CHAPTER 2: POOL DATE WITH MY FIANCE
(KENCAN KOLAM RENANG BERSAMA TUNANGANKU)
Hari Minggu.
"Kayaknya aku telat deh..."
Yuzuru berjalan cepat menuju stasiun tempat dia janjian sama Arisa.
Hari ini dia mau kencan sama Arisa.
Tapi, sebenernya mereka punya tujuan penting, yaitu mau belajar berenang buat persiapan pelajaran renang, jadi ini bukan main-main.
(Biasanya jarang banget Arisa yang ngajak duluan)
Walaupun mereka udah janjian dari sebelumnya, tapi yang ngajak ketemu Minggu depan itu dari Arisa.
Jarang banget Arisa yang biasanya nggak banyak ngomong ngajak duluan.
Berarti dia bener-bener serius... pengen bisa berenang.
(Aku juga harus serius nih)
Tapi, walaupun gitu, akhirnya dia telat...
Sambil mikir gitu, akhirnya Yuzuru sampai juga di stasiun.
Pas dia liat ke tempat janjian, ada Gadis rambut berwarna linen.
Warna rambutnya yang terang dan langka di Jepang, bikin dia langsung ketahuan.
Dia keliatan terus-terusan cek hape-nya... mungkin lagi liat waktu... dan keliatan agak gelisah.
(...Kira-kira dia marah nggak ya?)
Yuzuru pelan-pelan deketin dia, sambil takut-takut nyapa.
"...Arisa"
"Ah. Yuzuru-san!"
Arisa langsung nengok ke arah dia.
Seperti biasa, tunangannya yang imut... tapi ada yang beda dari biasanya.
Matanya ngeliat ke sana-sini, keliatan agak tegang.
"Maaf, aku agak telat."
"G, gak apa-apa... Telat lima menit mah gak masalah kok."
"Seneng deh denger kamu bilang gitu."
Sepertinya dia nggak marah.
Tapi, tetep aja ada yang beda dari biasanya.
"Arisa... ada yang salah?"
"Eh? Aku... keliatan aneh ya?"
"Nggak, cuma kamu keliatan lebih gelisah dari biasanya."
"O, oh gitu ya...?"
"Jangan-jangan, kamu lupa bawa baju renang?"
Baru sadar, mungkin dia lupa bawa baju renang.
Karena ini kencan yang dia ajak, susah juga bilang "Aku lupa bawa baju renang, boleh balik ambil di rumah?" sekarang...
Yuzuru coba tebak begitu.
Arisa kadang-kadang jadi pelupa, jadi mungkin aja.
"B, baju renang...!?"
"Jangan-jangan beneran...?"
"I, ih nggak kok. Baju renang... udah aku bawa kok. Masak iya lupa..."
Sambil bilang gitu, Arisa nunjukin ke dalam tasnya.
Sepertinya bawa baju renangnya amann.
"Kamu lagi nggak enak badan?"
"I, ih nggak... C, cuma agak tegang aja."
"Oh gitu."
Cuma tegang karena mau latihan renang. Sepertinya dia terlalu semangat dan menjadi tegang.
Tipikal Arisa banget.
"Kalo udah masuk air, pasti langsung hilang tegangnya... jadi gak apa-apa."
"Iya. Tapi... kalo ada apa-apa, walau hal kecil, bilang ya."
Kondisi mental dan fisik itu penting.
Karena dari hal kecil, bisa jadi masalah besar nanti.
"Yuk, kita berangkat."
"Y, ya!"
Yuzuru mulai jalan sambil narik tangan Arisa.
...Yuzuru gak sadar kalo pipi tunangannya udah memerah dikit.
Nah, tempat yang Yuzuru sama Arisa datengin itu adalah kolam renang umum yang airnya hangat.
Biasanya, di musim dingin dipake buat latihan renang atau buka sekolah renang gitu.
Trus kalo hari libur, umum bisa masuk juga... jadi Yuzuru sama Arisa bisa berenang.
"Heh... lumayan luas juga ya"
Yuzuru yang udah ganti baju renang lebih dulu, ngeliat sekeliling kolam renang sambil ngomong sendiri.
Ada kolam dangkal buat anak-anak dan kolam dewasa yang dalamnya lima puluh meter.
Orangnya gak terlalu banyak, cuma ada beberapa orang tua yang lagi jalan-jalan di dalam air.
Sepertinya gak ada masalah buat latihan.
(...Baju renang Aku udah oke kan ya?)
Baju renang yang Yuzuru bawa itu dibeli buat pelajaran renang... jadi ya baju renang cowok, yang buat olahraga gitu.
Awalnya mikir mau pake yang buat santai, tapi karena Arisa keliatan semangat, jadi diputusin pake yang beneran buat olahraga.
(Baju renang Arisa ya...)
Mengingat Arisa yang menawan itu sekitar setahun yang lalu di musim panas.
Waktu itu dia pake bikini hitam, kulit putihnya Arisa bener-bener menonjol banget.
Kalo dia pake kayak gitu lagi, Yuzuru gak yakin bisa nahan diri sebagai cowok.
