-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

OmiAi [LN] Volume 3 Extra Spesial

 Extra Edition: If Arisa had been more active during the massage

(Jika Arisa menjadi lebih aktif sebelum memijat)


Hari lomba marathon.


Setelah ngajak Arisa ke kamar buat dipijet.


"Ngomong-ngomong, Yuzuru-san. Itu, itu... mandi, gimana ya?"


Kulit putihnya merona merah muda, suaranya sedikit naik karena gugup, Arisa mulai bicara gitu.

Yuzuru mengangguk.


"Iya, kayaknya udah panas. Aku udah atur timer sebelum dateng."

"Oh, begitu..."


Entah kenapa, Arisa melirik-lirik sambil ngelihat ke atas.

Seperti mau ngomong sesuatu tapi ragu-ragu.

Suasananya gitu deh.


"Kenapa?"

"Eh, nggak... itu... sama-sama!"


Tiba-tiba, Arisa ngomong keras.

Trus, sambil merem, kayak teriak gitu.


"Mau mandi bareng nggak!?"

"...Eh?"


Yuzuru sejenak bingung dengar omongan Arisa.

Mandi bareng.

Sama siapa? Arisa dong.

Sama siapa lagi? Yuzuru dong.

Jadi... "Mau mandi bareng nggak?" gitu maksudnya.


"Mandi... bareng...!?"


"Iya, iya! Kan... kalau pijet sambil mandi, hasilnya bisa lebih bagus, begitu kira-kira?"


 Arisa ngomong gitu, setengah pasrah.

Mungkin bener sih, pijet sambil badan anget karena mandi bisa lebih efektif...

Tapi, buat cowok cewek yang belum nikah mandi bareng, ada-ada aja masalahnya.

Alasan Arisa kan agak... maksa.

Jadi... alasan pijet-pijetan itu pasti bukan yang sebenernya Arisa mau.


(Jadi, Arisa mau... sama aku...)


Dia mau mandi. Itu tujuannya.


Pijet karena "capek dari lomba lari maraton" itu cuma alasan aja, mereka berdua sebenernya mau lebih deket.


Tapi... Arisa kayaknya mau lebih dari itu, cuma itu aja.


"Ng... nggak mau...?"


Yuzuru diam, Arisa jadi cemas ngomong gitu.

Kelihatannya takut banget.

Takut kalau dianggep wanita gampangan, takut kalau Yuzuru nolak...

Tentu saja, Yuzuru sebag cowok, nggak mau bikin Arisa yang udah berani ngomong itu jadi sedih.

Cuma...


"Ng, nggak sih... tapi..."


Yuzuru tanpa sadar ngeliat ke dada Arisa.

Bukit lembutnya yang mengangkat seragam olahraga, dan kaki jenjang yang keluar dari celana pendeknya.

 Arisa udah cukup menggoda Yuzuru dengan penampilannya, kalau sampe dia buka baju, pasti lebih gila lagi.

Semuanya bakal keliatan.


"Kita berdua telanjang kayaknya nggak bagus. Kalau ada baju renang sih, aku rasa oke..."


Yuzuru ngomong gitu... Arisa mukanya langsung merah banget.


"Ya, iya! Telanjang itu... aku udah siapin baju renang kok!"


"Oh, gitu ya... siap banget ya kamu." 


Tanpa sadar, Yuzuru bergumam begitu, dan wajah Arisa semakin memerah.


Coba mau berdebat atau apa gitu, Arisa nganga-nganga mulutnya, terus batuk-batuk ringan sebelum ngomong.


"Jadi, aku duluan ya masuk, terus pake baju renang... Abis itu baru deh kamu masuk. Tentu saja pake baju renang juga loh!"


"Oke deh"


Yuzuru langsung mengangguk.


Nah, setelah percakapan itu berlangsung sebentar.


"Sudah bisa masuk loh"


Dari kamar mandi terdengar suara kayak gitu, jadi Yuzuru langsung pake baju renang terus masuk.


Pas masuk kamar mandi, Arisa yang pake baju renang langsung menyambut.


Yang dipake itu baju renang sekolah warna hitam.


Ngomong-ngomong, bikini itu kan bagian atas sama bawahnya bikin pandangan orang terbagi, jadi meskipun gayanya gak gitu oke juga bisa keliatan bagus.


Sementara itu, baju renang model satu potong itu bikin garis tubuh jelas banget, jadi kalau stylenya gak oke, susah juga buat keliatan bagus.


Dalam hal ini, Arisa berhasil banget pake baju renang sekolah itu.


Dari dada ke perut, perbedaan tinggi-rendah, perut yang ramping dan kecil itu... Garis tubuh feminin Arisa kayak gitu ditekankan sama kn hitam yang nempel dan menekan.


Lebih lagi, kalau liat ke bagian perut bawah, dari kn tajam berbentuk segitiga, kaki yang putih dan berisi sedang terulur.


"Emm.. Yuzuru-san. Malu dong kalau diliatin terus kayak gitu..."


"Ah... eh, maaf"


Tanpa sadar terpesona, Yuzuru menggaruk pipinya.


