Penerjemah: Tensa
Proffreader: Tensa
Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.
Bab 7
『Kisah Tujuh Kesatria Asura』
Isolte dan Usaha Mencari Jodoh: Bagian Pertama
Dahulu kala, pada masa sebelum aliran Gaya Dewa Air ada, sebuah negara diteror oleh keberadaan Raja Naga Laut. Mereka telah membuat sang naga murka karena menangkap ikan di wilayah kekuasaannya. Akibatnya, hampir setiap hari kapal nelayan diserang, dan naga-naga mulai bermunculan di kota pelabuhan.
Pasukan kesatria berusaha melawan, namun naga laut dengan tubuh raksasa yang bisa bergerak bebas di dalam air terlalu kuat. Negara itu pun dengan cepat menjadi lemah. Kerajaan berada di ambang kehancuran.
Melihat situasi yang genting ini, sang raja mengumumkan bahwa siapa pun yang berhasil mengalahkan Raja Naga Laut akan dinikahkan dengan putrinya dan mewarisi tahta. Menanggapi hal itu, banyak kesatria, pahlawan, dan jawara mencoba menantang Raja Naga Laut, namun semuanya gagal.
Lalu muncullah seorang pria dengan pedang tua di pinggangnya dan berpakaian compang-camping. Dalam cerita yang lebih baru, ia digambarkan sebagai pria tampan, namun menurut legenda asli, ia bukanlah pria rupawan. Wajahnya hitam karena kotor, seperti seorang pengembara.
Ia memperkenalkan diri sebagai Reida.
Reida maju ke hadapan raja dan bertanya, “Apakah tidak apa-apa jika aku yang mengalahkannya?”
Raja tentu saja mengangguk. Bisa dibilang ia sudah setengah menyerah, atau mungkin berpikir bahwa pria kotor seperti ini tak mungkin bisa berbuat apa-apa.
Namun, Reida sangatlah kuat.
Ia membekukan seluruh permukaan laut, menghentikan pergerakan para naga, lalu dalam sekejap mendekati Raja Naga Laut. Sang Raja Naga Laut memecahkan es dan menyerang Reida dengan menggeliat-geliat. Reida menangkis serangan mematikan Raja Naga Laut dengan pedang tuanya, lalu melancarkan serangan balik yang memenggal kepala sang naga.
Reida kembali membawa kepala Raja Naga Laut. Ia seharusnya disambut sebagai pahlawan negeri... seharusnya.
Raja memberikan harta yang cukup untuk Reida hidup bersenang-senang seumur hidup. Namun, hanya itu saja. Pada saat-saat terakhir, raja tidak bisa menerima memberikan tahta dan putrinya kepada pria kotor ini.
Reida tidak marah. Namun, ia tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Ia jatuh cinta pada sang putri. Ia mencintai putri yang selalu dilihatnya dari kejauhan saat parade atau upacara kerajaan di hadapan rakyat.
Jika ia tidak bisa menikahi sang putri, ia memutuskan untuk meninggalkan negeri ini. Mungkin jika ia serius, ia bisa mengambil alih tahta dengan kekerasan. Namun, ada orang lain yang menunjukkan kemarahan sebagai ganti Reida. Orang itu adalah sang putri.
Sang putri memarahi raja, memukulnya, menendangnya, lalu berlari keluar istana. Ia mengejar Reida yang hendak meninggalkan negeri, berlutut di hadapannya, dan berkata:
“Aku telah meninggalkan negaraku. Aku bukan lagi seorang putri dan tidak punya nama keluarga. Meskipun kau mendapatkanku, kau tidak akan mendapatkan negara ini dan tidak akan menjadi raja. Jika kau tidak keberatan dengan itu, kumohon nikahilah aku.”
Reida tersenyum lembut, mengangkat sang putri, dan meninggalkan negeri itu. Mereka menjadi suami istri dan menghilang entah ke mana.
Beberapa dekade kemudian, kabarnya sebuah aliran bernama Gaya Dewa Air muncul di suatu tempat di dunia. Mengikuti kisah itu, lahirlah sebuah aturan yang berbunyi “Pendamping Dewa Air harus meninggalkan rumahnya”.
★ ★ ★
Isolte Cruel.
