Penerjemah: Tensa
Proffreader: Tensa
Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.
Bab 8
Penjaga Pintu Raja Doga: Bagian Pertama
Di Kerajaan Asura, terdapat tujuh kesatria yang dikenal sebagai Tujuh Kesatria Asura. Mereka adalah orang-orang yang bersumpah setia mutlak kepada Ariel Anemoi Asura.
Yang terdepan adalah kesatria pendamping, “Belati Raja” Luke Notos Greyrat.
Tiga Kesatria Sayap Kanan yang bertugas menyerang:
“Pedang Besar Raja” Sándor von Grandeur
“Tombak Raja” Oswald Eurus Greyrat
“Anjing Pemburu Raja” Ghislaine Dedoldia
Tiga Kesatria Sayap Kiri yang bertugas bertahan:
“Penjaga Pintu Raja” Doga
“Tembok Raja” Sylvester Ifrit
“Perisai Besar Raja” Isolte Cruel
Tujuh orang.
Ada yang jelas asal-usul dan latar belakangnya, tapi setengah dari mereka adalah orang-orang yang direkrut langsung oleh Ariel dan Luke. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari rakyat biasa, bangsawan rendah hingga bangsawan tinggi, bahkan ada yang setengah ras iblis abadi dan setengah manusia.
Konon, yang menyatukan mereka adalah kesetiaan mutlak kepada Ariel.
Kali ini, sementara Isolte kebingungan dengan perbedaan persepsi tentang arti kata “sedikit” dalam ungkapan Ariel “sedikit bermasalah dengan selera seksualnya”, mari kita berbicara tentang salah satu dari para kesatria tersebut.
★ ★ ★
Dia lahir di sebuah desa kecil di wilayah Donati, Kerajaan Asura.
Dia sedikit lamban, dan diperlakukan seperti anak buah oleh anak-anak desa lainnya.
Namun, tubuhnya kuat dan sehat, tidak pernah sakit.
Ayah anak laki-laki ini adalah seorang prajurit yang menjaga desa, menghabiskan hampir sepanjang hari di luar rumah.
Karena hanya ada beberapa prajurit, mereka hampir tidak pernah libur dan biasanya meninggalkan rumah bahkan di malam hari.
Ketika anak laki-laki itu berusia lima tahun, adik perempuannya lahir. Adiknya adalah gadis kecil yang manis mirip ibunya, tetapi sang ibu meninggal karena kesehatan yang buruk setelah melahirkan.
Anak laki-laki itu menangis.
Anak yang biasanya tidak menangis meski dipukul teman atau disengat lebah, kini menangis tersedu-sedu.
Ayahnya berkata kepada anak yang terisak itu:
“Sekarang kau boleh menangis. Tapi setelah air matamu kering, kau harus melindungi adikmu.”
Melihat ke arah ayahnya yang menggendong adik bayinya, anak laki-laki itu mengangguk berkali-kali.
Dan sejak hari itu, dia berhenti menangis.
Sejak keesokan harinya, dia mulai melaksanakan perintah ayahnya dengan setia.
Perintah untuk melindungi adiknya.
Untuk melindungi adiknya, anak laki-laki itu memutuskan untuk menjaga pintu depan rumah. Seharian penuh, dia berdiri di depan rumah sambil memegang kapak pembelah kayu yang biasanya tersimpan di sudut rumah. Dia hanya kembali ke dalam rumah ketika adiknya menangis untuk merawatnya.
Melihat tingkahnya, teman-temannya menertawakannya.
“Apa yang kau lakukan? Jaga saja dari dalam rumah.”
Orang dewasa di desa berkata kepadanya:
“Kalau mau, biar kami saja yang mengurus adikmu. Kami punya banyak anak, jadi tidak masalah menambah satu lagi.”
Namun, anak laki-laki itu tetap keras kepala dan tidak mendengarkan mereka.
Meski dia menerima ajaran cara merawat bayi, dia tidak pernah menyerahkan adiknya kepada orang lain.
Suatu hari, terjadi keanehan di desa.
Di tengah malam, kandang ternak di salah satu rumah diobrak-abrik dan ternaknya dibunuh dengan kejam.
Dari ukuran jejak kaki, disimpulkan bahwa pelakunya adalah serigala. Para prajurit berlarian ke seluruh desa, memberitahu penduduk untuk mengunci pintu mereka di malam hari dan jangan sekali-kali membukanya.
Keesokan harinya. Satu rumah diserang.
Entah bagaimana, serigala itu berhasil masuk ke dalam rumah di tengah malam, menggigit leher seorang anak hingga tewas seketika, lalu kabur melalui jendela.
Ketika keluarga itu bangun di pagi hari, mereka tidak mengerti apa yang terjadi. Mereka hanya mengikuti jejak darah, dan di pinggir kota menemukan genangan darah dengan pakaian bayi yang terendam di dalamnya. Mereka menjadi setengah gila.
