NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Yome ni Uwaki Saretara, Daigaku Jidai ni Modotte Kimashita! V1 Chapter 5

Penerjemah: Randika Rabbani

Proffreader: Randika Rabbani

Jangan lupa buat join ke grup whatsapp Fanservice karena admin sana dah bersedia buat kasih hasil pesanan jasanya dari Hinagizawa Groups buat diunggah ke website Kaori Translation

Ini Linknya: https://chat.whatsapp.com/HLeZcbosBqsJWktlZvriUR


Chapter 5 - Ayo Rebut Takhta Riajuu!


Begitu kuliah jam kedua selesai, 'istri'-ku menatap ke arah sini dengan senyum menggoda. Mungkin, dia minta diajak makan siang. Aku sangat butuh alasan untuk menolak. Tatapan orang-orang di sekitar benar-benar terasa tajam. Hari ini adalah mata kuliah umum Fakultas Teknik, jadi rasio laki-lakinya sangat tinggi di kelas ini. Semua orang menatap lekat 'istri'-ku sambil mengincar kesempatan. Mashiba si cewek blak-blakan yang bisa jadi celah alasan malah keluar kelas dengan riang gembira sambil tersenyum seperti gadis lugu persis saat bel berbunyi. 

Sialan, dia benar-benar tidak berguna. Saat aku sedang terpojok seperti ini, ada telepon masuk ke smartphone-ku. Dan nama 『Kuramata Shigeyoshi (Keikai-paisen)』 muncul di layar. Aku pun segera menjawab telepon.

『Yo! Kanata! Sekarang senggang?』

Suara yang terdengar dari telepon adalah suara Senpai tempatku mempersembahkan keperjakaan selfie-ku saat upacara masuk. Salah satu orang berpengaruh di kampus, nomor tiga sekaligus bendahara di sirkel acara terbesar di universitas kami. Semua orang membaliknya jadi 'Keikai' dan memanggilnya Keikai-paisen dengan akrab.

"Benar! Senggang sekali! Super duper senggang! Ussu!"

『Semangat banget ya! Bagus! Ahaha! Sekarang cepat datang ke Asrama Tayoshi! Aku habis bakar pizza nih! Ayo makan! Ahahahaha!』

Asrama Tayoshi adalah asrama mahasiswa independen yang ada di dalam kampus. Bisa ditinggali dengan biaya super murah, tapi sejujurnya itu properti 'indah' yang melanggar berbagai hukum. Pihak universitas ingin menghancurkannya, tapi karena berbagai perlawanan dari mahasiswa, OB, bahkan profesor yang pernah tinggal di sana, sampai sekarang hal itu belum bisa dilakukan.

"Ussu! Pasti datang! Aku akan melesat ke sana secepat kilat!"

『Ou. Kutunggu ya!』

Telepon pun terputus, dan aku tidak bisa menahan senyum menyeringai.

"Maaaf! Akuu! Dipanggil Paisen! Kayaknya gawat kan kalau tidak dateng kan yaa? Iya kaan?"

Aku sudah dalam mood terbaik. Dipanggil secara pribadi oleh Keikai-paisen berarti aku sudah jadi favoritnya. Masa mudaku kini benar-benar akan bersinar!

"Kalau gitu ajak aku juga dong. Tadi kayaknya bilang soal pizza kan! Aku juga mau makan!"

Uwah. Ternyata dia dengar isi pembicaraannya ya.

"Tapi yang dipanggil cuma aku."

"Eeh~ Pelit! Boleh dong! Aku juga mau makan pizza!"

Mulai merengek dia. Di dunia putaran pertama. Wanita ini tidak terlalu sering egois untuk hal sepele. Tapi kadang dia merengek dengan sangat keras kepala. Tentu saja aku tidak pernah menang sekalipun melawannya. Tapi sekarang aku mahasiswa. Aku punya kepercayaan diri untuk menang.

"Hei hei. Daripada itu coba pikir baik-baik. Tempo hari kamu makan bareng teman-teman sejurusan kan? Kalau gitu, sekarang coba perluas pergaulan ke Fakultas Teknik?"

Beberapa waktu lalu 'istri'-ku bilang begitu. Ini semacam mencari-cari kesalahan ucapan.

"Anak-anak Teknik nanti juga akan sering sekelas kok. Ada praktikum juga, jadi lebih baik akrab dari sekarang kan?"