Ia adalah penanggung jawab aliran Gaya Dewa Air di Kerajaan Asura dan salah satu instruktur pedang di Kesatria Kerajaan Asura. Saat ini ia menyandang gelar Kaisar Air, namun baru-baru ini ia telah menguasai tiga dari lima jurus rahasia aliran Gaya Dewa Air. Beberapa bulan lagi, ia akan menjalani upacara pewarisan gelar Dewa Air dan menjadi Dewa Air yang baru. Setelah itu, ia akan dikenal oleh masyarakat sebagai Dewa Air Reida.
Usianya tidak diketahui. Penampilannya seperti wanita di usia dua puluhan.
Rambut hitam indah dengan semburat biru, wajah yang anggun. Siapa pun pasti akan menganggapnya cantik, namun menurut beberapa rumor, itu adalah hasil dari upaya untuk terlihat muda. Di Kerajaan Asura, hanya Putri Ariel yang mengetahui usia sebenarnya Isolte.
Nah, saat ini ia sedang giat-giatnya mencari jodoh.
Dengan menjadi Dewa Air, masa latihan panjangnya akan berakhir. Meskipun ia akan terus berlatih, ini adalah titik balik, dan sudah saatnya ia serius mencari pasangan hidup.
Namun, usahanya mencari jodoh mengalami kesulitan.
Tentu saja, bukan berarti tidak ada yang tertarik padanya. Bagaimanapun, ia akan segera menjadi Dewa Air. Banyak yang mendekatinya.
Misalnya, para pendekar dari aliran Gaya Dewa Air sendiri. Tidak sedikit pria yang tertarik pada kecantikan Isolte dan terkesan dengan kesungguhannya dalam berlatih.
Namun, mereka juga pendekar pedang. Mereka adalah orang-orang yang ingin mengandalkan pedang untuk hidup. Tidak banyak yang memiliki kebesaran hati untuk menerima istri yang lebih kuat dari mereka.
Isolte sendiri juga pemilih. Jika harus menikah dengan seorang pendekar, ia menginginkan seseorang yang setara dengannya atau setidaknya memiliki kemampuan setingkat raja.
Lalu ada para bangsawan Kerajaan Asura. Pada dasarnya, pendekar wanita dari aliran Gaya Dewa Air memang populer di Kerajaan Asura.
Pendekar wanita aliran Gaya Dewa Air yang lebih pasif dibandingkan aliran Gaya Dewa Pedang tidak terlalu agresif dalam mengekspresikan diri. Mereka lembut dan anggun, namun terkadang juga provokatif dan memiliki pendapat sendiri yang kuat.
Terlebih lagi Isolte, yang juga menguasai tata krama istana Kerajaan Asura.
Muda, cantik, berkarakter baik, dan bisa menghormati pria. Ditambah lagi, ia adalah pendekar wanita yang tangguh. Banyak bangsawan Asura yang ingin menjadikannya istri, mendampinginya di siang hari dan menikmatinya di ranjang di malam hari.
Tentu saja, Isolte menolak pria-pria yang mendekatinya dengan senyum mesum dan niat fetish semacam itu.
Namun, terkadang ia bertemu seseorang yang membuatnya berpikir, “Mungkin orang ini tidak buruk.”
Wajah tampan, kepribadian baik, latar belakang keluarga baik. Ditambah lagi, kemampuan berpedang yang lumayan. Pria-pria tampan seperti itu mendekatinya dengan senyum menawan sambil menyembunyikan niat terselubung mereka.
Bagaikan pangeran impian.
Isolte dengan mudah terpikat pada pria-pria seperti itu.
Bahkan ketika orang-orang di sekitarnya memperingatkan, “Dia sebenarnya berengsek, sebaiknya jangan,” Isolte tetap terpikat.
Karena wajah tampan dan sikap ramah para pangeran itu. Selama penampilan luarnya baik, Isolte mudah terpikat.
Ia berpikir, “Yah, mungkin orang ini tidak buruk.”
Namun, bahkan pangeran-pangeran itu dengan cepat menarik lamaran mereka ketika Isolte mengajukan satu syarat.
“Suatu hari nanti, saya akan menjadi Dewa Air dan menyandang nama Dewa Air Reida Reia. Jika Anda menikah dengan saya, Anda harus meninggalkan keluarga Anda. Pendamping Dewa Air tidak boleh memiliki nama keluarga.”
Ini adalah tradisi Dewa Air.
Tidak ada kerugian jika tidak mematuhinya, juga tidak ada keuntungan khusus jika mematuhinya. Ini hanyalah tradisi yang telah dipatuhi oleh para Dewa Air secara turun-temurun. Nenek Isolte, Dewa Air Reida sebelumnya, juga mematuhinya.
