NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V11 Epilogue

 Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina


Epilogue: Pagi Telah Tiba, Langkah Kaki yang Berdampingan

Terdengar suara kicauan burung. Mendengar suara itu, kesadaranku pun pulih.

"...Sudah pagi ya."

"Sudah pagi tahu."

Di dalam tempat tidur... Nanami yang mengenakan piyama di sebelahku membalasku. Dia mengenakan piyamanya yang biasa, dan tentu saja aku juga mengenakan piyama.

Pakaian kami tidak berantakan, dan kami juga tidak melakukan apa-apa.

Kami hanya... tidur bersama dengan normal. Hanya tidur seranjang. Entah apakah itu bisa disebut 'hanya'... tapi intinya begitulah.

...Atau lebih tepatnya, kalau dipikir-pikir lagi, tempat tidurku berukuran single(tunggal), hebat juga kami bisa tidur bersama. Padahal, kupikir aku akan jatuh karena tidak selebar saat di Hawaii.

Untuk saat ini, baik aku maupun Nanami sama-sama lega karena benang akal sehat kami tidak putus. Mungkin, karena kami sudah berbicara dan memastikannya sebelum tidur, un.

Kalau kami tertidur begitu saja mengikuti alur biasa... mungkin saja ada kemungkinan sesuatu terjadi.

Tapi sudah pagi ya... karena masih sangat dingin, aku tidak mau keluar dari selimut... tapi di saat yang sama, muncul juga perasaan kalau aku harus segera bangun.

Mungkin di sinilah perbedaannya dengan Hawaii. Di sana, aku tidak merasa kedinginan saat baru bangun tidur.

"Tidak mau keluar dari selimut ya..."

"Benar, sangat dingin ya..."

Kalau di dalam rumah saja sudah sedingin ini, berarti suhu udaranya pasti sangat rendah. Karena saat ini ada Nanami, jadinya lumayan hangat... tapi tetap saja...

"...Tidak boleh, ayo bangun!!"

Seolah sudah membulatkan tekadnya, Nanami menyibakkan selimut dengan cepat, lalu turun dari tempat tidurku. Dan saat dia membuka tirai kamar, cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.

Hari ini cuacanya cerah juga... pikirku, dan aku pun ikut mendekat ke jendela bersama Nanami. Di luar... salju menumpuk tipis. Apa semalam sempat turun sedikit ya?

Semalam juga sudah putih, tapi sekarang terhampar dunia yang putih bersih tanpa noda. Meskipun salju yang empuk menumpuk, tapi tidak ada jejak apa pun... bahkan jejak mobil pun tidak ada.

Apa kami bangun terlalu pagi? Bahkan tidak ada orang yang keluar untuk membersihkan salju.

Memikirkan harus membersihkan salju ini membuatku murung... tapi aku tidak benci melihat pemandangan pagi seperti ini. Walaupun sedikit dingin.

Saat aku merasa kedinginan, Nanami yang mengenakan piyamanya yang imut itu menempel erat padaku. Pemanas ruangan sepertinya sudah menyala dengan timer, tapi karena udaranya masih dingin, bagian tubuh yang bersentuhan jadi terasa hangat.

Natal sudah berakhir, dan liburan musim dingin akan benar-benar dimulai. Tidak, lebih tepatnya liburan musim dingin sudah dimulai sejak kemarin lusa. Meskipun begitu, entah kenapa rasanya baru hari ini liburan musim dingin dimulai.

Mungkin karena kami tidak akan bertemu dengan teman-teman sekolah.

"Saat liburan musim dingin... enaknya melakukan apa ya..."

Mendengar kata-kataku yang bergumam dengan pelan, Nanami menunjukkan raut wajah yang sedikit sedih. Dia pasti benar-benar merasa sedih. Aku juga sedikit, merasa sedih.

Maklum saja, Nanami, mulai besok akan pulang ke rumah orang tua Mutsuko-san.

Artinya, aku dan Nanami tidak akan bisa bertemu selama satu minggu mulai besok.

