NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Zense Fujimi no Maou Nitotte Death Game ha Nurusugiru V1 Epilog

Penerjemah: Flykitty 

Proffreader: Flykitty 


Epilog


Di ruangan tempat mereka pertama kali dikumpulkan, para peserta Death Game, termasuk Aoma, Nanaka, Yuri, dan Yua, berkumpul.


Di tengah ruangan, terdapat tumpukan uang tunai.


"Ini akan dibagikan secara merata kepada semua peserta. Silahkan ambil dan bawa pulang," kata Aoma.


Peserta yang menerima uang itu langsung menghilang setelah diserap oleh lingkaran sihir. Aoma menggunakan Transfer untuk mengirim mereka keluar.


"Death Game sudah berakhir... sekarang yang tersisa hanya berusaha melunasi utang. Ayo kita semangat!"


Namun, Aoma menggelengkan kepala.


"Tentang itu... seharusnya utang kalian sudah tidak perlu dibayar lagi."


"Hah?"


"Yuri."


"Baik. Silahkan lihat ini."


Yuri menjentikkan jari, dan sebuah tablet muncul di udara.


Di layar, terlihat sebuah video. Rekaman itu menampilkan sekelompok polisi yang menyerbu sebuah ruangan di dalam gedung apartemen kumuh, menangkap para pria yang ada di dalamnya satu per satu.


"Organisasi yang meminjamkan uang kepada orang tua Nanaka ternyata dimiliki oleh Shiroshita-sensei. Setelah dia dikalahkan, mempertahankan bisnis itu menjadi mustahil. Sebelumnya, mereka bisa lolos dari tangkapan polisi dengan menggunakan Brainwash, tapi setelah sihir itu hilang, inilah hasilnya. Mereka langsung ditangkap."


"Jadi..."


"Ya. Kai tidak perlu membayar utang lagi."


Wajah Nanaka dipenuhi rasa lega.


"Aoma... benar-benar, terima kasih banyak!"


"Gent, ngapain kamu di sini?"


"Hm?"


Setelah kembali ke rumah, Aoma berdiri di atap apartemennya, termenung.


Yua tiba-tiba muncul dan bertanya.


"Cuma lagi mikir."


"Di tempat begini?"


"Karena aku bodoh, aku suka tempat tinggi. Lagipula, anginnya sejuk."


"Sampai-sampai pakai sihir untuk menyembunyikan diri agar tidak terlihat orang yang lewat. Menghamburkan energi sihir itu nggak baik buat tubuh, tahu?"


"Tak masalah. Aku hanya ingin sedikit meningkatkan kendali atas sihirku."


"...Apa kamu kepikiran soal pertarungan tadi? Karena butuh waktu lebih lama buat mengalahkan Shiroshita?"


"Kamu jeli juga ya."


"Menurutmu berapa lama aku sudah bertarung bersamamu? Jangan meremehkanku."


Yua berkata dengan bangga.


Bagi Aoma, yang seorang iblis, waktu tiga tahun bertarung bersama Yua mungkin terasa singkat. Tapi bagi seorang manusia seperti Yua, terutama ketika dia masih muda, tiga tahun adalah waktu yang sangat lama.


Terlepas dari itu, dia adalah satu-satunya manusia yang benar-benar memahami Aoma.


"...Aku tidak hanya butuh waktu untuk mengalahkan Shiroshita. Bahkan untuk melepaskan cuci otakmu... seharusnya aku bisa melakukannya tanpa menyentuhmu."


Jika kekuatannya 100%, semua itu seharusnya tidak menjadi masalah.


Namun karena dia kesulitan, Yua dan orang-orang yang penting baginya akhirnya terjebak dalam bahaya.


"Kali ini tidak ada yang mati, jadi masih baik. Tapi, lain kali mungkin tidak akan seberuntung ini."


Aoma sudah mengalami berbagai situasi berbahaya dan tahu betapa tipisnya batas antara hidup dan mati.