"Hu... humm. Emang benar sih ya."

"Di Fakultas Teknik ceweknya sedikit. Sekalian aja coba adakan kumpul-kumpul cewek gitu? Kau pasti bisa! Semangat!"

"Aa~ memang benar ya. Un. Iya ya. Kucoba deh!"

'Istri'-ku sepertinya setuju, dan langsung berjalan ke arah kelompok perempuan terdekat. Sepertinya dia langsung lupa soal pizza dalam sekejap. Kukkuku. Aku segera keluar dari ruang kuliah dan menuju Asrama Tayoshi.

KANATA MELARIKAN DIRI!

BERHASIL MELEPASKAN DIRI DARI 'ISTRI'!!



Asrama Tayoshi terletak di ujung kampus. Asrama laki-laki dan perempuan dibangun berhadapan, dan di antaranya ada lapangan luas. Di lapangan itu ada booth DJ, dan para mahasiswa kami, laki-laki maupun perempuan, berdansa menggila sejak siang hari. Aku pun melewatinya begitu saja, menuju sudut lapangan dekat asrama laki-laki. 

Di ujung lapangan itu ada area BBQ. Di sana para mahasiswa memanggang daging atau sayuran masing-masing. Dan yang paling mencolok di antara itu adalah tungku bata. Oven pizza. Ini bukan fasilitas universitas, tapi sesuatu yang dibuat dan diletakkan mahasiswa seenaknya. Asrama Tayoshi ini, dulunya adalah asrama yang berwibawa dengan sejarah dan tradisi, tapi entah kapan berubah menjadi tempat yang bebas. 

Kadang mereka mengadakan pesta atau semacamnya di lapangan ini. Di putaran pertama, ini adalah ruang yang sama sekali tidak bisa kuakrabi, tapi sekarang berbeda. Aku juga sudah berkembang.

"Ooo! Datang juga kau Kanata! Waktu yang pas ya! Kejunya lumer banget ini! Enak banget! Wahahaha!"

"Ussu! Terima kasih traktirannya!"

Di dekat oven pizza diletakkan sofa. Satu orang pria mendudukinya sendirian. Pria itulah yang memanggilku ke sini, Keikai-senpai sendiri. Keikai-senpai mengenakan pakaian yang bukan lagi santai, tapi sudah berantakan. Celana boxer dan sandal. Tubuh bagian atasnya kemeja Hawaii yang bagian depannya terbuka semua. Penampilan macam apa itu.

"Kee-kun. Mau tambah sepotong lagi?"

"Ou! Tentu saja mau."

"Kalau begitu buka mulutnyaa. Aaan!"

Dan ada seorang wanita yang penampilannya lebih parah lagi. Dia hanya memakai kemeja laki-laki kebesaran di atas pakaian dalamnya. Belahan dadanya yang besar terlihat jelas. Apa itu pakaian yang boleh dipakai di luar kamar pacar? Aku hampir saja mulai berfilsafat. Wanita cantik berambut cokelat panjang bergelombang yang terlihat seperti penghuni Minato-ku itu duduk manis di atas lutut Keikai-senpai dan menyuap-kan pizza yang baru matang ke mulutnya.

"Enak! Kanata, kau juga makan sana! Ambil saja sesuka-mu dari oven! Terus ini! Obat mujarab ajaib!"

Dia mengambil sekaleng bir dari kotak pendingin yang diletakkan di samping sofa dan melemparkannya ke arahku. Aku menangkapnya, bersulang dengan Senpai, lalu segera membuka penarik kalengnya dan minum seteguk.

"Yaaah ngena banget! Kuliah jam kedua tadi berat."

Terutama karena lelah oleh 'istri'-ku, bir ini jadi terasa sangat enak!

"Iya kan! Ahaha!"

Keikai-senpai juga menenggak birnya.

"Nee nee, Kee-kun."

"Apa, Kirin-chan?"

Wanita yang memakai kemeja laki-laki itu sepertinya bernama Kirin. Nama aslinya atau nama panggilan ya? Aku penasaran.

"Cowok ganteng gaya Hollywood yang kelihatannya nakal ini siapa?"

"Juniorku. Namanya Kanata. Dia orang baik lho!"

"Hee begitu yaa. Salam kenaal~"

Wanita itu mendekatkan kaleng birnya ke arahku. Aku juga mendekatkannya dan kami bersulang.

"Apa kamu pacarnya Keikai-senpai?"

