NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

OmiAi [LN] Volume 4 Epilog

 


EPILOG

Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.



Di perjalanan pulang.


"Seru ya."


"Iya nih."


Yuzuru dan Arisa ngobrol santai sambil mengenang kenangan mereka.


Meskipun cuma sebentar, trip dua malam tiga hari ini berarti banget buat mereka berdua.


"Tapi Arisa, kamu tuh kadang-kadang bisa jadi berani banget ya?"


Yuzuru nyengir sambil bilang gitu.


Biasanya Arisa itu pendiam, tapi kadang-kadang bisa tiba-tiba jadi proaktif.


Sepertinya dia tipe yang perasaan atau mood-nya bisa naik turun drastis... gitu deh?


Tapi biasanya, kalo dia berubah gitu pasti ada sebabnya, entah itu seneng atau cemas.


"Yuzuru-san juga ngomongin hal yang sama ya..."


"...Ada yang bilang hal serupa sama kamu?"


"Eh? Ah, nggak... lupa aku."


Arisa bilang gitu sambil jelas-jelas mengalihkan pandangannya.


Caranya ngeles itu jelas banget, sampe Yuzuru jadi ketawa.


Tapi, Arisa punya alasan kenapa dia harus ngeles.


...Kalo dia cerita tentang komentar yang sama dari Ayaka dan Chiharu, dia juga harus cerita tentang waktu dia godain Yuzuru di kolam renang.


"Ya udah, gapapa kok."


"...Biar aku bilang ya, aku jadi gitu cuma di depan Yuzuru-san aja loh!"


Arisa ngembungin pipinya, menegaskan itu.


Dia bersikeras kalo dia nggak selalu sibuk dengan perasaan naik turun.


Tentu saja, Yuzuru udah tahu itu.


Memang sih, dia lebih sering tersenyum akhir-akhir ini, tapi "Arisa si dingin dari Kastil Salju" masih ada kalo di depan orang lain.


Arisa cuma bertingkah lucu di depan Yuzuru aja.


Itu tandanya dia udah nyaman banget sama Yuzuru.


"Hmm... Jadi kalo di depanku, kamu jadi aneh gitu ya?"


Yuzuru nanya sambil iseng.


Terus Arisa taruh tangan di dagu, mikir dengan serius.


"Eh? Yah, sepertinya... di depan Yuzuru-san, aku jadi gampang seneng atau sedih, gitu deh."


Setelah bilang gitu, Arisa jadi malu-malu.


Kayaknya dia baru sadar kalo apa yang dia bilang itu agak malu-maluin.


"Seneng aku denger kamu bilang gitu, Arisa."


"...Kalo udah ngerti, ya udahlah."


Dengan cepat, Arisa mengalihkan pandangannya dari Yuzuru.


Kayaknya dia agak merajuk.


Tapi, karena Yuzuru tau itu cuma akting, dia nggak terlalu peduli dan lanjut ngobrol.


"Ngomong-ngomong, buat Arisa, ciuman itu lebih malu daripada mandi bareng?"


Ciuman tuh 50-50.


Tapi, mandi bareng atau tidur bareng, dia bisa inisiatif.


Artinya, buat Arisa, ciuman itu lebih tinggi hambatannya.


Tapi, tentu aja, ini tergantung pada pandangan masing-masing orang tentang kesucian.


"Itu sih... karena ada baju renang ya. Kalo pake baju renang masuk kolam itu biasa, berarti pake baju mandi, mandi bareng sama pacar itu... ya biasa aja."


"Iya juga sih." 


Itu cuma karena kata "pemandian campur" dan "mandi" bikin persepsi kita jadi kacau.


Kalo dipikir-pikir seperti kolam air hangat aja, rasa enggak nyaman jadi berkurang kalau dipikir gitu.


"Jadi... kalau gak ada baju mandi, lebih susah daripada ciuman?"


"Itu... berarti telanjang dong? Ya iyalah!"


"Berarti tujuan selanjutnya mandi campuran tanpa baju mandi dong"


Yuzuru ngomong gitu tanpa mikir.


Wajah Arisa langsung kaku.


"Em... tujuan selanjutnya itu apa?"


"Kita udah bisa ciuman kan? Jadi, aku mikirin apa tujuan kita berikutnya"


"Gak perlu dipaksain buat bikin tujuan kali ya?"


"Memang sih..."


Yuzuru mikir sebentar terus memutuskan buat jujur.


"… Pengen mandi bareng"


"Oh, gitu..."


"Arisa... gak mau?"


"Bukan, itu... bukan gak mau tapi..."


Arisa agak ragu-ragu.


Mungkin dia lagi nyari cara buat gak nyakitin perasaan Yuzuru.


"Mungkin malu kalau harus nunjukin tubuh telanjang..."


"… Itu juga sih"


"Ada alasan lain?"


Pertanyaan Yuzuru bikin Arisa mengangguk pelan.


"Itu, soalnya... Yuzuru-san juga bakal telanjang kan?"


"Ya... itu sih..."


"… Aku gak yakin bisa lihat secara langsung "


Ternyata malu lihat Yuzuru telanjang daripada nunjukin dirinya sendiri telanjang.


Bisa dimengerti sih...


"… Jadi, Arisa gak pengen lihat aku telanjang?"


"Eh? Eng... gak tahu ya?"


"Susah dijawab ya. Maaf ya"


Yuzuru cengengesan.


Mungkin Arisa gak pengen lihat, tapi susah juga buat jawab 'gak pengen lihat' karena mempertimbangkan perasaan Yuzuru.


Sebaliknya, kalau dia pengen lihat... dengan sifat Arisa, mungkin susah buat bilang 'pengen lihat' secara langsung.


"Masih lama sih itu ceritanya"


"Iya, iya! Seperti ini... harusnya pelan-pelan, bertahap" 


"Tenang aja. Meskipun aku pengen banget mandi campuran,aku nggak bakal langsung bugil dan masuk ke kolam... seperti orang lain."


"Ah, maksud kamu apa sih! Seakan kamu bilang aku ini orang aneh yang masuk ke pemandian campur tanpa izin!"


"Ya, nggak sepenuhnya salah sih..."


"Salah banget itu!"


Arisa langsung ngebanting dada Yuzuru dengan tangannya.


Yuzuru minta maaf sambil coba menenangkan Arisa dengan tangannya.


"Tapi kan, Arisa..."


"Apaan?"


"Aku tetep pengen melakukannya suatu saat."


Aku pasti akan melakukannya.


Yuzuru ngomong gitu dengan penuh keyakinan, dan Arisa, dengan muka yang udah merah, mengangguk pelan.


"Dan juga setelah itu."


Yuzuru nambahin itu.


Dan muka Arisa tambah merah... sampai ke telinganya.


"Setelah itu... itu maksudnya apa sih!?"


"Itu terserah imajinasimu."


"Dasar Yuzuru-san hentai!."


Arisa ngomong sambil menatap Yuzuru dengan tajam.


"Kamu yang berpikir mesum kan?"


"Bukan. Itu karena Yuzuru-san orangnya mesum, jadi aku cuma mikir... pasti sesuatu yang mesum deh... bukan berarti aku membayangkannya."


"Kasar sekali..."


Yuzuru cuma bisa tersenyum pahit.


Tapi...


"Ya, nggak salah sih."


"Dasar, malu-maluin... kejujurannya ada batasnya tau."


Arisa ngomong sambil ngomel...


Dan Yuzuru cuma bisa mengangkat bahu.


Lalu mereka saling pandang dan tertawa bahagia. 


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment



close