NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V9 Prolog

 


Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina 


Prolog: Penyesalan Setiap Orang


Aku percaya bahwa semua orang pernah mendengar pepatah “Penyesalan selalu datang terlambat”. Tapi, aku bertanya-tanya, berapa banyak orang yang tahu asal usul pepatah itu? 

Aku sendiri telah menggunakan pepatah itu entah berapa kali... tapi sejujurnya, aku benar-benar tidak tahu asal usul pepatah itu. Hal seperti ini cukup sering terjadi.

Namun, sepertinya aku telah salah memahami arti dari pepatah itu.

Aku mengira pepatah itu digunakan setelah melakukan sesuatu yang kita sesali namun tidak bisa diubah lagi. 

Pada kenyataannya, itu adalah pelajaran yang mengajarkan kita betapa pentingnya "pikirlah dengan matang sebelumnya untuk menghindari situasi tersebut." Rasanya sangat berkebalikan dengan bagaimana kita biasanya gunakan.  

Aku selalu mengira itu adalah frasa yang dimaksudkan untuk meratapi masa lalu, tetapi setelah tahu bahwa itu sebenarnya adalah untuk melihat ke masa depan... Aku berharap aku mengetahuinya lebih awal.

(Tln: Frasa itu penggabungan kata-kata yang membentuk 1 makna yang lebih spesifik)

Karena...  

"Oh, itu Misumai-senpai, yang berciuman di atas panggung!"  

"Apaan itu?"  

"Aku dengar dia memenangkan kontes pasangan dengan mencium pacarnya di atas panggung."  

"Serius? Dia terlihat sangat tenang, tetapi dia sangat berani..."  

Itu tidak benar. Yah, itu tidak salah juga, tapi... mengapa aku merasa ingin membantahnya?  

Setelah melihat momen itu, para gadis mulai mendekatiku, dan aku mulai mendengar mereka membicarakanku dari jauh.  

Oh... Aku mendengarnya lagi, tentang kontes pasangan itu.  

Nanami dan aku terbawa suasana sehingga kami berciuman di atas panggung itu.  

Aku tidak akan bilang kalau itu salah Nanami atau sesuatu seperti itu. Karena, sebelum kami berciuman... Aku bisa menghentikannya jika aku benar-benar menginginkannya.  

Sekarang setelah kupikir, ada saat-saat ketika aku masih bisa melihat gerakan Nanami dengan jelas. Jadi, aku tahu aku bisa menghentikannya tepat sebelum itu terjadi.

(Tln: Maksudnya masih bisa fokus dan belum terbawa suasana)

Aku bisa menggunakan kedua tanganku untuk menghentikannya, menghindarinya sedikit, atau berpura-pura menciumnya... Ada banyak cara untuk menghentikannya. Hanya saja aku tidak melakukannya. Tidak mungkin aku akan menghindari ciuman dari Nanami.  

Aku menerimanya.  

Jadi, insiden itu menjadi tanggung jawab kami berdua.  

Meskipun begitu, ketika sebuah rumor mereda, rumor baru akan muncul... Yah, dalam hal ini, itu bukan rumor lagi melainkan kebenaran.

Mau bagaimana lagi, aku terbawa suasana.  

Aku pikir semua festival sekolah begitu... Tapi guru wali kelasku menegurku dengan ringan. Bukankah kejadian-kejadian di festival sekolah seharusnya diabaikan? Sialan. Apakah itu nasihat? Ataukah teguran? Aku penasaran mana yang lebih cocok. Aku hanya dipanggil lalu mereka berkata "Tetap jaga batasan, oke?" Lalu mereka menambahkan, "Kalian berdua mungkin adalah yang pertama kali berciuman di kontes itu." Aku diberitahu seperti itu.

Serius? Aku pikir semuanya juga melakukannya... Oke, mungkin tidak semua orang, tetapi aku pikir setiap beberapa tahun, akan ada yang melakukannya. Mereka bahkan tidak mengatakan ada batasnya.

Secara tidak terduga, kami mendapat kehormatan untuk menjadi yang pertama.  

Selagi memikirkan ini, aku berjalan menuju kelas. Di dalam... ya, Nanami tidak ada di sini. Sepertinya dia belum kembali.  

Nanami juga dipanggil oleh guru yang berbeda denganku, dan tidak bersama dengan Otofuke-san. Guru yang memanggilnya... tidak lain adalah guru UKS.