Dari rangkaian kejadian ini, para prajurit menyadari bahwa perkiraan mereka salah.
Yang bersembunyi di desa bukanlah serigala, melainkan monster. Monster kecil, dengan ukuran sekitar serigala, namun licik.
Benar, pelakunya memang monster.
Kepalanya seperti serigala, kaki belakangnya juga seperti serigala. Namun dari bahunya tumbuh tangan monyet, terkadang berjalan dengan dua kaki, dan bisa memanjat pohon.
Ukurannya sebesar anjing besar, tapi kepalanya tidak wajar besar dibanding tubuhnya, dan kepala itulah yang memberinya kecerdasan.
Ini adalah monster hasil mutasi.
Monster yang telah merasakan daging manusia itu, seolah mengejek penduduk desa yang ketakutan, bersembunyi di ladang gandum salah satu rumah. Seharian penuh dia mengamati untuk menentukan target berikutnya. Di rumah itu, orang dewasanya tidak pulang bahkan di malam hari. Mereka sedang mengejar monster itu, mencari di tempat yang salah.
Yang tersisa di rumah hanyalah dua anak-anak.
Monster itu menjilat bibirnya, lalu menggunakan lengan monyetnya untuk memanjat atap dan masuk melalui cerobong asap.
Keesokan harinya.
Hal pertama yang dilihat ayah anak laki-laki itu setelah menyelesaikan patroli malam adalah genangan darah di rumahnya sendiri.
“Tidak mungkin,” dengan wajah pucat pasi dia melihat sekeliling rumah, dan segera menemukan mayat yang tergeletak mengenaskan.
Itu adalah mayat monster. Mayat monster dengan kepala yang hancur.
Dan di antara mayat itu dan tempat tidur di mana putrinya tertidur lelap, putranya berdiri tegak dengan ekspresi liar sambil menggenggam kapak pembelah kayu.
Jelas telah terjadi pertarungan sengit.
Anak laki-laki itu berlumuran darah, dan tulang lengannya patah.
Namun, hanya itu saja cederanya.
Meskipun monster itu kecil, ukurannya cukup besar hingga bisa disalahartikan sebagai serigala. Dengan kata lain, ukurannya dua kali lipat lebih besar dari anak laki-laki itu.
Meski demikian, anak laki-laki itu berhasil membunuh monster tersebut dengan kapak pembelah kayu yang tumpul.
Dia telah melindungi adiknya.
Itulah pertempuran pertama anak laki-laki itu—yang kelak akan dikenal sebagai Kaisar Utara Doga.
Setelah itu, kehidupan Doga sebagai penjaga pintu terus berlanjut.
Ketika berusia sepuluh tahun, dia menjaga gerbang desa.
Tepat sebelum insiden teleportasi terjadi, terjadi amukan besar-besaran monster. Monster-monster bermunculan dari hutan di seluruh Kerajaan Asura, menyebabkan banyak desa mengalami kerugian. Ada desa-desa yang diserang dan ditelan oleh segerombolan besar monster.
Desa Doga juga diserang oleh monster.
Namun, Doga dengan berani mengayunkan kapak penebang pohonnya dan berhasil mengusir mereka. Jumlah monster yang Doga kalahkan saat itu konon mencapai lima puluh atau bahkan seratus ekor.
Meski Doga berhasil membunuh banyak monster, ayahnya tewas dalam pertempuran itu.
Doga terpaku di depan mayat ayahnya.
Melihat hal itu, seorang kesatria merekomendasikan Doga untuk bergabung dengan pasukan penjaga di ibukota kerajaan.
Ketika Doga ragu-ragu karena merasa harus melindungi adiknya, kesatria itu berkata:
“Dengar, nak. Kami meninggalkan keluarga kami dan pergi ke berbagai tempat untuk melindungi desa-desa. Dengan kata lain, kami melindungi negara itu sendiri. Jika negara aman, keluarga kita bisa hidup dengan tenang. Artinya, melindungi negara berarti juga melindungi keluarga.”
Saat itu, Doga yang lamban tidak bisa memahami kata-kata tersebut.
Pada akhirnya, Doga bergerak karena alasan keuangan.
Ayahnya telah meninggal, dan mereka membutuhkan uang. Jika pergi ke ibukota, dia bisa mendapatkan gaji yang cukup untuk menghidupi mereka berdua.
Mendengar hal itu, dia memutuskan untuk pindah ke ibukota.
Doga menjadi prajurit di ibukota.
Dia ditugaskan untuk menjaga gerbang kecil yang memisahkan daerah kumuh dan pemukiman warga kelas bawah.
Gerbang itu dibuat sebagai titik penghambat ketika penduduk daerah kumuh berubah menjadi perusuh dan menyerbu pemukiman warga kelas bawah. Meski lalu lintas di malam hari dilarang, gerbang itu tidak memiliki nilai khusus untuk dijaga. Yah, bisa dibilang itu tempat yang cocok untuk seorang pemuda dari desa yang tidak berpendidikan.