"Bukan kook~"

Katanya bukan. Hal seperti inilah yang agak sulit kuakrabi sebagai mantan introvert. Di pesta riajuu tingkat universitas ke atas, ada saja cowok cewek yang bermesraan padahal bukan pacaran. Bagi orang yang minim pengalaman dengan wanita sepertiku, ini lumayan mengejutkan.

"Aku dibawa pulang semalam~♥"

Jawaban yang lebih mengejutkan datang. Maksudnya apa...? Dibawa pulang...?

"...Eh... eeh... begitu yaa..."

"Un. Kemarin ketemu di pesta klub Shibuyaa. Terus ngobrol gitu, kayaknya pengen deh seks yang super konyol, jadinya kami ngelakuin itu di atas menara jam itu! Peman-dangannya cantik terus rasanya seperti melakukan hal terla-rang, seru lhoo. Fufufu."

"Di menara jam itu!? Dan di atasnya!?"

Menara jam yang sering muncul di pamflet Kampus Komaba kami. Seks di atasnya!? Bodoh sekali!?

"Kee-kun bodoh kan! Aku kaget! Universitas Aokawa itu kan katanya universitas pintar meskipun mahasiswanya pada sok keren semua? Jangan-jangan Kee-kun mahasiswa yang tidak naik kelas? Ufufu."

"Ngomong apa sih? SKS-ku lebih dari cukup tahu, sampai kubagi-bagikan ke yang lain! Kuhaha!"

Keikai-senpai tertawa terbahak-bahak.

"Hee, Kee-kun pintar ya. Baik banget lagi mau bagi-bagi SKS ke orang lain~♥"

Kirin-san mengelus-elus kepala Keikai-senpai sambil bilang hebat hebat~♥. Pemandangan bodoh macam apa ini? SKS kan tidak bisa dibagikan ke orang lain. Lagipula nama universitasnya salah. 

Sepertinya Kirin-san ini bukan mahasiswi ya.

"Universitas Aokawa? Bukan, universitas kami bukan Universitas Aokawa lho?"

Aku refleks nyeletuk. Aneh kan kalau sampai salah universitas.

"Ee? Tapi kan ini dekat dari Shibuya ya? Tadi naik taksi ke sini cepat kok? Universitas Aokawa kan di Shibuya? Terus ini di mana dong?"

Tidak kusangka ada wanita yang tidak tahu di mana dia dibawa pulang semalam! Apa riajuu sejati itu segila ini!?

"Ini Universitas Kouto lho."

"Eh? Kouto yang itu? Bukannya Universitas Kouto itu di dekat Kourakuen? Aku pernah lihat dari bus! Gerbang merah yang keliatan megah itu!"

"Itu Kampus Hongo. Untuk mahasiswa tahun ketiga dan keempat. Yang ini Kampus Komaba. Untuk mahasiswa tahun pertama dan kedua."

Kirin-san membelalakkan matanya.

"Serius? Baru tau. Berarti Kanata-kun mahasiswa Koudai dong? Lain kali mau kencan kelompok? Juniorku banyak yang imut-imut lho! Pasti junior-juniorku seneng deh!"

Kirin-san tertawa riang dengan polosnya. Dan pria yang didudukinya di lutut, Keikai-senpai, tertawa 'Kukuku'.

"Lagipula Keikai-senpai yang di situ juga mahasiswa Koudai kok."

"Eeh? Begitu? Kee-kun juga? Tapi tapi! Seks-nya Kee-kun semalam posisinya aneh-aneh semua lho! Memang enak sih tapi aku sampai sakit perut kebanyakan ketawa! Pasti bukan mahasiswa Koudai kan! Habisnya bodoh banget sih!"

"Gyahaha! Hentikan! Jangan umbar kebiasaan seksualku ke juniorku! Gyahahahaha!"

Keikai-senpai pun tertawa terbahak-bahak. Dan aku pun akhirnya ikut tertawa mendengar obrolan konyol mereka berdua. 

Setelah tertawa sepuasnya, aku mengambil pizza dan melahapnya. Rasa keju yang lumer dan saus tomat yang kental benar-benar enak luar biasa. Tapi.

"Senpai, ini enak sih, tapi kok nggak ada toppingnya?"

"Hm? Ini kan itu lho! Impian para lelaki! Pizza keju aja! Sebagai gantinya kejunya kumasukkan sepuluh jenis lho! Gyahahahaha!"