Apalagi kali ini pake baju renang olahraga, pasti gak bisa ditutup-tutupin. ...Pasti keliatan banget.
Tapi, Arisa pasti lebih tahu situasi, jadi gak mungkinlah dia pake bikini.
(Tenang... harus tetap tenang. Hari ini bukan main-main. Aku harus serius, kalo gak Arisa bakal marah...)
"Maaf ya, bikin nunggu... Yuzuru-san"
Ditanya dari belakang.
Deg-deg, jantung Yuzuru langsung berdetak keras.
Pas dia nengok, Arisa yang udah ganti baju renang berdiri di sana.
"...Tidak-tidak, Aku juga baru aja selesai ganti kok"
Ngomong gitu sambil Yuzuru perhatiin baju renang Arisa.
Kali ini, Arisa pake baju renang olahraga, bukan bikini.
Hitam dengan garis merah, modelnya simpel banget, yang sering diliat di kompetisi renang.
Bisa dipake buat pelajaran sekolah juga gak ada masalah, hmm, mungkin emang buat itu.
(Setidaknya, bukan bikini ya, syukur)
Yuzuru sedikit lega.
Baju renang olahraga itu nempel banget di kulit Arisa, bikin proporsinya keliatan bagus banget.
Bagian dada karena diteken sama baju jadi keliatan lebih kecil dikit, tapi gantinya, pinggangnya yang kecil jadi lebih menonjol.
Bagian perut bawahnya modelnya high cut, jadi kaki panjangnya keliatan banget.
(...Eh? Jangan-jangan, ini malah lebih...?)
Tentu aja, kulit yang keliatan lebih dikit dari pada pake bikini.
Tapi kalo ditanya apakah gak menggoda, gak juga sih.
(Ya, ya, gadis cantik itu apapun cocok dipake ya...)
Yuzuru lagi keringetan dingin di dalam hati.
"Kalau diliatin terus kayak gini... jadi repot akunya," kata Arisa sambil kelihatan bingung.
Dia malu-malu nutup badannya pake satu tangan, kaki-kakinya dikatupin, paha digesek-gesekin satu sama lain.
...Tapi dia gak nyoba nutupin badannya.
"Ah, maaf ya," kata Yuzuru sambil buru-buru mengalihkan pandangannya.
Baju renang olahraga beda sama bikini, yang ini lebih mementingin kegunaan, bukan gaya.
Arisa juga pake itu bukan buat nunjuk-nunjuk ke Yuzuru, tapi beneran buat belajar renang.
Makanya, meskipun sedikit, Yuzuru jadi ngerasa aneh... itu bikin dia merasa canggung.
"Ayo, kita ke kolam," kata Yuzuru.
"Tapi, sebelum itu... ada yang harus dilakuin kan?" kata Arisa.
"Oh, iya. Pemanasan dulu..."
"Sebelum itu, maksudku."
Arisa mendekat pelan ke Yuzuru.
Mata Yuzuru langsung tertarik ke dada Arisa, dan dia buru-buru menundukkan pandangan, tapi malah dapet pemandangan yang agak-agak nih.
Yuzuru akhirnya menghadap Arisa langsung.
Arisa... kelihatan sedikit marah, seperti lagi cemberut gitu.
"Ada apa... Arisa?"
"Kamu... gak mau bilang sesuatu?"
"...Bilang apa?"
"Yuzuru-san yang dulu... biasanya pasti bilang ke aku."
Yuzuru bingung sendiri. Dia gak ngerti maksudnya.
"Jadi... kalo ada gadis... yang cinta sama Yuzuru-san, yang Yuzuru-san cinta juga, lagi pake baju renang... harusnya ada yang kamu bilang kan?"
Baru deh Yuzuru nyadar.
Dia manggut pelan, terus jawab.
"Cocok."
"Itu saja...?"
Tapi jawaban Yuzuru sepertinya kurang memuaskan buat tunangannya.
"Menarik... itu..."
"Secara spesifik... di mana, gimana cocoknya?"
Spesifik.
Yuzuru jadi bingung mau jawab.
Sebenernya, dia bisa jawab secara spesifik.
Tapi, karena ini baju renang olahraga, bukan bikini, jadi agak susah puji bagian fashion-nya...
Makanya, secara otomatis jadi tentang gimana baju renang itu bikin tubuh Arisa keliatan menarik, yang bikin agak susah dijawab.
"Jangan-jangan... aneh, ya?"
"Bukan begitu!"
Yuzuru langsung nolak kuat-kuat, terus beraniin diri.
"Badanmu itu... maksudku, garisnya, atau lekukannya, jadi ditekankan... keliatan sangat menarik."
"...Ada lagi?"
Mukanya merah, Arisa dorong Yuzuru buat lanjut.
"Kakimu keliatan cantik banget. Memang, kakimu itu udah cantik dari sananya... tapi keliatan lebih panjang dan langsing dari biasanya."
"Beneran, ya?"
"...Masih mau aku lanjutin?"
"Gak, udah cukup. Aku paham kok."
Arisa mengalihkan pandangannya, pura-pura seperti gak ada apa-apa.