Dia diberi sebuah kamar untuk tinggal bersama adiknya yang ikut pindah ke ibukota.
Meskipun kecil, itu adalah kamar di mana dia bisa tinggal bersama adiknya.
Dari sana dia pergi ke barak, dan setiap hari dari pagi hingga malam, terkadang sepanjang malam, dia terus menjaga gerbang.
Meski Doga lamban, entah mengapa dia adalah orang yang disukai.
Awalnya, ada yang merasa terganggu dan mengganggu dia karena menjadi prajurit di usia yang baru sepuluh tahun.
Namun, sifatnya yang lugu dan sikapnya yang tegas dalam menyayangi adiknya meluluhkan hati rekan-rekannya. Setelah setahun berlalu, Doga diterima sebagai bagian dari kelompok prajurit.
Kemudian pada tahun kedua.
Suatu malam, seorang wanita berlari ke gerbang yang dijaga Doga.
Wanita itu berpegang erat pada Doga, memohon pertolongan. Saat Doga kebingungan, sekelompok orang berwajah garang muncul dan berteriak pada Doga, “Serahkan wanita itu!”
Doga kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa.
Mungkin jika Hans, yang seharusnya bertugas bersama Doga, tidak sedang tertidur, dia bisa membantu membuat keputusan...
Melihat Doga kebingungan, wanita itu mencoba berlari melewati gerbang.
Doga segera menangkap kerah bajunya dan menariknya kembali. Dia diperintahkan untuk tidak membiarkan siapa pun lewat di malam hari.
Namun pada saat itu.
Para pria yang menyadari wanita itu mencoba kabur, menyerang.
Doga mengayunkan kapak perangnya. Itu adalah kapak perang yang dia terima sebagai hadiah perpisahan dari pandai besi desa ketika dia menjadi prajurit.
Dia membunuh mereka semua.
Melihat Doga yang berlumuran darah, wanita itu mengompol dan jatuh terduduk.
Hans yang terbangun karena keributan, terkejut melihat pemandangan mengerikan di depan gerbang.
Dia berpikir ini adalah masalah besar. Doga telah melakukan pembunuhan massal. Dirinya yang tertidur saat bertugas juga pasti akan dihukum.
Dengan wajah pucat, Hans memeriksa mayat-mayat itu dan menyadari sesuatu.
Mereka adalah kelompok pencuri yang telah meresahkan pemukiman warga kelas bawah. Karena hanya terjadi di wilayah kelas bawah, pasukan kesatria tidak mengirim banyak bantuan, dan situasi ini sudah sangat merepotkan.
Dan Doga telah menghabisi mereka semua sendirian.
Doga mendapat promosi.
Dari prajurit yang menjaga gerbang antara pemukiman kelas bawah dan daerah kumuh, dia menjadi prajurit yang menjaga gerbang antara pemukiman kelas menengah dan kelas bawah. Entah mengapa, Hans juga ikut dipromosikan bersamanya.
Sejak saat itu, Doga terus menjaga gerbang itu.
Dia terus menjaganya di hari hujan dan berangin. Bahkan setelah dewasa, dia terus menjaganya. Hans membantu Doga yang lamban itu.
Tanpa disadari, Hans menjadi orang yang paling memahami Doga.
Sementara itu, adik Doga tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menikah dengan Hans.
Mungkin saja tujuan Hans sebenarnya adalah adik Doga, tapi bagi Doga itu tidak masalah. Karena meskipun Hans suka tertidur saat bertugas, dia bukan orang jahat.
Hans telah bersumpah di hadapan Doga, atas nama Dewi Milis, bahwa dia akan membahagiakan adiknya.
Doga menjadi sendiri.
Dengan menikahnya sang adik, dia merasa telah menjalankan perintah ayahnya sampai akhir.
Seharusnya dia tidak perlu lagi menjaga gerbang.
Namun, Doga terus menjaga gerbang. Dia terus menjaganya di hari hujan dan berangin.
Suatu hari, guncangan besar melanda ibukota.
Ariel Anemoi Asura mengumumkan akan mengadakan upacara penobatan.
Upacara penobatan. Sebuah festival yang berlangsung selama beberapa hari. Selama periode itu, gaji para prajurit akan naik dan makanan bisa didapatkan gratis. Rekan-rekan Doga bergembira, Hans pun melompat kegirangan.
Namun, itu juga berarti pekerjaan prajurit akan bertambah.
Bukan hanya di pemukiman kelas menengah, tempat-tempat lain juga harus dijaga dengan lebih ketat.
Penduduk kota direkrut sebagai prajurit sementara, sementara prajurit asli seperti Doga dan yang lainnya ditugaskan untuk menjaga tempat-tempat yang lebih penting.
