Penerjemah: Flykitty
Proffreader: Flykitty
Chapter 6
Permainan Terakhir
1
Sore hari──
Shiranami Aoma berdiri di titik kumpul para peserta yang akan berangkat menuju Death Game.
Seperti biasa, Aoma masih masuk dalam daftar hitam. Tapi kali ini, Yua telah menyiapkan undangan untuknya. Yua juga sedang menyelidiki Death Game bersama seorang rekan yang bereinkarnasi dari dunia lain, dan undangan itu diperoleh lewat bantuan rekannya.
Untuk berjaga-jaga, Aoma menggunakan sihir ilusi agar terlihat seperti orang lain sebelum menunjukkan undangan. Para staf tidak menaruh curiga dan membiarkannya naik ke mobil.
Seperti biasa, ia tertidur di perjalanan dan terbangun saat tiba di lokasi.
Ruangan pertama tempat mereka dikumpulkan masih sama seperti sebelumnya—sebuah ruangan bergaya Eropa yang tampak seperti berasal dari dongeng. Jumlah peserta sekitar sepuluh orang, sama seperti sebelumnya. Usia dan jenis kelamin mereka pun beragam.
Tidak ada Nanaka di sini. Dia memiliki tugas lain di tempat berbeda.
Di layar besar, sosok bertopeng putih dengan jubah hitam muncul.
Game Master.
Seperti biasa, suaranya telah dimodifikasi saat menjelaskan tentang hadiah dan peraturan permainan. Para peserta tampak bersemangat setelah mendengar jumlah hadiah yang menggiurkan.
Aoma merasa sedikit kasihan, karena sebentar lagi mereka akan panik begitu tahu seperti apa permainannya nanti.
Tapi yah, toh tidak ada yang akan mati. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, maka tidak akan ada korban jiwa.
Arena permainan kali ini berbentuk seperti ruang sidang.
Di tempat yang seharusnya diduduki hakim, terdapat layar besar yang menampilkan gambar sebuah stroberi.
Di lantai, tersusun banyak panel persegi. Setiap panel menampilkan gambar yang sama dengan yang ditampilkan di layar.
《Game kali ini adalah...Panel Order!》
Suara Game Master menggema dari speaker di ruangan. Dengan efek penyamaran suara, sulit menentukan apakah dia pria atau wanita.
《Cukup berdiri di atas panel yang menampilkan gambar yang sama dengan yang ada di layar! Kalau kalian berdiri di panel yang salah… yaaah, kalian game over~! Waktunya cuma lima detik. Mudah, kan? Tapi lebih baik aku tunjukkan langsung, ya. Begini caranya!》
Sebuah boneka berbaju gothic lolita, yang merupakan staf di arena ini, mulai berjalan. Lalu ia dengan sengaja berdiri di panel dengan gambar yang berbeda dari yang ada di layar.
Panel itu langsung menghilang, dan boneka itu terjun bebas ke bawah.
Di layar, kini ditampilkan apa yang ada di bawah lantai──
Ruang di bawah penuh dengan ratusan paku tajam, setebal tongkat baseball dan sepanjang tubuh manusia.
Boneka gothic lolita itu hancur lebur, tubuhnya tertembus paku di berbagai tempat.
Para peserta yang baru menyadari betapa mematikannya permainan ini mulai panik.
(Sejauh ini masih sesuai rencana.)
Aoma tetap tenang sambil mengamati situasi.
Game Master menjalankan acara seperti biasa.
Tugas Aoma juga sama—memastikan acara ini sukses.
Agar rencana berjalan dengan baik, para VIP harus benar-benar terhibur, dan pihak penyelenggara juga harus puas.
"Baiklah, permainan dimulai!"
Di layar, gambar berubah seperti roulette. Panel-panel di lantai pun ikut berubah secara acak.
Setelah beberapa detik, gambar akhirnya berhenti di satu ikon.
"I-ini nggak mungkin...!"
Seorang gadis berdiri di panel yang salah.
"Kyaaa!!"
Aoma melihatnya nyaris jatuh, lalu dengan gerakan halus, ia menggunakan sihir untuk mendorong gadis itu ke panel yang benar.
Kalau peserta mati terlalu cepat, acaranya jadi membosankan. Yang penting, para VIP harus dibuat tegang.
Kalau ada yang harus jatuh, setidaknya mereka harus berjuang keras sebelum akhirnya tereliminasi secara tragis.
"Oh, si Nomor 3! Dia cukup bertahan, ya!"
"Cukup bertahan? Kukira dia akan langsung gugur, makanya aku bertaruh dia mati duluan."
"Peserta lemah kadang justru bertahan lama. Lagipula, lebih seru bertaruh pada seseorang yang sepertinya akan mati."
Aoma bisa mendengar suara-suara dari ruang VIP.
Itu adalah informasi dari familiar yang ia kirimkan sebelumnya. Familiar itu bersembunyi di bawah kursi VIP, mendengarkan percakapan mereka, lalu mengirimkan suara itu langsung ke telinga Aoma.
Dengan cara ini, Aoma bisa memantau reaksi VIP sambil mengendalikan jalannya permainan.
Berkat rekannya, yang bekerja sama dengan Yua, Aoma sudah memiliki data semua peserta. Bahkan ia tahu siapa saja yang dijadikan taruhan oleh para VIP.
Dengan informasi itu, Aoma memastikan permainan berkembang dengan cara yang paling dramatis—sesekali membuat seorang peserta berada di ambang maut, lalu di lain waktu membuat peserta yang tampaknya aman justru tereliminasi secara mengejutkan.
Setelah sekitar 30 menit, tersisa 7 orang, termasuk Aoma sendiri.
Berkat bantuannya, jumlah yang bertahan masih cukup banyak.
(Kurasa ini saatnya mulai mengubah ritme permainan.)
Aoma mulai berbisik, melantunkan mantra kecil.
Di telapak kanannya, lingkaran sihir kecil mulai terbentuk.
Sambil bersiap, ia melangkah ke panel dengan gambar anggur yang ditampilkan di layar.
Peserta lain, seolah mengikuti insting mereka, segera berlari ke panel yang sama──
"Hah!"
Aoma mengaktifkan sihir yang sudah ia persiapkan. Itu adalah sihir dasar bernama ‘Angin’ yang dapat menciptakan hembusan angin kencang. Bagi manusia biasa, terkena sihir ini akan membuat mereka terhempas tanpa bisa melawan.
Para peserta tidak ada yang berhasil berdiri di atas panel anggur dan satu per satu jatuh ke lantai bawah.
Hanya Aoma yang tersisa, dan permainan pun berakhir.
"Ooooooh!!’
Sorak sorai dari para VIP.
"Kupikir dia akan langsung lanjut ke permainan berikutnya, tapi ternyata dia memutuskan pertandingan di akhir dengan satu gerakan."
"Aku tidak melihat ini datang... Sial, aku kalah."
"Taruhan yang bagus."
Meskipun acara ini berlangsung singkat, para VIP tampaknya cukup puas.
《Permainan selesai! Pemenangnya adalah peserta nomor delapan! Selamat!》
Pintu aula terbuka, dan staf berbentuk boneka bergaya gothic lolita masuk.
Dibimbing oleh mereka, Aoma keluar dari ruangan dan berjalan di koridor.
Tak lama kemudian, ia dibawa ke sebuah ruangan yang dihiasi dengan mewah. Di tengah ruangan terdapat podium penghargaan, dan disebelahnya ada celengan babi transparan raksasa yang penuh dengan uang tunai.
Di atas aula, ada balkon penonton tempat lima VIP duduk di kursi mewah, menatap Aoma dari atas. Balkon tersebut memiliki kaca pelindung agar VIP bisa menyaksikan peserta dengan aman.
《Sekarang, kami akan menyerahkan hadiah uangnya! Peserta nomor delapan, silahkan naik ke podium!》
Mendengar instruksi dari suara Game Master, Aoma melangkah maju, lalu—
Dan!
Ia menghentakkan kakinya ke lantai sekuat tenaga.
Tubuhnya melayang seakan kehilangan gravitasi, dan dalam sekejap, ia sudah berada tepat di depan kaca balkon penonton.