Mungkin akan lebih jelas jika aku bilang bahwa dia adalah guru yang memberiku... yah, barang “itu”.

(Tln: Itu apa hayo. Pengaman)

Aku cukup terkejut dengan panggilan mendadak ini, tapi Nanami mungkin lebih terkejut daripada aku.  

Seperti yang diharapkan, bahkan seseorang yang sangat cerdas seperti Nanami tidak bisa sepenuhnya menghindar dari hukuman kali ini.  

Karena dia belum kembali, dia mungkin masih berbicara. Rasanya sedikit menyegarkan ketika aku yang menunggu Nanami di kelas kali ini.  

Aku duduk di mejaku dan bermain-main dengan smartphoneku. Adapun Baron-san dan yang lainnya... Ah, mereka sedang chat. Haruskah aku memberi tahu mereka tentang ciuman di atas panggung? ...Tidak, mungkin tidak dulu.

Sudah lama sejak terakhir kali aku bermain game sendirian di kelas seperti ini.

Dulu, beginilah caraku menghabiskan waktu, tetapi sekarang rasanya agak kurang ketika aku melakukan hal yang sama.  

Mungkin karena Nanami biasanya mengintip dari belakangku setiap kali aku bermain game, dan kami menjadi bersemangat bersama. 

Aku penasaran berapa lama lagi Nanami akan kembali.  

"Apakah kamu... menyesal untuk menciumku?"  

Tiba-tiba, siluet Nanami dalam pikiranku berbisik dengan kata-kata itu seolah cemas. Tidak, bukankah terlalu bahaya untuk menganggapnya seperti itu?. Ini sesuatu yang dibilang Nanami sebelumya ketika aku dipanggil.

Tidak mungkin aku menyesalinya.  

Aku tidak menyesali ciuman itu sendiri. Jika ada yang kusesali, maka aku seharusnya lebih memperhatikan tempatnya.  

Untuk menghilangkan rumor yang ada, langkah itu lebih baik.  

"Ah... sialan, aku benar-benar membuat kesalahan..."  

Tiba-tiba, aku mendengar suara dan melihat di depanku ada Kenbuchi-Kun... atau lebih tepatnya, Hitoshi, yang sedang duduk di depanku. Meskipun dia sedang menghadap padaku, tapi dia kepalanya terkulai ke bawah.  

Tanpa melihat ke arahku, dia terus-menerus menggumamkan sesuatu.  

"Ah... aku sangat frustrasi... Seharusnya aku melakukannya..."  

Apakah dia mencoba membuatku memperhatikannya? ...Haruskah aku mengatakan sesuatu? Tapi entah kenapa, aku merasa berbicara dengannya akan merepotkan...

Sementara aku masih ragu, Hitoshi terus bergumam pada dirinya sendiri. Karena dia tidak melirik ke arahku, sulit untuk tahu apakah dia sengaja atau tidak.  

Dia adalah teman pertama yang aku buat setelah masuk SMA... Tidak sopan untuk mengabaikannya.  

Mungkin terdengar sedikit kasar, tetapi mungkin aku harus menganggap ini sebagai "rehabilitasi" untuk meningkatkan keterampilan sosialku dan mencoba berbicara dengannya. Meskipun aku takut dengan apa yang mungkin terjadi jika dia tidak meresponku. Aku mungkin akan menangis jika itu terjadi.  

"...Jadi, apa—"  

"Apakah kamu mau mendengarkanku?!"  

Dia langsung menjawabku dengan sangat kuat.

Aku sedikit bingung harus bagaimana jika tidak direspon, jadi aku dengan hati-hati memanggilnya, tapi sepertinya dia memang hanya ingin seseorang untuk berbicara dengannya. Yap, itu mengejutkanku.  

Selagi aku terkejut melihatnya, dia melihatku dengan penuh harapan, seolah mengharapkan sesuatu.  

Kalau begini... Aku jadi tidak bisa menolaknya sekarang. Sejak awal, aku bukan orang yang pandai menolak sesuatu.  

"...Setidaknya aku akan mendengarkannya."  

"Terima kasih. Nah, kamu tahu... Rasanya aku membuat sebuah kesalahan di festival sekolah."  

"Di festival sekolah?"