Tapi mukanya terlihat sedikit merona.
"....Ayo berangkat"
Arisa berkata begitu dan mulai berjalan dengan cepat.
Yuzuru buru-buru mengejar Arisa tapi....Dia kaget.
(Ternyata bagian belakangnya berbahaya juga ya)
Dari depan tidak terlihat, tapi punggungnya terbuka dengan berani.
Punggung putih dan indah itu masuk ke dalam pandangan Yuzuru.
Saat dia menurunkan pandangannya sedikit, bentuk bokongnya terlihat jelas.
"Yuzuru-san"
Dan, tiba-tiba Arisa berbalik.
Mata mereka bertemu.
"Apa, apa!?"
"Kali ini....Bukan main-main. Tolong serius ya?"
Yuzuru seperti ditusuk.
Dia mengangguk besar.
Nah, Yuzuru dan Arisa melakukan pemanasan ringan sebelum masuk ke kolam renang.
"Kalau aku tenggelam....Tolong selamatkan ya"
"Tentu saja....Nah, untuk sekarang aku ingin melihat seberapa tidak bisa kamu, bisa berenang seadanya dulu?"
"....Aku sama sekali tidak bisa berenang loh?"
"Sebisa mungkin aja"
"....Aku akan tenggelam"
"....Kakimu kan bisa menyentuh?"
"Orang bisa tenggelam meskipun hanya dalam tiga puluh sentimeter air"
Memang, tidak ada yang tidak berbahaya.
Tapi, tanpa melihat secara langsung, tidak bisa menilai.
"Aku pasti akan selamatkan"
"....Kalau begitu, jika aku tidak bisa bangun setelah sepuluh detik, tolong selamatkan aku"
Arisa berkata begitu dan mengambil napas dalam-dalam sebelum tenggelam ke dalam air.
Lalu dia mulai menggerak-gerakkan tangan dan kakinya.
"...."
Penampilannya seperti serangga yang jatuh ke dalam danau.
Untungnya, sepertinya dia tidak tenggelam.
Setelah sepuluh detik, Arisa bangun.
Lalu dia dengan tegas berkata kepada Yuzuru.
"Aku tidak bisa mengapung"
Sepertinya mereka harus mulai dari cara mengapung di air.
Ini cukup serius.
"Coba tanpa menggerakkan tangan dan kaki, hanya fokus untuk mengapung....bisa tidak?"
"....Aku tidak akan bisa mengapung"
"Kalau kamu tenggelam, aku akan selamatkan, jadi tenang"
"....Pastikan ya"
Arisa berkata begitu dan melompat dari lantai kolam.
Lalu dia mengulurkan tangan dan kakinya lurus....dan tenggelam ke dalam air tanpa suara.
Setelah beberapa saat, Arisa bangun.
Entah kenapa, dia tampak cemberut.
Yuzuru tanpa sadar tersenyum pahit.
Rupanya, dia memiliki kebiasaan menjadi tidak senang ketika ada sesuatu yang tidak bisa dia lakukan.
Karena dia tidak suka kalah.
Ini adalah penemuan baru bagi Yuzuru.
"Yah, aku tahu alasannya"
"....Benarkah?"
Arisa menunjukkan ekspresi curiga.
Sepertinya dia tidak percaya.
"Jangan bilang, kamu mau bilang karena aku terlalu tegang?....Aku pikir, meskipun aku menegangkan tubuh, massa dan volume tubuh aku tidak berubah"
Rupanya, dia pernah mendapat instruksi seperti itu sebelumnya.
Memang, hasilnya, seperti yang dilihat, tidak berguna.
"Aku akan berusaha mengajari dengan teori yang mungkin, bukan hanya berdasarkan perasaan, tapi juga praktis"
Kata-kata Yuzuru membuat Arisa menunjukkan ekspresi ragu tapi dia mengangguk perlahan.
Arisa tidak bisa berenang karena dia tidak pandai mengapung, artinya posturnya di dalam air tidak baik.
Di permukaan air, idealnya kamu mengapung dengan kepala sedikit menunduk dan punggung sedikit atas...
Tapi, kaki Arisa terbenam dan badannya jadi miring.
Jadi, Yuzuru mulai dengan ngoreksi cara mengapungnya dulu.
Pertama bikin dia mengapung seperti boneka Daruma.
Terus suruh dia mengapung seperti ubur-ubur... dan akhirnya, suruh dia mengapung dengan tangan dan kaki terentang.
"Wah, keren banget, Arisa! Bisa sampe segini dalam waktu singkat!"
"…Kamu nggak lebay nih memujinya? Kan cuma bisa mengapung aja."
Arisa bisa mengapung dengan bagus.
Tapi, dia jadi cemberut gara-gara Yuzuru memujinya terlalu lebay.
Sepertinya dia pikir dia lagi dicengin.
"Itu nggak bener... Orang yang bisa berenang aja, ada yang cara mengapungnya jelek, loh. Dasarnya penting. Nggak nyangka kamu bisa cepet banget nguasainnya."
Kata-kata Yuzuru bikin Arisa melunak.
"Benar ya?"
Dan dia tersenyum senang.
