NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Daikirai na Joshi to Kekkon Suru Koto ni Natta V3 Prolog

 


Penerjemah: Yanz

Proffreader: Yanz


Prolog 


“Apakah cincin itu tidak mengganggu?”


Akane yang masih berusia enam tahun bertanya kepada ibunya, yang sedang sibuk memasak. Di jari manis tangan kirinya, berkilauan cincin kawin perak. Baik saat mengerjakan pekerjaan rumah, mandi, bahkan saat bermain dengan Akane, dia tidak pernah melepaskan cincin itu.


“Mengapa kamu berpikir kalau itu mengganggu?” tanya ibunya sambil menyipitkan mata dengan lembut.

“Aku merasa itu akan sakit jika terus-menerus bergesekan dengan kulit, dan pasti susah untuk memakai sarung tangan.”

“Itu tidak sakit sama sekali, tahu? Pada awalnya memang perlu penyesuaian, tapi sekarang sudah menjadi bagian dari diriku.”

“Tapi, Bu, saat aku melilitkan karet di jariku, Ibu marah, kan? Ibu bilang itu bisa menyebabkan ‘sirkulasi darah terhambat’, dan jari ku bisa busuk. Aku tidak mau jari Ibu busuk seperti itu.” Akane berargumen dengan penuh semangat, dan ibunya tertawa kecil.


“Mereka menyesuaikan ukuran cincin agar kamu tidak mengalami sirkulasi darah terhambat.”

“Tapi, tapi…” Akane cemberut karena ibunya menertawakannya meski dia khawatir dengan tulus.

Sebagai tanggapan, ibunya dengan lembut mengusap kepalanya.


“Terima kasih, kamu benar-benar baik, Akane.”

“Aku tidak baik sama sekali.”

“Kamu baik. Kamu menjaga adikmu dengan baik, jadi aku yakin kamu akan menjadi istri yang hebat di masa depan.”

“Tidak mau. Aku akan selalu di sini.”


Akane sangat menyayangi ibunya. Melihat semua makanan lezat terlahir hanya dari tangan ibunya, dia bisa terus menonton ibunya memasak selamanya. Tentu saja, dia juga menyayangi ayahnya yang selalu peduli dengan keluarganya, dan adik perempuannya yang berusia tiga tahun yang imut. Meninggalkan tempat dan keluarga yang bahagia ini, dia bahkan tidak ingin memikirkannya. Ibunya berhenti memasak sejenak, duduk di kursi, dan menempatkan Akane di pangkuannya.


“Cincin ini melambangkan perasaan orang yang aku cintai.”

“Perasaan…?”

“Benar. Ini menunjukkan bahwa ayahmu sangat mencintaiku, dan bahwa dia memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya bersamaku. Itu adalah bukti dari tekad dan keputusan kami untuk selalu bersama, apapun yang terjadi.”

“Di mana perasaan itu berada di dalamnya?” Akane mengambil tangan ibunya, dan memeriksa cincin itu dari berbagai sudut.


Melihat benda ini dari luar, sepertinya tidak terlihat seperti mengandung sesuatu yang begitu penting.


“Kamu tidak secara fisik memasukkan perasaan ke dalam situ, kamu merasakannya.”

“Bagaimana?”

“Ketika kamu memikirkan orang yang kamu sayangi, dadamu menjadi hangat dan lembut.”

“Jadi ketika aku memikirkan Ibu dan yang lainnya?”

“Aku yakin kamu menyayangi kami juga, tapi orang ini lebih istimewa. Bukan berarti kamu ingin segera bersamanya, tetapi kamu merasa tidak ingin pernah meninggalkan sisinya lagi.”

“Aku hanya ingin bersama Ibu dan yang lainnya.” Akane cemberut, dan memeluk ibunya.


Dia menerima putrinya, dan tersenyum lembut.


“Mungkin itu yang kamu rasakan sekarang. Namun, aku tahu betapa penyayangnya dirimu, jadi aku yakin orang istimewa itu suatu hari akan muncul di depanmu.”


“………?”


Akane pada saat itu tidak mengerti apa yang dibicarakan ibunya. Namun, cincin di jari ibunya bersinar dengan cahaya yang begitu terang dan hangat, sehingga dia tidak bisa melepaskan pandangannya darinya.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close