Kesalahan... Aku tidak terlalu tahu akan hal ini, tapi jika disuruh memilih apakah itu gagal atau sukses, bukankah itu malah lebih ke arah sukses besar? Ada banyak pelanggan yang datang, dan itu menyenangkan juga.

Jika maksudnya kesalahan itu pria yang cross-dressing... maka mungkin bisa dibilang sedikit gagal. Namun, aku rasa itu adalah festival sekolah yang cukup menyenangkan.

"Bukannya tidak ada yang gagal?"  

"Tidak, tidak, ini bukan tentang festival itu sendiri... Hanya saja... Seharusnya kita membuat baju kelas selama persiapan festival."

"Baju kelas... Apa itu...?"  

Ketika aku memiringkan kepalaku saat mendengar istilah yang tidak kukenal, Hitoshi melihatku dengan terkejut. Melihat betapa terkejutnya dia, aku mulai bertanya-tanya apakah itu sesuatu yang benar-benar penting.

"Kamu tahu, kaos seragam yang dipakai semua orang untuk menunjukkan persatuan kelas. Apa kamu belum pernah mendengarnya? Aku sangat ingin melakukannya, tetapi aku benar-benar melupakannya..."  

Oh, jadi ada sesuatu seperti itu? Aku tidak pernah menemukan istilah seperti itu di manga yang kubaca, jadi aku tidak tahu.  

Hitoshi, yang tampaknya mengekspresikan kesedihannya dengan seluruh tubuhnya, terjatuh di atas meja, dan mengeluh.  

Dalam situasi seperti ini, apa yang seharusnya dikatakan oleh seorang teman...? Apa sebaiknya kubiarkan saja dia sendiri?  

Menurutku, festival sekolah sukses besar. Tetapi... bagi mereka yang memiliki hal-hal yang benar-benar ingin dilakukan, mungkin ada penyesalan yang tersisa.  

Aku rasa itu adalah penyesalannya. Itu bukan cara berpikir yang pernah kumiliki. Aku jadi bertanya-tanya apakah ada orang lain yang merasa masih memiliki penyesalan yang tersisa dari festival itu?  

Apakah Nanami salah satunya...? Saat aku merenungkan ini, orang lain muncul. Mengira itu mungkin Nanami, aku berbalik untuk melihat... tetapi itu bukan dia.  

"Shizuka-san?"  

"Oh, Misumai-kun... Kenbuchi-kun juga... Jarang melihat kalian berdua bersama..."  

Aku ingin mengatakan "Itu kalimatku" karena Shizuka-san terlihat sangat kelelahan.  

Terlihat lelah, dia pun duduk di kursi dekat kami dan terkulai di atas meja. Anehnya, posturnya yang terkulai di atas meja sama dengan Hitoshi.  

Dua orang tepat di depanku dengan postur yang sama… Haruskah aku mengatakan sesuatu kepada Shizuka-san juga? Atau sebaiknya aku biarkan dia sendiri saja?  

Saat aku berpikir sejenak apa yang harus kulakukan...  

"Apakah ada sesuatu yang terjadi?"  

Akhirnya, aku memilih untuk berbicara.  

Rasanya aneh tidak mengatakan apa-apa kepada Shizuka-san setelah berbicara dengan Hitoshi. Yah, setidaknya itulah yang kurasakan.  

Berbeda dengan Hitoshi, dia tidak langsung meresponku. Bergoyang seperti ulat, Shizuka-san akhirnya hanya mengarahkan wajahnya kepada kami dan membuka mulutnya.  

"Aku dimarahi oleh guru."  

"...Ah, begitu."  

Dengan beberapa kata itu saja, aku bisa memahami semuanya. Seperti bagaimana Nanami dan aku berciuman di atas panggung, Shizuka-san juga memiliki sebuah momen.  

Dia menampar sahabat masa kecilnya.  

Itu luar biasa. Tapi ya, jika kamu melakukan sesuatu seperti itu di depan banyak orang, tentu saja kamu akan dimarahi. Malahan, itu melegakan bahwa dia hanya berakhir ditegur saja.

Sepertinya yang diduga, Shizuka-san merasa cukup terpuruk...  

"Dan juga..."  

Hah? Ada sesuatu lagi? Selain tamparan...? Aku tidak bisa memikirkan apa-apa.