Doga dan Hans bekerja dengan gembira, berencana untuk membelikan sesuatu yang bagus untuk adik Doga dengan gaji tambahan mereka.
Nah, ketika jadwal upacara penobatan sudah mencapai pertengahan, suatu hari.
Entah karena takdir apa, Doga ditugaskan menjaga pintu belakang istana kerajaan hari itu. Meskipun itu tempat yang jarang dilalui orang, terkadang ada pelayan dengan izin khusus yang melewatinya. Hans tidak bertugas bersamanya.
Doga dan beberapa prajurit lain menjaga gerbang itu.
Seorang pria mendatangi mereka. Seorang pria mengenakan baju zirah usang dan membawa tongkat panjang.
Dia berkata:
“Bisakah kau mengizinkanku lewat? Aku ingin menghadap Yang Mulia Ariel.”
Tentu saja, penjaga gerbang menolaknya.
“Gerbang ini tidak boleh dilewati tanpa izin! Tunjukkan surat izinmu!”
“Aku tidak punya surat izin, tapi aku ingin menghadap Yang Mulia Ariel.”
“Jika tidak ada surat izin, kau tidak bisa lewat. Pulanglah!”
“Kalau begitu tidak ada pilihan lain. Kupikir akan lebih baik datang ke gerbang ini daripada mengotori wibawa Yang Mulia di hari yang berbahagia ini.”
Setelah berkata demikian, pria itu mencoba menerobos gerbang dengan paksa.
Tongkatnya bergerak seperti sihir, dalam sekejap menjatuhkan penjaga gerbang lainnya.
Namun, hanya Doga yang tidak tumbang. Meski tongkat pria itu menghantam titik-titik vitalnya, dia tetap berdiri dan menjaga gerbang.
Kapak yang Doga ayunkan sama sekali tidak mengenai pria itu. Ini adalah pengalaman pertama bagi Doga di mana kapaknya tidak mengenai sasaran, tapi dengan keras kepalanya dia terus mengayunkan kapaknya.
Pria itu sangat senang melihat cara bertarung Doga.
“Luar biasa! Tidak kusangka ada pria seperti ini tersembunyi di tempat seperti ini. Baiklah. Demi kekuatanmu, aku akan mengurungkan niatku melewati gerbang ini. Ah, maafkan aku. Bukan bermaksud meminta maaf, tapi maukah kau menjadi muridku? Kau pasti bisa menjadi kuat, kau berbakat, ayo!”
Doga tidak mengerti apa yang pria itu katakan.
Namun, begitu menyadari bahwa pria itu sepertinya telah menyerah untuk melewati gerbang, Doga pingsan karena sesaat lengah.
Dia pingsan sambil tetap berdiri.
Dan ketika Doga tersentak bangun, pria itu masih ada di sana.
Dia memegang kapak Doga dan berdiri menjaga gerbang. Namun, dia dikelilingi oleh banyak prajurit.
“Hei, selamat pagi! Aku menjaga gerbang ini menggantikanmu!”
Itulah pertemuan pertama Doga dengan Sándor—Dewa Utara Kalman II Alex Kalman Rybak.
Pada hari Doga menjadi murid Sándor, dia pulang ke kamarnya dan langsung tertidur di tempat tidur.
Karena ada penyihir penyembuh di antara prajurit yang datang, lukanya sudah sembuh.
Namun, pertarungan melawan Dewa Utara Kalman telah menguras habis stamina Doga yang biasanya tak terbatas.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Doga tertidur karena kelelahan.
Setelah tidur selama dua hari, dia terbangun.
Saat itu, di samping bantalnya ada adiknya yang bermata berkaca-kaca dan Hans dengan wajah lega.
Selain itu, ada juga Sándor dengan wajah yang terlihat sangat gembira.
“Selamat pagi, ayo muridku, ikut aku.”
Sándor membangunkan Doga dengan kekuatan luar biasa, memakaikan baju zirah padanya, dan mencoba membawanya pergi ke suatu tempat.
Doga yang tidak mengerti apa-apa, meminta bantuan pada Hans.
“Maaf, Doga. Tapi ini bukan hal buruk. Aku juga bingung dan tidak terlalu mengerti, tapi kurasa ini adalah hal yang terhormat. Jadi, yah, untuk sementara pergilah. Berjuanglah, jangan sampai tidak sopan.”
“Ya. Um, kakak, berjuanglah.”
Mendengar kata-kata Hans yang tidak jelas, Doga kebingungan, namun dia tidak bisa melawan kekuatan Sándor dan akhirnya menuju gerbang yang dia jaga beberapa hari lalu. Sesampainya di gerbang, Sándor dengan sengaja mengeluarkan surat izin dari sakunya dan melewati gerbang.
Dalam sekejap mereka sudah berada di dalam istana.
Doga terkejut melihat ruangan mewah yang baru pertama kali dia lihat, sambil terus mengikuti Sándor.