Perasaan itu... sangat menyedihkan. Sedih, tapi untuk yang satu ini mau bagaimana lagi. Tentu saja aku tidak bisa ikut saat Nanami pulang kampung.

"Mou, aku sih ingin bertemu nenek, tapi tidak bisa bertemu Youshin itu sangat menyedihkan..."

...Apa jangan-jangan, untuk menutupi rasa sedih itu, agar dia bisa sedikit lebih kuat untuk menahannya, karena itulah semalam dia mengajakku untuk tidur bersama.

Alasan yang dipikirkan Nanami itu memang benar, tapi mungkin rasa sedih karena tidak akan bertemu untuk waktu yang lama itu yang menjadi pendorongnya. Meskipun begitu...

Akhirnya aku tidur bersama Nanami atas kehendakku sendiri... aku...

Mungkin akan ada yang berkata, 'baru sekarang'. Memang, ini bukan pertama kalinya aku menyambut pagi bersama Nanami. Karena itu, sudah beberapa kali kami terbangun di atas ranjang yang sama.

Tapi, dengan sadar memutuskan untuk tidur bersama, berjalan beriringan ke tempat tidur, lalu saling mengucapkan selamat tidur... Dan saat bangun di pagi hari, Nanami ada di sampingku.

Ini adalah pagi pertama yang menerimanya sebagai hal yang wajar, karena itulah aku mengungkapkannya sebagai pertama kalinya aku tidur bersama Nanami seperti ini. Di satu sisi, ini adalah pengalaman pertamaku.

(Tln: pengalaman pertama untuk tidur bareng dengan niat asli, bukan unboxing. kecewa)

...Aku benar-benar mendapatkan hadiah Natal yang luar biasa.

"Ada apa, Youshin...?"

"Ah... tidak, hanya saja... ini pertama kalinya kita tidur bersama dengan sadar."

"...Masa sih?"

Sambil memiringkan kepalanya dengan heran, Nanami menepuk-nepuk pelipisnya dengan jari seolah sedang mencoba mengingat masa lalu.

"Ah... tapi memang benar... untuk Youshin mungkin ini yang pertama. Kalau aku, waktu liburan sekolah aku sudah menyadarinya."

...Kalau dipikir-pikir, waktu liburan sekolah, aku yang dijadikan guling oleh Nanami ya. Kali ini, aku yang menjadikan Nanami guling... tentu saja tidak.

Kami hanya tidur berdampingan, tapi tetap saja, ada perasaan puas yang aneh di dalam diriku.

Saat aku kembali duduk di tempat tidur dan merebahkan diri, perutku sedikit bunyi. Meskipun semalam sudah makan sebanyak itu, tapi setelah semalaman perutku jadi lapar lagi...

"Sarapan, bagaimana ya... apa kita buat sesuatu..."

"Ah, kalau boleh, biar aku yang buat."

Nanami mengangkat tangannya dengan gembira sambil melompat-lompat di tempat. Mungkin karena dia memakai piyama, jadi... banyak yang bergoyang.

Tidak, padahal seharusnya dia memakai pakaian dalam juga. Kenapa bisa bergoyang ya. Apa hanya karena aku sedang berbaring jadi kelihatannya begitu.

Kusampingkan dulu pikiran kotorku... saatnya sarapan. Sepertinya masih ada sisa masakan semalam, tapi rasanya tidak begitu banyak.

Kalau mau membuat sesuatu lagi, bahan-bahan untuk sarapan... Sepertinya rotinya sudah habis. Hmm...

"Rasanya malas juga kalau harus menyiapkan sesuatu, bagaimana kalau kita ke minimarket?"

"Loh...? Aku bisa memasak tahu. Lebih enak dari makanan minimarket."

"Tidak, aku tahu masakanmu enak... tapi entah kenapa makanan minimarket di saat seperti ini, rasanya sangat menyenangkan..."

Sebenarnya, aku juga sering diam-diam pergi ke minimarket di tengah malam. Perasaan menyenangkan seperti itulah... yang kurasakan saat ini.

Bangun pagi-pagi, pergi ke minimarket, membeli sarapan lalu pulang. Entah kenapa hanya membayangkannya saja... rasanya menyenangkan. Apalagi, di luar sepertinya belum ada siapa-siapa.