Ayah Isolte pun tidak memiliki nama keluarga. Cruel adalah nama keluarga dari pihak ibunya.
Karena itu, Isolte yang sangat menghormati neneknya juga berniat untuk mematuhi tradisi ini.
Sayangnya, para pangeran yang berhasil memikat Isolte juga merupakan bangsawan.
Mereka lahir dan hidup sebagai bangsawan. Mereka hidup dengan mengandalkan nama keluarga mereka.
Meskipun tertarik pada Isolte, tidak ada satu pun yang bersedia menikah dengannya jika harus meninggalkan keluarga mereka.
Isolte merasa gelisah.
Sudah beberapa tahun ia mencari jodoh.
Ia selalu berhasil sampai ke tahap akhir, namun selalu gagal di langkah terakhir.
Ia khawatir tidak akan bisa menikah sebelum menerima gelar Dewa Air...
Ia memiliki kepercayaan diri. Ia selalu menjaga penampilannya, pandai memasak, dan mahir berdandan.
Ia tidak pernah absen merawat kulit dan rambutnya sehari pun.
Ia juga merasa pandai dalam seni berbicara. Pelatihan aliran Gaya Dewa Air juga mencakup teknik berbicara. Teknik untuk memprovokasi lawan dan membuat mereka menyerang lebih dulu. Dengan menerapkan teknik itu, mudah baginya untuk memuji dan membuat orang lain merasa nyaman.
Ia sudah berusaha keras.
Namun, ia tetap tidak bisa menikah. Bahkan Eris dan Nina bisa menikah, tapi ia tidak bisa.
Yah, mereka memang memiliki teman masa kecil. Dan mereka tidak memiliki aturan khusus untuk pernikahan.
Tapi Isolte berpikir ia bisa menutupi kekurangan itu dengan pesonanya sendiri.
Ia sadar bahwa ia terlalu pemilih, tapi ia tetap yakin bahwa suatu hari nanti ia akan menemukan pasangan idealnya. Karena ia sudah berusaha keras.
“Ini yang keberapa kalinya?”
“... Yang kedua puluh satu.”
Tapi ia sudah ditolak dua puluh satu kali.
Jika termasuk orang-orang yang ia tolak, jumlahnya pasti lebih banyak lagi.
“Begitu, ya.”
Saat ini, Isolte sedang berhadapan dengan kakaknya di ruang tamu rumahnya.
Rumah yang berdampingan dengan dojo.
Kakak Isolte, Tantris Cruel, adalah pendekar tingkat atas aliran Gaya Dewa Air.
Ia adalah putra sulung keluarga Cruel, tapi tidak memiliki bakat istimewa seperti adiknya.
Meskipun telah berusaha keras hingga berdarah-darah, pada akhirnya ia hanya memiliki bakat untuk mencapai tingkat atas.
Namun, ia adalah pria yang jujur.
Ketika neneknya, Reida, pernah berkata, “Mungkin aku akan memberimu gelar suci,” ia menolaknya dengan berkata, “Saya tidak membutuhkan gelar yang tidak sesuai dengan kemampuan saya.”
Sejak Reida masih hidup, ia telah dipercaya untuk mengelola dojo.
Termasuk masa depan Isolte.
“Bukankah kau terlalu berharap tinggi?”
“Tidak, bukan begitu...”
“Kau memang berbakat dan memiliki kedudukan. Kau berhak memilih pasangan yang sepadan, tapi tidak ada gunanya jika kau terlalu pemilih hingga tidak ada kandidat yang tersisa.”
“Aku mengerti.”
Sejak dulu, Isolte selalu merasa segan terhadap kakaknya ini.
Mereka berdua kehilangan orang tua sejak kecil.
Beruntung mereka memiliki nenek yang menjadi Dewa Air, sehingga mereka tidak kekurangan secara finansial. Namun, nenek mereka sangat sibuk dan hampir tidak memiliki waktu untuk mengurus mereka.
Pada saat itulah Tantris menjadi pengganti orang tua bagi Isolte.
Ia menjadi pengganti orang tua, mendukung dan membesarkan Isolte.
Dojo pedang adalah dunia yang mengutamakan kemampuan. Isolte yang berbakat telah melampaui kakaknya sebelum ia berusia sepuluh tahun.