Pizzanya pun hasil karya yang konyol juga. Gila, keren sekali!

"Senpai benar-benar penuh romansa! Asik! Ahahahaha!"

Saat aku sedang tertawa terbahak-bahak karena saking senangnya. Musik yang diputar DJ berganti. Dan ke atas panggung yang didirikan di tengah lapangan, naiklah para perempuan yang mengenakan celana pendek dan tank top pendek sampai pusarnya terlihat.

"Itu bagus tuh itu. Itu anak-anak sirkel dansa. Mereka menari erotis lho!"

"Ngomong-ngomong Kee-kun kemarin juga goyang pinggul ya. Itu lucu banget tau! Kayak gini!"

Kirin-san berdiri di atas sofa dan menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Kemeja putihnya terangkat mem-perlihatkan celana dalam hitamnya mengintip sesekali.

"Hei! Kelihatan tuh!"

Bukan hanya aku, para cowok di sekitar juga menatap lekat.

"Iyaan. Kelihatan deh~♥"

"Woi! Tunjukkan lagi dong! Gyahaha! Jangan pelit jangan pelit! Ayo ayo!"

Keikai-senpai juga ikut berdiri di atas sofa dan mulai melakukan tindakan aneh mencubit dan menggulung kemeja Kirin-san.

"Kyaa~♥ Kee-kun mesum! Kyahahaha."

Bagaimanapun kelihatannya ini termasuk pelecehan seksual, tapi Kirin-san menjulurkan lidah seperti anak usil sambil tertawa ceria. Keduanya bercanda dengan heboh seperti orang bodoh di atas sofa. Dan para cowok di sekitar menyatukan kedua tangan mereka, menatap pemandangan itu dengan mata memerah. 

Betapa menyedihkannya para lelaki yang terombang-ambing antara iri hati dan nafsu! Benar-benar pemandangan yang bodoh! Keterlaluan! Kapan-kapan kalau punya pacar aku mau coba! Aku bersumpah begitu dalam hati. Lalu musik mulai memanas, dan sorakan terdengar dari arah panggung.

"Kyaa! Miran-samaa!" "Miran-chan! Lihat sini dong!" "Mi-ran! Mi-ran!"

Di antara kerumunan pria dan wanita yang bersorak biasa, ada satu kelompok perempuan yang aneh. Mereka memakai ikat kepala atau jaket hanten bertuliskan Miran.

"Siapa yang mereka dukung?.… Yah.… siapa pun juga tahu ya..."

Di antara para penari, ada satu wanita yang paling menonjol. Wanita super cantik berambut perak bermata merah. Dari depan terlihat seperti model rambut sebahu pendek. Tapi saat dia menggerakkan kepala, terlihat kalau rambut belakangnya dikuncir kuda. Dia memberikan kesan cantik. Ada sesuatu yang sulit dideskripsikan dengan kata tomboi.

" " " "Uooooooooooo! Mi-ran! Mi-ran!" " " "

Tak lama kemudian suara dari para lelaki pun mulai terdengar. Wanita berambut perak itulah si Miran rupanya. Dia membuat pandangan penonton terpaku padanya. Jujur saja, menurutku teknik menarinya sendiri tidak jauh berbeda dengan yang lain. Tapi ekspresi tegasnya dan gerakan tubuh sensual yang kontras dengannya. Ditambah lekuk tubuhnya yang indah. Gabungan semua itu membuatku merasakan sensualitas yang menyesakkan dari wanita itu. Singkat kata.

"Emo dan Ero."

Ya. Semua gerakan tubuh wanita yang dipanggil Miran itu mengaduk-aduk emosi. Luar biasa emo. Dan membuatku merasakan rasa gembira dan nafsu.

"Ooh! Kanata paham juga ya! Misaki itu memang gila banget kan! Ero banget!"

Dia menyebut Miran sebagai Misaki. Sepertinya bukan salah sebut?

"Eroo~i! Emoo~i! Gawat nih Kee-kun! Cuma lihatin anak rambut perak itu saja aku jadi terasa panas!... Hei..."

"Ou! Paham paham!"

Keikai-senpai menggendong Kirin-san ala putri.

"Kyan! Maksa banget sih! Ufufu."

Keduanya bermesraan sambil masuk ke asrama laki-laki. Eee!? 'Begituan' di siang bolong!? Inikah kehidupan kuliah riajuu sejati!? Rasanya aku ingin ikut Keikai-senpai seumur hidupku. 