Tapi, tiba-tiba dia punya ide dan bertanya pada Arisa. 


"Masuk ke bak mandi nggak?"


"Nggak mau duluan karena nggak enak aja gitu..."


Jadi, maksudnya dia mau nunggu sampai aku selesai mandi.


Oh gitu, aku langsung ngerti dan pelan-pelan buka kran shower.


Bilas badan kan cuma buat ilangin keringat, jadi cepet selesai.


"...Yuk, masuk"


"Iya, yuk"


Kita berdua pelan-pelan masuk ke bak mandi, hadap-hadapan.


Bak mandinya nggak terlalu besar, jadi kulit kita sedikit bersentuhan.


Aku usahakan mataku nggak ke arah dada Arisa atau semacamnya...


(...Dimana-mana cantik banget sih ini)


Leher yang langsing, tetesan air yang mengalir di dada, bahu putih, pipi yang sedikit merona.


Semuanya cantik.


"Emm... dari mana ya kita mulainya?"


"Baiklah, aku mulai ya. Tolong hadap ke belakang"


Merasa nggak kuat kalau terus-terusan melihat Arisa dari depan, Yuzuru memintanya untuk berbalik.


Arisa, dengan kecil mengangguk, berbalik menghadap Yuzuru.


"Eh..."


Dan Yuzuru nggak sengaja bersuara.


Soalnya punggung Arisa ternyata lebih terbuka dari yang dia bayangin.


Dia kira punggungnya bakal tertutup sampai setengahnya, tapi ternyata bagian bawahnya sampe pinggang nggak ada kainnya.


Cuma ada pita yang nutupin punggung putih risa.


Punggung putih yang menyilaukan itu bikin mata sakit.


Yuzuru langsung alihkan pandangannya ke bawah.


Di sana ada bentuk bulat yang indah...


"Ada apa?"


"Eh, nggak, nggak ada apa-apa"


Yuzuru buru-buru balikin pandangannya ke bahu risa.


Tapi, beneran boleh ya aku menyentuh kulit seindah ini...


"Ya sudah, aku mulai ya"


"Siap"


Setelah bilang gitu, Yuzuru mulai memegang bahu kecil Arisa dengan telapak tangannya.


Lalu pelan-pelan menekan, merangsang titik-titik tertentu.


"Uh, ah... Hmm!"


Setiap gerakan jari membuat Arisa mengeluarkan suara kecil.


Entah sengaja atau nggak, tapi suara tunanganku itu perlahan melelehkan akalku.


"Gimana, enak?"


"Enak banget..."


Suara Arisa terdengar sangat menikmatinya.


Nah, sambil terus pijat bahu dan punggung... tiba-tiba Arisa memiringkan badannya, mencoba melihat wajahku.


"Ada apa?"


"Itu... boleh nggak kaki juga dipijat? Seperti ada rasa lelah yang numpuk gitu..."


Dengan suara yang sedikit manja, Arisa bilang gitu.


Aku mengangguk, dan Arisa berbalik menghadapku, memperlihatkan kakinya yang panjang kepadaku.


"Bagian mana nih?" 


"Dari telapak kaki... semua, tolong ya..."


Kata-kata itu masih menggema, Yuzuru langsung ngangkat kaki Arisa dengan hati-hati.


Karena di dalam air, rasanya enteng banget.


(...Tenang, harus tenang)


Sempat keliatan celah antara dua kaki yang dibuka, tapi Yuzuru langsung alihkan pandangannya dari situ.


Terus dia mulai tekan-tekan kuat di telapak kaki.


"Ah, ah... gak, gak bisa..."


"Sakit? ...Mau berhenti?"


Pas Arisa jerit kesakitan, Yuzuru langsung tanya... Arisa geleng-geleng kepala.


"Begitu aja terus... ah! Lanjutin... tolong"


"..."


Gimana bisa keluar suara sensual gitu?


Sambil bingung kenapa Arisa bisa keluarin suara kaya gitu, Yuzuru terus lanjutin pijet.


Tekan telapak kaki, urut betis, dan terus...


"Lanjutin... tolong"


Pas Yuzuru hampir berhenti, Arisa lihatin dia dengan mata berbinar.


Kayak ada harapan gitu, ekspresinya.


"...Oke"


Yuzuru mulai masukin jari-jarinya ke paha Arisa.


Lembutnya lemak dan elastisnya otot terasa langsung dari jari.


"Ah... ngh..."


Keliatan banget dia menikmati, mulutnya setengah buka sambil Arisa mendesah.


Matanya yang gak fokus, sampe ragu dia masih sadar apa enggak.


Pelan-pelan, jari Yuzuru yang tekan paha putih Arisa naik ke atas.


Dan tanpa sadar, dia udah tekan bagian dekat pangkal paha.


Sedikit lagi, sedikit lagi geser jari, mungkin bakal sentuh bagian lembut dan bulat khas wanita itu. 


Jadi, bagian itu.


"...Arisa."


"Ya, ya..."


"Mau lanjut di mana?"


Dengan tatapan tajam, Yuzuru nanya ke Arisa sambil ngeliatin matanya.