Namun, ia tetap merasa segan terhadap kakaknya karena latar belakang ini.
“Kau tidak perlu memikirkan nama baik keluarga Cruel. Jika kau akan hidup sebagai Dewa Air, masa depan yang berat menunggumu. Carilah pasangan yang bisa kau percaya, bukan hanya berdasarkan penampilan atau latar belakang keluarga.”
“...”
Tantris sudah menikah dan memiliki anak.
Tentu saja, Isolte pernah bertemu dan berbicara dengan istri kakaknya. Namun, ia tidak terlalu menyukai wanita itu.
Ia adalah putri bangsawan Kerajaan Asura.
Pernikahan itu dilakukan oleh seorang bangsawan hanya untuk menjalin hubungan dengan Dewa Air Reida. Wanita itu jelas-jelas meremehkan Tantris dan tidak memahami seni berpedang. Ia bahkan tidak pernah sekali pun mengunjungi dojo.
Meskipun mereka memiliki anak, Tantris dan istrinya hidup terpisah.
Isolte tidak ingin menikah dengan orang seperti itu. Karena itulah ia sangat berhati-hati dalam memilih pasangan.
... Yah, meskipun kehati-hatiannya itu hanya sebatas mudah terpikat oleh wajah tampan dan sikap baik.
Meski begitu, ia tetap memiliki syarat minimal kemampuan berpedang tingkat menengah ke atas.
Isolte tidak bermaksud terlalu mementingkan latar belakang keluarga. Namun, karena perannya sebagai instruktur pedang dan semakin seringnya ia menjadi pengawal Ariel, ia jadi lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang dari kalangan tersebut.
Sebenarnya, ia tidak keberatan dengan bangsawan miskin, rakyat biasa, bahkan petualang sekalipun.
Asalkan mereka memiliki sesuatu yang istimewa untuk menutupi kekurangan itu.
“Aku tidak bermaksud untuk terlalu pemilih.”
“Kalau begitu, bagaimana kalau dengan kandidat yang kupilihkan untukmu?”
“Tidak, aku akan mencari pasanganku sendiri.”
Dan ia tetap keras kepala.
Tentu saja, ada alasan lain yaitu kandidat-kandidat yang direkomendasikan Tantris kebanyakan pria buruk rupa...
Meskipun berkata tidak pemilih, ia tetap tidak mau mengompromikan standarnya.
Wajar saja ia belum bisa menikah.
“Begitu, ya...”
Tantris pun tidak bermaksud menyalahkannya.
Bukan hal baru jika seorang Dewa Air tidak memiliki pendamping. Ia sendiri sudah meneruskan garis keturunan keluarga Cruel.
Ia hanya ingin melihat adiknya bahagia dan karena adiknya mencari kebahagiaan melalui pernikahan, ia ingin mendukungnya.
Namun, jika adiknya tidak meminta bantuan, Tantris pun tidak berniat melakukan apa-apa.
Bagaimanapun, meski tidak berbakat, ia adalah seorang pejuang yang mempelajari ilmu pedang aliran Gaya Dewa Air.
“Omong-omong Isolte, bukankah hari ini kau dipanggil oleh Yang Mulia?”
“...Ya.”
“Apa waktunya cukup?”
“Masih ada waktu.”
“Kita tidak boleh membuat Yang Mulia menunggu. Mari kita akhiri pembicaraan ini di sini. Pergilah.”
“Baik, Kakak. Aku permisi.”
Setelah memberi hormat, Isolte kembali ke kamarnya. Ia akan bersiap-siap untuk berangkat ke istana.
Setelah mengantarnya pergi, Tantris menghela napas.
“Hah...”
Sepertinya mustahil baginya untuk menikah sebelum menerima gelar Dewa Air.
Sambil berpikir demikian, Tantris berjalan menuju dojo untuk melatih para murid muda.
Isolte berjalan menyusuri Istana Perak Asura.
Ia melangkah dengan zirah dada perak bergambar lambang prajurit perempuan bersenjata perisai yang berdentang, mantel biru putih yang berkibar, dan bunyi ketukan sepatu bot.
Melihatnya berjalan di istana, para penjaga berdiri tegap dan mengangkat tombak mereka. Mata mereka dipenuhi kekaguman. Tak ada seorang pun di Istana Asura yang tidak mengenal nama Kaisar Air Isolte. Banyak prajurit yang mengagumi sosoknya yang anggun.