Aoma berputar di udara, lalu dengan momentum yang ia kumpulkan, ia menghantam kaca dengan tumit kanannya.
Krakk!
Kaca itu hancur berantakan dengan suara nyaring.
Para VIP menjerit dan berlarian panik. Tubuh mereka terkena pecahan kaca, dan darah mengalir dari luka-luka mereka.
"Uwaaahhh!!"
"Tak mungkin!? Itu kaca anti peluru, kan!?"
Menurut Nanaka, kaca ini seharusnya cukup kuat untuk menahan peluru. Namun, bagi Aoma, kekuatan seperti itu tak lebih dari selembar kertas. Dengan satu tendangan yang diperkuat sihir, ia bisa dengan mudah menerobosnya.
Aoma mengangkat tangan kanannya ke arah para VIP yang berusaha melarikan diri.
Sebuah lingkaran sihir muncul, dan tiba-tiba tali sihir menyelimuti tubuh mereka, mengikat mereka erat.
Karena mereka tidak bisa menghentikan momentum mereka, para VIP itu jatuh berguling-guling ke lantai.
Aoma mendarat dengan tenang di balkon penonton.
"Apa yang kalian lakukan!? Staf! Tangkap dia sekarang juga!"
Salah satu VIP berteriak, tetapi boneka gothic lolita yang berjaga di balkon tidak bergerak sedikitpun.
"H-hei, kenapa mereka tidak bergerak!?"
"Game Master! Cepat beri perintah pada staf!"
"Sayangnya, itu tidak mungkin~!"
Seseorang dengan jubah hitam dan topeng putih—Game Master—masuk ke balkon.
Saat ia melepas topengnya, wajah yang muncul di baliknya adalah—
"Kau!? Bukankah kau gadis yang kami bakar hidup-hidup waktu itu!?"
Para VIP menunjuk gadis itu—Nanaka—sambil berteriak.
"Fufufu! Sukses, kejutan berhasil~♪"
Sebenarnya, sehari sebelumnya, Aoma dan Yuri telah menangkap orang yang seharusnya menjadi Game Master untuk acara ini, lalu diam-diam menggantikannya dengan Nanaka.
Berkat ilusi tingkat tinggi yang Aoma gunakan, staf penyelenggara tidak menyadari adanya pergantian ini.
Karena tak perlu menyembunyikan identitas Nanaka lagi, Aoma membatalkan sihir ilusi tersebut.
Boneka gothic lolita tidak bergerak karena mereka telah menerima perintah dari Nanaka untuk "membiarkan Aoma bebas."
Saat para VIP yang marah terus berteriak,
"Sepertinya rencana kita berhasil."
"Seperti yang diharapkan dari Gent-sama!"
Pintu balkon terbuka, dan Yua serta Yuri masuk.
Di belakang mereka, para peserta yang sebelumnya dinyatakan game over juga ikut masuk.
Saat permainan berlangsung, Aoma sebenarnya telah memasang lingkaran sihir transfer di bawah panel.
Para peserta yang jatuh akan otomatis ditransfer ke ruangan tempat mereka pertama kali dikumpulkan.
Di sana, Yua dan Yuri yang sudah menunggu, setelah sebelumnya menyusup ke tempat itu dengan bantuan Nanaka, menjelaskan situasi kepada para peserta yang telah ditransfer.
Setelah permainan berakhir, mereka pun berkumpul di balkon VIP ini.
Nanaka juga masuk dari belakang mereka. Ia masih mengenakan jubah hitam, tetapi telah melepas topeng dan tudungnya.
"Pemilik tempat ini ada di ruangan di belakang sana!"
Nanaka menunjuk ke sebuah pintu.
"Ayo, kita pergi!"
Aoma, Yua, Yuri, dan Nanaka menerobos masuk.
Ruangan di dalamnya tampak seperti kantor eksekutif.
Di belakang meja, seorang pria berbalut jubah hitam dengan topeng merah padam menatap mereka.
"Jadi, kaulah orang yang bertanggung jawab atas acara ini?"
"Benar."
Aoma bertanya, dan pria bertopeng merah dalam jubah hitam itu berdiri, lalu berjalan ke sisi lain meja.
"Seperti yang diharapkan dari Raja Iblis, Pahlawan, dan para sekutunya."
"Apa?"
"Oh? Kau terkejut karena identitasmu sudah diketahui? Kami bukan orang bodoh. Sejak pertama kali kau muncul dalam acara ini, kami segera menyelidiki latar belakangmu. Dan soal Pahlawan... aku sudah mengenalnya sejak awal."
Pria itu melepas topengnya, memperlihatkan wajah seorang pria paruh baya yang dikenal baik oleh keempatnya, Shiroshita Takahide.
"Shiroshita!?"
Yua berseru kaget. Yuri dan Nanaka tidak bersuara, tetapi wajah mereka jelas menunjukkan keterkejutan.
Bahkan Aoma sendiri membuka matanya lebar-lebar.
"Jadi... kau anggota Genesis Brigade?"
"Sepertinya kalian sama sekali tidak menyadarinya. Aku berhasil menyembunyikannya dengan cukup baik, bukan?"
Shiroshita menyeringai licik.
"Ada satu hal yang tidak kumengerti."
"Jika kau tahu aku adalah Raja Iblis, kenapa kau tetap membiarkanku masuk ke sini?"
"Aku sengaja membiarkanmu. Karena aku ingin menciptakan situasi ini."
"......?"
Aoma merasakan sesuatu di belakangnya.
Tiba-tiba, tekanan kuat mencekik lehernya, membuat wajahnya menegang.
"Ugh...!"
Yua—dari belakang—menggenggam leher Aoma dengan kedua tangannya dan mulai mencekiknya.
2
"Pahlawan! Jadi kau juga pengkhianat!?"
Saat Yuri berteriak, tanah di bawah kakinya meledak.
Ia melompat menghindari serangan tepat waktu, tetapi karena itu, ia tidak bisa segera membantu Aoma.
Yua tetap mencengkram leher Aoma.
Tak lama, terdengar suara krak! yang mengerikan, dan leher Aoma terpelintir ke arah yang salah.
"Haha! Sekuat apa pun Raja Iblis, serangan mendadak pasti membuatnya tak berdaya!"
Shiroshita tertawa puas.
Namun—
"Maaf, tapi serangan sekecil ini tidak cukup untuk membunuhku."
Suara bergema di seluruh ruangan.
Tubuh Aoma yang tampak tak berdaya di genggaman Yua mulai berubah menjadi pasir dan menghilang di udara.
Pada saat yang sama, lingkaran sihir muncul di pintu masuk ruangan.
Dari dalamnya, sosok Aoma muncul kembali.
"Gent-sama!"
"Aoma!"
Yuri dan Nanaka berseru lega.
"Substitusi, ya? Mantra yang cukup cepat. Apa kau sudah memperkirakan ini?"
"Serangan dengan kecepatan seperti itu bisa kuhindari setelah melihatnya."
Aoma menatap Yua.
"Dia telah terkena hipnosis, huh? Jika seorang Pahlawan saja bisa dikhianati oleh rekannya, wajar jika ia tak bisa melawan."
Sepertinya, Yua sudah lama berada dibawah pengaruh hipnosis. Namun, Shiroshita tidak langsung mengaktifkan efeknya.
Sama seperti virus yang memiliki masa inkubasi, Yua tetap dalam keadaan ‘tidak sadar’ hingga efek sihirnya diaktifkan.
Untuk manusia, ini adalah teknik sihir yang cukup canggih.
Aoma berdiri di hadapan Yua, lalu memberi perintah pada Yuri.
"Lily. Urus Nanaka, para peserta, dan juga para VIP. Aku akan menangani Yua dan Shiroshita."
"Baik! Ayo, cepat pergi. Tempat ini berbahaya!"
"Eh?"
Nanaka menatap Yuri dengan bingung saat tangannya ditarik.
"Pahlawan dan Raja Iblis akan bertarung. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Lebih baik segera pergi!"
"O-oke!"
Setelah keduanya keluar, aura mereka menghilang dari ruangan.
"Sudah kubuat situasi yang kau inginkan."