Dan juga, sambil mencari-cari alasan, mungkin aku sebenarnya ingin berjalan di tengah pemandangan pagi yang tadi kulihat. Menginjakkan kaki di atas salju baru yang belum ada jejaknya.

"Sambil jalan-jalan pagi, ayo kita pergi sebentar. Ayah dan yang lain juga sepertinya belum akan datang ke sini kan."

Nanami berpikir sejenak, lalu sambil bergumam, dia naik ke atasku yang sedang berbaring di tempat tidur. Mungkin karena piyama... rasanya jadi lebih menempel dari sebelumnya.

Nanami merebahkan tubuhnya, dan sambil berbaring di atas dadaku... dia menatapku dari bawah.

"...Ide bagus juga ya, ayo kita pergi."

Mendengar kata-kata Nanami itu, aku menyeringai dalam diam dan mengangguk. Rasanya seperti sedang melakukan sesuatu yang nakal. Nanami juga balas tersenyum lebar seolah menjawabku.

Benar-benar, senyum kami berdua terasa seperti senyum orang yang sedang merencanakan sesuatu yang jahil...

Kalau sudah diputuskan, ayo kita bersiap-siap. Ganti baju dulu... Nanami akan ganti baju di kamarku, dan aku akan ganti baju di ruang tengah.

...Karena akan pakai mantel, jadi seadanya saja tidak apa-apa. Aku memakai kemeja dan celana seadanya, lalu mengenakan mantel musim dinginku yang panjang. Apa Nanami sedang berdandan... sepertinya butuh waktu sedikit lebih lama.

Meskipun begitu, dia langsung keluar dari kamarku. Karena mantelnya... digantung di tempat lain, jadi Nanami juga mengenakan kemeja biasa dengan rok panjang yang longgar.

Entah kenapa, pakaian santainya ini juga terlihat bagus.

Setelah selesai bersiap-siap dan keluar... udara dingin langsung menusuk kulitku. Kukira di dalam rumah juga sedikit dingin, tapi di luar ternyata jauh berbeda.

Perasaanku yang sedikit melayang menjadi jernih karena udara dingin, dan bersamaan dengan sensasi kulitku yang menegang, pipiku terasa sedikit sakit.

Meskipun sakit, tapi hanya seperti tertusuk kecil... udara yang sama sekali berbeda dengan musim panas ini, membuatku sadar akan datangnya musim dingin yang sesungguhnya.

Semalam juga dingin, tapi entah kenapa pagi hari terasa lebih dingin.

"Uwaah... dingin, dingin... Youshin... pegang... tanganku..."

"Un... eh, tapi kalau begitu tanganmu yang satunya akan kedinginan. Pakai saja sarung tangan ini."

"Kemarin kamu juga memakainya kan. Aku senang."

Tentu saja, ini barang yang kudapat dari Nanami... pikirku, sambil memberikan sarung tangan yang kudapat dari Nanami di hari ulang tahunku.

Mungkin ini klise, tapi Nanami memakai satu sarung tangan itu, lalu kami berpegangan tangan di sisi yang tidak memakai sarung tangan. Tentu saja dengan jari yang saling bertautan agar lebih hangat... yah, meskipun saat musim panas kami juga melakukannya.

Saat ini aku sedang mengenakan syal, sarung tangan, topi, dan kaus kaki yang kudapat dari Nanami. Sepatunya adalah sepatu yang kudapat dari Ibu dan Ayah...

Apa begini ya rasanya saat mengenakan perlengkapan terkuat di dalam game ke dunia nyata.

Rasanya, aku jadi merasa tak terkalahkan. Sampai-sampai dunia perak yang terhampar di hadapanku ini terasa tidak ada apa-apanya.

"Menginjakkan kaki di salju pagi-pagi begini... rasanya baru ya. Biasanya kalau aku bangun pagi, Ayah sudah selesai membersihkan salju..."

"Benar juga... biasanya kalau salju menumpuk rasanya hanya menyebalkan, tapi hari ini terlihat sangat indah. Berkilauan karena cahaya matahari pagi."