Lucu banget… Yuzuru bener-bener mikir gitu.
Tapi meskipun Arisa lucu, Yuzuru emang sengaja memujinya lebih.
Sebenernya, Yuzuru udah nyiapin diri buat muji Arisa nggak peduli dia bisa atau nggak.
Karena mengapung itu penting, tapi lebih penting lagi ngurangin ketakutan Arisa terhadap air, pikir Yuzuru.
…Dan juga, Yuzuru nggak mau liat Arisa sedih.
Jadi, Yuzuru emang manis banget sama Arisa sekarang.
"…Lanjut apa lagi nih?"
"Yuk… Sekarang sambil aku tarik tangannya, coba kamu gerak-gerakin kaki kayak ngelakuin gerakan kaki."
Latihannya mulai masuk ke dasar-dasar berenang yang lebih serius.
Latihan gerakan kaki.
"…Gimana tadi?"
"Yah…"
Arisa yang awalnya punya masalah dasar dalam mengapung, ternyata juga punya masalah besar dalam gerakan kakinya.
Kakinya terlalu banyak ditekuk.
Dan dia ngegeplak-nggeplak air permukaan.
Itulah sebabnya kenapa renangannya Arisa kelihatan kayak serangga yang jatuh ke danau.
Pas Yuzuru bilang itu, Arisa miringin kepala.
"Bisa ya, nggak ngelekukin lutut?"
"Hmm… Yuk, coba sambil pegangan dulu."
Yuzuru suruh Arisa pegangan di pinggir kolam.
Terus, Yuzuru pegang kaki Arisa dan gerakin pake tangan, ngajarin cara gerakan kaki yang bener.
"Bukan lututnya yang gerak, tapi dari pinggul. Pakai seluruh kaki, bayangin kamu nendang air pake punggung kaki."
"Oh, gitu ya!?"
Cuma butuh sedikit koreksi, dan gerakan kakinya langsung jadi bener.
Bukan karena Yuzuru jago ngajarin… tapi lebih karena Arisa punya koordinasi pemahaman yang bagus.
Pengajarannya lancar jaya.
Masalahnya, kalo ada…
(Yah, gimana ya, ini seperti racun buat mata, atau gimana gitu…)
Di depan mata Yuzuru, ada kaki panjang dan langsing milik Arisa.
Gak cuma itu, bahkan bagian yang gak tau itu paha apa pantat juga keliatan.
Kalau depan orang yang disuka, bagian terpampang jelas, ya wajar dong kalau jantung jadi berdegup kencang.
"Yuk, sekarang kita coba latihan renang pake gaya dada aja."
"Siap."
Yuzuru langsung megang tangan Arisa, trus narik dia.
Sementara itu, Arisa mulai maju pake gaya dada.
Awalnya sih goyang-goyang, tapi lama-lama mulai stabil... dan Yuzuru cuma perlu 'nemenin' doang.
"Nanti aku akan lepas tangan ya."
Udah bilang gitu duluan, dia pegang Arisa, biarin dia renang pake gaya dada, terus Yuzuru lepas tangan.
Eh tapi...
"Aduh!"
"Arisa!"
Plung, Arisa nyemplung ke dalam air.
Yuzuru langsung panik, mendekat, dan narik Arisa ke atas.
"Yu, Yuzuru-san!"
Arisa juga keliatan desperate, ngegantung di tubuh Yuzuru.
Trus dengan bantuan Yuzuru, dia bisa berdiri lagi.
"Masih terlalu cepat, ya?"
" Sepertinya... Padahal aku pikir udah bisa."
Sepertinya Arisa jadi insecure begitu tangannya Yuzuru lepas.
Panik, badannya jadi kaku, formnya berantakan, dan akhirnya tenggelam... dan panik setengah mati.
"Kali ini... bisa gak kamu tetap di deket aku?"
"Ah, a... iya."
"Yuzuru-san?"
Kenapa ya suaranya ragu gitu? Kayak mau bilang gitu, tunangannya Yuzuru malah miringin kepala.
Gerakannya itu loh, imut banget.
Biasanya Yuzuru bisa santai aja ngeliat yang imut-imut, tapi kalau udah sejauh ini, bikin dia jadi lemes.
Apalagi pas dipeluk, dan tubuh Arisa yang proporsional itu nyentuh tubuhnya, makin gak tahan.
"Ah, maaf...!"
Arisa kayaknya baru sadar kalau dia udah terlalu dekat, nunjukkin sisi menariknya ke Yuzuru.
Dia langsung mundur dengan panik.
Trus malu-malu sembunyi di dalam air.
"Yuk, lanjutin."
"Ah, iya!"
Beberapa detik kemudian, Arisa yang udah keluar dari air, bilang gitu dan Yuzuru juga mengangguk.
Lalu Yuzuru terus bantu Arisa di sampingnya.
Kadang-kadang dia angkat Arisa dari perut kalo keliatan mau tenggelam, atau benerin gaya dada yang udah mulai kacau, banyak lah tugasnya.
Tapi dalam semua itu, Yuzuru harus nyentuh Arisa.
