Chapter 2 – Kekuatan Suci dan Otoritas Ilahi
Sementara itu peristiwa yang terjadi di berbagai tempat, di dunia lain──.
"Aku akhirnya menemukanmu, Shu. "
Iris dan yang lain berhasil melacak keberadaan Katana Saint Shu Zakuren dan kelompoknya.
Shu dan para Holy lain yang ada dibelakangnya berhadapan dengan mereka.
''Hou? Tidak kusangka kau menemukan tempat ini... "
"... Apa ini sudah semua dari kalian? Sepertinya jumlah orang yang kulihat di Heavenly Sacred Festival tidak sama dengan jumlah orang disini... "
Jumlah Holy yang Shu bawa bersamanya tidak sama dengan jumlah Holy saat Heavenly Sacred Festival, seperti yang Iris katakan.
"Tentu, tidak semua orang disini... Karena sebagian dari mereka sudah bergerak. "
" Tch... Sepertinya kita sedikit terlambat. "
(Mau bagaimana lagi. Para naga yang ada di Dragon Valley sangat tangguh, dan perlu waktu untuk mengalahkan mereka. Aku tidak menduga kau akan menggunakan tempat ini sebagai tempat persembunyian mu. )
Benar, Shu dan kelompoknya bersembunyi di Dragon Valley, dimana bahayanya sama dengan Great Devil's Nest.
Dulu disana ada naga yang menjadi pelindung Dewa palsu, tapi semenjak dikalahkan oleh Yuuya, keberadaannya menjadi tidak pernah ada, dan dikatakan sebagai dongeng.
Bagaimanapun, para naga yang tinggal disini masih sangat kuat, dan orang biasa tidak bisa mendekat ke tempat ini.
"Syukurlah kamu dengan cepat memakai Visual Magic, sehingga kita bisa melacaknya. "
"Bukan hal yang mudah memakai itu untuk menemukannya... tapi sepertinya kau menahan diri di Heavenly Sacred Festival, benarkan? "
" Benar. Dan kami akan menghentikan mu, yang sudah kalah dari kami pada saat itu. "
Iris mengacungkan pedang nya kearah Shu.
Akan tetapi Shu tidak goyah sedikitpun.
" Aku paham sekarang. Kau tidak setuju dengan kami semua. "
" Tentu saja tidak. Sangat tidak masuk akal untuk berpikir kami membiarkanmu mengendalikan manusia... Dengan tujuan menguasai dunia. "
" Kau tidak mengerti apapun... Kau hanya boneka, memainkan peran yang diberikan kepadamu tanpa memikirkan nya. "
( Hmph. Tidak peduli apa yang kau katakan, aku melakukan peran Holy karena aku menyukainya. Meskipun aku bisa mengalahkan Evil itu sendiri, aku tak pernah berpikir untuk menguasai manusia. )
" Memang... Perkataanmu ada benarnya, terkadang aku berpikir manusia itu bodoh. Tapi tidak semuanya. Untuk mengontrol semua hak manusia itu sudah diluar akal sehatku".
Usagi dan Odis juga menoleh ke Shu dan mengatakan hal ini.
Setelah itu Shu menggelengkan kepala nya.
"... Sangat disayangkan. Sepertinya kau dan aku tidak bisa saling mengerti satu sama lain. "
" Ya, kau benar. Karena itulah kami disini untuk menghentikanmu."
Iris segera bersiap dengan posisi bertarung, lalu diikuti oleh Usagi dan Odis.
"Kau pikir bisa melakukannya? "
"Sudah aku katakan akan kulakukan...! "
Iris melangkah maju dengan kekuatan yang sangat luar biasa, menghilangkan jarak antara dia dan Shu dalam sekejap.
“Heavenly Sacred Slash!”
Dan kemudian dia mengeluarkan serangan dengan kekuatan penuh bersamaan Holy Power miliknya.
Akan tetapi...
"Aku tidak bisa membiarkan mu melakukannya."
“!”
Tiba-tiba, sebuah suara petikan senar alat musik keluar lewat udara.
Pada saat itu juga, suaranya berubah menjadi sekumpulan Magic Power, dan menahan serangan pedang Sword Saint Iris yang mengarah ke Shu.
"Sungguh memalukan ... Kamu tidak mengerti tujuan mulia kami. "
“Tone.”
Serangan Iris diblokir oleh Tone, seorang penyair yang memegang alat musik Lyre di tangannya.
Kemudian, setelah Tone, dua orang datang berdiri didepan untuk melindungi Shu.
"Jika kau berani melawan, kami tidak akan menunjukkan belas kasih. "
" Pada saat Heavenly Sacred Festival, kita kesulitan karena Shu memberi tahu kami untuk menahan diri, tapi sekarang, kita bisa memulainya dengan sangat serius, kan? "
“Leo, Seras.”
Orang yang berdiri di hadapan Iris adalah beastmen singa dan beastmen rusa bertanduk.
Beastmen singa bernama Leo Vanguard, sang Fang Saint.
Beastmen rusa bertanduk bernama Seras Reinhorn, sang Horn Saint.
Masing-masing dari mereka adalah anggota Holy yang punya karakteristik dari ras mereka sendiri.
Leo membuat gerakan seperti dia saat melemaskan otot leher dan bahunya, lalu dia tersenyum dengan ganas.
Kemudian dia mengarahkan taringnya ke Iris dengan kekuatan luar biasa.
"Aku sudah lama yakin bahwa kau yang terkuat di Heavenly Sacred Festival! "
(──Hmph!)
“!”
Ketika Leo akan menyerang Iris, Usagi berlari dan menendangnya.
Leo tahu tendangannya, dia langsung berhenti dan segera mundur ke belakang.
“Usagi…!”
(Lawanmu adalah aku!)
“Hah! You think you can beat me, you herbivore?”
"Hah! Kau pikir bisa mengalahkanku, pemakan rumput? "
Segera tubuh Leo membesar dan mengeluarkan Holy power dan Magic power, dia melompat ke arah Usagi.
Tetapi Usagi dengan tenang mengamati serangannya, lalu mengindar dengan tepat, dan menendang Leo tepat di perut.
(Hah!)
“Mghh!”
“Leo!”
"── Takkan kubiarkan "
Saat Seras akan membantu Leo, Odis langsung membuat Magic Bullet dengan jumlah yang banyak dan menembakkannya ke Seras
Rentetan tembakannya sangat luar bisa meski dengan jumlah Magic power yang sedikit. Itu megarah ke Seras yang menyebabkan kerusakan disekitarnya
"Tsk! Menjengkelkan! "
"Iris! Tangkap Shu selagi bisa menangkapnya! "
"Ya"
Sementara Usagi dan Odis menahan dua Holy yang lain, Iris melompat ke arah Shu.