Sambil berkata "ayo", kami melangkahkan kaki kami ke atas salju yang baru turun. Rasanya aku mendengar suara yang khas saat menginjak salju.

Langit biru tanpa awan, dan salju putih yang memantulkan cahaya matahari. Rasanya seperti udaranya begitu jernih, dan tegang... Kami berjalan di tengah udara yang dingin itu.

"Meskipun dingin, tapi udaranya yang dingin ini terasa nyaman ya."

"Pagi hari di saat bersalju juga punya daya tariknya sendiri, ya. Belum banyak orang juga, jadi pemandangan salju ini serasa milik kita sendiri."

Meskipun kami hanya berjalan ke minimarket di sebelah sana, tapi mungkin karena salju yang menumpuk dan menutupi jalan ini, aku jadi berhalusinasi seolah jalan ini akan terus berlanjut tanpa ujung.

Pemandangan yang berubah total hanya dalam semalam ini adalah salah satu daya tarik khas musim ini ya... meskipun membersihkan salju itu sangat merepotkan.

"Harus membersihkan salju..."

"Mau kubantu?"

"Tidak... tidak apa-apa... Aku dan Ayah akan melakukannya. Kami juga punya mesin pembersih salju dan tangki pelebur salju..."

Yah, meskipun ada mesin, tapi bagian-bagian kecilnya tetap harus dikerjakan dengan tangan. Tapi kalau dikerjakan berdua dengan Ayah pasti akan cepat selesai.

Lagipula, kalau hanya salju sebanyak ini... tidak akan memakan banyak waktu. Malahan, mungkin aku bisa menyelesaikannya sebelum Ayah dan yang lainnya pulang.

"Tapi, aku juga sering membantu ayahku membersihkan salju tahu."

"Oh begitu? Bukankah itu pekerjaan yang cukup berat?"

"Karena itu olahraga seluruh tubuh, jadi sangat cocok untuk diet."

"Saat selesai pasti akan mandi keringat jadi harus langsung mandi..." kata Nanami sambil tertawa. Kalau begitu, jika Nanami membantuku membersihkan salju, dia akan mandi keringat, jadi dia akan mandi...

Tidak, gawat, gawat. Ini masih pagi. Pagi-pagi begini kenapa aku memikirkan hal yang tidak senonoh...

"Kamu membayangkannya?"

Nanami yang mendekat, tiba-tiba berbisik di telingaku dengan riang.

Dari senyumnya, aku tahu dia sengaja mengatakannya, karena dia terlihat sangat senang... Aku pun menunjukkan persetujuanku hanya dengan gerakan, dan Nanami tertawa semakin riang.

Dalam perjalanan ke minimarket, kami sengaja berjalan dengan perlahan. Dengan perasaan agak sayang jika kami sampai terlalu cepat, dan juga perasaan sedikit sedih.

Itu karena, aku sadar... kalau Nanami pergi nanti, untuk sementara waktu, kami tidak akan bisa berjalan bersama seperti ini...

Mungkin karena suasana yang sedikit sepi karena tidak ada siapa-siapa, perasaanku jadi sedikit sentimentil.

"Tidak ada siapa-siapa ya..."

Gumam Nanami dengan pelan. Mungkin karena hari ini kebetulan hari libur. Atau hanya kebetulan saja. Aneh sekali, tidak ada orang sama sekali.

Kami berjalan berdampingan, sedikit mengobrol, lalu terdiam. Setiap langkah terasa seperti semakin mendekatkan kami pada saat di mana kami tidak akan bisa bertemu untuk sementara... perasaanku jadi sedikit murung.

Padahal ini adalah pagi yang begitu menyegarkan... Saat berpikir begitu, aku mengangkat wajahku.

"Ayo kita pikirkan hal yang menyenangkan!"

"Eh? Hal yang menyenangkan?"

Benar, karena ini adalah pagi yang begitu menyegarkan, suasana murung tidak cocok. Meskipun hanya berpura-pura untuk semangat, aku sedikit mengeraskan suaraku seolah untuk menyemangati diriku sendiri.

