NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V11 Interlude 1

 Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina


Interlude 1: Dirawat dan Ditegur

Jadi begitu ya... saking kesepiannya, Youshin sampai ingin bertemu denganku bahkan di dalam mimpinya. Apalagi dengan diriku yang sekarang...

Gawat, gawat, aku tidak bisa berhenti tersenyum. Tanpa sadar aku terus menyeringai.

Habisnya, mungkin ini karena dia yang sedang lemah karena sakit, tapi... memangnya ada pacar yang tidak akan tersenyum senang saat mendengar hal semanis itu?

Menurutku sih tidak ada.

Walaupun subjeknya terlalu luas, aku tidak akan mengubah pendapatku.

Baiklah, untuk sekarang, keringat Youshin sudah kuseka, dan piyama baru juga sudah kupakaikan... atau lebih tepatnya, Youshin yang memakainya sendiri.

"Padahal kamu boleh lebih bermanja-manja lagi dengan Onee-chan loh."

"Ka...kamu bukan Onee-chan ku..."

Meskipun masih terlihat menderita, Youshin tetap melontarkan tsukkominya. Hanya saja, tidak setajam biasanya. Saat ini pun dia hanya bisa berbaring di tempat tidur dan menatapku selagi menggerakkan lehernya saja.

(Tln: Tsukkomi kalau ada yang belum tahu, kayak respon spontan dari lelucon orang)

"Tapi ya... kenapa dalam mimpi itu Youshin jadi anak kecil ya."

"Entahlah... mungkin itu wujud dari rasa tidak berdayaku saat sedang sakit?"

"Kalau aku, aku akan lebih senang jika itu adalah wujud dari keinginan Youshin untuk bermanja-manja padaku."

Youshin menggembungkan pipinya dengan ekspresi seolah sedikit tidak terima. Mungkin karena baru saja mendengar cerita mimpinya, sosoknya itu entah kenapa jadi terlihat seperti anak SD yang menggemaskan.

Hmm... padahal aku tidak punya ketertarikan khusus pada anak kecil.

Saat aku sedang berpikir begitu... Youshin mengeluarkan tangannya dari celah selimut.

Apa dia kepanasan karena memakai selimut? Begitu pikirku, tapi ternyata Youshin membuang muka sambil sedikit mengecilkan suaranya... lalu bergumam pelan.

"Kalau begitu... sampai aku tidur... mau pegang tanganku?"

...Yo... Youshin sedang bermanja-manja secara terang-terangan?! Bermanja-manja... ini bermanja-manja kan?!

Meminta tangannya dipegang sampai tertidur, aku... aku pernah mengatakannya pada Ibuku sehabis menonton film horor, tapi aku belum pernah diminta seperti itu oleh orang lain!?

Ah, manisnya.

Saking manisnya aku hampir pingsan, tapi sepertinya Youshin salah mengartikan diamku...

"Se-seperti yang kuduga... tidak boleh ya? Apa itu menjijikkan...?"

Jujur, jantungku berdebar dengan kencang. Makhluk manis apa ini. Padahal dia pacarku. Apa kalau sedang sakit, Youshin jadi semanja ini?

Eh? Serius?

Memang tadi dia juga mau kusuapi sih. Tapi karena dia kadang-kadang memang mau disuapi, aku jadi tidak sadar, tapi ini artinya dia sedang bermanja-manja karena sedang lemah bukan.

Aku ingat dulu Hatsumi dan lainnya pernah membahas bagaimana mereka tertarik pada "sisi manis seorang laki-laki yang tiba-tiba terlihat". Sekarang aku mengerti perasaan itu.

Aku, Nanami, sangat paham akan perasaan itu. Baiklah, akan kulakukan.

"Sama sekali tidak menjijikkan kok. Aku hanya kaget saja karena kamu tiba-tiba minta dipegang tangannya."

"Tidak, tapi kalau sampai aku tidur kan..."

"Tidak apa-apa, aku akan pegang tanganmu."

Saat aku menggenggam tangan Youshin yang keluar dari selimut, dia menunjukkan ekspresi yang sedikit... lega.

Benar-benar, hanya sedikit saja. Ternyata sentuhan tangan memang menenangkan ya. Katanya karena itulah disebut terapi?. Seingatku aku pernah membacanya begitu di suatu tempat.

(Tln: Dari rawnya “teate(手当)” abis gua cari tahu, itu kayak biasanya ibu-ibu yang megang anaknya di sekitar area yang sakit biar anaknya percaya kalau sakitnya mulai berkurang. Kurang lebih kayak ungkapan JP “Sakit, sakit, pergilah”. Intinya memberi rasa nyaman)

"...Sekali lagi, terima kasih sudah datang hari ini."

"Tidak tidak, justru sebaliknya, aku yang berterima kasih karena sudah diperlihatkan banyak hal yang menyenangkan."

"Rasanya... hari ini aku hanya menunjukkan sisi anehku saja..."

"Bukan begitu kok."

Aku memang melihatnya dalam keadaan lemah, tapi aku tidak menganggapnya aneh. Justru aku merasa lega, karena ternyata Youshin juga bisa menjadi lebih rapuh saat sakit.