Tanpa sadar, baik Hitoshi maupun aku menatap Shizuka-san, menunggu dia mengucapkan kata-kata berikutnya. Dia sedikit memerah dan mengalihkan tatapannya.

"...Para adik kelas dan berandalan mulai memanggilku ‘ane-go’"

(Tln: Ane-go kalau ada yang ga tahu, panggilan buat kakak cewek yang dihormati, biasanya buat boss yakuza / berandalan yang cewek)  

Untuk sesaat, aku tidak bisa berkata-kata.  

Tentu, Shizuka-san biasanya mengenakan seragam dengan gaya galnya, tetapi saat itu, dia berpakaian seperti seorang berandalan... Jadi jika dia menampar teman masa kecilnya, yang adalah seorang berandalan juga, tentu saja dia akan dipanggil seperti itu.  

Aku sedikit, hanya sedikit, memahaminya. Bukan berarti aku akan mengatakannya dengan keras.  

"...Aneg—"  

"Hentikan."  

Masih terkulai, Shizuka-san mengarahkan wajahnya ke Hitoshi, menatapnya dengan mata setengah terpejam dan menggeram. Keduanya tampaknya tidak berniat untuk bergerak dari posisi mereka.

Masih dalam posisi terkulai, Shizuka-san bergumam pada dirinya sendiri "Mengapa aku menamparnya waktu itu...?" Jadi, inilah yang dia sesali...  

"Yah, itu tidak bisa dihindari. Penyesalan adalah sesuatu yang pasti akan kita rasakan."

"Apa maksudnya itu? Tidak memiliki penyesalan jelas lebih baik."  

"Itu mungkin idealnya, tetapi realitanya tidak ada yang namanya hidup tanpa penyesalan."  

Aku mungkin hanya hidup selama sekitar satu dekade dan beberapa tahun sebagai siswa SMA, tetapi tampaknya penyesalan adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam hidup.  

Kita sering melihat kalimat seperti "buatlah pilihan yang tidak akan kamu sesali" di manga, tetapi pilihan sangatlah rentan terhadap penyesalan di kemudian hari. Kita berakhir memikirkan apa yang mungkin saja terjadi jika kita memilih jalan yang berbeda.  

Jadi, memiliki penyesalan tidaklah selalu merupakan hal yang buruk.  

Aku membicarakan ini dengan ayahku beberapa waktu lalu. Itu tepat setelah permainan hukumannya berakhir, dan aku bertanya-tanya apakah ini benar-benar hal yang tepat.  

"Kamu diperbolehkan untuk memiliki penyesalan. Penyesalan adalah bagian penting dari pengalaman emosional kita, jadi aku tidak akan mengatakan itu adalah hal yang sia-sia. Yang penting adalah jangan terlalu menyesalinya dan fokus memberikan yang terbaik untuk pilihan yang telah kamu buat."  

Itu adalah pertama kalinya aku memiliki percakapan seperti itu dengan ayahku, jadi aku mengingatnya dengan baik... dan aku ingat aku merasa sedikit lebih ringan setelahnya.  

Sekarang setelah aku pikir-pikir, aku penasaran apakah ayahku memiliki pengalaman yang membawanya pada cara berpikir itu. Aku tidak bertanya tentang detailnya, jadi mungkin aku harus bertanya padanya lain kali.

"Begitu. Itu cara berpikir yang menarik."  

"Itu hanya sesuatu yang kudapatkan dari ayahku."  

"Aku belum pernah memiliki percakapan seperti itu dengan ayahku... Kapan terakhir kali kami mengobrol?"  

Aku harap apa yang kukatakan bisa membuat mereka merasa sedikit lebih ringan, dan sepertinya itu sedikit berhasil.

Aku tidak pernah membayangkan aku bisa berbicara dengan seseorang seperti ini... dengan teman-temanku di kelas. Aku tidak pernah membayangkannya, tapi ini tidak buruk... atau sebenarnya, ini mungkin cukup menyenangkan.  

Saat itu, aku mendengar suara pintu kelas dibuka, jadi aku melihat ke arah pintu dan melihat Nanami masuk, alisnya sedikit berkerut... hanya sedikit.  

Aku bertanya-tanya apakah Nanami juga ditegur?

(Tln: Pake nanya)

"Selamat datang kembali, Nanami."  

"Aku kembali, Youshin... aaa..."  