Namun, hanya sedikit yang tahu bahwa di dalam kepalanya sedang berputar pikiran seperti “Aku tidak mau jadi perawan tua” atau “Apa tidak ada pria baik di suatu tempat?”
“Ah, Isolte-dono. Hendak ke mana?”
Seorang pria menghadang jalannya.
Ia kurus, pendek, berambut tipis, dan secara keseluruhan terlihat lemah.
Usianya mungkin sekitar empat puluhan awal.
Seorang manusia. Jika Rudeus melihatnya, ia mungkin akan berpikir “Mungkin dia pegawai yang tidak produktif.”
Meski penampilannya sama sekali tidak mencerminkan seorang kesatria atau pendekar pedang, ia mengenakan zirah dada perak yang mirip dengan milik Isolte.
Namun, desain zirahnya berbeda dari milik Isolte.
Lambangnya adalah seorang gadis yang sedang berdoa dengan mahkota berbentuk tembok kota.
“Ah, Tuan Ifrit. Selamat siang.”
“Ah, sudahlah. Kita ini setara, tidak perlu berlutut...”
Sylvester Ifrit.
Salah satu dari Tujuh Kesatria Asura, “Tembok Raja”.
Pria dengan wajah yang tidak sesuai dengan namanya ini adalah kepala keamanan tertinggi di Istana Perak Asura.
Isolte juga seorang kesatria biasa.
Kesatria memang setara dengan bangsawan tingkat rendah.
Namun, posisi Sylvester berada di puncak hierarki kesatria dan prajurit istana, dan ia juga seorang bangsawan menengah.
Biasanya, Isolte harus menepi ke sisi lorong, berlutut dan menundukkan kepala sampai ia berlalu.
“Namun.”
“Kita adalah kesatria Ratu.”
Mendengar kata-kata tajam yang tiba-tiba itu, Isolte menegakkan punggungnya.
“Begitu lebih baik. Kita bekerja bukan untuk negara, tapi untuk Yang Mulia. Yang patut kita tunduki hanyalah Yang Mulia Ratu seorang.”
Isolte mengangguk merasakan aura intimidasi yang terpancar dari Sylvester.
Sylvester bertubuh kecil.
Ia sering sakit-sakitan dan tidak kuat secara fisik. Kemampuan pedangnya tidak istimewa. Kemampuan sihirnya juga biasa saja.
Meski demikian, ia lulus dari sekolah kesatria kerajaan dengan peringkat kedua.
Ia ahli dalam membina dan memanfaatkan orang. Ia benar-benar memahami arti menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat. Karena bakat uniknya itulah Ariel memanggil kembali pria yang tenggelam di pelosok Kerajaan Asura ini ke ibukota dan menjadikannya kesatrianya.
“Omong-omong, Isolte-dono hendak ke mana?”
“Saya dipanggil oleh Yang Mulia.”
“Oh, begitu rupanya. Kalau begitu Anda tidak punya waktu untuk ditahan di tempat seperti ini oleh orang seperti saya.”
“Apa ada sesuatu yang Anda perlukan?”
“Ah, bukan hal penting. Hanya saja, putra saya ingin saya memperkenalkannya pada Anda. Maafkan kelancangan putra bodoh saya, tapi jika Anda punya waktu luang, saya harap Anda bisa menemuinya. Itu saja yang ingin saya sampaikan.”
Bagi Isolte, ini adalah topik yang sangat menarik. Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang putra bodoh yang dimaksud.
Namun, saat ini ia sedang dipanggil oleh tuannya.
“Baiklah. Kalau begitu, mari kita bicarakan hal itu nanti saat saya memiliki waktu luang.”
Isolte hanya menjawab dengan wajah tegas dan bergegas pergi.
Semakin dalam ia memasuki istana, semakin sedikit orang yang terlihat.
Jumlah prajurit berzirah sederhana berkurang, digantikan oleh kesatria berzirah mewah yang semakin banyak.
Para kesatria ini setara dengan bangsawan tingkat rendah, namun mereka semua telah bersumpah setia pada Ariel.
Mereka adalah kesatria yang kemungkinan pengkhianatannya sangat kecil.
Dan ketika ia menaiki bagian terdalam istana, sosok manusia semakin jarang terlihat.
Bahkan prajurit dan kesatria pun sudah tidak terlihat, yang tersisa hanyalah lorong-lorong kosong.