Lalu musik berakhir dan tarian pun selesai. Sorak sorai dan tepuk tangan membahana, kelompok penari itu masuk ke arah asrama perempuan. Para penonton ramai membicarakan Miran. Saat itulah.

"Oi, anak tahun pertama di sana. Kuramata ke mana?"

Seorang cowok berkacamata hitam yang sepertinya kakak kelas dan rombongan pengikutnya menghampiriku. Auranya tidak enak. Keikai-senpai enak-enakan bermesraan dengan cewek cantik. Aku malah kesal sama para laki-laki? Keterlaluan! Rasanya ingin berteriak begitu dalam hati.



Wajah Senpai berkacamata hitam itu ada dalam pengetahuan masa depanku. Tapi terus terang dia bukan orang penting. Dia punya jabatan bagian umum di salah satu dari sekian banyak sirkel tenis, tapi cuma seorang pria biasa. Namanya tidak layak diingat.

"Oi bocah tahun pertama, kau itu katanya kesayangannya Kuramata ya? Jadi terkenal kan pas upacara masuk? Hm?"

Senpai kacamata hitam itu duduk di sofa tempat Keikai-senpai dan Kirin-san bermain tadi. Lalu dia mendudukkan dua gadis manis yang sepertinya junior di kedua sisinya. Mungkin mereka mahasiswi dari universitas perempuan lain. Sirkel tenis di universitas kami memang biasanya bekerja sama antar universitas dengan universitas perempuan.

"Benar. Aku berhutang budi pada Kuramata-senpai."

Aku menjawab aman saja. Melihat itu, Senpai kacamata hitam menyeringai.

"Apaan ini. Kau ini membosankan ya! Kalau kau kesay-angannya Kuramata, harusnya kau orang yang menarik kan? Lakukan sesuatu dong! Hyahahaha!"

Rombongan pengikutnya ikut tertawa. Aa~ ini pola pikir orang yang merasa kesal karena aku agak viral saat upacara masuk. Terus mungkin Senpai kacamata hitam ini, benci atau lebih tepatnya iri hati pada Keikai-senpai. Habisnya Keikai-senpai itu jelas raja riajuu sih.

"Haha, dibilang lakukan sesuatu juga aku bingung. Aku bukan tipe pelawak soalnya. Ahaha."

"Haa? Apa maksudmu? Kami ini datang ke sini karena diundang Kuramata tahu? Tapi kau tidak niat menghibur kami? Bikin malu Kuramata saja, keterlaluan!"

Senpai kacamata hitam ini memprovokasiku. Bisa saja kuabaikan, bisa juga kulaporkan nanti ke Keikai-senpai, tapi.

"Kusukusu" "Padahal mukanya lumayan ya~"

Dua gadis yang duduk di sofa tertawa dengan nada meremehkanku. Aku jadi agak tersinggung. Diremehkan oleh perempuan memang menyakitkan. Mau tidak mau aku jadi teringat perbuatan jahat 'istri'-ku. Yah, meskipun dia sama sekali tidak menunjukkan wajah meremehkan atau mengucap-kan kata-kata merendahkan bahkan setelah perselingkuhannya terbongkar. Tapi tetap saja faktanya aku diremehkan. Kalau tidak, mana mungkin dia selingkuh. Baiklah. Akan kuhilang-kan kebosanan kalian.

"Tentu boleh kok. Kalau reputasi Kuramata-senpai diper-taruhkan, mau bagaimana lagi. Aku akan lakukan hal super lucu sekarang, jadi tolong kerja samanya sebentar ya!"

Aku mengambil sebotol bir impor ukuran 500ml dari rak dekat asrama laki-laki. Lalu sekalian aku memungut 'sesuatu' yang ada di dekat situ, dan kembali ke sofa.

"Jadi, mau melakukan apa?"

Aku merasa sangat kesal melihat Senpai kacamata hitam yang duduk angkuh bersandar di sofa itu. Sofa itu bisa dibilang adalah takhta yang hanya boleh diduduki oleh pria paling riajuu di pesta ini. Duduk di sana sambil menggoda junior adalah penghinaan terhadap takhta itu sendiri. Aku pun memberikan botol bir pada Senpai itu.

"Senpai belum minum kan? Silakan pegang botol ini."