Dengan mata berkaca-kaca dan muka yang kayak lagi melayang, Arisa bilang...


"Lan...lanjutkan..."


"Lanjutkan?"


Arisa buka sedikit bibir pinknya.


Dengan gerakan sedikit, lalu dia menghembuskan napas panas...


"Aku yang akan...memijat..."


Kayaknya dia lega gitu bilangnya, tapi juga keliatan sedikit kecewa.


Di sisi lain, Yuzuru juga keliatan lega, tapi ada rasa sayang sedikit.


"...Gimana?"


"Bisa lebih kuat lagi nggak ya?"


"Gini?"


"Iya, iya... Enak. Kamu jago."


Ditekan-tekan di bahunya.


Lebih nyaman dari yang dia bayangin, Yuzuru sampe keluar suara gitu.


Terus dia jadi rileks, dan badannya sedikit mundur ke belakang.


Trus... Ada sesuatu yang lembut nyentuh punggungnya.


Ketika Yuzuru mau ngelurusin badannya, dia ngerasakan sesuatu yang empuk nempel di punggungnya, seakan-akan kejepit gitu.


"Biar begitu aja... Oke?"


Dibisikin gitu di telinganya.


"...Oke."


Yuzuru nyerahin berat badannya ke Arisa.


Arisa, sambil nempel rapat, terus memijat bahu dan punggungnya.


Tentu aja, memijat sambil nempel gini susah banget.


Tapi Arisa nggak berhenti nyentuh kulit Yuzuru.


"...Fuu."


"Haa..."


Keduanya menghembuskan napas panas.


Badan mereka panas banget, pasti bukan cuma karena mandi.


"Tolong hadap ke depan."


"...Oke."


Yuzuru menghadap depan, dan sedikit memutar kakinya ke arah Arisa.


Tapi pandangan Arisa nggak ke kaki Yuzuru, tapi ke antara kedua kakinya.


"..."


"..."


Dengan pipi memerah, Arisa menatap satu titik dengan mata hijau zamrudnya yang berair.


Yuzuru, daripada nyembunyiin, kayaknya lebih menerima pandangan itu dengan rasa terbuka.


"...Aku akan memijat, ya."


"Ah, iya..."


Akhirnya, Arisa mulai bergerak.


Dia meluncurkan jarinya yang kecil ke telapak kaki Yuzuru, dan menekannya dengan kuat.


"Itu!"


Tapi itu lebih sakit dari yang dibayangkan.


Yuzuru teriak kesakitan, kakinya refleks bergerak, dan badannya miring ke belakang.


"Ah, Yu... Yuzuru-san!?"


Sementara itu, Arisa mencoba menolong Yuzuru bangun, tapi malah kaki dia yang licin di dasar bak mandi.


Dan dia jatuh ke arah Yuzuru.


"Maaf, kamu baik-baik saja?"


"Iya, aku baik-baik aja... tapi..."


Mereka berdua berpelukan erat.


Arisa yang menindih Yuzuru, sementara Yuzuru memeluknya dengan kedua tangan... begitulah keadaannya.


Jarak antara wajah mereka kayaknya bisa nyentuh hidung mereka satu sama ln, dan kalau salah satu dari mereka maju sedikit, bibir mereka bisa bersentuhan. 


Kedua kaki mereka saling bertindihan.


Dada keras Yuzuru ditekan oleh dada lembut Arisa, terhimpit.


Dan...


Bagian keras dari Yuzuru dan bagian lembut dari risa, melalui baju renang, pas bersentuhan.


"....Ada apa?"


"Ti, tidak, nggak ada apa-apa..."


Ketika Yuzuru memeluk Arisa dengan erat, di sisi lain, Arisa juga menyerahkan seluruh berat badannya.


Tubuh lembut Arisa ditangkap oleh tubuh keras Yuzuru, dan kemudian tubuh keras Yuzuru menekan tubuh lembut Arisa dari bawah.


"Kamu nggak merasa sesak?"


"Tidak sama sekali"


Di depan mata Yuzuru, lehernya yang cantik, punggung putihnya, dan pantat yang bulat terlihat.


Yuzuru menahan punggung putih Arisa dengan satu tangan, dan pantatnya dengan tangan lainnya.


"Nn, ah..."


Ketika dia menekan tubuh Arisa ke tubuhnya dengan kuat, Arisa mengeluarkan suara kecil.


"....Kamu nggak kesakitan kan?"


"Iya..."


Napas Arisa menggelitik telinga Yuzuru.


Mereka terus berpelukan, dalam diam, selama sekitar sepuluh detik.


Dan...


"Arisa"


"Iya"


"Kita lanjutin gini aja, ya? 

Sampai kita puas"


Begitu saja.


Tidak lebih dan tidak kurang.


Lanjutkan begitu saja.


Arisa menjawab usul Yuzuru itu...


"Iya... Mari kita lakukan"


Sambil terus menekan tubuhnya satu sama lain.



Dari situ, mereka terus merasakan kehangatan tubuh masing-masing sampai mereka puas. 

-SELESAI-


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close