Sesekali ia berpapasan dengan pelayan wanita yang terlihat sangat sigap—pengawal pribadi ratu, namun hanya itu saja.
Para pengawal pribadi ini juga orang-orang kepercayaan Ariel. Kemungkinan mereka berkhianat bahkan lebih kecil daripada para kesatria.
Dan akhirnya, “Ruang Raja” tempat Ariel berada.
Di depan pintu mewahnya, berdiri seorang pria.
Seorang pria bertubuh besar yang mengenakan zirah emas dan membawa kapak perang raksasa.
Penjaga pintu terkuat di Kerajaan Asura berdiri di sana.
Kemungkinan ia mengkhianati Ariel adalah nol.
Ia adalah anggota Kesatria Emas Kerajaan Asura dan salah satu dari Tujuh Kesatria Asura.
“Penjaga Pintu Raja” Doga.
Helm emasnya yang berbentuk seperti ember terbalik dihiasi lambang prajurit wanita yang berdiri di depan gerbang.
“Isolte Cruel. Saya datang menghadap.”
“...Ya.”
Doga bergerak perlahan menanggapi perkenalan diri Isolte.
Meski gerakannya tampak lambat, Isolte bisa melihat bahwa tidak ada celah dalam gerakannya.
Ia tahu bahwa jika diperlukan, Doga bisa mengayunkan kapak perangnya dengan kecepatan luar biasa.
Dan Isolte menyadari bahwa jika Doga serius, ia mungkin tidak akan bisa menembus pria ini untuk mencapai pintu di belakangnya.
“...Hm?”
Doga mengulurkan tangannya ke arah Isolte.
Melihat itu, alis Isolte berkedut.
Doga memiliki wajah yang sederhana. Tidak kasar, tapi bukan tipe Isolte.
Ada sedikit rasa jijik membiarkan orang yang bukan tipenya menyentuh tubuhnya.
“Pemeriksaan badan? Silakan.”
Tapi ini adalah ruangan raja.
Wajar saja, bahkan seorang kesatria tidak diizinkan membawa senjata ke ruang pribadi raja.
Doga terkenal karena tidak pernah membiarkan senjata dibawa masuk ke ruangan raja.
Bahkan menteri Kerajaan Asura pun harus menjalani pemeriksaan badan yang teliti oleh Doga, dan tidak diizinkan membawa bahkan sendok kayu kecil sekalipun.
Pemeriksaan badan adalah hal yang wajar.
Meskipun berpikir bahwa dadanya mungkin akan disentuh, Isolte memutuskan untuk bersabar.
“Ya.”
Namun, Doga tidak menyentuh tubuh Isolte.
Ia mengulurkan tangan ke rambutnya dan memetik sesuatu.
“...?”
Di jari Doga terjepit sehelai kelopak bunga.
“Menempel.”
“?”
“Isolte cantik, tapi tidak boleh mengenakan hal-hal seperti ini.”
Di balik helmnya, wajah Doga tersenyum ramah.
Isolte kebingungan sambil merilekskan tubuhnya.
“Ah, senjataku.”
Tiba-tiba teringat, ia melepas pedangnya dari ikat pinggang dan menyodorkannya pada Doga.
Namun, Doga tidak menerimanya.
“Isolte adalah kesatria Ariel-sama. Senjata diperlukan untuk melindungi Ariel-sama.”
“...”
Tidak ada pemeriksaan badan. Senjata tidak diambil. Ia dipercaya sebagai kesatria Ariel oleh pria ini. Oleh pria yang kemungkinan termasuk lima orang terkuat di Kerajaan Asura.
Menyadari hal itu, entah kenapa jantungnya berdebar sedikit lebih cepat.
(Tidak, tapi wajahnya itu tidak...)
Sambil menggelengkan kepala kuat-kuat, ia menarik napas dalam-dalam.
“Isolte Cruel. Saya masuk.”
“Silakan masuk.”
Setelah mendengar jawaban Ariel, ia memasuki ruangan.
★ ★ ★
Tujuh Kesatria Asura.
Mereka adalah tujuh kesatria yang bersumpah setia mutlak kepada Ariel, dipimpin oleh “Belati Raja” Luke Notos Greyrat.
Mereka diberi posisi khusus di antara para kesatria dan diizinkan untuk bergerak secara mandiri sampai batas tertentu.
Isolte adalah salah satu dari mereka.
Salah satu dari Tujuh Kesatria Asura, “Perisai Besar Raja”.