Itu sih masih oke, tapi yang namanya kecelakaan, kontak fisik gak sengaja, pasti ada.
Dan Arisa kadang gagal, tubuhnya jadi gak stabil, dan tenggelam.
Setiap kali itu terjadi, Yuzuru yang harus nolong, entah karena takut atau apa, Arisa jadi ngegantung di Yuzuru.
Kalo sukses, mereka jadi lebih deket.
Sering juga main-main, nyentuh-nyentuh gitu.
Jadi deh Yuzuru terus-terusan tegang, dibikin tegang terus.
(Hari ini bener-bener... berat sih)
Sambil sadar betul jantungnya berdegup kencang, Yuzuru dalam hati menghela napas.
Hari ini rasanya dia terlalu banyak diganggu Arisa.
Tentu saja, Arisa pasti berniat untuk belajar renang dengan serius, bukan buat main-main atau goda-godaan sama Yuzuru, atau punya niat macam-macam.
Semakin mikirin itu, semakin jadi sadar dan dia jadi kelihatan menarik.
Itu semacam lingkaran setan.
Tapi... dari sisi lain, mungkin ini bisa dibilang lingkaran positif karena bisa menemukan kembali pesona tunangannya.
(Kalau Arisa marah sih, bagus...)
Sekali waktu, tangan Yuzuru tanpa sengaja menyentuh bagian sensitif Arisa.
Dia pikir pasti bakal kena marah! Yuzuru coba baca ekspresi Arisa...
Tapi Arisa cuma melihat ke arah Yuzuru dan tersenyum malu-malu.
Jadi, meski ada sedikit kontak, Arisa ga terlalu peduli, pura-pura ga sadar, atau cuma tersenyum malu-malu.
Mungkin karena dia tahu Yuzuru ga sengaja, dan kontak ga sengaja itu dianggap wajar...
Tapi Yuzuru jadi merasa ga enak.
Nah, setelah sekitar satu setengah jam...
"Kayaknya... waktunya istirahat, ya?"
"Iya, sepertinya begitu"
Setelah usul Arisa, mereka memutuskan untuk naik dari kolam.
"Lumayan..."
Yuzuru ga sengaja ngeliat bagian bokong Arisa saat dia naik...
Dia berusaha menahan diri.
"Kamu ga naik?"
"Eh, mungkin aku renang dulu sebentar"
"Oke"
Arisa, dengan ekspresi tenang, membelakangi Yuzuru.
Lalu dia mengulurkan tangan ke dalam baju renangnya.
"Ah..."
Seakan ada suara 'klik'.
Setelah Arisa merapikan baju renangnya, dia menoleh dan berkata, "aku beli jus dulu, tunggu ya"
"O, oke!"
Yuzuru menjawab sambil matanya berkeliling.
Lalu dia melihat Arisa pergi...
"2, 3, 5, 7..."
Dia mulai menghitung bilangan prima untuk menenangkan diri dan pikirannya.
__--__--__
"Terima kasih untuk hari ini, Yuzuru-san"
Di sore hari.
Setelah latihan selesai, dan sudah ganti baju, Arisa mengucapkan terima kasih.
"Kamu ngajarinnya... sangat bagus loh. Rasanya aku jadi jauh lebih baik hanya dalam sehari"
"Ah, itu karena kamu yang punya bakat olahraga yang bagus"
Yuzuru menjawab sambil tersenyum kecut.
Sejujurnya, dia terlalu sibuk dibuat deg-degan oleh Arisa sampai-sampai ga bisa ngajar dengan benar.
Yang dia ingat cuma penampilan dan gestur menarik Arisa.
(Apalagi itu... parah banget...)
Yuzuru teringat saat Arisa merapikan baju renangnya.
Bukan hanya sekali, tapi dua, tiga kali di depannya—dengan gestur yang sangat alami—itu sangat meninggalkan kesan.
"Yuzuru-san...? Ada apa?"
"Eh, nggak, nggak ada apa-apa kok"
Pas lagi ngelamun, Yuzuru langsung panik pas ditanyain.
Gak mungkin banget dia bilang "Aku lagi inget kamu pakai baju renang loh".
Jadi, dia harus nyari cara buat ngalihin pembicaraan.
"Ouh gitu ya?"
Untungnya, Arisa gak terlalu ngejar-ngejar lebih lanjut.
"Ayo kita pulang."
Yuzuru mencoba tenangin diri sebelum ngajak Arisa pulang.
Sekarang ini, Arisa gak pake baju renang, tapi pake baju biasa.
Karena musim semi, jadi dia gak terlalu banyak nunjukin kulit, dan mantel musim seminya nutupin bentuk tubuhnya.
Sekarang Arisa gak terlihat menakutkan atau apa pun...
...
Tapi, tiba-tiba Yuzuru tanpa sadar bisa melihatnya.
Dia bisa 'ngelihat'.
Tubuh indah Arisa yang seharusnya tersembunyi di bawah baju...
Dia jadi kebayang-bayang sendiri.
"Yuzuru-san? Kamu beneran baik-baik aja?"
"Uh, iya... Aku cuma agak capek aja."
