NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mushoku Tensei: Redundancy Jilid 1 Bab 6


  Penerjemah: Tensa

Proffreader: Tensa 


Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.


Bab 6

Keluarga Lucy


Namaku Lucy Greyrat. Aku anak perempuan tertua di keluarga Greyrat.

Aku punya banyak anggota keluarga.

Tiga mama.

Tiga adik perempuan.

Tiga adik laki-laki.

Dua nenek.

Dua bibi.

Tiga hewan peliharaan.

Semuanya berjumlah tiga belas orang dan tiga hewan. Benar-benar banyak.


Mari kuperkenalkan mulai dari mama-mamaku.

Aku punya tiga mama: mama berambut putih, mama berambut biru, dan mama berambut merah.

Mama berambut putih adalah mama yang melahirkanku dan istri pertama papa.

Di antara mama-mamaku, dialah yang paling muda dan paling manja, kata papa.

Mama berambut putih adalah orang yang cerewet dan selalu berkata padaku:

"Yang penting punya teman. Dan jangan pernah menindas yang lemah."

Mama berambut putih selalu mengingatkanku betapa pentingnya menghargai teman.

Mama berambut biru adalah mamanya Lara dan istri kedua papa.

Di antara mama-mamaku, dia terlihat paling muda tapi sebenarnya paling tua, dan paling bisa diandalkan, kata papa.

Mama berambut biru adalah orang yang pendiam, tapi kadang-kadang dia berkata padaku:

"Hiduplah sesuai keinginanmu, dan kalau ada yang tidak kamu mengerti, tanyakan pada seseorang."

Mama berambut biru tidak pernah memaksakan nasihat padaku, tapi dia tahu segalanya dan selalu menjawab apapun yang kutanyakan.

Mama berambut merah adalah ibunya Ars dan istri ketiga papa.

Di antara mama-mamaku, dia terlihat paling tua tapi sebenarnya paling muda, kata papa.

Mama berambut merah tidak begitu pandai bicara, tapi dia selalu berkata padaku:

"Yang penting adalah melindungi seseorang. Untuk itu kamu harus jadi kuat."

Mama berambut merah selalu melatihku sambil berkata begitu.

Aku berniat mematuhi ajaran ketiga mamaku.

Mencari teman dan menjadi kuat untuk melindungi mereka. Tapi tidak pernah menindas yang lemah. Dan kalau bingung, aku akan bertanya pada Mama Biru apa yang harus kulakukan. Dengan begitu, aku tidak akan salah dan akan dipuji. Papa juga akan memujiku, "Lucy pintar, ya, memang kakak yang hebat."


Aku punya enam adik.

Adik perempuan tertuaku, Lara, adalah anak yang sangat baik.

Dia punya rambut berwarna sama dengan Mama Biru, dikepang panjang satu.

Dia anak yang aneh, sering berbicara dengan nenek berambut pirang atau Beat si peliharaan.

Padahal nenek dan Beat tidak bisa bicara, tapi entah kenapa hanya Lara yang bisa mengobrol dengan mereka.

Karena sifatnya yang seperti itu, dia sering melamun, dan ketika bermain di lapangan, sering diganggu anak-anak sekitar yang menarik kepangannya.

Aku selalu segera menolongnya, tapi dia tidak terlihat terlalu kesal, yang membuatku heran.

Dia sangat suka tidur siang. Sering kali dia tidur dengan nyenyak di punggung Leo.


Adik laki-laki tertuaku, Ars, adalah anak laki-laki yang berani.

Dia punya rambut berwarna sama dengan Mama Merah, dipotong pendek rapi.

Dia anak yang dewasa sebelum waktunya dan nakal, tapi selalu berusaha melindungiku dan Lara. Kurasa dia juga, sama sepertiku, berusaha mematuhi ajaran mama.

Mama Merah sangat berharap padanya, dan belakangan ini dia berlari dan berlatih pedang setiap hari.

Dia akrab dengan Bibi Aisha, dan selalu terlihat senang saat bersama bibi.

Adik laki-laki bungsuku, Sieg, adalah anak laki-laki yang cengeng.

Dia selalu berusaha mengikuti Ars dengan langkah terhuyung-huyung, tapi sering tertinggal dan menangis.

Setiap kali itu terjadi, aku memarahi Ars. Lalu Ars akan menggandeng tangan Sieg dan menaikkannya ke punggung Leo.

Saat Sieg berusaha naik ke punggung Leo, Lara akan mundur sedikit, lalu menariknya ke depan. Kemudian dia akan memeluk Sieg dari belakang agar tidak jatuh, dan mereka berdua akan tertidur pulas.