Akan tetapi Tone segera menahan serangan dari Iris
"Takkan Kubiarkan kau! Sound Domination! "
Saat itu Tone memetik lyre nya, seketika suaranya berubah menjadi gelombang suara magis yang menghancurkan segala sesuatu yang disentuh.
Meski begitu, Iris, tidak takut pada serangan itu dan menghadapi gelombang suara yang terbuat dari Magic Power secara langsung.
“Haaaaaaah!”
"Apa? Gahah! "
Lalu ayunan pedang Iris menghancurkan gelombang suara yang terbuat dari Magic Power dan menebas tubuh Tone dengan gerakan pedangnya.
Setelah menyingkirkan halangan dari Shu, Iris langsung menutup jaraknya dengan Shu agar tidak bisa kabur sementara dia mengaktifkan Divine Authority miliknya.
"Apaa──"
"Berakhir sudah"
Bersmaan dengan serangan yang mengandung Divine Authority digabung Holy Power dan Magic Power.
Setelah menerima serangan langsung, tubuh Shu terkena tebasan tanpa bisa ia hindari.
Shu Perlahan jatuh.
Melihat hal tersebut, Iris dan yang lain yakin dengan kemenangan nya.
Akan tetapi...
"── hanya itu saja yang bisa kau lakukan? "
“!?”
Shu yang seharusnya tertebas beridiri lagi seperti tidak terjadi apa-apa.
Selain itu
"Ya, benar sekali. Dari semua kabar yang ku dengar, tidak terlalu kuat. "
"Bagaimana kau...? "
Apalagi, bukan Shu saja begitu juga dengan Tone yang seharusnya terbunuh, beridiri tanpa luka apapun.
Iris tidak percaya dan tercengang dengan kejadian yang terjadi di depan matanya.
Iris yakin sudah menebas tubuh Shu dan Tone. Tidak ada keraguan tentang itu.
Dan sekarang mereka berdua masih hidup dan tidak terluka.
Setelah itu
(Kuh!?)
"Tidak mungkin!? "
"Hey, hey, ada apa, Usagiiiiii!
" Aku paham sekarang, jadi ini adalah level sihir dari Magic Saint-sama! "
Usagi dan Odis, yang baru saja unggul, kini mereka terdesak mundur.
Selain itu, Usagi dan Odis sudah mengaktifkan Divine Authority mereka dan dalam kekuatan penuh...
Sementara Iris terdiam, Shu menatap dengan tatapan dingin ke arahnya.
"Begitu ya... Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi sepertinya kau mendapatkan kekuatan yang mirip dengan kami. Tapi... Itu terlihat palsu. "
"Palsu... "
Di depan Iris yang sedang tertegun dan bergumam, Shu melepaskan kekuatan rahasianya.
Tone, Leo, dan yang lain mengikuti Shu dan mengeluarkan kekuatan mereka.
Itu adalah aura berwarna pelangi, seperti Divine Authority milik Iris dan yang lain keluarkan.
Namun tidak seperti milik Iris dan yang lain, Shu dan kelompok Tone memiliki aura emas dan perak yang berkilau disekitarnya
"Ini adalah Sacred Power. "
Shu memandang rendah mereka dari atas seakan dia punya kendali mutlak.
“Sacred Power…”
"Ini adalah kekuatan yang kami peroleh dengan menjadi Dewa. "
"Dewa, katamu...? "
Iris kebingungan dengan kata-kata mereka yang sulit dipercaya.
"Ya, kau tahu ada orang yang percaya dengan keberadaan Evil. Jika mereka percaya, maka doa mereka menjadi sumber kekuatan Evil. Setelah mengetahui nya, kuputuskan untuk mengambil kekuatan doa mereka untuk diriku sendiri. Untuk menghancurkan Evil dengan pasti. Apa kau paham dengan maksudku? "
“…..”
"Sederhana saja. Jika Evil bisa dipuja sebagai Dewa, maka kita juga bisa menjadi Dewa..."
Itu pernyataan yang bisa dibilang gila.
Namun itulah kenyataan dari pemikiran gila yang membuat Shu dan kelompoknya sangat kuat sekarang.
"Ini sungguh menakjubkan. Aku seperti orang bodoh yang tidak mengambil kekuatan ini sebelumnya... Itulah mengapa kami yang mendapatkan kekuatan Dewa memutuskan untuk menguasai manusia. Apakah kau mengerti? Jika kau Dewa, akan mudah untuk mu mengendalikan emosi manusia.
Memmbuat mereka sebagai sesuatu yang dipuja, Shu dan yang lain mendapatkan kekuatan dari pendoa yang mereka kumpulkan. Dan mereka ahkirnya mendapatkan Sacred Power.
Sacred Power ini merupakan kekuatan dari seorang Dewa, kekuatan yang luar biasa yang Iris dan yang lain, yang hanya bisa menggunakan Divine Authority yang tidak sempurna, dan tidak bisa melakukan apapun.
“──Divine Fang Impulse!”
“──Divine Horn Piercing!”
(Guuuuuhhh!)
“Guuuaaahhhh!”
“Usagi! Odis!”
Sementara Iris tercengang dengan perkataan Shu, Usagi dan Odis, yang sedang melawan Leo dan Seras, terpental jauh ke belakang.
Leo dan yang lain mendekat dan mengelilingi Iris.
"Memang... Tidak disangka kau menemukan tempat ini, tapi aku bersyukur kau bisa menemukannya. Dengan begini, kami bisa menyingkirkanmu, faktor yang mengganggu, semuanya.
"Gahahaha, ayolah Shu! Kau bercanda kan kalau mereka adalah keberadaan yang mengganggu? Orang lemah seperti mereka tetap sama dengan ada atau tidak adanya kita. "
“Kuh!”
Shu berkata santai kepada Leo yang berbicara dengan merendahkan.
"Kau tidak harus berbicara seperti itu. Selama kita punya kekuatan ini, segala sesuatu bisa terjadi di dunia. Tidak disangka itu palsu, meski mereka mendapatkan kekuatan yang mirip dengan kita, kita harus sangat berhati-hati sampai akhir. "
"Lalu apa yang harus kita lakukan tentang mereka? "
"Tentu saja── kita singkirkan mereka"
Pada saat itu, Shu mengeluarkan tekanan kuat yang mendominasi sekitar.