Dan ketika dia sadar, dia sudah berada di hadapan seorang wanita cantik berambut pirang.
“Apakah ini orangnya?”
“Ya, Yang Mulia!”
“Aku ingin berbicara sebentar dengannya.”
Didorong oleh Sándor, Doga berdiri di depan wanita itu.
Wanita itu sangat cantik, dan entah bagaimana, terlihat begitu ilahiah.
“Aku Ariel Anemoi Asura. Siapa namamu?”
Doga tidak mengenal nama itu.
Meskipun dia adalah prajurit ibukota, dia bahkan tidak tahu nama orang yang sedang melakukan upacara penobatan.
Tentu saja, dia juga belum pernah melihatnya secara langsung.
Namun, tanpa sadar Doga berlutut. Entah mengapa, dia merasa harus melakukannya.
“A-aku... Doga.”
“Mengapa kamu menjadi prajurit?”
“A-ayah bilang, u-untuk melindungi adik, jadi...”
Doga kesulitan berbicara dengan lancar.
Dia tidak cukup pandai bicara untuk menceritakan kehidupan panjangnya kepada orang lain.
Namun, kata-kata yang keluar dari mulut Doga langsung membuat Ariel mengerti.
“Oh, untuk melindungi adikmu. Itu mulia sekali.”
“Ta-tapi, sekarang, adikku, Hans yang melindungi, dan, um, Hans dan adikku bersama, eh...”
Ariel melirik sekilas, dan seorang kesatria di sampingnya menambahkan, “Adiknya menikah dengan prajurit bernama Hans—”
Doga tidak tahu, tapi itu adalah Luke.
“Jadi, aku sekarang, tidak terlalu perlu melindungi lagi...”
Melihat wajah Doga yang agak murung, Ariel tersenyum.
“Itu tidak benar, Doga.”
“Eh?”
“Bukan berarti kamu tidak perlu melindungi lagi.”
“A-apa maksudnya?”
“Karena Hans sekarang menjadi adik laki-lakimu, kamu harus melindungi adik perempuan dan adik laki-lakimu, dua orang. Dua kali lipat dari sebelumnya.”
Kata-kata itu mengejutkan Doga. Dia tidak pernah berpikir seperti itu sebelumnya.
Tapi memang benar. Hans yang berjanji akan melindungi adiknya, sekarang memang memanggil Doga dengan sebutan kakak ipar. Jika begitu, dia adalah adik laki-laki Doga.
Jika harus melindungi adik perempuan, tentu saja harus melindungi adik laki-laki juga.
“Be-benar juga, aku, harus lebih melindungi mereka.”
“Benar. Namun, dengan cara yang selama ini kamu lakukan, mungkin kamu tidak bisa melindungi mereka berdua.”
“Eh!? Ke-kenapa?”
“Kamu memang kuat, tapi jangkauan tanganmu pendek. Ketika mereka berdua dalam bahaya, mungkin mereka tidak berada dalam jangkauan tanganmu.”
Doga melihat telapak tangannya sendiri.
Yang dia ingat adalah bagaimana ayahnya meninggal. Meski ayahnya berada di dekatnya, dia terbunuh oleh monster di luar pandangan Doga.
“La-lalu, apa yang harus kulakukan?”
“Lindungi aku.”
“Eh?”
“Aku bekerja untuk negara ini. Aku akan membuat negara ini menjadi lebih baik. Melindungiku berarti melindungi negara. Dan melindungi negara berarti melindungi mereka berdua.”
Doga tidak bisa memahaminya.
Dia sama sekali tidak mengerti bagaimana melindungi orang di hadapannya bisa berarti melindungi mereka berdua.
Namun, dia bisa memahami bahwa Ariel mengatakannya dengan sungguh-sungguh.
Bersamaan dengan itu, dia teringat ada seseorang yang pernah mengatakan hal serupa. Kesatria yang memberinya surat rekomendasi untuk bergabung dengan pasukan penjaga ibukota.
“Dengar, nak. Kami meninggalkan keluarga kami dan pergi ke berbagai tempat untuk melindungi desa-desa. Dengan kata lain, kami melindungi negara itu sendiri. Jika negara aman, keluarga kita bisa hidup dengan tenang. Artinya, melindungi negara berarti juga melindungi keluarga.”
Saat itu dia tidak bisa memahaminya. Karena tidak paham, dia bergerak karena uang.
Tapi sekarang, entah bagaimana dia bisa memahaminya. Karena meskipun Doga menjaga tempat yang sama sekali berbeda, adiknya dan Hans tampaknya hidup bahagia.
“Doga. Maukah kamu bersumpah setia kepadaku dan melindungiku, yang berarti melindungi negara ini?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Kalau begitu Doga, aku mengangkatmu menjadi kesatria.”
Pada hari itu, Doga menjadi salah satu dari Tujuh Kesatria Asura.