Aoma tetap menatap Yua saat berbicara.
"Oh? Jadi kau paham rencanaku?"
Shiroshita mengangkat alis dengan tertarik.
"Genesis Brigade menganggap sang Pahlawan sebagai penghalang. Karena itu, mereka membunuhnya di dunia asalnya. Tapi sekarang dia terlahir kembali di dunia ini. Kalian ingin menyingkirkannya lagi, tapi ada batasan dalam bertindak di sini. Maka, kalian membuatnya bertarung denganku. Dengan begitu, kami bisa saling menghabisi satu sama lain dan masalah kalian selesai."
"Seperti yang diharapkan dari Raja Iblis. Pengamatanmu luar biasa."
Saat mereka berbicara, bola api raksasa melesat ke arah Aoma.
Ia menghindarinya, dan bola api menghantam dinding, menciptakan lubang besar.
Yua telah meluncurkan serangan api tanpa mantra.
"Bertarung di ruangan sempit begini merepotkan. Ayo keluar."
Aoma melompat melalui lubang di dinding, menuju aula tempat upacara penghargaan berlangsung.
Yua menyusulnya dan mengangkat kedua tangannya di udara.
Cahaya biru berkumpul di dalamnya, membentuk pedang besar—
Pedang suci Pahlawan, 《Meshugah》.
Pedang ini dulunya merupakan pedang iblis yang jahat. Namun, berkat kebajikan Pahlawan Sharin, sifat jahatnya berhasil ditekan, mengubahnya menjadi pedang suci.
Senjata ini memiliki daya serang luar biasa dan mampu menguras energi magis targetnya dalam jumlah besar.
Saat Yua mengayunkan pedangnya, gelombang energi tajam melesat ke arah Aoma, mengoyak lantai dalam perjalanannya.
Pedang ini bisa menyerang dari jauh sekaligus efektif dalam pertempuran jarak dekat.
Aoma menghindari tebasan itu sambil terus menatap Yua.
Setelah dua puluh tahun, ia akhirnya berhadapan kembali dengan sang Pahlawan.
"Sebagai lawan, kau memang tidak mengecewakan."
3
Sesuai rencana.
Sambil menatap ke bawah ke arah Aoma dan Yua yang saling berhadapan, Shiroshita menyeringai.
Mengalahkan sang pahlawan di dunia sebelumnya adalah tugas yang sangat merepotkan. Dia tidak ingin mengalami kesulitan yang sama di dunia ini. Apalagi sekarang ada Raja Iblis juga. Yah, bagi Shiroshita yang telah lama mengasah kemampuannya di dunia ini, baik Raja Iblis maupun Pahlawan bukanlah ancaman.
Namun, dia lebih memilih menghindari masalah sebanyak mungkin demi kestabilan. Shiroshita adalah tipe orang yang berhati-hati, dan kehati-hatian adalah kebajikan dalam pekerjaannya.
Mereka akan saling menghabisi satu sama lain.
Dari segi kemampuan tempur, Raja Iblis lebih unggul. Namun, dia terlalu lembut. Jika Pahlawan yang sudah dicuci otaknya oleh Shiroshita bertindak tanpa belas kasihan, ada kemungkinan mereka bisa saling membunuh.
Kalaupun itu tidak terjadi... Raja Iblis pasti akan mengalami luka parah.
Saat itulah Shiroshita akan menghabisinya dengan aman.
Sebuah rencana yang sempurna. Tidak ada celah sedikit pun.
Dengan ini, semua penghalang akan lenyap, dan impian Brigade Penciptaan akhirnya akan terwujud.
*
Pertarungan antara Aoma dan Yua berlangsung dalam pola yang terus berulang: Yua melancarkan tebasan, dan Aoma menghindar.
Dibandingkan dengan kekuatannya di dunia sebelumnya, serangannya sekarang terasa jauh lebih lemah.
Ketika seorang yang bereinkarnasi tidak melakukan apa-apa, mereka hanya bisa menggunakan sekitar satu persen dari kekuatan sihir mereka sebelum bereinkarnasi. Tubuh di dunia ini tidak dapat menahan arus sihir yang deras, dan selain itu, kepadatan sihir di dunia ini jauh lebih rendah daripada di dunia sebelumnya. Karena itu, mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan energi sihir yang tersedia.
Yua mungkin hanya bisa menggunakan sekitar lima persen dari kekuatan sihirnya yang dulu. Meski begitu, kapasitas dasarnya sangat luar biasa sehingga tetap memiliki daya serang yang besar. Dengan naluri magisnya yang luar biasa, dia secara alami melindungi tubuhnya dengan sihirnya sendiri, sehingga tubuhnya tidak hancur oleh arus sihir yang dahsyat. Bahkan di dunia ini, bakat magis Yua tetap luar biasa.
Saat Yua mengayunkan pedangnya ke bawah, lantai terkoyak dengan suara yang menggelegar.
Aoma melompat ke belakang untuk menghindari serangan itu, tetapi tepat saat dia mendarat, tombak cahaya jatuh dari langit, menargetkannya.
Tombak-tombak itu tampaknya akan menembus Aoma, tetapi sebelum menyentuhnya, mereka kehilangan momentum dan menghilang dalam kabut. Itu semua karena Anti-Magic yang telah Aoma persiapkan sebelumnya.
Namun, dia tidak punya waktu untuk bersantai saja, karena pusaran api langsung menyerangnya dari belakang. Aoma buru-buru melompat ke samping untuk menghindar.
── Pahlawan Sharin menguasai sihir dari semua elemen: tanah, air, api, angin, cahaya, dan kegelapan. Dia juga menguasai banyak sihir tingkat tinggi tanpa mantra. Dengan kemampuannya, dia dapat menyebarkan berbagai jenis sihir di berbagai tempat sekaligus, menciptakan serangan beruntun dari segala arah.
Bertarung melawannya sendirian terasa seperti menghadapi seluruh pasukan penyihir. Faktanya, seorang Pahlawan sendirian setara dengan satu batalion penyihir.
Meski begitu, kekuatan serangannya sekarang ditahan. Karena ini adalah pertarungan satu lawan satu, dia tidak perlu memperluas jangkauan serangannya. Tidak ada gunanya melepaskan sihir besar-besaran jika tidak mengenai target. Bahkan dalam keadaan dicuci otak, cara bertarungnya tetap cerdas seperti biasa.
Orang biasa tidak akan bisa bertahan selama satu menit pun melawan Yua.
Namun, Aoma tidak melakukan serangan balik. Dia hanya bertahan dan menghindari serangan.
Dia tidak merasa perlu bertarung melawan Yua.
Yang harus dia lakukan hanyalah membebaskan Yua dari cuci otaknya. Tidak perlu membuatnya tidak sadarkan diri.
"Aku... akan menghancurkan belenggu yang mengikat dirinya."
Aoma mengucapkan mantra pendek, dan tiga lingkaran sihir muncul di sekelilingnya.
Jarak antara dia dan Yua sekitar tiga meter.
Di dahi Yua, pola dan simbol yang sama dengan lingkaran sihir Aoma mulai muncul. Namun, sebelum mantra itu selesai, simbol-simbol itu pecah menjadi partikel cahaya dan menghilang.
"Hmm... ternyata sihir ini lebih kuat dari yang kuduga."
Sepertinya pada jarak ini, kekuatan sihirnya melemah, sehingga dia tidak bisa sepenuhnya menghapus cuci otaknya.
Padahal dia sudah menyesuaikan sihirnya khusus untuk membatalkan sihir yang diterapkan pada Yua, bukan hanya sekadar menggunakan Anti-Magic biasa. Ini berarti sihir cuci otak yang digunakan pada Yua memiliki teknik yang sangat tinggi.
Keterbatasan satu persen dari kekuatannya menjadi penghalang.
Karena dia tidak merasa perlu, Aoma belum pernah melatih tubuhnya untuk menahan arus sihir yang besar. Sekarang, kurangnya persiapan itu malah menjadi kelemahan fatalnya.
── Tidak ada pilihan lain. Dia harus mendekat dan menyalurkan sihirnya langsung.
Saat Aoma menghentakkan kakinya ke tanah untuk menerjang ke depan, Yua juga melompat mundur pada saat yang sama.