Tekanan tersebut membuat semuanya terasa tecekik menekan Iris tanpa ampun, dan dia tidak bisa berdiri dan jatuh berlutut.
Tetapi...
"Jangan memandang rendah... Padaku! "
“Mm.”
Iris memaksakan diri untuk berdiri dan mengangkat pedangnya
“Haaaaaahhhh!”
Kemudian dia mengeluarkan kekuatan penuh Divine Authority, Holy Power, dan Magic Power miliknya, dan mengeluarkan kekuatan penuh serangan yang Iris bisa dia keluarkan sekarang.
“Heavenly Sacred Slash!”
Serangan dengan kekuatan besar yang dikeluarkan ke arah Shu
"Hou? Ternyata masih memiliki kekuatan untuk menyerang... "
Meski menghadapi serangan langsung, Shu mempertahankan sikap tenangnya.
Dan kemudian...
“Absolute・Slash.”
Dengan cepat menarik pedangnya, Shu menebas serangan besar yang datang ke arahnya dengan satu tebasan saja, diselimuti aura berwarna pelagi disekitarnya.
"Tidak mungkin... "
“Sound Domination!”
“Fang Flash!”
“Horn Impact!”
“Kyaaaah!”
Sementara Iris tertegun melihat serangan yang dikeluarkan dengan semua kekuatannya telah ditangkis, Tone dan yang lain menyerang lagi seolah tidak ingin kesempatan itu hilang.
Iris dengan cepat menyiapkan pedang dan menahan semua serangan, tapi kekuatan Tone dan yang lain sangat besar, karena menggunakan Sacred Power hingga Iris terpental jauh.
Pada saat yang sama, Iris sadar bahwa Divine Authority miliknya tidak bekerja dengan baik.
“Kuh… T-the Divine Authority…”
"Aku tidak tahu kekuatanmu itu, tapi bagaimana bisa kekuatan palsu bersaing melawan kekuatan Dewa yang sesungguhnya. Kekuatanmu terserap oleh kekuatan kami. "
Seperti yang dikatakan Shu, Divine Authority milik Iris dan yang lain telah terserap oleh kekuatan milik Shu dan kelompoknya yaitu Sacred Power
Tentu saja, Semenjak Pengamat secara teknis bukanlah Dewa, mereka tidak bisa menggunakan Sacred Power, mungkin saja Divine Authority milik Pengamat yang dikeluarkan, maka hasilnya akan berbeda. Bagaimanapun ini adalah batas kekuatan Divine Authority milik Iris dan yang lain karena mereka bukan Pengamat.
Iris, dengan putus asa mencoba berdiri, Shu memberi tatapan dingin padanya.
"Hah... Ini membosankan. Bahkan Iris yang disebut Holy terkuat, tidak sebanding dengan Dewa sepertiku... "
Setelah mengatakan itu, Shu langsung berbalik pergi meninggalkan Iris dan yang lain.
"... Kuserahkan sisanya padamu"
"Tu... Tunggu...! "
Dia mencoba menghentikan Shu dengan tangannya, ketika dia akan pergi, tetapi Shu dengan mudah menggunakan Sacred Power dan langsung menghilang dari dari hadapannya.
Leo memandang rendah Iris setelah melihat Shu pergi
"Bukankah memalukan? Kau bahkan tidak bisa menghentikan kami, biarkan Shu pergi. "
"Mari singkirkan Iris duluan. "
"Aku ingin tahu jeritan serperti apa... Yang keluar dari Sword Saint .)
Leo, seras, dan Tone mulai mengepung Iris seakan mereka perlahan-lahan memburunya.
Kemudian
"Selamat tinggal! Fang Disorder!”
“Horn Piercing!”
“Sound Splitting!”
Rentetan serangan dari serangan taring dan serangan tandukkan. Disusul serangan gelombang suara yang menghancurkan sekitar langsung menyerang Iris.
Disaat Hampir pingsan,Iris mengangkat pedangnya dan menerima serangan langsung tersebut.
Namun, Iris sudah tidak punya kekuatan lagi, tidak bisa bertahan dari serangan Sacred Power milik Leo dan yang lain.
Meskipun begitu, Iris mampu menjaga keseimbangan badannya pada waktu yang tepat, berkat skill dasar yang diperoleh dari latihan panjang.
"Oh! Kau sangat keras kepala! Mati saja kau! "
Leo kehilangan kesabaran terhadap Iris, yang tidak terjatuh.
Disaat kesadaran Iris akan hilang, dia berkonsentrasi mati-matian untuk selamat dari situasi tersebut.
Konsentrasinya sudah mencapai batas, suara dan bau disekitarnya sudah hilang.
Dan kemudian──.
"(Huh... Serangan Leo dan yang lain seperti melambat...) "
Untuk sebuah alasan, semua serangan yamg diarahkan ke Iris tampak melambat.
Sejak Iris hampir kehilangan kesadaran, dia tidak punya waktu berpikir lagi tentang situasi ini.
Namun, secara naluriah, Iris begerak
“──!”
Sebuah serangan sempurna, memotong antara serangan Leo dan yang lain.
Tidak ada niat membunuh, tidak ada niat permusuhan, hanya pikiran memotong apa yang ada disana
Itu tidak lain adalah "Idle Strike" yang Yuuya pelajari dari Sage
Sebuah serangan yang tidak dapat dihindari lansung ke leher Leo dan dengan cepat memotong kepalanya.
“Ah?”
“Leo!”
"Ini sangat konyol! "
Leo dan yang lain tidak tahu apa yang terjadi.
Pada saat mereka sadar apa yang terjadi, kepala Leo sudah terpisah, dan dia mati.
Bagaimana, jika Iris bisa bergerak, Seras dan yang lain dapat mudah dikalahkan.
Namun, sama dengan Yuuya saat pertama kali melepaskan Idle Strike, rasa lelah luar biasa dialami tubuh Iris.
Dia sebelumnya hampir pingsan, dan Iris sekarang tidak bisa menahannya sehingga pingsan di tempat.
“Oh…”
"Hey, Tone. Kau lihat apa yang terjadi? "
"T-tidak... Selama ada kemungkinan dia memiliki kekuatan yang tidak diketahui, kita harus menghabisinya segera mungkin... "
Seras dan Tone melancarkan serangan lagi ke Iris untuk memastikan dia terbunuh.
“Horn Piercing!”
“Sound Domination!”
Iris sudah tidak bisa menghadapi serangan tersebut.
Sepertinya serangan Seras dan yang lain hampir mencapai Iris, tapi ... Saat berikutnya.
“──Holy Magic Bullet!”