Arisa cemas melihat wajah Yuzuru.
Dan dari rambut Arisa, ada bau kaporit... dan itu membuat Yuzuru mulai kebayang-bayang lagi.
...Ini parah.
(Ini mungkin menjadi kebiasaan yang aneh...)
Dalam sehari ini, kayaknya sebagian otak Yuzuru udah mulai berubah.
Ini semua gara-gara gadis bernama Arisa Yukishiro.
Harusnya dia bertanggung jawab, dan menikah sama Yuzuru.
Nah, mereka berdua mulai jalan lagi.
Untungnya, halusinasi Yuzuru tentang Arisa mulai hilang pas mereka sampai depan rumah Arisa.
"Oh ya, Yuzuru-san"
"Ada apa?"
"Kapan kita latihan lagi?"
Wajah Yuzuru langsung kaku.
Halusinasinya mulai balik lagi.
"Lain kali..."
"Aku sih pengennya jangan terlalu lama... Gimana?"
Padahal hari ini udah banyak kemajuan, tapi belum bisa dibilang bisa berenang.
Masih perlu banyak latihan... dan Yuzuru harus ikut latihan juga, itu sudah pasti.
"Nanti aku cek jadwalku setelah sampai rumah."
Yuzuru bertekad untuk mencari cara menenangkan diri sebelum latihan selanjutnya.
"Kalau begitu, sampai jumpa..."
"Tunggu dulu!"
Saat Yuzuru mau pergi, Arisa menahannya.
Dengan pipi yang memerah, dia membuka tangannya lebar-lebar.
"Bolehkah pelukan perpisahan...?"
"Baiklah."
Yuzuru perlahan memeluk Arisa dari depan.
Bahkan lewat baju, Yuzuru bisa merasakan tubuh Arisa yang lembut.
"Yuzuru-san..."
Dengan lembut, Arisa berbisik di telinga Yuzuru.
"Aku cinta kamu."
"Aku juga... cinta kamu."
Yuzuru membalas.
Lalu Arisa cengengesan kecil di telinga Yuzuru.
"Tapi... meski aku cinta kamu, itu tetap nggak boleh loh."
"Eh?"
Yuzuru bingung dan nanya lagi. Terus...
"Jangan lihat aku dengan mata mesum gitu deh... Malu aku."
Yuzuru merasakan sesuatu yang menggigil di dalam tubuhnya.
Pas dia sadar, Arisa udah menjauh dari dia.
"Yah, Yuzuru-san. Sampai jumpa lagi ya."
Begitu kata Arisa sambil melambaikan tangan kecilnya, dia masuk ke dalam rumah.
Yuzuru cuma bisa bengong di tempat.
Yang tersisa hanyalah aroma kaporit dan kehangatan dari Arisa.
"Sungguh..."
Yuzuru pengen nikah sama Arisa. Mesti nikah, akan nikahin dia. Nggak akan sampai terlepas.
Yuzuru pun jadi lebih bertekad.
__--__--__
Setelah Arisa sampai di rumah dan beberapa waktu berlalu.
"Aaaaah!! Apa aku kelewat batas ya?!"
Arisa berguling-guling di atas tempat tidur sambil memeluk bantal.
Mukanya merah banget.
Sampai-sampai sama sekali nggak sadar kalau sepupunya (yang dianggap adik angkat perempuan) sempet ngintip ke k
amar Arisa dan bilang, "Lagi-lagi kamu nih," sambil ketawa terus pergi. Arisa terlalu gugup untuk menyadarinya.
Hari ini, Arisa sengaja menggoda Yuzuru.
Tentu saja, nggak semuanya sengaja.
Awalnya malah Arisa yang lebih gugup, dan bukan saatnya untuk itu.
Saat dia nyaris tenggelam itu beneran, dan saat dia nempel ke Yuzuru juga bukan sengaja.
Tapi... kecuali pas pertama kali, Arisa terus sengaja berpura-pura nyaris tenggelam dan berulang kali melompat ke pelukan Yuzuru. Bukan berarti dia pura-pura gak bisa berenang sih, tapi lebih ke lebay-lebay pelukannya itu untuk godain Yuzuru.
"Kenapa sih aku bisa ngelakuin hal kayak gitu..."
Kenapa ya aku bisa gitu. Kalo dijelasin dengan singkat sih karena aku kebawa suasana, dan kenapa aku bisa kebawa suasana? Karena asik aja gitu.
Bisa juga dibilang karena aku merasa enak.
Hari ini, pandangan Yuzuru-san ke aku terasa lebih intens dari biasanya.
Ada perasaan malu sih kalo dipandang gitu sama orang yangku cinta, tapi di sisi lain, Aku juga seneng.
Aku pengen diperhatiin, pengen dia sadar akan keberadaanku... Itu yang muncul di pikiranku.
Biasanya, Arisa lebih sering diarahin sama Yuzuru.
Soalnya Yuzuru lebih tenang.
Tapi hari ini, Yuzuru malah keliatan lebih gugup dari Arisa.
Melihat Yuzuru yang gugup itu sesuatu yang baru buat Arisa, dan melihat Yuzuru bereaksi terhadap setiap gerakan Arisa itu seru banget.