Ada satu hal yang hanya aku yang tahu: Sieg sebenarnya sangat kuat. Dia bisa mengangkat kotak yang sangat berat dengan mudah.


Ada satu adik laki-laki lagi, namanya Clive.

Dia seumuran dengan Lara, dan sebenarnya bukan adik kandungku.

Dia anak neneknya Mama Putih. Kata mama, dia semacam sepupu.

Aku tidak tahu harus memanggilnya apa, tapi aku memperlakukannya seperti adik.

Dia sering main ke rumah dan akrab dengan Ars.

Sepertinya dia juga menyukaiku, sering memelukku. Kalau kuusap kepalanya, dia akan tersenyum malu-malu.


Adik perempuan bungsuku, Lily dan Christina, baru saja lahir.

Mereka masih sangat kecil, aku belum tahu banyak tentang mereka. Tapi aku yakin mereka pasti anak-anak yang baik.

Aku adalah kakak perempuan dari semua adik-adikku ini.

Mama-mamaku sering berkata padaku bahwa sebagai kakak, aku harus bisa diandalkan. Aku berniat untuk melakukan seperti yang mereka katakan. Semua adikku sangat kusayangi, jadi aku ingin melindungi mereka semua.


Aku juga punya dua nenek.

Nenek berambut pirang adalah ibunya papa. Namanya Zenith-san.

Dia orang yang sangat cantik, tapi tidak bicara dan tidak menjawab kalau diajak bicara.

Dia selalu melamun dan sering berada di taman bersama Beat. Tapi entah kenapa, saat aku sedih atau marah, dia selalu mengusap kepalaku. Nenek yang aneh.


Nenek berambut cokelat adalah ibunya Bibi Aisha. Namanya Lilia-san.

Awalnya dia adalah pelayan di rumah kakek, dan tingkah lakunya masih seperti pelayan.

Ketiga mamaku sangat menghormati nenek ini, tapi dulu aku tidak mengerti mengapa nenek berambut cokelat ini adalah nenekku.

Suatu kali, aku mendengar seseorang di jalan berkata, "Pelayan itu orang rendahan, kau bisa memperlakukan dia seenaknya." Lalu aku mencobanya, dan Mama Merah yang kebetulan ada di dekatku sangat marah. Dia memukulku sampai pantatku merah, lalu mengusirku keluar rumah untuk merenungkan perbuatanku semalaman.

Saat aku gemetaran meringkuk bersama Leo si peliharaan, nenek berambut cokelat membiarkanku masuk ke rumah.

Saat itulah nenek menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi.

Aku akhirnya tahu bahwa meskipun nenek berambut cokelat adalah pelayan, dia tetap nenekku, dan aku tidak boleh memperlakukannya sembarangan.


Aku juga punya dua bibi.

Keduanya masih muda jadi marah kalau dipanggil bibi, dan meskipun mereka bibiku, bagiku mereka seperti kakak perempuan.

Bibi yang lebih tua adalah anak nenek berambut pirang dan adik perempuan papa. Namanya Norn-san.

Dia orang yang selalu berusaha keras, sering bermain denganku dan mengajariku banyak hal.

Aku sangat menyukai bibi ini.

Aku ingin menjadi seperti bibi ini saat dewasa nanti.

Dia baru saja menikah, jadi sekarang tidak tinggal di rumah.

Dia jarang pulang, dan kalau pulang sering bertengkar mulut dengan bibi yang lebih muda.

Mereka terlihat tidak akur, tapi kadang mereka tertawa sambil bertengkar, jadi sepertinya mereka sebenarnya menikmatinya.


Bibi yang lebih muda adalah anak nenek berambut cokelat dan adik tiri papa. Namanya Aisha-san.

Seperti nenek berambut cokelat, dia selalu mengenakan seragam pelayan dan mengurus rumah.

Biasanya dia yang membantuku kalau aku melakukan sesuatu di rumah.

Dia mengajariku memasak, mencuci, dan banyak hal lainnya.

Kata mama, Bibi Aisha sangat cakap dan bisa melakukan apa saja. Katanya dia juga membantu pekerjaan papa.

Tapi anehnya, kadang-kadang dia dimarahi oleh nenek berambut cokelat.


Aku punya tiga hewan peliharaan.

Leo, anjing putih besar, adalah monster penjaga.

Dia sangat pintar dan mengerti bahasa manusia.

Dia seperti mengawasi seluruh keluarga, dan papa bilang kami bisa mengandalkan Leo kalau ada apa-apa.

Lara adalah favoritnya, dan dia selalu menempel pada Lara saat di rumah.