“”!””
Diantara mereka berdua dan Iris, hujan Magic Bullets dengan kekuatan penuh
Merasakan serangan datang, mereka berdua dengan cepat mundur, dan sesosok bayangan putih melompat dan mengejar mereka.
("Tidak akan kulepaskan kalian! Three Divine Steps! ")
“Usagi!”
Itu adalah Usagi dan Odis yang dikalahkan Leo dan yang lain tadi.
Sementara Usagi sedang sibuk menghadapi Tone dan Seras, Odis mendatangi Iris dan memberi minum ramuan penyembuh yang dia bawa.
Luka Iris sembuh dengan cepat, dan dia bisa bergerak lagi.
"Terima kasih bantuannya... "
"Umu.yang penting ... Apa Shu berhasil kabur? "
"Ya. Juga, ada kemungkinan para Holy yang sudah mengikuti Shu akan kembali ke sini.
"... Jika itu masalahnya, kali ini kekalahan kita"
Odis bergumam dengan wajah muram dan berdiri dengan semangat
"Iris. Kamu harus menemui Yuuya-kun sekarang. "
“Huh?”
"Aku tahu ini terdengar menyedihkan, tapi kita tidak bisa melawan Shu sendirian. Itulah kenapa kita perlu bantuan Yuuya-kun dan Genesis Dragon-dono. "
"Lalu Usagi dan Odis... "
"Kita tetap disini dan coba memperlambat mereka. Untuk mengeluarkanmu dari sini. "
"Tidak mau! Aku akan disini juga... "
"Pergilah! Selama Divine Authority milikku tidak bekerja dengan baik, aku tidak bisa memindahkanmu langsung ke rumah Yuuya-kun. Karena itu kamu harus pergi dari sini secepat mungkin. Aku mengandalkanmu. “
“Odis!”
Iris memanggilnya, tapi Odis pergi ke Usagi.
Frustasi, Iris hanya bisa melihat Odis dan yang lain, tapi kemudian berdiri dan berlari menuju Rumah Yuuya
"Apa! Hey, Iris akan kabur! "
“Kuh! Sound of Chaos!”
Melihat Iris kabur, Tone mengeluarkan sejumlah sound of magic dari lyre.
(Takkan kubiarkan kau melakukannya! Kicking Flash Legs!)
Tetapi Usagi menahan semua serangan dengan kakinya dan mendarat di depan Seras dan yang lain.
(Kami akan menjadi lawanmu.)
"... Jangan memandang remeh kepadaku"
──Dengan begitu, Iris pergi menemui Yuuya. Usagi dan Odis bertarung melawan Seras dan yang lain untuk menghentikan mereka.
"── Aku mengajak semuanya! "
"J-jadi ini rumah Yuuya-kun... "
"Permisi,maaf mengganggu"
Sehari setelah acara Open Campus.
Itu adalah hari libur bagi kami, tapi Lexia-san ingin mengadakan pesta dirumahku, jadi aku mengundang Kaori, Kaede, dan yang lain untuk datang ke rumah.
Tidak masalah untuk Night, Akatsuki, dan Ciel, tapi akan mengejutkan melihat Ouma-san dan Kuuya-san, jadi aku meminta mereka untuk berada dirumah dunia lain sehari saja.
... Tetap saja, masih banyak orang yang datang ke rumahku untuk bermain...
Aku sangat senang dengan situasi ini yang tidak bisa kubayangkan di masa lalu.
Awalnya, aku tidak punya banyak barang di rumah, tapi sekarang aku akan kedatangan tamu, jadi aku bekerja lebih keras untuk membersihkannya.
Omong-omong, tidak hanya Lexia-san dan anggota grup School Idol, ada juga Kaori yang mendukung grup School Idol datang ke pesta.
Saat ku lihat lebih dekat, aku lihat Kaori membawa tas berukuran besar. Apa yang dia bawa?
Segera aku menuntun semua orang ke ruang tamu, Kaede melihat sekitar rumah dengan rasa penasaran di wajahnya.
"Rumah Yuuya-kun sangat besar! Ngomong-omong dimana orang tuamu?
" Uh... Ini rumah kakekku. Aku tinggal disini sendiri. "
"Sungguh? Kamu punya hubungan dengan orang dari negara lain seperti Lexia-san... Apa mereka tinggal di luar negeri? "
"Orang tua Yuuya-sama! Aku sangat penasaran. Aku ingin menyapa mereka secepat mungkin. "
"Menyapa mereka...? Apa yang akan kamu lakukan? "
"Tentu saja, karena aku tunangan Yuuya-sama, bukankah sudah jelas?
" Tidak, kamu bukan tunangannya. "
“Ahaha…”
Luna menjawab Lexia-san dengan santai, mengikuti omongan Kaede.
Bukan hanya Kaede dan Lexia-san; untuk alasan tertentu, semua orang melihatku seakan khawatir tentang orang tuaku.
Sayang sekali, bukan itu alasannya.
"Tidak, ini tidak seperti... Um kau tahu, aku dan orang tuaku tidak punya hubungan yang baik. "
"Oh... Jadi begitu... Ma-maafkan aku. "
Kaede minta maaf atas ucapannya.
Tapi sekarang aku memiliki Night dan yang lain dan juga semua orang yang bermain bersama seperti ini.
Jadi aku tidak terlalu peduli dengan hubungan antara aku dan orang tuaku yang tidak baik.
"Tidak apa, jangan khawatir tentang itu. "
... Aku ingin tahu apa yang dilakukan Youta dan Sora? Dan ayah dan ibu, juga...
Sekarang aku bisa mengontrol dengan baik Spiritual Power penyebab kebencian mereka, aku pikir akan bagus jika bisa membicarakannya suatu hari nanti.
“Woof!”
“Buhi~”
“Pii!”
"Oh, biar ku perkenalkan. Ini keluargaku, Night, Akatsuki, dan Ciel. "
Ketika suasana menjadi canggung karena aku, Night dan yang lain menunjukkan diri mereka.
Mata Kaede Bersinar saat dia melihat Night dan yang lain.
"Wow! Jadi ini Night-kun yang dipelihara Yuuya-kun? Kamu juga memelihara babi kecil dan burung? "
“Buhi!? Buhi, buhi!”
"Woah, apa aku menyinggung perasaannya? "
Mungkin dia tidak suka dipanggil babi, Akatsuki menghentakkan kakinya sebagai protes.
Sulit mengatakan apa maksud Akatsuki, tapi dia marah ketika dipanggil babi... Apa dia lebih seperti babi hutan, bagaimanapun Akatsuki adalah Akatsuki.