"Apa? Yah, boleh saja sih, tapi tutup botol ini belum terbuka lho? Apa kau bodoh? Hahaha!"

Orang-orang di sekitar tertawa cekikikan. Mungkin mereka salah mengira aku gugup sampai membawa botol bir yang belum dibuka. Itu salah.

"Mulai dari sinilah lucunya! Aku akan membukanya tanpa pembuka botol!!"

"Apa? Sulap? Wah~ Dingin!"

"Sudah sudah! Lihat saja dulu! Pertama, pastikan tidak ada trik apa pun di botol itu!"

Senpai dan dua gadis di sebelahnya memeriksa botol bir itu. Tentu saja tidak ada trik apa pun. Hanya botol bir biasa.

"Sudah selesai memeriksanya kan? Kalau begitu tolong pegang bagian bawah botol itu dan angkat ke arah langit! Aku akan berdoa pada dewa dan meminjam kekuatan dari malaikat sekarang!"

Para gadis tertawa agak sungguhan. Sepertinya kena selera humor mereka. Tapi begitu Senpai kacamata hitam menatap mereka, senyum mereka langsung hilang. Sikap begitu benar-benar keterlaluan. Aku benci orang yang suka menindas junior seperti ini di sirkel acara atau sirkel tenis.

"Ooh, Dewaku~! Berikan aku kekuataaaaaaaaaaaaaan. Fuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu- yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa-aaaaaaaaaaaaaaaaaaa-hoiiiiii!"

Aku mengeluarkan teriakan aneh sambil menatap tajam leher botol bir yang diangkat Senpai setinggi dadaku.

"Fuuuuuuuuuuuuuuuuu-yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa-aaaaa!!! Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat!!!!!"

Aku pun mengepalkan tangan, membuat posisi tangan pedang dengan punggung tangan menghadap bawah. Lalu aku mengayunkannya sekuat tenaga ke arah leher botol bir!

"Eh?"

" " " " "Eeee!?" " " " " "

Terdengar bunyi 'Krak!', leher botol bir yang ramping itu patah dan terbang. Lalu busa birnya menyembur keluar dari mulut botol yang terbuka.

"Baik! Sulapnya berhasil! Botol bir berhasil dibuka tanpa pembuka botol!!"

Orang-orang di sekitar mulutnya ternganga karena kaget. Tangan Senpai kacamata hitam gemetaran. Wajar saja takut kalau botol bir dipatahkan jadi dua dengan tangan kosong di depan matanya. Tapi bukan ini saja.

"Ayo silakan silakan Senpai! Birnya enak lho! Nah nah! Silakan minum! Ini dariku lho! Ahaha!"

Pecahan botolnya tajam. Mana mungkin bisa minum dari situ tanpa bibir terpotong. Tidak mungkin bisa.

"Ah, aa, aaaa. Aah. Itu dia! Aku habis ini ada kuliah jadi nggak bisa minum alkohol! Nih, kau minum!"

Senpai itu menyodorkan botol bir pecah itu ke junior laki-laki di dekatnya. Tapi tentu saja junior itu juga tidak mau. Dia menyodorkannya ke orang lain lagi. Dan selagi mereka melakukan aksi saling lempar tanggung jawab yang bodoh itu, mereka menjatuhkan botol bir itu ke tanah.

"Aa sayang sekali~! tidak mungkin~ Ini mau diapakan senpaiii? Ini minuman yang sama yang direkomendasikan Kuramata-senpai lho! Masa tidak bisa minum! Cupu!"

Aku pun mengatakannya dengan nada provokatif dan menghina sekuat tenaga.

"Cih. Sialan. Padahal cuma anak tahun pertama."

"Dan juga minggir sana dari kursi itu! Kau tidak pantas duduk di situ. Lihat kiri kananmu? Paham kan?"

Senpai kacamata hitam itu menoleh ke arah gadis di kedua sisinya. Terlihat jelas wajah perempuan yang sudah kecewa melihat si pengecut itu. Sebaliknya, mereka mengirim tatapan panas ke arahku. Yang menentukan pria mana yang menang adalah perempuan. 

Aku belajar itu dari perselingkuhan 'istri'-ku. Senpai kacamata hitam itu berdiri dari kursi dengan wajah kesal lalu berjalan lesu meninggalkan lapangan sendirian. Dan aku duduk di kursi yang kosong itu.

"Hei, aku agak lapar. Ayo makan pizza! Ayo minum!"