Sejak saat itu, Doga terus menjaga gerbang terakhir.
Gerbang terakhir, yaitu pintu Ruang Raja.
Terkadang dia pergi ke tempat lain atas perintah Ariel, dan beberapa jam sehari dia berlatih dengan Sándor di tempat yang sedikit jauh dari kamar pribadi Ariel.
Sebulan sekali dia mendapat libur dan pergi ke rumah adiknya dan Hans untuk makan bersama.
Ketika Doga tidak ada, ada orang lain yang menggantikannya menjaga Ruang Raja.
Biasanya itu adalah “Perisai Besar Raja” Isolte Cruel.
Namun, awalnya tidak seperti itu.
Setelah diangkat menjadi kesatria dan diberi baju zirah emas yang berkilauan, dia bersikeras tidak mau beranjak dari depan “gerbang terakhir”. Seolah-olah dia tidak bisa memercayakan tugas itu kepada orang yang tidak bersungguh-sungguh karena dia sudah memutuskan untuk menjaganya.
Selama sebulan pertama sejak dia mulai menjaga, dia tidak memercayakan tempat itu kepada siapa pun kecuali Sándor.
Jika Ariel tidak menyuruhnya beristirahat, dia akan berjaga tanpa makan, minum, atau tidur selama berhari-hari.
Dia memeriksa tubuh semua orang yang mendekati Ruang Raja.
Tak peduli pria atau wanita, bahkan garpu kecil pun dia sita.
Di tengah situasi seperti itu, seorang anggota baru bergabung dengan Tujuh Kesatria Asura.
“Perisai Besar Raja” Isolte Cruel.
Selain bertugas sebagai instruktur pedang, dia juga dianggap cocok sebagai pengawal pribadi putri raja karena saat itu, sebelum Ghislaine bergabung, dia adalah satu-satunya wanita di antara Tujuh Kesatria Asura.
Suatu hari.
Diputuskan bahwa Sándor akan berkeliling ke berbagai wilayah Kerajaan Asura untuk merekrut anggota Kesatria Emas.
Tanpa Sándor, Doga tidak bisa bergantian. Jika berdiri terus selama sebulan, Doga mungkin akan jatuh.
Karena itu, Sándor membuat Doga bertanding melawan Isolte.
Saat itu, gelar yang Sándor berikan kepada Doga adalah “Kaisar Utara”.
Meskipun baru mulai diajari, kemampuannya sudah cukup tinggi.
Namun, tidak perlu dikatakan lagi, Isolte menang telak. Dia menangkis kapak perang Doga seringan angin sepoi-sepoi, berkali-kali melancarkan serangan balik, dan menjatuhkan Doga.
Jika menggunakan pedang sungguhan dan bertarung dengan niat membunuh, mungkin Isolte bisa membunuh Doga dalam sekejap.
Doga menyerang Isolte dengan stamina tak terbatasnya, tapi tanpa bisa menyentuh satu jari pun, dia kalah.
Seorang wanita seramping bunga menangkis kapak yang lebih besar dari lebar tubuhnya sendiri, dan melancarkan serangan tajam bagai duri.
Doga menerima serangan itu berkali-kali dan mengakuinya. Dia mengakui bahwa Isolte adalah orang yang pantas menggantikannya menjaga gerbang ini.
Pada saat yang sama, dia menyadari.
Bahwa wanita ini adalah bunga yang anggun dan cantik.
Bahwa dia adalah sosok yang tidak boleh disentuh olehnya.
Dengan kata lain, Doga telah jatuh cinta pada Isolte.
★ ★ ★
“Akhir-akhir ini kau kelihatan tidak bersemangat...”
Doga mendengar kata-kata itu saat sedang makan bersama adik dan iparnya.
Di atas meja tersaji hidangan yang sederhana namun cukup banyak untuk mengenyangkan Doga yang bertubuh besar.
Di seberang meja ada wajah adiknya dan suaminya, Hans. Di samping Hans duduk putri mereka yang manis.
Doga memegang gelas besar berisi anggur sambil memandang Hans dengan wajah bingung.
“Apa kau sedang tidak enak badan?”
“...Ke-kenapa?”
Ketika Doga mencoba menyembunyikan kegelisahan hatinya, Hans menunjuk ke arah makanan.
“Kau hampir tidak makan sama sekali.”
Melihatnya, memang benar makanan di atas meja hampir tidak berkurang.
Padahal itu masakan adik kesayangannya.
Biasanya Doga akan makan dengan lahap tanpa berkata apa-apa, pipinya akan menggembung penuh makanan, dan dia akan menghabiskan semuanya dengan wajah bahagia.
Begitu juga dengan anggur kesukaannya.
Dia sangat menyukai anggur yang biasanya hanya diminum saat perayaan, dan di acara seperti ini dia biasanya minum banyak sekali.
Karena itu, di rumah Hans selalu tersedia anggur dalam tong.