Tetapi meski aku bisa berkomunikasi dengan Akatsuki dan yang lain berkat skill Tame, bagi Kaede, yang tidak punya skill, dia melihat tampak seperti babi yang marah.
Aku menenangkan Akatsuki untuk sesaat, dan Kaede dengan pelan membelai bulu Akatsuki.
Kemudian Akatsuki berbaring ditempat yang ia anggap nyaman.
“Fugoo.”
“Woof…”
“Pii!”
"Ahahaha! Sangat lucu! "
Night dan yang lain tampak terkejut melihat Akatsuki yang gampang dibujuk.
Setelah mengenalkan Night dan yang lain ke semua orang, Lexia-san mengangkat tangannya.
"Baiklah! Sekarang semua sudah ada disini, ayo bermain"
"Tidak apa, tapi... Apa kamu menyiapkan sesuatu? "
"Gak ada? "
"... Itu sungguh terlalu tiba-tiba... Yuuya apa ada sesuatu dirumah ini yang bisa kita mainkan bersama semuanya? "
"Um... Maaf, tidak ada yang seperti itu dirumah ini... "
Aku bahkan tidak punya TV dirumahku. Kamu dapat mengatakan tidak ada hiburan di sini.
Jika aku pergi ke gudang, aku mungkin menemukan sesuatu, tapi...
Sementara aku berpikir, Kaede mengangkat tangannya.
"Ya! Jika kamu tertarik, aku bawa sesuatu yang bisa kita mainkan dengan semuanya. "
Mengatakan itu, Kaede mengeluarkan bermacam barang dari kopernya, termasuk yang terlihat seperti papan permainan dan hal lain yang bisa dimainkan.
"Sungguh? Aku minta maaf karena harus merepotkanmu dengan membawa semua ini. "
"Gak papa; gak papa! Aku diundang ke rumahmu juga... "
"Kalau begitu mari bermain dengan permainan yang Kaede siapkan. "
Disaat semua orang mengagguk pada kata-kata Merl, ujung bajuku tiba-tiba ditarik
Kemudian Yuti melihatku.
"Kelaparan. Aku lapar. "
"Ah, benar. Ketika aku dengar semua orang akan datang, aku menyiapkan beberapa camilan untukmu. "
Sementara semua orang memilih apa yang akan dimainkan, aku mengambil camilan yang kusiapkan didapur, meletakkannya di piring, dan kembali ke ruang tamu.
"Oh, Yuuya-sama! Ayo bermain kartu remi ini? Maksudku, ayo bermain dengan kartu-kartu ini dulu! "
Karena sepertinya di sana tidak ada permainan kartu remi di dunia lain, Kaede dan yang lain memberitahu aturan main pada Lexia-san dan yang lain.
Dan kemudian game pertama yang dimainkan adalah... Old Maid.
"Lu-Luna! Beri tahu aku yang mana Old Maid. "
"Huff... Kamu pikir aku akan memberi tahumu? Ayo pilih! "
"Kuh... Lalu yang satu ini── Aaaaah! "
"Hahahahaha! Kamu tertipu! Kamu dapat Old Maid. "
── Hasilnya sangat menyenangkan.
Hanya saja...
"Yuuya-kun, kamu hebat! Saat kita bermain Old Maid di bus pada Field Trip terakhir kali, kamu memenangkan tempat pertama berturut-turut. "
Betul. Tidak peduli berapa kali aku mencoba, aku tidak pernah dapat Old maid di tanganku, dan jika ada, aku mulai dengan beberapa kartu di tanganku karena aku mendapat sepasang di awal permainan.
Aku mengerti bahwa Keberuntunganku yang melakukannya, tapi aku masih merasa bahwa aku bermain curang... Dan paling penting, itu tidak seru sama sekali.
Tapi semua orang sangat bersemangat dalam permainan ini, dan itu jadi menyenangkan melihat semua orang.
Terutama Merl dan Yuti...
"Kemungkinan 80% peluang munculnya kartu Old Maid ada di kanan. Dengan kata lain kartu yang aman ada di kiri! ── Apa? Itu mustahil! "
"Konfirmasi. Aku bisa melihat masa depan. Itulah kenapa aku tahu Merl akan mengambil yang ini. "
“Ugh!”
Sebuah Pertarungan psikologi yang aneh terjadi.
Di situasi ini, pemenang berikutnya setelah aku adalah Kaori.
"Kaori juga hebat, bukan? Kamu di tempat kedua berkali-kali, tahu? "
"I-itu hanya kebetulan saja. Selain itu bukankah peringkat Kaede-san juga tinggi? "
"Hahaha... Ya, kamu benar. Tapi selain Merl dan Yuti, mereka berdua sangat mudah dibaca. "
Saat Kaede mengatakan itu, dia menoleh melihat Luna dan Lexia-san yang melanjutkan pertarungan satu lawan satu mereka.
Tidak peduli berapa kali kita melanjutkannya, itu selalu berakhir pertarungan satu lawan satu antara Luna dan Lexia-san.
Aku kira Luna bagus dalam permainan seperti ini, tapi dia sepertinya tidak beruntung atau selalu punya kartu Old Maid di tangannya.
Dan Lexia-san...
"H-hmph! Kamu tidak akan tahu jika aku mencampur kartunya seperti ini! Ayo, cepat pilih!"
Sementara menyembunyikan kartu dibelakangnya, Lexia-san mancampur kedua kartu tersebut dan dengan percaya diri membiarkan Luna memilih kartu yang ada didepannya.
Lalu, saat Luna mengambil salah satu kartu, ekspresi Lexia-san tiba-tiba berubah.
Itu adalah ekspresi yang sangat senang.
"Jadi begitu,yang satu ini. "
“Aaahhhh!”
Melihat ekspresi Lexia-san, Luna tanpa ampun mengambil kartu yang lain, dan hasilnya, Lexia-san jadi pemain dengan peringkat terbawah.
"Kenapa aku gak bisa menang? "
"Kamu sering memperlihatkan emosi di wajahmu. Faktanya, apa kamu bisa menjadi bangsawan dengan hal seperti itu? "
T-tentu saja, seperti yang Luna katakan, aku punya bayangan tentang keluarga kerajaan dan bangsawan memiliki sesuatu... Seperti kemampuan membaca pemikiran orang, tapi melihat Lexia-san, kurasa itu tidak mungkin.
... Tidak, Lexia-san terlalu jujur.
Ngomong omong, sementara kami sedang asyik bermain kartu remi, Kaede mengambil permainan baru.