"Sikap disiplinmu itu... jujur, aku kagum. Padahal kamu sudah cukup kuat, tapi tetap ingin menjadi lebih kuat lagi."


"Jarang-jarang kamu memujiku. Bukankah kita musuh?"


"Musuh atau bukan, aku tetap menilai secara adil. Lagipula... sekarang kita ini sekutu, kan?"


Nada suaranya sedikit melemah di akhir kalimat, seperti ingin memastikan sesuatu. Dia menatap Aoma dengan sedikit ragu.


"Iya, benar."


Aoma tersenyum. Lalu, ekspresinya berubah serius.


"Tapi, mulai sekarang, aku akan bergerak bersama Yuri."


"Hah?"


"Shiroshita bukanlah pemimpin utama dari Genesis Brigade. Death Game ini mungkin masih ada di tempat lain. Aku akan menghancurkan semuanya. Itu tugasku sebagai Raja Iblis, bersama Yuri sebagai pengikutku—"


"Aku juga ikut. Kamu kira aku bakal diam saja?"


"Tapi..."


Aoma hendak mengatakan bahwa Yua sebaiknya menikmati kehidupan SMA-nya sebagai Shiranami Yua yang biasa, tapi dia langsung disela.


"Ini bukan cuma masalahmu. Aku juga seorang pahlawan yang pernah berjuang bersamamu untuk melindungi dunia. Jadi, maaf, aku akan tetap ikut sampai akhir!"


"...Yah, kalau kamu ada, tentu lebih mudah..."


Aoma tahu Yua tidak akan mundur.


Keberadaannya memang sangat meyakinkan, tetapi Aoma juga tidak ingin menempatkannya dalam bahaya. Sebuah perasaan yang bertentangan muncul dalam dirinya.


"Kalau aku ikut, semua pasti beres! Karena aku ini pahlawan, kan!"


Melihat mantan musuh bebuyutannya yang kini menjadi sekutu begitu percaya diri, Aoma berpikir bahwa sejak awal dia memang menginginkan Yua berada di sisinya sebagai teman, bukan lawan.



Senin pagi──.


"Selamat pagi."


"Selamat pagi, Aoma."


"Selamat pagi, Aoma-kun."


Di ruang tamu rumah. Saat Aoma seperti biasa menyapa di pagi hari, ia hanya mengharapkan dua jawaban──atau begitulah yang ia kira.


"Se-selamat pagi, Onii-chan."


"!!!"


──Yua membalas sapaannya.


"Hebat sekali! Yua! Ternyata kamu bisa kalau mau!"


"Terima kasih, Yua-chan! Ya ampun!"


"Aduh, Ayah dan Ibu lebay banget!"


Ayah dan ibu yang sangat senang, disambut dengan tatapan kesal Yua yang tetap duduk di meja makan.


"Selamat pagi, Yua."


Aoma kembali menyapanya.


Ya, kami bukan lagi musuh.


Sambil merenungkan hal itu──


"Umm, selamat pagi."


Yua membalas sapaannya dengan sedikit malu-malu.


"……"


Saat Aoma sedang sarapan, entah kenapa Yua tetap duduk di meja makan. Sepertinya dia gelisah.


"Ada apa? Tidak pergi ke sekolah?"


Saat Aoma bertanya,


"Umm… mumpung kita satu sekolah, kupikir kita bisa berangkat bareng… atau kamu nggak mau?"


"Nggak, bukannya aku nggak mau. Tapi kamu yakin nggak masalah pergi bareng orang sepertiku?"


"Maksudmu apa?"


"Nggak takut dibully gara-gara pergi bareng kakak yang cuma anak cupu?"


"Itu sih nggak masalah. Lagipula, Onii-chan, menurutku kamu nggak sejelek yang kamu kira, kok?"


Benarkah?


"Lagipula, pergi bareng lebih menguntungkan buatku."