Saat aku melangkah maju dengan kuat, jejak kaki kami tertinggal di atas salju. Saat salju yang empuk itu terinjak, terdengar suara yang khas, dan meratakan permukaan tanahnya.

"Nanami, apa yang mau kamu lakukan saat liburan musim dingin? Daripada memikirkan saat kita tidak bisa bertemu, ayo kita pikirkan apa yang mau kita lakukan bersama. Liburan musim dingin kan panjang."

"...Benar juga ya."

Saat aku berbalik, Nanami tersenyum lembut padaku. Suasana yang tadinya sedikit sedih pun langsung hilang.

"Jadi, Youshin mau melakukan apa?" Mendengar pertanyaan itu, aku jadi teringat sesuatu. Tidak, bukannya aku lupa... tapi ada sesuatu yang sengaja tidak kuucapkan kemarin.

"Saat liburan musim dingin, ayo kita pergi ke pemandian air panas!! Mumpung kita dapat tiket perjalanan pasangan!!"

Benar, hadiah yang kumenangkan dari suit saat Natal.

Setelah mendapatkan tiketnya, aku sempat mencari tahu, dan ternyata ini adalah tiket yang bisa digunakan di penginapan pemandian air panas yang lumayan jauh. Penginapannya juga terlihat bagus dan makanannya kelihatannya enak.

Ini sudah bisa disebut sebagai perjalanan singkat dua hari satu malam. Tentu saja.

"...Berdua saja?"

"Berdua saja!"

Saat kujawab dengan mantap, Nanami tersenyum dengan malu-malu.

Sebenarnya, kalau kami pergi berlibur ke pemandian air panas hanya berdua, kurasa akan ada banyak sekali rintangan. Mulai dari memastikan apa penginapannya menerima pasangan pelajar, sampai rintangan terbesar, yaitu mendapatkan izin dari orang tua kami...

Ah, selain itu ada juga biaya perjalanan ya. Mumpung sudah di penginapan pemandian air panas yang bagus, pasti kami ingin berwisata juga, jadi akan butuh sangat banyak uang.

Padahal baru saja tadi kami berbicara soal berhemat. Tapi karena tiketnya sudah ada, mau bagaimana lagi, sayang sekali, alasan seperti itu kan bisa dipakai.

"Pemandian air panas... apa kita akan mandi bersama?"

Seketika, gerakanku berhenti. Benar juga, aku kan sudah mendeklarasikannya sebelum suit. Kalau aku akan masuk ke pemandian air panas bersama Nanami.

Waktu itu, aku mengatakannya untuk melawan Shizuka-san, jadi aku tidak memikirkannya dalam-dalam, dan ada juga unsur terbawa suasana...

...Saat kulihat Nanami, meskipun dia malu, tapi dia tidak terlihat keberatan... malahan, dia menatapku dengan tatapan sedikit penuh harap.

Di pemandian air panas... bersama ya...

"Soal itu, akan kita pertimbangkan termasuk..."

"Karena ini pemandian air panas... tentu saja, kita tidak akan pakai baju renang..."

Gerakanku kembali melambat. Itu, artinya... itu, yah, sedikit...

Tidak, kenapa aku jadi lemah begini. Aku harus berhenti jadi payah. Lagipula, semalam aku sudah berhasil menahan diri untuk tidur bersama. Mandi bersama di pemandian air panas juga pasti bisa kutahan.

Pasti, mungkin, semoga saja...

"Kalau permandian umumnya adalah permandian campur dan ada orang lain, kita tidak akan mandi bersama. Kalau di kamar ada pemandian air panasnya sendiri... di sana... akan kupikirkan!!"

Itulah batasku. Atau lebih tepatnya, kalau dipikir-pikir, penginapan yang di kamarnya ada pemandian air panas itu tergolong mewah, jadi dengan tiket menginap yang kami dapat kali ini, kurasa mustahil kami bisa menginap di sana.

Jadi secara praktis... ini artinya aku sudah menghindar...