"Hey, hey, ayo mainkan yang satu ini! "
"Apa itu? "
Apa yang Kaede keluarkan adalah permainan yang disebut Twister.
Aturannya sederhana: letakkan bagian tubuh yang ditentukan dengan roulette di selembar kain berisi empat warna lingkaran.
Namun, sepertinya kamu tidak diperbolehkan untuk berlutut atau duduk.
Aku pernah dengar permainan ini, tapi aku tidak pernah memainkannya.
"Aku bawa permainan ini, tapi aku tidak punya kesempatan untuk memainkannya. "
"Aku tahu tentang permainan itu, tapi ini pertama kalinya bagiku! "
Sepertinya tidak hanya Lexia-san dan yang lain tapi juga Kaede dan Kaori akan memainkan ini untuk pertama kalinya.
Untuk sekarang, ditentukan satu orang wasit dan tiga orang pemain yang bermain secara bergantian.
Kurasa aku akan bermain sebagai wasit, tapi Kaori dan yang lain memintaku untuk ikut bermain.
Jadi yang pertama, ada Kaori, Lexia-san, dan aku sebagai pemain, dan Yuti sebagai wasit
"Aku tidak tahu permainan apa ini, tapi aku tidak akan kalah. "
"A-aku juga tidak akan kalah! "
"Ya... Dibawa santai aja... "
Untukku, aku tidak tahu permainan macam apa ini.
Kemudian Yuti memutar roda roulette tersebut.
"Diputuskan. Kaki kanan, merah
" Itu gampang. "
Kami menaruh kaki kanan di tempat berwarna merah.
Setelah itu, kami mengikuti instruksi untuk menggerakkan kaki kiri kami, tangan kanan, dan seterusnya, menggerakkan tubuh kami sesuai instruksi.
Kemudian──.
"Ka-kaori! Bisakah kamu menggeser sedikit tubuhmu? "
"A-aku tidak bisa jauh lagi! "
"Hey Yuti! Apa kau yakin ini warna yang benar? "
"Keberatan.aku melakukannya dengan benar. "
Kami ada diposisi yang sangat mustahil dan menemukan dirii kami terjebak... Diposisi yang sangat tidak nyaman.
S-sungguh game yang mengerikan...!
Awalnya, aku mengira ini akan menjadi permainan dimana kami melakukan peregangan bisa, tapi ini sungguh keterlaluan.
Tangan dan kaki ku berada diantara kaki Kaori dan Lexia-san, dan sebaliknya, tangan dan kaki Lexia-san berada diantara tubuhku, dan seterusnya... Bagaimanapun itu bukan pemandangan yang bagus.
"Kuh... Aku iri sekali... Tidak ini game yang tidak bisa dimaafkan! "
“Apa ini permainan dari Bumi?... Ini pasti akan membuat laki-laki dan perempuan semakin dekat!
"M-maafkan aku karena membicarakan ini, tapi ini permainan yang tidak boleh dimainkan dengan memakai rok, tahu...?
Seperti yang di katakan Kaede, sejak semua orang memakai rok, itu susah melihat kearah mana.
Aku berjuang mengalihkan pandangan mataku sementara ada diposisi yang mustahil, tapi Yuti memberitahuku dengan tidak peduli.
"Keputusan. Angkat kaki kananmu. "
"Mengangkat? Apa ada instruksi semacam itu? "
"Menyetujui. Roulette adalah mutlak. "
“Ada apa, Yuti?”
Kamu tidak pernah menjadi orang yang percaya pada roulette.
Tapi aturan mainnya mengharuskan mengangkat kaki kami di sini.
Tapi ini sangat buruk. Tidak sangat sangat buruk!
Selain itu, kaki kananku sekarang berada diantara kaki kanan Lexia-san.
Jika aku mengangkatnya, rok Lexia-san akan...!
T-tidak, masih terlalu cepat menyerah. Jika aku mengangkat sedikit saja... !
Saat aku mencoba mengangkat kakiku sedikit saja, Yuti tidak luput akan itu.
"Pelanggaran. Yuuya, kamu tidak boleh begitu. Angkat kakimu dengan benar. "
“Yuti-san!”
"Ekspetasi. Ini menyenangkan. "
Yuti, kamu menikmati situasi ini , bukan?
Mungkin, tapi apa dia melihat sesuatu yang menarik di penglihatan masa depannya? Bahkan jika dia melakukan itu, itu tidak lucu bagiku karena aku yang terlibat.
Mau bagaimana lagi... Aku akan kalah disini dan mengakhiri permainan bagaimanapun caranya.
Saat itu, aku sengaja kalah... Untuk keluar dari situasi ini.
"Aku-aku... Tidak bisa melakukannya lagi...! "
“Aah!”
“Kyaaa!”
Akhirnya, Kaori tidak bisa menahannya lagi dan langsung jatuh.
Dan lagi, dia jatuh seakan condong ke tubuh kami, jadi Lexia-san dan aku jatuh seolah terjebak di tangan Kaori.
Aku memegang mereka secepat mungkin agar tidak terluka, tapi dalam hal lain, posisi tubuhku berada di keadaan yang buruk.
"U-uh... Kaori, Lexia-san? Jika kalian baik-baik saja, um bisakah kalian menjauh... "
Wajah Kaori berubah menjadi merah cerah saat aku memberi tahunya dengan tenang
"Ah... Ma-ma-maaf"
"Wow, Yuuya-sama, kamu sangat berani! "
“Lexia-san?”
Kaori dengan cepat melompat jauh dariku, tapi entah kenapa Lexia-san tetap berada di atas tubuhku.
Saat pikiranku tiba-tiba terpacu, Luna mengangkat Lexia-san.
"Hey, apa yang kamu lakukan? "
"Hey, Luna! Aku baru saja akan pindah, jangan ganggu aku! "
"Tidak, aku tidak bisa mengabaikan sesuatu yang membuat iri... Maksudku, memalukan! Selain itu, Kamu seorang putri! Bersikaplah yang sopan!"
"Kamu tidak perlu sopan santun disaat kamu jatuh cinta. "
"Itu penting tahu, dasar idiot! "
Keduanya berbicara seperti biasa, tapi Kaede menutup wajah dengan tangannya, melihat kepadaku melalui diantara jarinya. Wajahnya memerah.
"Le-Lexia-san sangat berani...! "
"Aku paham... Untuk memperdalam hubungan dengan lawan jenis, kau juga butuh tindakan agresif seperti itu. Aku belajar banyak. "
"Apa yang kau pelajari? "
Merl mengatakan sesuatu yang aneh, dan itu jadi sangat kacau.