Jirou si armadilo adalah kendaraan Mama Biru.

Dia penakut, kalau dimarahi langsung menunjukkan perutnya atau menggulung seperti bola.

Tapi kalau terjadi sesuatu saat kami pergi, dia akan menggeram untuk mengintimidasi musuh.

Dengan caranya sendiri, dia berusaha melindungi kami.


Beat si Treant adalah dewa pelindung kebun sayur Bibi Aisha.

Karena dia monster tumbuhan, aku sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkannya, tapi dia sering bersama nenek berambut pirang atau Lara.

Dia tidak kenal ampun pada siapapun yang mencoba merusak tanaman di kebun, dan sering menangkap burung-burung kecil yang mencoba memakan biji "padi" kesukaan papa, lalu menjadikannya nutrisi.

Agak menakutkan, tapi dia tidak pernah menyerang keluarga.

Malah, dia membukakan gerbang atau memberi kami buah-buahan saat kami mendekat. Dia juga bagian dari keluarga.


Tiga belas orang dan tiga hewan.

Aku punya banyak keluarga.

Aku punya banyak mama, adik perempuan, dan adik laki-laki.

Tapi, aku hanya punya satu papa.

Hanya satu.

Aku sangat menyayangi papa.

Katanya dulu sebelum aku sadar, aku menghindari papa, tapi sekarang aku sangat menyayanginya.

Bau papa membuatku merasa sangat nyaman.

Kadang-kadang jenggotnya terasa kasar, tapi aku suka itu juga.

Papa jarang membiarkanku menyentuh jenggotnya.

Kadang-kadang jenggotnya tumbuh lebat, dan saat aku mencoba menyentuhnya, dia dengan lembut menahan tanganku dan berkata, "Maaf, ya, aku akan mencukurnya sekarang," lalu pergi ke kamar mandi.

Aku pikir tidak apa-apa dibiarkan, tapi mungkin papa punya alasannya sendiri.

Meskipun aku kecewa tidak bisa menyentuh jenggotnya, aku tidak akan membenci papa karena hal seperti itu.

Tapi, aku merasa papa tidak terlalu berharap padaku.

Entah kenapa, aku merasa begitu. Dia memang mengkhawatirkanku dan menyayangiku, tapi kurasa dia tidak berharap banyak dariku.

Pasti itu karena papa orang yang luar biasa.

Ya. Meskipun aku tidak tahu banyak, aku bisa merasakan bahwa papa adalah orang yang luar biasa.

Katanya, saat papa seusiaku, dia sudah bisa menggunakan sihir tingkat suci, dan bukannya bersekolah, dia malah sudah menjadi pengajar.

Sejak aku berumur lima tahun dan mulai bermain di kota dan taman, aku mulai menyapa banyak orang, dan semua orang itu mengenal papa dan menghormatinya.

Terutama orang-orang yang kelihatannya sangat penting, mereka selalu memuji papa.

Meskipun mama-mamaku juga hebat, tapi papa ada di level yang berbeda. Aku mengerti itu meskipun masih anak-anak.

Aku pikir wajar saja kalau papa yang seperti itu tidak berharap banyak padaku... tidak, pada kami.

Tapi, aku ingin dipuji oleh papa.

Aku akan mematuhi ajaran mama-mamaku dan melindungi adik-adikku. Kalau aku melakukannya, mama-mamaku akan banyak memujiku.

Tapi aku juga ingin dipuji oleh papa.

Aku sudah tujuh tahun sekarang.

Mulai hari ini aku akan pergi ke sekolah. Sekolah yang juga dihadiri orang dewasa, sekolah tempat Mama Putih, Mama Biru, dan papa pernah bersekolah.

Mama Merah tidak bersekolah di sana, tapi aku dengar dia kadang-kadang mengajar ilmu pedang sebagai guru.

Mama Biru bilang padaku, "Kamu pasti bisa. Kalau kamu mengingat semua yang sudah kami ajarkan, kamu akan baik-baik saja." Tapi aku sedikit cemas.

Tempat yang penuh dengan orang dewasa. Apakah aku bisa bertahan di tempat seperti itu? Apakah aku bisa berteman?

Aku punya harapan, tapi kecemasanku lebih besar.

Tapi, aku yakin kalau aku berusaha keras di sana, papa juga akan memujiku.

Aku pikir dia akan berkata, "Lucy hebat, ya. Memang anakku."

Dan kalau itu terjadi, aku yakin dia akan mulai berharap padaku.

Karena itu, aku akan berusaha keras untuk mencapai hal itu.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close