Dia langsung membaca gerakan Aoma dan mengambil jarak.
Kecermatan pengambilan keputusannya luar biasa.
Aoma hampir tertawa.
Sulit dipercaya bahwa seseorang yang dicuci otaknya masih bisa bertarung dengan begitu sempurna.
Hanya kesadarannya yang diambil, tetapi sisanya tetap seperti Yua yang dulu.
Kalau begini, dia tidak akan membiarkan Aoma mendekat dengan cara biasa.
Serangannya semakin gencar. Aoma semakin kehabisan ruang untuk menghindar, sementara Yua tetap menjaga jarak yang stabil darinya.
Dia harus mencari cara untuk mendekat.
(Aku tidak punya banyak waktu untuk berpikir...)
Aoma akhirnya memilih cara yang kasar, tetapi efektif.
Saat mencoba menghindari serangan sihir, dia dengan sengaja membuat langkahnya tergelincir.
Tubuhnya hampir terjatuh, tetapi dia berhasil memutar tubuhnya dan menstabilkan posisinya.
Namun, gerakan itu menciptakan celah yang besar.
Yua tidak melewatkan kesempatan itu.
Dia menggenggam erat pedang Pahlawan dengan kedua tangan dan melesat lurus ke arah Aoma.
Kecepatannya terlalu tinggi.
Aoma tidak bisa menghindar.
Pedang itu menembus dalam ke dada kirinya.
"Guh... ha..."
Dari mulutnya, Aoma memuntahkan darah, dan cahaya menghilang dari matanya.
"Hahaha! Berhasil!"
Tawa puas Shiroshita menggema di seluruh arena.
Mata Aoma, yang kehilangan nyawanya setelah jantungnya tertembus, menatap kosong.
Mata Yua yang menatapnya dari atas pun sama kosongnya—karena ia sedang dicuci otak.
"Hebat! Pahlawan telah mengalahkan Raja Iblis! Aku bangga bisa menyaksikan momen ini sebagai umat manusia!"
Shiroshita bertepuk tangan secara berlebihan.
Namun—
Aoma mengangkat tangan kanannya dan meraih kening Yua.
"Apa!?"
Sesaat kemudian, lingkaran sihir terbentuk di dalam genggaman Aoma.
"Kya!"
Seakan tersambar petir, tubuh Yua bergetar hebat dan cahaya kembali ke matanya.
"Gent… aku…!"
"Akhirnya, terbebas."
Yua buru-buru mencabut pedang dari tubuh Aoma dan membuangnya.
Saat pedang dicabut dari dadanya, Aoma tersentak, memuntahkan darah, lalu berlutut dengan satu kaki.
"Maaf… Gent…"
Sambil menopang tubuh Aoma, Yua meminta maaf.
"Tak masalah."
"Tapi…"
Yua hendak mengatakan sesuatu, tapi tubuhnya limbung.
Sebaliknya, Aoma justru menopangnya.
"Aku meningkatkan jumlah mana lebih dari yang dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan. Tubuhmu pasti terbebani. Maaf."
"Itu bukan… Ugh…"
"Jangan paksakan diri. Kau harus pergi. Aku akan mengurus ini."
"Kau takkan bisa kabur!"
Shiroshita berkata dengan nada mengejek.
Aoma dan Yua segera menyadarinya.
"Ini… penghalang?"
Yua bergumam.
Tanpa mereka sadari, arena telah tertutup oleh penghalang, sebuah tembok sihir kuat yang mengunci mereka.
"Ini bukan sekadar penghalang."
Aoma merasakan energi sihir itu.
"Lebih tepatnya, ini adalah 'ruang'. Sepertinya bukan hanya sekedar mencegah pelarian."
"Benar… tubuhku terasa berat…"
"Fufufu. Di dalam ruang ini, aku mendapatkan buff, sementara kalian terkena debuff."
Shiroshita berbicara dengan penuh percaya diri.
"Mana kalian pasti sudah berkurang menjadi kurang dari sepersepuluh. Mana kalian yang sudah sedikit akan menjadi sangat lemah—pasti kalian bisa merasakannya sendiri, kan?"
"Begitu ya… Pantas saja mana yang kurasakan begitu lemah."
Aoma mengepalkan dan membuka tangannya, merasakan aliran mana di dalam tubuhnya.
"Kukuku. Sesuai rencana. Memang tidak sampai membunuhnya secara langsung, tapi Raja Iblis sudah sekarat, dan Pahlawan pun tak bisa bergerak. Akan jauh lebih mudah membunuh kalian berdua sekarang."
Dengan tatapan rakus, Shiroshita menatap Aoma dan Yua—sebuah ekspresi yang sangat menjijikkan.
Meskipun aku ingin segera menyingkirkannya, aku khawatir meninggalkan Yua sendirian.
"Lily, kau ada di sini?"
"Aku di sini."
Kabut mulai berkumpul, membentuk sosok gadis—Yuri.
"Bagaimana dengan Nanaka dan para VIP?"
"Okishima-san sudah dikirim pulang. Para VIP diikat di luar arena."
"Kerja bagus."
"Tidak masalah."
"Aku serahkan Pahlawan padamu. Aku akan mengurus orang ini."
"Dengan senang hati."
Saat Aoma dan Yuri berbicara, Shiroshita menyela.
"Loyalitas yang luar biasa. Sayangnya, kau kurang beruntung, familiar. Seandainya kau tidak masuk ke dalam ruang ini, kau mungkin bisa selamat."
"Apa yang kau bicarakan? Tidak peduli di mana aku berada, tak mungkin aku mati di tanganmu. Karena kau akan dihabisi oleh Gent-sama di sini."
"Kau benar-benar buta ya. Aku tak sabar melihat wajahmu terdistorsi oleh kesedihan nanti."
Yuri mengabaikan Shiroshita, lalu menopang Yua dan berpindah ke tepi ruang ini dalam sekejap.
Kemudian, ia membentuk lingkaran sihir dan menciptakan penghalang berbentuk kubah kecil, yang melindungi dirinya dan Yua.
Dari dalam penghalang transparan itu, Yuri membantu Yua duduk di lantai, sementara dia sendiri berdiri dengan anggun, menatap ke arah Aoma dan Shiroshita.
Sekarang, mereka berdua aman.
"Maaf membuatmu menunggu, Shiroshita. Ayo, kita bertarung."
Sebelum Aoma sempat menyelesaikan kalimatnya, Shiroshita sudah menyerang.
Petir hitam melesat ke arahnya.
Aoma melompat ke samping untuk menghindar, tetapi cakupannya terlalu luas, mustahil menghindari semuanya. Petir itu mengenai lengan kanannya.
"……?"
Melihat kulitnya yang hangus, Aoma mengerutkan kening.
Luka bukan masalah. Tapi… kenapa ini tidak sembuh?
"…! Efek dari Pedang Pahlawan!?"
Yua berseru. Pedang Pahlawan, Meshuga, memiliki efek Interferensi Mana terhadap target yang diserangnya.
Jika target memiliki sihir pertahanan, efeknya akan langsung menghilangkannya. Selain itu, Interferensi Mana juga bisa menghambat buff maupun pemulihan setelahnya.
Karena gangguan kuat ini, kemampuan Regenerasi Diri milik Aoma berhenti bekerja.
"Fuhahaha! Kau kehilangan keunggulan terbesarmu!"
Shiroshita tertawa sambil terus membakar Aoma dengan petir hitam.
"Tak bisa beregenerasi, mana pun lemah. Sekarang kau hanyalah manusia biasa!!"
Aoma menghindari serangan, tetapi area serangan terlalu luas, mustahil untuk mengelak sepenuhnya.
"Gent!"
Yua menggertakkan giginya.
Karena efek Interferensi Mana dari serangannya, tubuh Aoma tak bisa pulih, dan itu membuat kemampuan fisiknya menurun. Dia merasa bertanggung jawab atas situasi ini.
Memang benar, ini adalah kesalahan Yua. Jika dia tidak tertipu oleh Shiroshita, ini tak akan terjadi.