"Yuzuru-san, ngeliatin aku terus... Lucu banget sih."
Yang paling bikin ketawa itu pas Arisa benerin swimsuit-nya yang kejepit, reaksinya Yuzuru itu loh.
Matanya langsung ilang fokus, gak bisa sembunyiin kegugupannya.
Arisa sengaja ngelakuin itu berulang kali di depan Yuzuru, dan tiap kali itu pasti aku cek ekspresi mukanya Yuzuru-san... Aku jadi ngelakuin itu terus.
"Aduh... tapi kayaknya kelewatan deh... Harusnya aku berhenti ya..."
Setiap kali benerin swimsuit dan mata mereka bertemu itu, terlalu mencurigakan.
Gak heran kalo Yuzuru mikir "Apa Arisa sengaja ya?"
Aku pengen Yuzuru-san mikir "Arisa itu cewek yang sopan."
Aku gak mau dianggap gadis yang gak tahu malu.
"Tapi, tapi... Yuzuru juga... Seneng, kan?"
Bukan berarti Yuzuru keliatan gak suka.
Malahan, dia lebih perhatian sama Arisa dari biasanya, ngasih pandangan yang lebih intens.
Terutama, Yuzuru menunjukkan reaksi yang sangat maskulin.
Meskipun Arisa merasa takut, cemas, dan malu dengan reaksi itu...
Tapi di sisi lain, merasa senang dan lega karena sebagai wanita, dia diperhatikan dan diakui keberadaannya.
Merasa bahwa ini bukan hanya perasaan sepihak, dan Yuzuru juga menyukai Arisa, itu membuatnya merasa nyata.
"Yup, gak apa-apa... Kan dia cinta banget sama aku..."
Apa yang harusku lakukan di latihan selanjutnya ya?
Mungkin aku bisa jadi lebih berani lagi.
Atau malah, pura-pura malu juga bisa jadi pilihan.
Sambil ngebayangin itu, Arisa senyum-senyum sendiri...
Tiba-tiba...
PRRRRR!!
HP-nya tiba-tiba bergetar.
Arisa langsung panik dan angkat telepon.
"Halo?"
"Halo, Arisa?"
Panggilan telepon itu dari Yuzuru.
Mungkin, Arisa menduga ini janji buat kencan renang selanjutnya.
...Tapi, kalo cuma itu sih, bisa lewat email aja kan? Arisa bingung sambil miringin kepala.
"Apa?"
"Libur Golden Week nanti, kamu ada rencana nggak?"
"Enggak, nggak ada"
Sekarang udah mau awal Mei.
Jadi, libur panjang yang banyak hari libur nasionalnya, alias Golden Week, udah deket.
"Jadi, latihan renang selanjutnya itu pas liburan ya?"
Memang, kalo pas libur panjang, bisa renang terus beberapa hari.
Itu pasti enak buat latihan. Tapi…
"Ah, nggak, bukan itu"
"Oh ya? ...Terus apa dong?"
Sepertinya ini undangan kencan lain.
"Kalau Arisa mau ya... ini cuma kalo kamu mau"
"Iya"
"Mau nggak kita pergi ke pemandian air panas?"
Arisa terkejut dengan undangan tak terduga dari Yuzuru.
__--__--__
Kembali ke saat-saat sebelumya.
Setelah pulang dari kolam renang, Yuzuru menghabiskan waktu sambil terus terbayang-bayang Arisa.
Di saat seperti itu... HP-nya berbunyi.
Panggilannya... dari Sougen Takasegawa. Kakeknya Yuzuru.
"Halo?"
"Halo, Yuzuru?"
"Iya... ada apa?"
Apa yang dia inginkan, Yuzuru bingung.
"Nggak penting sih... tapi, kamu gimana nih rencana buat Golden Week yang sebentar lagi?"
"Gimana ya... rencana pulang ke rumah sih nggak ada. Mungkin aku akan habiskan waktu sama Arisa"
Mungkin kakeknya kangen pengen liat muka cucu.
Yuzuru dalam hati bingung.
"Oh, sama Arisa-san ya. Itu bagus"
"...Kamu lagi nyari urusan sama aku?"
Sekitar setahun yang lalu, dia terus-terusan coba jodoh-jodohin Yuzuru sama Arisa.
Sebenernya, kalo dipikir-pikir, berkat dia juga sih mereka bisa bersama sekarang, jadi nggak bisa bilang dia bukan Cupid cinta juga...
Tapi, cucu mana yang mau kakeknya terlalu ikut campur soal asmara mereka.
"Ah, kurang lebih sih. Jadi, apa rencananya? Ada rencana kencan ke mana gitu?"
"Belum pasti sih..."
Yuzuru bilang mungkin mereka akan pergi ke museum, taman, atau main bowling, tempat-tempat yang nggak terlalu mahal buat kencan.
Lalu...
"Hah, kasian banget dengernya. Tempat-tempat itu, nggak perlu nunggu libur panjang juga bisa kok. Nggak ada pilihan yang lebih bagus lagi?"
Kena kritik.