Sebuah gelar yang cocok untuk pendekar pedang aliran Gaya Dewa Air yang melindungi raja saat diperlukan.
Isolte, Sylvester, Doga.
Orang-orang menyebut mereka bertiga sebagai “Tiga Kesatria Sayap Kiri”.
Dari Tujuh Kesatria Asura, mereka bertiga terutama bertanggung jawab atas perlindungan Ariel.
Namun, Isolte merasa ada yang janggal.
Tujuh Kesatria Asura seharusnya merujuk pada tujuh kesatria yang bersumpah setia mutlak kepada Ariel.
Setidaknya, begitulah yang dikatakan.
Hal ini karena Isolte tidak mengetahui secara detail bagaimana ketujuh orang ini berkumpul.
Meskipun dikatakan mereka mengabdi pada Ariel, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang dari luar yang tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Asura.
Mungkin masing-masing dari mereka memiliki alasan mengapa mereka tidak akan pernah mengkhianati Ariel...
Tapi Isolte berbeda.
Isolte tahu bahwa ada kemungkinan ia bisa berkhianat. Ini berkaitan dengan Dewa Air generasi sebelumnya. Karena ada kejadian saat nenek Isolte meninggal.
Dewa Air Reida generasi sebelumnya telah meninggal.
Ia terbunuh oleh tangan Orsted sang Dewa Naga yang berpihak pada Ariel dalam pertarungan Ariel untuk merebut tahta.
Tentu saja, itu terjadi dalam pertempuran.
Isolte juga seorang pendekar pedang, dan setelah pertempuran berakhir, ia tidak berniat untuk menyimpan perasaan yang tidak perlu.
Selain itu, Isolte dipercayakan aliran Gaya Dewa Air oleh neneknya. Jika ia menentang Ariel, aliran Gaya Dewa Air bisa diusir dari Kerajaan Asura. Karena itu, ia tidak pernah berpikir untuk mengkhianati atau menentang Ariel.
Setidaknya, begitulah Isolte meyakinkan dirinya sendiri.
Namun, seberapa pun ia meyakinkan diri dan berkata bahwa ia tidak akan menentang, tidak ada yang tahu kebenarannya.
Tidak ada yang bisa melihat ke dalam lubuk hatinya.
Mungkin saja ia sebenarnya masih menyimpan dendam atas kematian neneknya dan diam-diam mengincar nyawa Ariel. Atau mungkin bukan Ariel, tapi nyawa Orsted sang Dewa Naga yang melakukannya.
Kenyataannya, Ariel telah membunuh banyak bangsawan dan kesatria saat merebut tahta.
Tidak sedikit orang yang masih menyimpan dendam atas hal itu.
Mereka berpura-pura setia pada Ariel sambil menunggu kesempatan.
Isolte juga berada dalam posisi yang bisa dicurigai seperti itu.
Memang, Isolte telah mengucapkan sumpah kesatria dan bersumpah setia pada Ariel.
Tapi itu bukan karena ia terpesona oleh kepribadian Ariel atau karena patriotisme.
Itu untuk melindungi tempat dan harga dirinya sebagai anggota aliran Gaya Dewa Air.
Untuk saat ini, ia dilindungi oleh hubungan kepercayaan, tapi jika itu terancam, mungkin ia tidak bisa menjamin akan terus bersumpah setia apapun yang terjadi di masa depan.
Bukan berarti ia berniat untuk berkhianat.
Hanya saja, kemungkinan untuk berkhianat itu ada.
Isolte sendiri sangat menyadari hal ini.
Meski begitu, ia dipilih menjadi salah satu dari Tujuh Kesatria.
Ada yang terasa janggal. Ia merasa mungkin ada sesuatu di balik semua ini.
“Isolte. Apakah kau tidak berminat untuk mengikuti perjodohan atas rekomendasiku?”
Karena itu, ketika mendapat tawaran seperti itu di Ruang Raja, kewaspadaannya meningkat.
“Mengapa Yang Mulia mengajukan usulan seperti ini?”
“Bagiku juga, akan menguntungkan jika kau sebagai calon Dewa Air menikah. Kandidatnya adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah denganku, meskipun banyak di antara mereka memiliki kebiasaan aneh... tapi mungkin ada yang sesuai dengan seleramu.”
“Hubungan dengan Yang Mulia... maksudnya anggota keluarga kerajaan!?”
“Ya, begitulah.”
Perjodohan dengan keluarga kerajaan.