Namun, Aoma berpikir bahwa bisa dimaklumi kalau Yua sampai tertipu—lagipula, dia dikhianati oleh sesama manusia dari dunia yang sama. Justru karena kebaikan hati itulah dia memiliki karisma untuk memimpin umat manusia. Hal semacam ini memang tak bisa dihindari.
Yang salah bukan Yua, tapi Shiroshita yang telah menipunya.
Dan Shiroshita itu…
"Kukuku… bahkan dalam keadaan ini pun, menang darimu masih terlalu mudah. Tapi kau adalah Raja Iblis terkuat di Domus Patria. Tak ada salahnya berhati-hati. …Muncullah!!"
Begitu Shiroshita memberi perintah, lingkaran sihir terbentuk di udara. Ruang di sekitarnya mulai retak secara diagonal, lebarnya sekitar lima meter.
Dari celah itu, muncul satu per satu jari tangan, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking, dari kedua sisi. Lalu, kedua tangan raksasa itu mencengkeram ruang di sekelilingnya dan merobeknya dengan suara mengerikan.
Dari lubang besar yang terbuka, sebuah kepala kuda berwarna biru raksasa muncul.
Lalu, kaki manusia… bahu… lengan…
Sosok itu akhirnya terlihat sepenuhnya—seorang raksasa setinggi lima meter dengan kepala kuda.
"Itu… Rivevil…!"
Yua menyebut namanya dengan suara gemetar.
"Tepat. Beast Summon ke-44, ‘White Nightmare’ Rivevil."
"Tapi… semua Summoned Beast seharusnya sudah disegel! Kenapa…!?"
"Aku sudah mengumpulkan cukup banyak mana dari pertandingan ini. Membuka satu segel Summoned Beast bukanlah masalah besar."
Shiroshita tertawa serak.
"Baiklah, Rivevil, habisi Raja Iblis Gent!"
Mengikuti perintah Shiroshita, Rivevil mengangkat satu tangan. Seketika, sepuluh bayangan berwarna biru pekat muncul, mengelilingi Aoma.
Bayangan-bayangan itu membesar hingga setinggi Rivevil sendiri, lalu mulai menggeliat dan membentuk tubuh manusia.
Meski disebut manusia, mereka tidak memiliki mata—hanya mulut hitam menganga seperti lubang. Proporsi tangan dan kaki mereka juga tidak beraturan, ada yang memiliki tiga atau empat lengan dan kaki.
Bayangan-bayangan itu semakin mendekat, mempersempit lingkaran mereka, berusaha mengurung Aoma.
Namun, Aoma hanya diam, menatap mereka tanpa ekspresi.
"Kau tak bergerak?"
"Ya. Percuma saja menyerang mereka. Rivevil adalah makhluk yang menjerat musuhnya dalam mimpi buruk. Bayangan-bayangan ini hanyalah ilusi. Mana biasa tidak akan bisa menyentuh mereka."
"Bagus. Kalau begitu, matilah."
Rivevil mengayunkan tangannya.
Bayangan-bayangan itu serentak menyerang Aoma.
"Gent!!"
Seruan Yua bergema, tapi tak ada yang bisa menghentikannya.
Bayangan-bayangan itu melahap Aoma, lalu membara dalam api biru yang membakar segalanya.
Saat api padam, tak ada yang tersisa.
Hanya noda kehitaman di lantai.
Jika tidak ada tanda apapun, mungkin masih ada harapan bahwa Aoma berhasil menghindar.
Namun, noda itu menjadi bukti nyata bahwa dia telah dihapus oleh ilusi.
Dan Yua bisa merasakannya, mana milik Aoma benar-benar lenyap.
Raja Iblis Gent… telah mati.
"Tidak mungkin…"
Kehilangan kekuatan di kakinya, Yua jatuh terduduk. Dia tak menyangka Summoned Beast akan dihidupkan kembali di sini.
Satu Summoned Beast saja memiliki kekuatan setara dengan beberapa pasukan negara.
Ditambah lagi, Aoma dalam keadaan tak bisa memulihkan diri akibat efek Pedang Pahlawan.
Raja Iblis bukanlah makhluk abadi dan sekarang, dia telah mati.
"Kukuku, terima kasih, Sharin. Berkatmu, aku bisa membunuh Raja Iblis."
Shiroshita tertawa penuh kemenangan.
"Sungguh luar biasa. Aku sempat khawatir kalau Summoned Beast melemah akibat segel, tapi rupanya tidak. Kukuku… dengan cara ini, kita bisa mengubah emosi negatif dari Death Game menjadi mana dan membangkitkan Summoned Beast satu per satu. Setelah itu, kita akan menyerbu dunia iblis. Mereka pasti tak akan bisa menandingi kita. Zaman keemasan manusia… akan segera tiba!!"
Shiroshita tertawa terbahak-bahak.
"Dan yang lebih hebat lagi, aku bisa mencapainya sambil memainkan death game ini! Melihat sifat asli manusia itu sungguh menghibur. Tidak ada rencana yang lebih indah daripada bisa mencapai tujuan sambil bersenang-senang!"
Sementara Shiroshita berbicara, Rivevil memanggil ilusi baru. Ilusi-ilusi itu muncul di permukaan dengan bayangan yang bergetar, lalu satu per satu mulai mengelilingi Yua dan Yuri dengan langkah yang tenang.
Yua menundukkan kepalanya.
Semuanya sudah berakhir. Penghalang sihir Yuri tidak akan mampu menahan serangan ilusi Rivevil sepenuhnya.
Dengan kemampuan mereka, mengalahkan Rivevil yang asli juga mustahil.
Kekalahan mereka sudah pasti.
Namun—
"Mengapa kau menundukkan kepala?"
Sebuah suara jernih terdengar dari atas.
Pemilik suara itu—Yuri, berdiri tegak dengan sikap anggun di tempatnya. Meskipun berada di ambang kematian, dan meskipun majikannya baru saja dibunuh di depan matanya, tidak ada sedikitpun tanda kegelisahan dalam dirinya.
"Angkat wajahmu, Pahlawan."
"Tapi... Gent sudah mati. Itu berarti kita juga akan segera—"
Yuri menatapnya dengan bingung, seolah-olah tidak memahami apa yang baru saja dikatakan Yua.
Lalu, ia tersenyum tipis.
"Jadi begitu ya, kau mengira kita telah kalah?"
Senyumnya terasa meremehkan.
Dalam keputusasaan, sedikit rasa kesal mulai muncul.
"Dalam kondisi seperti ini, kau masih melihat ada peluang menang?"
"Peluang menang... Sebenarnya, sejak Gent-sama mulai bertarung, kemenangan kita sudah pasti. Karena tidak mungkin Gent-sama bisa kalah."
"???"
"Keyakinan buta yang sudah sampai tahap ini bukan hanya konyol, tapi juga mengerikan."
Meskipun Shiroshita menyela dengan komentar sinis, Yuri tetap tak tergoyahkan.
"Betapa menyedihkannya kaum bodoh. Mereka benar-benar tidak bisa melihat apa pun."
"Diam kau! Hancurkan mereka, Rivevil!"
Saat Shiroshita memberikan perintah, ilusi-ilusi itu serempak menyerang Yua dan Yuri.
Namun—
"Gu... Gyaaaaaaaaahhh!!"
Ilusi-ilusi itu tidak pernah berhasil mencapai Yua dan Yuri. Tiba-tiba, mereka diselimuti api biru, lalu menghilang begitu saja.
"Eh?"
"Hah?"
Yua dan Shiroshita berseru kaget bersamaan. Hanya Yuri yang tetap berdiri dengan ekspresi tenang.
Di depan Yua dan Yuri—tepat di tempat yang seolah melindungi mereka, sebuah lingkaran sihir terbentang, memancarkan cahaya hitam. Dari dalamnya muncul…
Shiranami Aoma—Raja Iblis Gent.
"Mu—Mustahil...! Aku yakin sudah membunuhnya!!"
Shiroshita membelalakkan mata karena terkejut dan berteriak.
Yua terlalu terkejut hingga tak bisa berkata apa-apa.
"Fufufu, benar-benar, tempat ini hanya diisi oleh orang-orang bodoh. Mengira bahwa kematian saja cukup untuk menghentikan Gent-sama?"