"Hmm... kalau begitu begini saja. Selagi kita terpisah, kita pilih saja dulu penginapan mana yang kita mau, lalu saat kita bertemu lagi, kita putuskan mau pergi ke mana."

Meskipun aku baru saja bersikap payah, tapi Nanami tetap terlihat senang. Memang benar, seharusnya ada beberapa pilihan tempat menginap, dan memilihnya juga sepertinya akan menyenangkan.

Secara tidak langsung, sepertinya kami baru akan bisa pergi di pertengahan atau akhir liburan musim dingin... Aku juga harus membujuk Ayah dan Ibu, jadi waktunya pas...

Di tengah salju, Nanami tiba-tiba berhenti, lalu mengulurkan tangannya padaku. Ada apa...? Saat kupikir begitu, ternyata Nanami mengulurkan jari kelingkingnya padaku.

Seperti yang kulakukan semalam.

"Janji."

...Gawat, posisiku jadi terbalik dengan yang semalam. Aku tersenyum dengan kecut, lalu menautkan jariku pada jari kelingking Nanami.

Janji kelingking. Kalau bohong...

Baiklah, dengan begini, mau tidak mau kami harus pergi. Bagaimana ya... aku harus memikirkan sebuah strategi. Rasanya sedikit menyenangkan.

Mungkin karena merasa aman setelah berjanji, Nanami juga tersenyum seolah bersemangat.

"Nanti kalau aku sudah pulang, aku akan menghubungimu... ayo kita kencan lagi ya. Tentu saja, selama aku di rumah nenek juga aku akan tetap menghubungimu."

"Un, aku juga akan menghubungimu. Hanya saja, karena di desa, jadi aku tidak punya kamar sendiri..."

"Ah, aku juga begitu. Kami semua tidur beramai-ramai di satu ruangan... Meskipun itu juga seru dan menyenangkan."

"Keluarga besarku juga akan datang... kalau aku menelepon pasti akan ditanyai berbagai macam..."

Entah karena semua daerah pedesaan itu sama, atau hanya kebetulan saja, tapi sepertinya situasi pedesaan keluargaku dan Nanami sangat mirip, dan kami jadi bersemangat sendiri membahas kesamaan itu.

Sepertinya akan sangat sulit untuk bisa berduaan saja... jadi komunikasi utama kami sepertinya akan melalui pesan.

Tapi, karena ada janji, aku tidak masalah. Dibandingkan dengan sebelumnya, rasa sedihku sudah berkurang.

"Selain itu Nanami, apa ada hal lain yang ingin kamu lakukan saat liburan musim dingin?"

"Apa ya... ah, aku ingin kerja paruh waktu."

"Soal itu, nanti akan kusampaikan pada manajer. Kita akan bekerja bersama... meskipun mungkin giliran kerjanya akan berbeda."

"Youshin juga semangat ya, kerjanya. Sampaikan salamku untuk Nao-chan ya."

Karena aku akan kembali sedikit lebih cepat, selama Nanami tidak ada, mungkin tidak apa-apa jika aku mengisi semua waktuku dengan bekerja paruh waktu... saat itu, akan kucoba bicarakan dengan manajer.

Atau lebih tepatnya, saat kusinggung sedikit, sepertinya mereka menyambutnya dengan baik. Katanya karena kekurangan tenaga, jadi mereka sangat menyambut orang baru...

"Selain itu... benar juga, ayo kita pergi hatsumode bersama."

(Tln: hatsumode itu kunjungan kuil di awal tahun buat memohon berkat di tahun yang baru)

"Boleh juga. Aku akan pakai furisode, jadi Youshin juga pakai kimono ya. Ayo kita berdandan bersama."

(Tln: furisode itu kimono formal atau yang buat cewek yang belum nikah intinya,sama seperti yang tln sebelumnya)

"Eh...? Tidak, apa aku punya pakaian tradisional Jepang ya...?"

Aku sedikit enggan memakai pakaian yang tidak biasa, tapi karena aku ingin melihat Nanami mengenakan furisode... mungkin, akan kucoba pakai ya?

Yukata yang dulu juga cocok untuknya, jadi Nanami dengan furisode pasti akan terlihat manis.