Nanami berjalan dengan lemah dan terhuyung-huyung. Lalu entah kenapa, dia tidak duduk dan malah bersandar padaku dari depan.  

Rasanya seperti kami dalam posisi untuk berpelukan.  

Aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti ini di dalam kelas, jadi aku menyiapkan diriku dan menangkapnya. Tubuhku sedikit bergetar.

(Tln: Maksudnya dia kurang kuat jadi kayak bergetar berusaha nahan)  

"...Mengapa kamu tidak duduk?"  

"Karena mereka berdua berada dalam postur yang sama, jadi aku hanya ingin menambahkan sedikit variasi~~..."  

Sepertinya dia mencoba bersaing dengan Hitoshi dan Shizuka-san. Tidak perlu bersaing dengan hal itu... atau begitulah yang kupikirkan, tetapi kemudian Nanami dengan terampil berbalik dan memelukku dari belakang.  

Sekarang dengan pelukan dari belakang, dia bersandar padaku.

"Apakah kamu dimarahi seburuk itu?"  

"Hmm... tidak, aku tidak terlalu dimarahi nyaa~..."  

Karena dia terlihat cukup lelah, aku pikir dia benar-benar dimarahi, tetapi sepertinya tidak begitu. Nanami memelukku dengan erat dan bergoyang ke kiri kanan dengan pelan.  

Aku secara natural mengikuti gerakannya.  

"Kalian berdua terlihat sangat dekat... Aku cemburu..."  

"Mereka menjadi lebih berani sejak festival sekolah kan?"  

Itu diucapkan dengan sedikit putus asa, tetapi tidak mungkin kami akan melakukan ini ketika semua orang ada di kelas. Karena sekarang sudah jam pulang makanya kami bisa melakukannya. Makanya kami bisa melakukannya... kan?

Nanami mengeluarkan hembusan napas yang sedikit bangga melalui hidungnya. Aku tidak bisa melihat wajahnya, tetapi ekspresinya mungkin terlihat sombong kepada mereka.  

"Jadi, Nanami, mengapa kamu memiliki ekspresi seperti itu sebelumya?"

"Hmm... Kamu tahu..."  

Nanami ragu sejenak, dan mempererat pelukannya padaku. Kemudian, seolah memilih kata-katanya dengan hati-hati, dia mulai berbicara, kata demi kata.  

"Setelah mendapat sedikit peringatan tentang ciuman..."  

"Un."  

"Yah... um..."  

"Un."  

"Aku ditanya mengapa... aku tidak menggunakan lidah."  

"Un?"  

Rasanya seperti waktu telah berhenti di dalam kelas. Tunggu, bukankah guru UKS yang memanggilnya? Bagaimana itu bisa berubah menjadi percakapan seperti itu? Apa yang sebenarnya orang itu tanyakan?  

Ah—lihat... keduanya membeku. Shizuka-san sepenuhnya memerah, dan mata Hitoshi berubah menjadi titik, dan bergumam "lidah... lidah?" seolah otaknya mengalami korslet.

(Tln: Korslet itu kalau listrik terlalu besar mengalir bakal meledak dan tidak mengalir lagi. Disini maksudnya karena terlalu kaget jadi dia ga bisa mikir)  

"Na......Nanami-chan... siapa yang menanyakan itu padamu?"  

"Guru UKS."  

Setelah mendengar itu, keduanya bergumam "Ah..." seolah mereka telah mengerti semuanya. Ekspresi mereka tegang, tetapi mereka terlihat seolah berkata "Ya, orang itu mungkin benar-benar akan menanyakan hal seperti itu."  

Jadi, semua orang memang memiliki persepsi seperti itu pada guru UKS.  

"Ketika dia bertanya padaku, aku mulai berpikir mengapa aku tidak melakukannya... dan aku mungkin sedikit menyesalinya."

(Tln: WTF)  

"Tunggu, tenanglah."  

Mereka bilang bahwa penyesalan datang dalam berbagai bentuk, tetapi ini adalah bentuk yang tidak terduga.  

Aku tidak pernah berpikir ada sesuatu yang lebih jauh dari ciuman, dan aku bertanya-tanya dengan cemas kalau Nanami, yang sedang memelukku, mungkin saja akan melakukannya di sini.

(Tln: Di sini maksudnya dia ga tahu ada ciuman yang lain yang lebih intens lagi ya bukan ke arah sana)


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment



close