Yuri tertawa kecil dengan nada geli.
"Mengapa?! Dia sudah mati, tapi bisa hidup kembali!? Tidak mungkin ada sihir kebangkitan…!!"
"Apakah itu sesuatu yang begitu mengejutkan? Selain kebangkitan, ada cara lain untuk kembali setelah mati, bukan?"
Shiroshita berteriak, tapi Aoma hanya menatapnya dengan heran, seolah kebingungan dengan kebodohan lawannya.
Yua segera menyadari apa yang telah dilakukan Aoma.
Cara untuk tetap hidup meskipun sudah mati.
Hal yang pernah terjadi pada mereka semua.
"Reinkarnasi…"
"Tepat sekali."
Aoma mengangguk mendengar perkataan Yua.
"Mu—Mustahil…! Reinkarnasi terjadi secara acak. Tidak mungkin seseorang bisa melakukannya dengan sengaja…!"
"Sihir reinkarnasi ini adalah ciptaanku. Aku sendiri yang menentukan peluangnya. Kali ini, aku hanya mengubahnya sedikit agar reinkarnasiku terjadi dengan kepastian mutlak."
Aoma mengatakannya dengan santai, seolah itu bukan hal besar.
"A—Anggap saja kau memang bereinkarnasi… tapi kenapa penampilanmu tidak berubah sama sekali!? Seharusnya kau masih bayi sekarang!!"
"Oh, benar juga. Manusia memang tidak menggunakan sihir ‘Pertumbuhan’, ya? Itu terlalu berbahaya bagi mereka yang memiliki umur pendek."
Jika penggunaannya salah sedikit saja, sihir Pertumbuhan bisa menghabiskan seluruh umur seseorang dalam sekejap, sehingga manusia menghindarinya.
Sementara itu, bangsa iblis menggunakannya sesuai kebutuhan.
Bagi Aoma, mungkin ini adalah sihir yang sangat berguna bagi manusia jika dikendalikan dengan baik. Namun bagi manusia, sihir ini terlalu berbahaya untuk digunakan.
"Gent-sama mengaktifkan sihir Pertumbuhan segera setelah lahir dan mempercepat usianya hingga tujuh belas tahun. Oh, dan alasan kenapa penampilannya sama seperti Shiranami Aoma adalah karena DNA-nya telah disesuaikan..."
"Diam!!"
Dengan penuh percaya diri, Yuri menjelaskan, tetapi ia terhenti dan mendesah tidak senang. Saat itu, Yua menyadari bahwa gerakan Rivevil tiba-tiba terhenti. Dengan durasi percakapan yang cukup panjang ini, keheningan itu terasa tidak wajar. Ketika ia melihat ke arah Rivevil…
"Gi..gi, gigiiiii…"
Rivevil membeku, menatap Gent dengan ketakutan. Ia tampaknya gentar melihat Gent berdiri tanpa luka meskipun telah menerima serangannya.
"Tenang saja, Rivevil. Lawanmu bukan aku."
Seolah membaca isi hatinya, Gent berbicara. Kemudian, Gent menjentikkan jarinya.
Retakan terbentuk di udara, dan dari dalamnya, dua pedang melengkung raksasa melesat keluar. Getaran yang ditimbulkan menyebar ke tanah, memberitahu mereka betapa beratnya senjata itu.
Dan dari dalam celah tersebut, muncul sosok tinggi yang gagah dengan surai emas dan kepala singa hitam. Tubuhnya yang kekar tertutup oleh baju zirah berhias pola merah, menunjukkan bahwa pertahanan serta daya serangnya luar biasa.
"Pilar ke-13, 'Black Blooded Lion', Breed…"
Yua bergumam.
Pilar ke-13, Black Blooded Lion, Breed. Salah satu Summon Beast yang dimiliki pihak dunia iblis. Seorang prajurit berat yang menguasai dua pedang melengkung. Namun, di balik wujudnya yang tampak sebagai petarung jarak dekat yang lugas, ia memiliki kemampuan yang mengerikan. Luka yang ia berikan tidak akan sembuh, malah perlahan membusuk dan menghancurkan tubuh lawannya. Ia adalah iblis yang memiliki keseimbangan antara kekuatan terang dan kegelapan.
"Grrrrr…!"
Rivevil menggeram, mengancam Breed.
"Guaaaahhh!!"
Sebagai balasan, Breed meraung.
Dengan mudah, Breed mencabut pedang yang tertancap di lantai dan langsung menerjang Rivevil. Serangan pedangnya ditahan oleh ilusi-ilusi Rivevil yang berkumpul untuk menghalanginya.
Saat pedang dan bayangan bertabrakan, kekuatan sihir yang jahat meledak dan memenuhi ruangan. Meskipun dilindungi oleh penghalang sihir, Yua merasa dadanya sesak. Yuri juga tampak meringis kesakitan.
"Guaaaa…!"
Langsung terkena dampak sihir, Shiroshita berlutut dengan satu kaki, mengerang.
Hanya Gent yang tetap berdiri dengan ekspresi santai.
"Wahai aliran kekuatan yang tertarik pada kegelapan, bersihkan tempat ini, lalu berkumpullah…"
Dengan tenang, Gent mulai merapalkan mantra. Seiring dengan itu, lingkaran sihir yang tak terhitung jumlahnya terbentuk di udara dan berputar dengan liar.
Lingkaran-lingkaran sihir itu mengambang, mengelilingi Rivevil dan Breed.
"—Terikatlah."
Saat pedang Breed berbenturan dengan serangan ilusi Rivevil, lingkaran-lingkaran sihir itu bersinar merah kehitaman secara serempak.
Cahaya-cahaya yang tak terhitung jumlahnya membentuk tali yang melilit tubuh Rivevil dan Breed. Kedua iblis itu mengamuk, berusaha melepaskan diri, tetapi setiap gerakan mereka hanya menyebarkan energi jahat ke sekeliling. Yua bersiap menghadapi dampaknya, namun sihir itu tidak menyerangnya. Tampaknya Gent telah memasang penghalang untuk melindungi mereka.
Akhirnya, kedua iblis yang terikat itu berhenti bergerak.
Kristal mulai terbentuk di sekitar mereka, lalu mulai bersinar dan menyusut perlahan.
Saat ukurannya menjadi seukuran manusia, sosok di dalamnya berubah. Iblis-iblis itu lenyap, digantikan oleh dua gadis muda yang tertidur.
Di dalam kristal Rivevil, ada seorang gadis berambut coklat mengenakan negligee biru…
Di dalam kristal Breed, ada seorang gadis berambut emas mengenakan gaun gothic hitam…
"A-Apa yang barusan kau lakukan…?"
Shiroshita, yang masih lemah akibat terkena dampak sihir, berbicara dengan nafas tersengal.
"Aku menggunakan kekuatan sihir mereka sendiri untuk saling menyegel satu sama lain."
Gent menjawab dengan tenang.
"Aku memanfaatkan sihir yang dilepaskan Rivevil untuk menyegel Breed, dan sihir yang dilepaskan Breed untuk menyegel Rivevil. Aku bisa saja menggunakan sihirku sendiri, tapi karena mereka sudah menghamburkan kekuatan sihir dalam pertarungan, lebih baik memanfaatkannya agar lebih hemat."
"H-Hemat…!? Untuk melakukannya, kau harus membiarkan mereka bertarung habis-habisan, lalu menunggu momen ketika sihir mereka seimbang untuk menyusun sihir penyegelan. Itu memerlukan waktu yang sangat tepat! Itu mustahil!"
"Dan kenapa itu masalah?"
"Tidak mungkin… Itu tidak bisa dilakukan… Seperti ini…"
"Manusia yang dangkal. Jangan menilai Gent-sama dengan cara berpikirmu yang terbatas."
Yuri mengangkat bahunya dengan senyuman kecil.
Yua hanya bisa terdiam, terpukau.
Ini… adalah kekuatan sejati Raja Iblis Gent.
Di era perang dunia lain, pertarungan antara dunia manusia dan dunia iblis selalu seimbang. Meskipun dunia iblis sedikit lebih unggul, dunia manusia tetap bertahan dengan baik.