Tapi entah kenapa, makanan hanya berkurang setengah, dan cara dia minum anggur pun hanya sedikit-sedikit.
Bagi orang yang mengenal Doga, ini adalah pemandangan yang tidak biasa.
“Kalau kau memang sedang tidak enak badan, sebaiknya kau periksa ke tabib istana, ya? Kau ‘kan sudah jadi kesatria sekarang, kalau kau minta pasti mereka akan memeriksamu. Yah, walaupun wajahmu tidak terlihat pucat, sih.”
“...?”
Doga memiringkan kepalanya dengan bingung.
Dia sendiri tidak menyadari ada yang aneh dengan dirinya.
“Kalau kau lelah, bagaimana kalau kau minta lebih banyak waktu istirahat? Aku tahu kau pekerja keras, dan menjadi pengawal Yang Mulia adalah pekerjaan yang terhormat. Tapi jangan sampai kau terlalu memaksakan diri dan jatuh sakit... Yah, walau aku tidak bisa membayangkan kau jatuh sakit, sih.”
“Ya.”
Doga mengangguk dan mulai makan.
Memang ada yang aneh.
Rasanya sama seperti biasanya. Enak. Tapi saat makanan melewati tenggorokannya, ada sesuatu yang terasa tidak nyaman.
Biasanya, dia akan mengunyah dengan lahap dan menelan, lalu merasa “Ayo, yang berikutnya!”
Tapi hari ini berbeda. Setiap kali makanan melewati tenggorokannya, ada sensasi penolakan yang muncul dari dalam perutnya.
Rasanya seperti kenyang, tapi lebih tidak nyaman.
Anggur juga terasa aneh. Entah kenapa tidak terlalu enak. Biasanya saat minum anggur dia akan merasa “Ahh!”, tapi hari ini rasanya seperti “Hah...”.
Ini adalah pertama kalinya dia mengalami hal seperti ini. Mungkinkah dia benar-benar sakit? Atau seperti yang Hans katakan, dia kelelahan?
“Hei, sebenarnya apa yang terjadi? Ceritakanlah.”
“...”
Melihat Doga yang tetap diam, Hans melanjutkan.
“Kakak ipar, ah tidak, Doga. Aku sudah berhutang budi padamu sejak kau menjadi penjaga di kota bawah. Kalau aku tidak bisa mendengarkan masalahmu... bagaimana aku bisa hidup dengan tenang? Aku bahkan tidak akan bisa menghadap Dewi Milis.”
“Ya... tapi aku sendiri tidak terlalu mengerti.”
“Ceritakan saja apa yang terjadi di istana akhir-akhir ini, apa saja.”
Ketika Hans berbicara dengan wajah serius, Doga mengangkat kepalanya.
Doga mulai berbicara perlahan-lahan, mengikuti instruksi Hans dan menelusuri ingatannya.
Saat dia menjaga gerbang terakhir, seekor kucing tersesat masuk. Dia memberinya sedikit bekal makan siangnya, dan kucing itu mulai sering datang, membuatnya senang.
Saat berjalan di kota dengan baju zirah, seorang prajurit muda menghentikannya dan berkata “Saya mengagumi Anda”, membuatnya senang.
Saat menjaga gerbang terakhir, Isolte datang dan dia membantunya mengambil kelopak bunga yang menempel di rambutnya. Isolte berterima kasih, membuatnya senang.
Saat Sándor mengajarinya teknik baru dan memujinya “Memang kau berbakat”, dia merasa senang.
Dalam perjalanan pulang dari istana ke asrama, dia hampir tertabrak kereta kuda. Kusirnya memaki “Minggir, bodoh!”, tapi Luke segera turun dari kereta dan meminta maaf, bahkan mengantarnya sampai ke asrama, membuatnya senang.
Sándor menyuruhnya pergi ke lapangan latihan untuk melatih pasukan kesatria, dan ternyata Ghislaine dan Isolte juga ada di sana, membuatnya senang.
Saat berjalan di istana, seorang penjaga memberi tahu rumor bahwa “Isolte mungkin akan menikah”, membuatnya tidak terlalu senang.
Saat menjaga pesta, Isolte muncul mengenakan gaun, terlihat sangat cantik, membuatnya senang.
Melihat Isolte berdansa dengan pria yang tidak dia kenal, membuatnya tidak terlalu senang.
Mendengar anak-anak bangsawan menyebarkan gosip buruk yang tidak beralasan tentang Isolte, membuatnya tidak senang.
Melihat Isolte berjalan bersama pria yang tampan, membuatnya sedih.
Isolte...
“Cukup, aku mengerti. Aku sangat mengerti.”
Hans memotong cerita Doga.
Dari cerita barusan, dia sudah bisa menebak.
“Intinya, kau jatuh cinta pada Isolte, ‘kan?”
“...”
Pipi Doga memerah.