Kemudian Yuti, orang yang menjadi wasit, berbicara dengan wajah puas.
"Memuaskan." Ini menarik. "
"B-benarkan... "
"Bersiap. Aku selanjutnya. "
"Apa kamu masih ingin melakukannya? "
Aku ingin mengakhiri game yang berbahaya ini. Tapi akhirnya, Yuti, Merl, dan Luna ingin aku mencobanya lagi.
Aku tidak ingin ikut lagi, tapi untuk sebuah alasan, aku dipaksa, dan tidak diijinkan kalah dengan sengaja.
Akhirnya, aku selamat dari game twister dengan semua orang tanpa mempedulikan apapun.
*
Setelah bermain game Twister dan aku merasa kelelahan, Merl mengangkat tangannya.
"Um, ada game yang ingin aku coba juga... "
"Game macam apa? "
Aku tanya ke Merl game apa yang ingin dicoba, selama itu bukan Twister.
"Aku ingin bermain game yang disebut Ousama Game. "
“Huh?”
Aku terkejut mendengar nama gamenya, yang tidak aku sangka, dan Merl ingin memainkannya.
"Aku dengar laki-laki dan wanita di planet ini bermain game ini untuk bisa saling kenal satu sama lain dengan baik. "
"Sebentar, dimana kamu dapat informasi ini? "
"Aku mendapat informasi ini memakai teknologi dari planet Amel. "
"Aku rasa itu salah! "
Tidak, aku tidak tahu game macam apa yang dimainkan para remaja di dunia, jadi aku tidak pasti bisa mengatakannya.
Kemudian Lexia-san dan yang lain terlihat tertarik.
"Ara, itu terdengar menarik! "
"Yeah, kurasa. Aku penasaran juga! "
Untukku, aku tidak bisa mengatakan apapun karena aku juga tidak tahu cara bermain Ousama Game, tapi... Itu tidak akan seperti, game Twister.
Aku diberitahu aturannya dari Merl, yang mengatakan bahwa dia sudah memikirkannya sejenak dan menyiapkan undian.
Lalu...
"Yang jadi raja siapa? "
Kami langsung membuka undian dan memeriksa didalamnya.
"Ah, aku jadi raja! "
Rupanya, Lexia-san menjadi raja untuk pertama kalinya, yang mendapat undian dan bangga dengan dirinya.
"Kuh... Aku tidak menyangka Lexia yang menjadi raja pertama kalinya. "
"Ini pasti hasil dari perbuatan baikku sehari-hari! "
"Itu tidak benar. "
"Mengapa tidak? "
Luna bercanda dengan Lexia-san, tapi kemudian Lexia-san memperoleh ketenangannya dan menyatakan.
"Maka aku akan memberi perintah! ── Yuuya-sama peluk aku! "
“Eeeeeeehhhhhh!”
"Hey, tunggu! Bukan itu peraturannya! "
Ketika aku terkejut dengan hal itu, Luna langsung menambahkan.
Peraturan game ini adalah raja menyebut nomornya dan memberi perintah kepada orang yang memegang nomor tersebut.
Namun, raja tidak tahu siapa saja yang memegang nomor itu.
Oleh sebab itu, tidak mungkin aku langsung ditunjuk...
"Eh, apa ini baik-baik saja? "
"Jika melanggar peraturan, itu artinya tidak-tidak! Kau sebaiknya mengikuti peraturan! "
"Mmm... Lalu, nomor 3! Kau peluk aku!
Aku membeku mendengar kata-kata Lexia-san.
Karena... Nomor ku adalah nomor 3.
Melihat tingkahku yang mencurigakan, mata Lexia-san berkilau.
"Ara? Jangan bilang nomor Yuuya-sama adalah 3?
" Y-ya... "
"Apa? "
"Lexia-san, kamu curang... "
Entah kenapa, Kaori dan yang lain menatap Lexia-san dengan tatapan kemarahan, tapi aku tidak merasakannya.
Ini aneh... Kukira sejak aku bebas dari game Twister, aku akan baik-baik saja...
"U-um... Bisa tidak beri aku perintah yang lain...? "
"Tidak! Apa yang dikatakan raja itu mutlak! Benar? "
Apa yang harus kulakukan jika Lexia-san, yang seorang bangsawan sungguhan, mengatakannya, itu jadul, atau...!
Saat aku kebingungan, Lexia-san melebarkan tangannya, menunggu untuk kupeluk.
"Ayolah, kamu harus cepat, atau kita tidak akan bisa lanjut ke yang berikutnya, kan? "
"A-Aku mengerti... "
Aku memeluk Lexia-san dengan sangat gugup dan malu-malu.
Saat aku meletakkan tangan dipunggung Lexia-san, dia memelukku.
“””Aaahhhh!”””
"Fufu! Apa nyaman? "
Aku bisa dengar suara teriakan dari belakangku, tapi aku tidak punya waktu untuk memikirkan itu.
Aku berusaha tidak memikirkan apapun dan berhasil menyelesaikan perintah tersebut.
"Hanya itu saja? Bisakah aku memelukmu lagi? "
"To-tolong beri aku istirahat... "
Jantungku tidak bisa menahannya lagi!
Aku sangat senang karena temanku datang ke rumah untuk bermain, tapi saat kupikir, mereka semua wanita, dan situasi dimana banyak wanita berkumpul dirumahku itu aneh.
Jadi, ini adalah waktu yang tepat untuk merayakan suksesnya konser school Idol, jadi wajar saja ada banyak wanita...
Bagaimanapun juga, itu adalah pengalaman yang menyedihkan bagiku.
Lalu, sebelum aku sadar, undian dikumpulkan, diacak, dan dibagi lagi.
"Ugh... Selanjutnya, aku yang harus menang...! "
"A-aku dengan Yuuya-kun juga... "
Untuk alasan tertentu, Luna dan yang lain anehnya penuh motivasi dan menatap kepadaku.
Bukankah ini aneh... Tujuan dari game ini berubah...? Apa yang menyenangkan melakukan sesuatu tentang aku...?
Yah, tidak mungkin aku akan terpilih seperti ini lagi dan lagi dan ada juga kesempatan aku menjadi raja. Jadi santai saja.
Sementara aku memikirkan itu, raja selanjutnya mengangkat tangan.
"Ah, aku dapat! Aku rajanya!
Dan sepertinya raja selanjutnya adalah Kaede, yang sangat senang
Kemudian...
"Mari kulihat... lalu bagaimana dengan orang nomor 5, memberikan elusan di kepala atau semacamnya... "
“…..”