Tapi tidak.
Pertarungan itu tetap seimbang karena Gent mengaturnya demikian.
Gent, yang dapat menundukkan dua Summon Beast dengan mudah, jelas memiliki kekuatan jauh melampaui iblis-iblis itu. Jika ia benar-benar menginginkannya, ia bisa saja menghancurkan dunia manusia sepenuhnya sejak awal dan mengakhiri perang seketika.
Namun, ia tidak melakukannya.
Berarti, ia dengan sengaja mengatur perang agar tidak menimbulkan kehancuran di kedua belah pihak.
Kenapa ia melakukan itu?
Mungkin karena… kebaikannya.
Yua merasakan dadanya berdebar kencang.
"K-Kuh…uhuk… Ini belum selesai…! T-Tidak peduli seberapa kuat dia… Itu bukan kekuatannya sendiri! Dia hanya memanfaatkan sihir iblis, berarti kekuatannya sendiri tidak sebesar itu… Pasti begitu!"
Shiroshita berdiri dan mengangkat tangan kanannya dalam posisi siap.
"Aku telah berlatih keras di dunia ini hingga mencapai sekitar 99% dari jumlah sihir yang kumiliki di dunia asalku. Kita berada di level yang berbeda!"
Sebuah lingkaran sihir muncul, dan Shiroshita mulai mengumpulkan energi magisnya. Ia sedang bersiap menggunakan sihir berskala besar.
Sementara kilatan petir menyambar di sekelilingnya, bola energi petir raksasa terbentuk di depan tangannya dan semakin membesar.
"Terima ini! Sihir tingkat tinggi, Petir Terkutuk!!"
Petir gelap melesat langsung ke arah Aoma. Namun, bola petir itu tiba-tiba berhenti tepat di depan wajah Aoma.
"A... Apa...?"
Shiroshita mengeluarkan suara bingung.
"Apa yang terjadi!? Kenapa ini tidak bergerak!?"
"Aku yang menghentikannya. Aku menghentikan aliran sihirmu."
"Menghentikan aliran sihirku? Apa maksudmu?"
"Sederhana saja. Aku melepaskan sihirku dan memenuhi seluruh area ini dengannya. Sihirmu jadi terbelenggu dan tak bisa bergerak. Karena sihir itu sendiri tidak menghilang, petirnya masih tetap ada."
"T-Tidak mungkin... Hanya seseorang yang memiliki perbedaan jumlah sihir yang sangat besar dibanding lawannya yang bisa melakukan itu!"
Shiroshita tampak gemetar dan bibirnya bergetar.
"Itu benar. Jumlah sihirmu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan punyaku."
"Ini tidak masuk akal! Kau bahkan belum mencapai kebangkitan! Ditambah lagi, di tempat ini jumlah sihir kita berkurang menjadi sepersepuluh! Bagaimana mungkin kau masih bisa memiliki lebih banyak sihir dariku!?"
"Gampang saja. Jika dari awal sihirku sudah sangat besar, bahkan satu persen atau nol koma satu persen darinya saja sudah cukup menjadi ancaman bagimu. Untuk mengalahkanmu, cukup dengan seperseribu dari sihirku. Sesederhana itu."
"Ugh...!"
Mungkin merasa terhina oleh perkataan Aoma, wajah Shiroshita memerah karena marah.
"Tapi pertarungan jarak dekat masih mungkin! Terima ini!"
Shiroshita berlari ke arah Aoma dan melancarkan pukulannya. Namun, pukulan itu dihentikan hanya dengan satu jari telunjuk Aoma.
"Apa...!? Penguatan tubuh dengan sihir!? Kau masih punya sihir tersisa setelah menghentikan sihirku!? Sial! Aku tidak bisa bergerak!!"
Shiroshita mencoba mendorong tinjunya dengan sekuat tenaga, sampai urat di dahinya terlihat, namun tetap tidak bisa menggerakkan pukulannya yang tertahan oleh jari telunjuk Aoma.
"Aku sudah memerintahkannya untuk berhenti."
"Sihir tanpa lingkaran sihir!?"
"Aku sudah menggambarnya. Mungkin kau tidak sempat melihatnya karena itu terjadi dalam sekejap."
"Jangan bercanda! Ini omong kosong!!"
Shiroshita berteriak penuh frustasi.
"Dia sudah mengeluarkan begitu banyak sihir, tapi masih memiliki kekuatan sebanyak itu...!?"
Yua berbisik dengan nada terkejut.
"Perbedaannya terlalu jauh. Seperti seorang guru yang sedang mendisiplinkan murid yang nakal."
Yuri tampak tidak begitu terkejut, berbeda dengan Yua yang menatap Aoma seakan melihat sesuatu yang tidak masuk akal.
Yuri lebih memahami kekuatan Aoma dibandingkan Yua. Sebagai seseorang yang selalu berada disisinya, Yuri mengetahui bahwa dalam pertempuran melawan manusia, Aoma belum pernah menggunakan seluruh kekuatannya.
Bahkan Yua pun tidak menyadari hal itu. Tidak heran jika Yua begitu terkejut dengan apa yang terjadi saat ini.
"Aku tidak suka ditatap rendah seperti itu. Sudah waktunya kau duduk."
"Ugh... Gahh!"
Begitu Aoma berbicara, tubuh Shiroshita langsung melengkung seakan ada beban berat yang menindihnya dari atas.
Shiroshita jatuh berlutut, nyaris tidak mampu tetap duduk, nafasnya tersengal-sengal.
"Baiklah."
Aoma berjongkok, menatap wajah Shiroshita dari dekat.
"Aku tidak akan membiarkan perang yang sudah berakhir dimulai kembali. Aku akan menghancurkan rencana kalian. Sebagai permulaan, aku akan membuatmu dan para VIP tidak bisa bergerak. Tapi jika aku hanya melakukan itu... rasanya tidak cukup memuaskan."
Aoma berbicara dengan nada santai, bahkan sudut bibirnya sedikit terangkat. Namun, matanya sama sekali tidak menunjukkan kegembiraan.
Mata itu dingin seperti es, menatap Shiroshita hingga membuatnya membeku ketakutan.
"Memulai kembali perang saja sudah merupakan dosa besar. Tapi kalian juga melakukan satu dosa lainnya. Kalian telah mempermainkan perasaan orang-orang di dunia ini, serta merenggut nyawa mereka."
Suasana di ruangan itu seketika terasa lebih dingin. Shiroshita, Yua, bahkan Yuri pun merasakan getaran ketakutan yang sama.
"Salah satu dari dosa itu saja sudah cukup untuk membuat kalian pantas mati ribuan kali. Tapi ada dua dosa. Itu berarti... hanya membunuh kalian saja tidak akan cukup."
Aoma menjentikkan jarinya.
Sebuah lingkaran sihir muncul di bawah Shiroshita.
"Itulah sebabnya, kalian akan jatuh ke neraka. Ke dalam neraka yang telah disiapkan oleh sang Raja Iblis."
*
Saat Shiroshita membuka matanya, ia mendapati dirinya berada di tengah reruntuhan.
Di dalam sebuah bangunan yang hancur, sekelilingnya berserakan rak, manekin, pakaian, barang-barang kecil, perabotan, hingga wadah makanan.
Tampaknya, tempat ini dulunya adalah sebuah pusat perbelanjaan.
Ia berada di lantai satu, dengan bagian tengah yang terbuka, memungkinkan pandangannya menjangkau lantai dua.
"Apa ini? Apa yang terjadi?"
Seharusnya, tadi ia masih bertarung melawan Aoma.
Tubuhnya tiba-tiba tidak bisa bergerak, ia ditatap dari atas oleh Aoma... lalu, ingatannya terputus. Saat sadar, ia sudah berada di tempat ini.
"Hei, Game Master!"
Suara seorang pria paruh baya menyapanya.
Orang itu adalah salah satu VIP yang menonton pertarungan sebelumnya. Saat memperhatikan sekeliling, Shiroshita menyadari bahwa semua VIP dari pertarungan tadi kini berada di lantai satu. Mereka tampaknya terbangun bersamaan, sebagian besar masih terlihat bingung.