Dia tidak mengerti kenapa Hans bisa menebaknya dari cerita barusan, tapi memang benar.
“Lalu, kau mendengar bahwa Isolte akan menikah, dan melihat pemandangan yang seperti membuktikan itu, makanya kau syok.”
“...Ya.”
Doga terlihat jelas murung.
Sepertinya ini juga benar.
“Aku mengerti.”
Melihat reaksi Doga, Hans paham.
Bahwa kakak iparnya yang terlihat jauh dari urusan cinta ini, ternyata telah jatuh cinta.
Bersamaan dengan itu, ingatan tentang cinta pertama Hans muncul di benaknya.
Anak perempuan satu-satunya dari penjual sayur yang tinggal di sebelah rumah keluarga Hans. Meski berbeda lima tahun, mereka tetap teman masa kecil, dan Hans selalu dibantu olehnya sejak kecil.
Kakak perempuan yang cantik, baik hati, dan bisa diandalkan. Kakak yang dia sukai sejak berusia sekitar lima tahun.
Impian masa depannya adalah menikah dengan kakak itu.
Sebenarnya, dia berencana untuk mendaftar menjadi prajurit setelah dewasa, dan melamarnya setelah gajinya stabil.
Namun, di musim panas saat Hans berusia dua belas tahun, gadis itu menikah dengan anak tunggal tukang daging dan meneruskan bisnis keluarga suaminya.
Hans mengenal pria itu, dan sejak Hans mulai bisa mengingat, pria itu sudah terlihat seperti paman-paman.
Usia pria itu mungkin berbeda lima tahun dengan gadis itu. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya tidak terlalu tua...
Awalnya Hans tidak percaya.
Meski tubuhnya bagus, pria itu tidak bisa dibilang tampan.
Hans berpikir bahwa gadis itu pasti terpaksa menikah, dan suatu saat nanti dia akan merebutnya kembali.
Namun, setahun kemudian, ketika melihat gadis itu bersandar pada pria itu dengan wajah bahagia, dengan perut yang sudah membesar, akhirnya Hans mengerti dan membasahi bantalnya dengan air mata.
Mungkin jika dia menyatakan perasaannya lebih awal, dia tidak akan mengalami kesedihan seperti itu.
Tentu saja, bukan berarti dia tidak menyukai kehidupannya sekarang.
Jika dia menikah dengan gadis itu, dia tidak akan bisa menikah dengan adik Doga.
Adik Doga sangat berbeda dengan Doga, bertubuh mungil, manis, dan bisa diandalkan.
Buah cinta mereka sekarang sedang makan dengan lahap menggantikan Doga. Anaknya sehat, tidak seperti Hans dia pintar, dan yang terpenting, sangat menggemaskan.
Hans yakin dia adalah orang yang paling bahagia saat ini.
Namun, kebahagiaan ini ada berkat pengalaman patah hati yang menyakitkan itu.
Berkat pengalaman itu, dia bisa segera bertindak begitu menyadari bahwa dia jatuh cinta pada adik Doga.
Mungkin awalnya dia dianggap terburu-buru, tapi dari awal sampai akhir, Hans terus bersikap tulus terhadap adik Doga.
Dia melakukan pekerjaan penjaga gerbang dengan lebih baik dari sebelumnya.
Sejak menyatakan perasaannya, dia tidak pernah lagi tidur dengan pelacur.
Hasilnya, dia berhasil mengalahkan banyak saingan dan mendapatkan kebahagiaan yang dia miliki sekarang.
Karena itulah, Hans berkata:
“Lamar dia sekarang juga. Isolte itu.”
Mendengar kata-kata itu, Doga mengangkat wajahnya dan menatap dengan bingung.
“Tidak, tidak harus menikah. Pacaran juga tidak apa-apa. Kalau perlu, cukup sampaikan perasaanmu saja.”
“...”
“Kalau kau hanya diam dan melihat, kau pasti akan menyesal.”
“...Tapi.”
“Jangan berpikir kalian tidak cocok. Kau adalah salah satu Kesatria Emas yang mewakili Kerajaan Asura. Kau adalah kebanggaan dan idola kami para penjaga. Tegakkan dadamu dan pergilah.”
Doga berpikir sejenak.
Mengenai kecocokan status sosial, Doga tidak terlalu mengerti. Tapi soal penampilan, dia sedikit paham.
Dia merasa tidak cocok dengan Isolte yang terlalu cantik.
Dia memikirkan hal itu sejenak.
“Tidak apa-apa meski hasilnya buruk, sampaikan perasaanmu dan hadapi kegagalan dengan jantan. Kalau terus begini, kau bahkan tidak akan bisa memberi selamat atas pernikahannya.”
Namun, dengan kata-kata Hans, dia segera mengambil keputusan.
“Ya!”
Dia akan mencoba menyatakan perasaannya pada Isolte.
Post a Comment