── Kenapa?
Aku memegang undian nomor 5 yang tertulis di dalamnya.
Itu aneh, sangat aneh, tahu... Bagaimana aku bisa kena berkali-kali berturut-turut? Tidak, itu terjadi karena aku yang kena.
Dilain sisi, mata Kaede berkilau saat dia lihat aku membeku dan menyadari bahwa aku nomor 5
"Eh, apa mungkin Yuuya-kun dapat nomor 5? "
"Ya"
"Ma-maka... Boleh aku bertanya apa yang kamu lakukan dengan perintahnya? "
Kaede melihatku.
Luna dan yang lain menatap Kaede dengan frustasi.
"Ugh... Omong kosong, mengapa aku tidak bisa jadi raja...! "
"Kaede-san juga curang... "
"Ini aneh... Aku tidak dapat undian raja... "
"Bersiap. Aku mengincar di undian selanjutnya. "
Aku mengelus kepala Kaede dengan malu karena kita tidak bisa lanjut tanpa aku mengelus kepala Kaede.
"E-ehehe.. Ini agak memalukan, bukan? "
Kaede menggosok pipinya yang merah dan sambil tersenyum malu.
Melihat Kaede seperti itu membuatku tambah malu, tapi aku berhasil menyelesaikan perintah.
O-ok, aku berhasil
Selanjutnya, seseorang selain aku seharusnya terpilih... !
Sekali lagi, undian dibagi dan masing-masing dari kami melihat ditangan kamikami sendiri.
"Oh... Kali ini aku! "
Yang membuatku terkejut, undian raja selanjutnya ada di Kaori.
Kemudian...
“Ya-yah, lalu... Orang nomor 1... Tolong pijat kakiku sampai perintah selanjutnya diberikan! "
“…..”
Mengapa?
Kenapa aku dapat undian nomor 1 ditanganku?
Kemana perginya status keberuntunganku, dimana itu berjalan lancar saat bermain game Old Maid? Apa aku menggunakan semuanya saat bermain Old Maid?
Maksudku, untuk sekarang, raja hanya memberi perintah yang melibatkan raja! Begitukah aslinya permainan ini dimainkan?
Melihatku mengeluarkan keringat dingin, Kaori menyadari hal itu, dan ekspresinya menjadi cerah.
"Apa mungkin Yuuya san memegang nomor 1? "
"Ya"
"U-um... Lalu kakinya... "
Aku dengan gugup memegang kaki Kaori saat dia mengulurkannya padaku.
"Itu pasti enak kan, Kaori. "
"Tentu, jika kau memutuskan sampai perintah berikutnya, kau bisa bersama Yuuya-kun untuk waktu yang lama. "
"Kenapa... Kenapa aku tidak dapat undian raja...! "
Sepertinya semua orang terlalu memikirkannya, tapi aku masih khawatir.
Aku memijat Lexia-san dan yang lain sebagai manajer...!
Kaori juga terlihat malu-malu, tapi dia melihatku dan memerah.
Aku menjadi sangat gugup saat melihat dia.
Apa ini baik saja... Apa tanganku berkeringat, atau itu tidak nyaman...?
"(A-aku bilang untuk di pijat dengan menekan sebentar, tapi aku tidak menyangka Yuuya-san... Ah, keringat dan semua itu, apa ini tidak apa-apa...?) "
Kaori terlihat termenung sebentar, dan aku semakin cemas
Ousama game dimulai dengan saran Merl. Tapi setelah itu, aku tidak pernah dapat raja dan untuk beberapa alasan, aku berakhir terlibat dengan perintah raja setiap saat.
Kurasa status keberuntunganku tidak terus bekerja.
Bagaimanapun juga, pesta berjalan menyenangkan.
***
Sudah beberapa waktu berlalu sejak banyak dunia yang tidak pernah ada masuk membanjiri "Jurang Dunia. "
“Meow.”
Sejak itu, kucing putih yang melihat dan mengawasi kehidupan Yuuya sebelum naik level.
Kucing putih itu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Yuuya.
Yuuya yang terlahir dengan Spiritual Power, jadi orang tuanya menghindari dia, sementara saudara kembarnya yang tidak punya Spiritual Power, disayang oleh keluarganya.
Kucing putih itu tidak mengerti ini.
Kenapa mereka diperlakukan sangat berbeda meskipun mereka bersaudara?
Itu adalah perasaan yang benar-benar tidak bisa dipahami oleh kucing putih itu, yang tidak tahu tentang arti keluarga.
Setelah itu, kucing putih itu terus mengawasi sosok Yuuya yang tumbuh.
Yuuya hidup dalam keadaan menyedihkan, dibully oleh anak seumurannya.
Dia mencoba lagi dan lagi, akan tetapi dibawah pengaruh kekuatan tak terlihat yang disebut Spiritual Power, dia selalu dibenci oleh orang lain.
Meskipun begitu, hanya kakek Yuuya yang selalu ada disisinya.
Mungkin karena ajaran dari kakeknya, atau mungkin karena sifat lemah lembutnya.
Walaupun faktanya Yuuya sendiri telah melalui pengalaman yang menyedihkan, dia selalu mengulurkan tangannya untuk membantu kapanpun dia menemukan seseorang yang membutuhkan.
Melihat kebaikannya, kucing putih itu semakin penasaran tentang keberadaan Yuuya.
Tapi kemalangan Yuuya tidak berakhir sampai disitu.
Kakeknya, orang yang paling mengerti dirinya, meninggal dunia.
“Meow…”
Melihat Yuuya putus asa, tidak bisa apa-apa selain bersedih, kucing putih itu ingin menghiburnya.
Tapi kucing putih itu yang tinggal di "Jurang Dunia" Tidak bisa mendekati Yuuya.
Bagaimanapun, saat kucing putih itu melihat Yuuya yang masih hidup dengan kebaikannya, membuatnya sangat tertarik pada Yuuya.
Lalu Yuuya menjadi target penyiksaan yang lebih berbahaya dan kejam saat dia masuk SMP.
“Hissss!”
Melihat murid yang tertawa seperti setan dan menyiksa Yuuya, kucing putih itu ingin melompat ke Yuuya dan melindunginya.
Tetapi itu tidak akan terjadi sekarang.
“Meow…”
Kewalahan karena ketidakberdayaannya, kucing putih menjadi sedih.
Setelah itu, masa lalu menyedihkan Yuuya terlalu banyak untuk ditanggung kucing putih, dan tanpa sadar meniggalkan tempat kejadian tersebut.
Post a Comment