"Hmm."


Aoma kurang paham, tapi kalau Yua bilang begitu, ya sudah.


Jadi, itulah awal perjalanan pertama mereka ke sekolah bersama.


Saat berjalan dengan Yua, para siswa di sekitar mereka tampak melirik ke arah mereka. Mungkin karena Yua adalah gadis yang sangat cantik, jadi aneh melihatnya berjalan bersama Aoma yang hanya seorang anak cupu.


"Pacarnya… bukan, kan?"


"Kalau begitu, kakaknya?"


Percakapan semacam itu terdengar di sekitar mereka.


Saat itu──


"Gent… ah!! Pahlawan! Kenapa kau ada di sebelah Gent-sama!?"


Yuri muncul.


"Apa? Kami hanya berangkat ke sekolah bersama. Kami ini kakak adik."


"Muuuu…!"


"Yuri, kenapa? Mau berangkat sekolah bareng aku?"

"Ya, karena aku kembali menjadi pelayan pribadimu. Dan belakangan ini banyak serangga aneh yang mendekat, jadi kupikir harus melindungimu dari mereka….. dan sekarang, ada hama yang sudah menempel!"


Yuri menatap Yua dengan tajam. Tapi Aoma hanya bisa tersenyum kecut. Lagipula, mereka sudah bukan musuh lagi.


"Kalau kau pelayan, ya berdirilah di belakang. Aku yang akan berjalan di sebelah Onii-chan."


Tiba-tiba, Yua merangkul lengan kanan Aoma. Dada besarnya menempel di lengannya, membuat suasana menjadi sangat canggung.


"A-a-a-apa-apaan ini!? Tindakan tak tahu malu macam apa ini!? Sungguh manusia rendah yang tidak tahu sopan santun! Kalau begitu, aku akan mengambil lengan kirinya──"


"Sayang sekali! Lengan kiri sudah jadi milikku!"


Tiba-tiba, Nanaka muncul dan langsung merangkul lengan kiri Aoma. Dada Nanaka juga menempel, membuat Aoma membeku karena tidak tahu harus berbuat apa.


"Aaaaah! Dasar cewek gal, berani-beraninya mengambil lengan Gent-sama──!"


"Siapa cepat, dia dapat!"

"Kalau soal cepat, aku yang pertama kali bertemu dengan Gent-sama!"


"Itu salahmu sendiri karena terlalu lamban! Aku butuh waktu beberapa tahun, tapi akhirnya aku bertindak!"


Tiga gadis itu mulai ribut di sekitar Aoma.


"T-tidak ada pilihan! Kalau begitu, aku pilih dari belakang!"


Yuri langsung memeluk Aoma dari belakang. Lagi-lagi, dia bisa merasakan sesuatu yang empuk menempel di punggungnya──.


"O-oi, siapa anak cupu itu? Kok dia populer banget?"


"Itu kan Shiranami Aoma dari kelas kita?"


"Kenapa dia dikelilingi oleh tiga gadis tercantik di sekolah kita?"


Di sepanjang jalan, tatapan penuh iri dan kaget tertuju pada Aoma.


Tapi sungguh, ini bukan salahku! Aku juga ingin tahu kenapa ini terjadi!


"Onii-chan, yang terbaik itu tetap adik sendiri, kan? Bukan pelayan atau cewek gal aneh ini."

"Tidak, yang paling berharga adalah pelayan yang telah setia selama ratusan tahun, bukan begitu!?"


"Tidak, tidak, gadis baru yang tiba-tiba muncul dalam kisah boy meets girl itu yang terbaik, kan??"


"Uhh… ermmm…"


Meskipun demikian, melihat orang-orang terpenting baginya tetap ceria dan bahagia, Aoma merasa bahwa kehidupan yang ingin ia lindungi tetap terjaga. Dan itu sudah cukup untuknya.


Previous Chapter | ToC | 

Post a Comment
close