Yuzuru juga mikir 'iya sih, tempat-tempat itu emang nggak buat libur panjang...' jadi, kena banget tuh kritiknya.
"Daripada urusin aku, seharusnya kakek ngurusin Ayumi aja kan?"
Setidaknya Yuzuru sudah punya tunangan, Arisa.
Dibandingkan dengan cucu yang sudah punya tunangan dan udah cukup dekat, mungkin sebaiknya lebih fokus ke cucu perempuan yang belum punya tunangan.
"Yang itu aku serahin ke Kazuya, jadi santai aja"
"Heh... kebetulan tau gak siapa kandidatnya?"
"Ada beberapa, tapi yang paling mungkin adalah anaknya Satake."
Mendengar tentang anak Satake, wajah Souichirou Satake, teman masa kecilnya, langsung terlintas di pikiran Yuzuru.
Kalau dia jadi adik iparnya... itu sesuatu yang Yuzuru harap bisa dihindari.
Tapi, "anak Satake" bukan hanya satu orang.
"Anak kedua kah?"
Souichirou itu anak pertama, tapi sepertinya dia berniat menolak jadi pewaris...
Itu yang sempat Yuzuru dengar.
Cerita yang agak langka sih, tapi mengingat hubungan antarmanusia Souichirou yang Yuzuru tahu, dia bisa paham kenapa.
Dan jika Souichirou menolak warisan, secara alur warisan bakal jatuh ke adiknya.
"Atau mungkin anak ketiga. ...Lagipula, keluarga Satake belum menetapkan siapa pewaris selanjutnya. Masih belum bisa dibilang pasti."
"Aku paham."
Satake kelihatannya mempromosikan persaingan antar saudara—dengan kata lain, pertikaian warisan.
Makanya belum bisa dipastikan apakah anak kedua itu benar-benar akan jadi pewaris selanjutnya.
"Memang masih SMP sih. Mungkin ceritanya masih jauh... Lebih baik khawatirin diri sendiri dulu daripada orang lain."
Balik lagi ke topik awal.
Tapi, karena Yuzuru dan Arisa sama-sama nggak punya uang, mereka nggak bisa bikin rencana kencan yang butuh banyak uang.
"Yah, kalau ada Ojii-chan yang baik hati mau kasih uang saku, bisa jalan-jalan ke taman hiburan atau kemana aja deh."
Yuzuru coba minta uang saku dengan nada setengah bercanda.
Udah lama banget Yuzuru nggak manggil kakeknya "Ojii-chan".
"Ya sudah. Karena cucuku yang manis minta... kali ini aku kasih uang saku secara spesial..."
"Wah!"
"Sebenernya sih pengen ngomong gitu, tapi Sayori-san bilang jangan dimanja terus."
"......Bikin ribet aja."
"Ya, tapi yang boros itu kamu juga sih. Mending belajar hidup hemat aja sebentar."
Di seberang telepon, Sougen terdengar senang banget ngelawak.
‘Ini kakek beneran cuma mau ngejek aku ya’, pikir Yuzuru dalam hati.
"......Ya udah, Aku mau nutup teleponnya nih."
"Tunggu dulu. Aku emang nggak bisa kasih uang jajan, tapi... Aku nggak mau ninggalin cucu yang hampir dijutekin tunangannya gitu aja."
"......Mau ngapain sih?"
Pasti nggak bakal ada gunanya. Paling-paling cuma kasih saran kencan jadul yang nggak jelas bisa berguna apa nggak, pikir Yuzuru sambil nanya.
Tapi, jawaban Sougen nggak terduga.
"Aku udah pesenin penginapan di onsen."
"......Eh?"
Yuzuru kaget banget sampai ngomong tanpa sadar.
"Tempatnya di tempat biasa...... kamu pasti tau kan?"
"Oke, paham."
Keluarga Takasegawa punya tempat rehat yang bisa dibilang langganan...... nggak tau sih kalo itu bisa dibilang gitu, tapi mereka sering banget kesana.
Yuzuru juga udah beberapa kali pergi kesana bareng keluarga.
"Jadi, gimana? ......Kalo nggak mau, Aku cancel."
"Sebenernya sih, ini yang aku mau banget......"
Sejujurnya, Yuzuru juga mikir, cuma tidur-tiduran di kamar juga nggak asik banget.
Apalagi ini Golden Week, pengen ke taman bermain atau jalan-jalan gitu.
Dari segi itu, tawaran Sougen itu seperti nemu oasis di tengah gurun.
Tentu saja, "nggak punya duit jadi minta tolong kakek" itu agak malu-maluin sih buat Yuzuru...
Tapi tetep aja, onsen itu menarik banget.
"Kamu tanya ke Arisa-san dulu dong?"
"Hm, ya itu sih harus."
Yuzuru nggak bisa mutusin sendiri.
Walaupun, Yuzuru nggak bisa kebayang ada alasan kenapa Alisha bakal bilang "nggak mau ke onsen".
Yuzuru bilang makasih ke Sougen lalu nutup telepon......
Dan begitulah, Yuzuru ngajak Arisa ke onsen.
Post a Comment