Mendengar itu, jantung Isolte tidak bisa tidak berdebar kencang. Sungguh mudah tergoda.
“Tapi, jika saya menjadi Dewa Air, saya harus meninggalkan keluarga saya. Bukankah itu akan menyulitkan anggota keluarga kerajaan?”
“Meskipun meninggalkan keluarga, hubungan darah tetap ada. Kau tidak perlu memutuskan hubungan dengan keluargamu, bukan?”
“Memang benar, tapi...”
“Tidak apa-apa. Mereka semua sudah menyetujui hal itu. Aku telah berjanji pada mereka bahwa meskipun menikah denganmu, mereka akan tetap mendapat dukungan sebagai keluarga kerajaan. Kau hanya perlu bertemu mereka dan memilih yang paling cocok untukmu.”
Isolte berpikir, apakah ini strategi untuk menarik hatinya?
Bagaimanapun, syaratnya terlalu menguntungkan.
Anggota keluarga kerajaan yang memiliki hubungan darah dengan Ariel. Meskipun mungkin dari cabang samping, mereka tetap bisa disebut pangeran sungguhan.
Bukan anak bangsawan biasa, tapi pangeran sejati yang, meskipun kemungkinannya sangat kecil, masih memiliki peluang untuk menjadi raja.
Dan semua anggota keluarga kerajaan Asura memiliki wajah yang tampan dan elegan.
“Bagaimana? Kurasa ini bukan tawaran yang buruk.”
“Dengan senang hati!”
Isolte menyetujui tanpa pikir panjang.
Tidak ada alasan untuk menolak.
Mungkin jika ia adalah bangsawan Asura yang lebih berpengalaman, ia akan mempertimbangkan maksud tersembunyi di balik kata-kata Ariel dan menolaknya.
Tapi sayangnya, ia hanyalah seorang pendekar pedang biasa. Dan seorang gadis yang sedang mencari jodoh.
Ia tidak memikirkan hal-hal yang rumit.
“Kalau begitu, mari kita mulai perjodohan dalam waktu dekat. Tolong beritahu Luke atau Sylvester beberapa hari kosong dalam jadwalmu. Sisanya akan kami atur.”
“Baik, terima kasih banyak!”
“Baiklah. Kau boleh pergi sekarang.”
Isolte meninggalkan ruang pribadi Ariel dengan perasaan melayang.
(Perjodohan dengan keluarga kerajaan...)
Entah mengapa langkahnya terasa ringan.
Dadanya berdebar-debar dengan penuh semangat.
Ia memutuskan untuk segera memberitahu Sylvester tentang hari libur terdekatnya.
Saat itu, ia tiba-tiba menyadari bahwa tenggorokannya sangat kering.
Mungkin ia sedikit tegang karena dipanggil tanpa tahu alasannya.
“Tenggorokanku kering.”
“Ya.”
Tepat saat ia bergumam seperti itu, seseorang memanggilnya dari belakang, membuat Isolte berjongkok dan berbalik dengan cepat.
Di sana berdiri Doga.
Memegang gelas kecil yang tampak tidak cocok dengan tubuh besarnya.
“Silakan, ini dingin.”
“...Terima kasih banyak.”
Isolte menerimanya, dan meski sempat curiga apakah ada racun di dalamnya, ia tetap meminumnya.
Seperti yang dikatakan Doga, air itu sedingin es yang baru saja mencair, menyegarkan tenggorokan Isolte.
Merasakan air itu meresap ke dalam tubuhnya, Isolte menyadari bahwa ia lebih tegang dan lelah dari yang ia kira.
“...Hah.”
“Isolte, kerja bagus.”
Melihat Isolte minum air dan menghela napas, Doga tersenyum ramah.
Bahkan dari celah zirahnya, terlihat jelas bahwa senyuman itu murni tanpa maksud tersembunyi.
“...”
Ia orang yang sangat perhatian.
Setidaknya, Isolte merasa ia tidak akan ragu untuk memercayakan punggungnya pada pria ini.
Meskipun wajahnya bukan tipenya.
“Doga-dono juga, terima kasih atas kerja kerasnya. Semoga berhasil dengan tugas penjagaanmu.”
“Ya!”
Yah, itu urusan lain.
Membayangkan hari-hari penuh perjodohan yang akan datang, Isolte meninggalkan tempat itu dengan senyum tipis di sudut bibirnya.
Post a Comment