Di antara mereka, pria paruh baya itu yang paling cepat menyadari situasi dan langsung berbicara padanya.
"Apa yang terjadi di sini? Setelah ditangkap wanita aneh itu, tiba-tiba aku dibawa ke tempat yang tidak masuk akal ini..."
Sepertinya pria itu mengira Shiroshita adalah Game Master dan mulai melontarkan keluhan. Shiroshita menunduk, melihat dirinya sendiri—pakaian serba hitam, dengan topeng di wajahnya. Warna bagian dalam topengnya tampaknya merah, berbeda dengan Nanaka, tetapi bagi para VIP, mungkin tidak ada bedanya.
"Itu..."
Shiroshita ingin menjaga hubungan baik dengan para VIP, tetapi karena ia sendiri tidak memahami situasinya, ia hanya bisa menghindari menjawab.
《Sepertinya kalian semua sudah bangun.》
Suara seorang pemuda terdengar.
Itu adalah suara sang Raja Iblis—Shiranami Aoma.
Suara itu menggema di seluruh ruangan, tetapi tidak berasal dari pengeras suara. Rasanya seperti suara itu menyelimuti seluruh tempat.
"Kau... Apa yang telah kau lakukan?"
《Aku telah memindahkan kalian ke dimensi buatanku.》
"Apa!?"
Jika ini adalah dimensi alternatif, mungkin ia bisa keluar menggunakan Anti-Magic. Namun, usahanya gagal.
《Tidak ada gunanya. Dengan kekuatanmu, kau tidak akan bisa keluar.》
"Sialan! Apa sebenarnya yang kau inginkan dengan mengurung kami di tempat ini!?"
Salah satu VIP berteriak marah.
《Kalian akan saling membunuh mulai sekarang.》
Suasana seketika menjadi sunyi.
Orang ini... ingin memaksa kami bermain permainan maut!?
《Kenapa kalian terkejut? Bukankah ini hal yang selama ini kalian lakukan pada orang lain?》
Suara Aoma terdengar datar, seolah hanya menyatakan sesuatu yang wajar.
"Hei, keluarkan kami dari sini! Aku akan membayarmu. Berapa yang kau mau?"
"Katakan saja apa yang kau inginkan! Selain uang, aku bisa memberimu apa saja! Bagaimana kalau aku menjadikanmu eksekutif di perusahaanku?"
"Atau mungkin wanita? Aku bisa menyediakan kesenangan terbaik untukmu!"
Para VIP mulai mencoba menyuap Aoma dengan berbagai tawaran...
《... Kenapa orang-orang tidak bermoral seperti kalian bisa memiliki kekuasaan?》
Aoma menghela napas, terdengar jengkel.
《Tidak semua orang berkuasa seperti kalian. Tapi aku telah melihat banyak orang sepertimu di dunia lain. Orang-orang sepertimu yang membuat banyak nyawa menderita dan terbuang sia-sia.》
Nada suaranya menjadi semakin dingin.
《Sekarang giliran kalian. Rasakan sendiri apa yang selama ini kalian lakukan pada orang lain.》
Sebuah pengumuman yang mutlak.
Nada suaranya tidak memberi ruang untuk perlawanan.
《Aku akan menjelaskan aturannya. Yang bertahan hidup hingga akhir akan menjadi pemenang. Area permainan adalah dalam pusat perbelanjaan ini. Jika keluar, kalian akan didiskualifikasi—atau dengan kata lain, mati. Selain itu, ada batas waktu. Setiap lima menit, area permainan akan semakin menyempit. Saat ini kalian tidak memiliki senjata, tetapi di dalam pusat perbelanjaan ini tersebar berbagai senjata api. Gunakanlah.》
Ini seperti battle royale dalam game online, tapi dalam dunia nyata.
Shiroshita mendesah dalam hati. Ini konyol. Kenapa aku harus melakukan ini? Permainan seperti ini seharusnya hanya dimainkan oleh sampah kelas bawah!
Namun, pikirannya segera berubah. Jika ia harus menang, maka satu-satunya pilihan adalah bertahan hingga akhir.
Shiroshita adalah seorang penyihir. Ia berbeda dari para VIP sampah yang ada di sini.
(Bagus juga. Selama ini, para VIP seenaknya hanya karena mereka membayar. Aku harus menahan diri karena tanpa mereka, pertarungan tidak akan berjalan. Tapi... dalam situasi ini, membunuh mereka adalah satu-satunya pilihan.)
Saat Shiroshita menyeringai dengan senyum jahat, ia merasa puas.
Bagi Shiroshita, yang berasal dari dunia lain, baik peserta death game maupun para VIP penonton hanyalah orang-orang lemah tanpa sihir. Menjatuhkan mereka yang merasa lebih tinggi darinya pasti akan terasa menyenangkan.
Ketika permainan dimulai, suasana menjadi kacau.
Banyak yang berusaha bersembunyi sambil mencari senjata, tetapi ada juga yang mencoba taktik lain. Misalnya, seseorang berkata,
"Aku akan membayarmu banyak setelah ini, jadi bekerjasamalah denganku."
Padahal hanya satu orang yang bisa bertahan hidup dalam permainan ini, sehingga suap semacam itu tidak ada gunanya. Tak lama kemudian, orang tersebut langsung ditembak mati.
Yang mengejutkan, tidak ada seorang pun yang ragu untuk membunuh. Mungkin mereka sebelumnya tidak pernah mengotori tangan sendiri, tetapi karena sudah terbiasa membunuh secara tidak langsung, mereka tidak kesulitan untuk melakukannya sendiri. Atau mungkin, dalam situasi terdesak, siapa pun bisa berubah menjadi pembunuh.
Saat Shiroshita berdiri diam, seorang pria muncul di hadapannya. Seorang pria gemuk berusia sekitar tiga puluh tahun, memegang submachine gun dengan kedua tangan.
Namun, dia terlihat canggung, seolah-olah senjata itu terlalu berat baginya.
Shiroshita mendengus. Dalam dunia ini, senjata api memang dianggap sebagai senjata terkuat, tetapi bagi penyihir sepertinya, itu hanya mainan belaka.
Dengan sihir Anti-Fisik, ia bisa dengan mudah menahan peluru.
Pria itu menarik pelatuk. Karena tidak terbiasa, ia kehilangan keseimbangan, dan sebagian besar tembakannya meleset ke langit-langit.
Meski begitu, beberapa peluru masih meluncur ke arah Shiroshita. Namun, ia tetap tenang.
Toh, ia sudah mengaktifkan Anti-Fisik. Peluru timah tidak akan berdampak apapun padanya.
Atau setidaknya, begitulah seharusnya.
"Guhh!"
Sebuah peluru menembus bahu kanannya. Rasa sakit yang luar biasa menjalar di seluruh tubuhnya, dan darah memancar deras.
"T-Tidak mungkin…!"
Kenapa sihirnya tidak aktif!?
"Maaf, tapi agar tidak ada kecurangan, aku sudah menyegel semua sihir," terdengar suara Shiranami Aoma di kepalanya.
Saat melacak aliran mana, Shiroshita menyadari bahwa seluruh area telah ditutupi oleh Anti-Sihir. Itu adalah teknik yang sangat kompleks, sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
"Kau ingin melihat sifat asli manusia, bukan? Sekarang kau bisa merasakannya secara langsung. Dan jangan lupa, kau juga termasuk salah satu dari mereka."
Merinding, Shiroshita menatap submachine gun di tangan pria itu.
Tanpa sihir, ia hanyalah manusia biasa yang lemah.
Hanya ada satu hal yang bisa ia lakukan.
"Sialan!!"
Shiroshita berbalik dan melarikan diri.
Namun, rentetan peluru langsung menghujani punggungnya. Setelah belajar dari tembakan sebelumnya, pria itu kini menembak dengan lebih akurat.
"Aaaaagh!!"
Sambil memuntahkan darah, tubuh Shiroshita roboh ke depan. Ia tewas seketika.
*
Hasil permainan: "Tidak ada yang selamat."
Ketika hanya tersisa dua orang, mereka menembak secara bersamaan. Peluru menghantam tubuh masing-masing, dan keduanya tewas di tempat.