"Suatu saat nanti aku ingin menghabiskan malam tahun baru bersama juga. Apa akan diizinkan kalau kita sudah jadi mahasiswa ya?"

"Benar juga... kalau kita bisa bersama saat akhir dan awal tahun, pasti akan sangat menyenangkan."

"Waktu itu kita coba ninen-mairi kan? Aku ingin mencoba yang seperti itu."

(Tln: bentuk lain dari hatsumode tapi masih bagian dari hatsumode, masih kunjungan ke kuil juga. Bedanya ninen-mairi dimulai dari sebelum tutup tahun sampai buka tahun, jadi kesannya kayak perayaan selama 2 tahun)

"Yang dilakukan tengah malam itu bukan? Kelihatannya akan dingin... kita harus pakai baju hangat..."

Jika berbicara soal tahun depan katanya iblis akan tertawa, tapi kalau melihat kami saat ini, iblis itu pasti akan tertawa terbahak-bahak. Kami bahkan tidak hanya membicarakan tahun depan, tapi jauh setelahnya.

(Tln: Yah ini intinya kek, pede banget bisa bertahan sampai tahun depan)

Kalau memang akan ditertawakan, sekalian saja kita bicarakan masa depan yang lebih jauh lagi.

"Musim dingin ini, mungkin aku juga harus... memikirkan masa depanku."

"Soal itu, kamu sudah pernah mengatakannya di hari lain. Apa ada sesuatu yang ingin kamu lakukan?"

"Untuk saat ini sih tidak ada... Tapi aku ingin melakukan sesuatu yang lebih membumi. Demi bisa terus bersama dengan Nanami juga..."

(Tln: maksudnya yang lebih realistis atau yang sesuai dengan kemampuan)

"Hmm... kalau begitu, ayo kita pikirkan hal-hal seperti itu bersama-sama."

Kalau bersama, mungkin kami bisa menemukannya. Saat Nanami membusungkan dadanya dengan bangga, entah kenapa aku jadi merasa berani.

Meskipun aku cemas akan masa depan, tapi aku jadi merasa semuanya akan baik-baik saja.

"Un, pasti akan baik-baik saja."

"Loh? Aku... apa aku mengatakannya dengan lantang?"

Nanami mengangguk, dan aku jadi sedikit malu. Mengungkapkan kecemasanku seperti ini rasanya sedikit tidak keren...

"...Aku juga kalau sedang cemas akan kukatakan kok, jadi Youshin juga... katakan dengan jujur ya. Ayo kita pikirkan berdua. Karena kita akan selalu bersama kan."

"Selalu bersama ya. Benar juga, karena kita akan selalu bersama... ayo kita berjuang bersama."

Setelah mengatakan itu, kami saling bertatapan... dan tanpa sadar tertawa terbahak-bahak.

Aku tidak tahu apa ini adalah jawaban yang benar, tapi sambil berkata 'memalukan sekali ya', entah kenapa aku jadi sedikit merasa senang.

Memastikan bahwa kami akan 'selalu bersama' itu... mudah diucapkan dengan kata-kata, tapi sulit untuk dilakukan. Tapi aku yakin, kalau kami pasti akan baik-baik saja.

Hari ini baru saja dimulai, tapi jika hari ini berakhir, kami tidak akan bisa bertemu untuk sementara waktu. Seolah ingin mengukir kenangan satu sama lain di dalam hati, kami terus melanjutkan pembicaraan kami.

Kami yang akan segera menyambut tahun yang baru ini, sambil memeluk perasaan yang merupakan campuran dari sedikit kecemasan dan harapan yang besar... berjalan perlahan sambil merasakan udara musim dingin.

Di atas salju yang menumpuk, dua pasang jejak kaki kami... berdampingan seolah saling bersandar.



Previous Chapter | ToC | Next Chapter

1

1 comment

  • Akihara Akito
    Akihara Akito
    25/8/25 22:09
    Wah di vol ini banyak senyum nya gw terutama di bagian pas ada yuki,.. Mantap lah terus lanjutan sampai tamat 👍😁
    Reply

close