “Sudah cukup dengan prediksi terkutukmu itu! Dan selain itu, kauー”

Howard mengulurkan tangan untuk menangkapnya, tapi Housuke dengan cekatan menghindar dan berjalan ke depan dengan penuh percaya diri.

 

|| Previous || ToC || Next Chapter || 

Post a Comment

Post a Comment

close