Saat aku berkata begitu, kedua gadis di sisiku tersenyum ceria, yang satu mengambilkan pizza dari meja terdekat, dan yang satu lagi mengambil sekaleng bir dari kotak pendingin lalu membuka penarik kalengnya.

"Ini, aan~♥"

"Aan!"

Gadis manis menyuapkan pizza ke mulutku. Aku pun melahapnya. Sudut mulutku kotor, tapi gadis itu repot-repot menyekanya dengan saputangannya. Makhluk bernama wanita itu memang suka merawat dengan setia pria yang menang.

"Ini, dingin banget lho! Silakan~♥"

"Iya! Sankyu! Kutenggak langsung ya! Ueei!"

Gadis manis yang satunya lagi dengan lembut menem-pelkan kaleng bir ke mulutku dan membiarkanku minum. Terbawa suasana, aku pun langsung menghabiskan bir itu.

"Puhaa! Mantap! Ini sebagai ucapan terima kasih! Chu! Chu!"

Aku pun memberikan ciuman di pipi kedua gadis itu. Keduanya pipi mereka memerah karena senang. Lalu aku merangkul bahu kedua gadis itu.

"Pestanya belum berakhir! Nah! Ayo kita ramaikan!"

" " " " " "Ueeeeeeeeeeeeeeeeeee!!!!" " " " " "

Rombongan yang tadinya merupakan pengikut Senpai kacamata hitam itu kini semua mengikuti perintahku. Inilah yang disebut kudeta sirkel. Kekuatan adalah KEKUATAN! Dalam hierarki kasta kehidupan universitas, wajah, kekuatan fisik, dan keaktifan adalah segalanya. Dan pesta belum berakhir. Kami terus berpesta sampai malam.



Aku yang kelelahan karena terlalu banyak minum berbaring di sofa di lapangan sambil menatap langit malam. Pesta sudah selesai dan lapangan yang sunyi sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Tapi rasa panas masih tersisa di tubuhku. 

Hari ini benar-benar sangat menyenangkan. Rasanya sayang kalau pulang begitu saja. Kuharap ada sesuatu yang bisa melanjutkan rasa panas ini, begitulah pikirku.

"Yaa, maaf mengganggu saat kamu sedang bersantai, tapi boleh minta waktu sebentar?"

Terdengar suara wanita yang indah, tegas dan berwibawa. 

Dan saat aku mengangkat wajah, di sana berdiri wanita cantik berambut perak bermata merah. Jeans dan jaket kulit, pakaian keren yang agak tomboi. 

Dilihat dari depan memang rambutnya terlihat pendek sebahu dan agak tampan. Si penari populer Miran itu ada tepat di depanku. Aku bangkit dan duduk kembali bersandar di sandaran sofa.

"Tidak masalah. Malah suatu kehormatan. Tarianmu tadi luar biasa."

"Terima kasih. Kamu juga hebat tadi. Mematahkan botol bir dengan tangan itu. Aku lihat dari jendela asrama perempuan lho. Benar-benar hebat bisa memanipulasi orang dengan trik sesederhana itu."

"Eh? Ketahuan ya! Haha!"

Trik mematahkan botol bir tadi memang ada triknya. Lagipula botol bir zaman sekarang sangat kuat, ahli bela diri profesional sekalipun tidak mungkin bisa mematahkannya dengan tangan kosong. 



"Aku lihat kamu memungut sesuatu saat mengambil botol bir tadi. Aku langsung sadar itu batu. Lalu kamu pura-pura melakukan pukulan tangan pedang, padahal kamu menggenggam batu itu di tanganmu. Kamu memecahkan leher botolnya dengan itu kan? Batu itu kamu sembunyikan diam-diam di dalam lengan baju, lalu sisanya kamu bicara besar dan membuat semuanya jadi kabur. Itu sendiri sudah hebat sih, tapi curang tetaplah curang ya. Kukuku."

Miran tertawa seperti anak usil. Senyum aneh dan menarik yang meskipun tomboi tapi pesona sensual wanitanya juga ada. Benar-benar wanita super cantik. Membuatku pusing. Dan aku merasakan rasa panas kembali memenuhi tubuhku. 

Gadis ini pasti datang membawa sesuatu yang menarik untukku. Aku punya keyakinan itu dan rasa antusiasku tidak tertahankan. 


Post a Comment

Post a Comment

close