Di sekolah, aku bahkan dibilang aneh kalau sendirian setelah sekian lama. Sepertinya, aku dan Youshin sudah dianggap sepaket.

...Aku juga sempat berpikir, apa keadaan seperti itu tidak akan menjadi beban bagi Youshin.

Aku sempat khawatir, apa aku ini pacar yang terlalu berat, atau apa aku harus belajar untuk sedikit mandiri dari pacarku, tapi aku senang karena ternyata Youshin juga merasa kesepian saat tidak bisa bertemu denganku.

Lagipula apa maksudnya 'belajar mandiri dari pacar'. Aku bukan sedang belajar mandiri dari orang tuaku.

Sepertinya Youshin benar-benar lemah karena sakit karena dia mulai terlelap sambil terus menggenggam tanganku. Genggaman tangannya pun perlahan melemah.

Karena iseng, aku mencoba meremas tangannya dengan pelan, dan Youshin bereaksi dengan sedikit berkedut lalu membuka matanya sayu. Saat mata kami bertemu, kami berdua tersenyum secara alami.

Kalau dipikir-pikir... ini mungkin pertama kalinya aku diam-diam menemani seseorang sampai ia tertidur. Baik saat di Hawaii maupun saat teleponan sampai ketiduran, kami selalu tertidur di tengah-tengah obrolan.

Begini, saling terdiam, dan hanya menunggu salah satu tertidur... rasanya aneh juga. Begini ya, cara orang terlelap.

Kami mengobrol sepatah dua patah kata, lalu kembali hening. Waktu seperti itu terus berulang, dan perlahan, waktu hening menjadi lebih lama daripada waktu mengobrol.

Ucapan Youshin pun perlahan jadi tidak jelas. Sedikit lucu sih.

Oh iya, kalau tidak salah, kita tidak boleh menjawab orang yang sedang mengigau kan? Yang barusan ini bukan mengigau kan?

(Tln: Mengigau itu ngomong sendiri pas tidur. Di Jepang ada mitos “Negoto(寝言)” yang katanya kalau jawab orang yang lagi mengigau bisa mengambil jiwanya atau bikin jiwanya tersesat karena jiwa orang mengigau dianggap tidak berada dalam tubuh sepenuhnya)

Sebenarnya, kenapa tidak boleh ya.

Nanti akan coba kucari tahu. Untuk sekarang, aku ingin... melihat Youshin sampai dia tertidur.

Tidak lama kemudian... aku bisa mendengar suara napas Youshin yang teratur. Pernapasannya... sepertinya baik-baik saja. Apa kondisinya sudah sedikit membaik ya.

Aku ingin segera kembali ke sekolah bersama Youshin, tapi aku tidak ingin dia memaksakan diri.

"...Sudah tidur?"

Tidak ada... jawaban. Genggaman tangannya pun sudah mengendur, dan tanganku bisa terlepas dengan mudah. Nanti dia bisa kedinginan... pikirku, lalu kusimpan tangannya ke dalam selimut.

Wajah tidurnya manis sekali... pikirku, tapi aku menahan diri untuk tidak mengambil foto karena dia sedang tidak sehat. Kalau dia sehat, mungkin aku sudah menyelinap masuk ke sampingnya.

...Meskipun aku berpikir begitu, ada sisi lain dari diriku yang merasa tidak akan sanggup melakukannya jika situasinya benar-benar terjadi.

Aku sudah menyadarinya di Hawaii, tapi ternyata aku ini lebih pengecut dari yang kukira. Mungkin aku harus mulai memperbaikinya dari sana... tapi, apa bisa diperbaiki ya?

Aku tidak tahu, tapi saat seperti itu pasti akan datang suatu hari nanti, jadi lebih baik aku menyiapkan mentalku saja. Kalau kulakukan sekarang, nanti terlihat seperti menyerang orang yang sedang sakit, jadi tentu saja tidak akan kulakukan.

Tepat saat Youshin tertidur, aku mendengar suara dari arah pintu depan. Apa Shinobu-san sudah pulang ya?

Sepertinya begitu.

"Nanami-san, maaf ya sudah merepotkanmu untuk merawatnya..."

Ah, itu Shinobu-san. Mendengar suaranya dari balik pintu membuatku sedikit lega. Dengan begini, Youshin tidak akan sendirian lagi saat aku pulang.

Aku bangkit berdiri, melihat ke arah pintu, lalu berbalik.

Aku sedikit bimbang, tapi aku kembali duduk dan mendekat ke sisi Youshin. Katanya, kalau sakit flu, menularkannya ke orang lain bisa mempercepat penyembuhan, bukan?

Aku mengecup pipi Youshin yang sedang terlelap dengan lembut...

"Selamat tidur, Youshin. Cepat sembuh ya."

Lalu, aku pun meninggalkan kamarnya.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

...Benar, setelah melakukan hal seperti itu, ternyata aku benar-benar tertular juga. Padahal, aku yakin kami tidak melakukan kontak lendir...

Aku salah perhitungan... pikirku sambil menatap langit-langit kamar dan menggerak-gerakkan kedua tanganku.

"...Youshin... suapi aku... uuh..."

"Iya, iya, ini buburnya. Ayo, buka mulutmu."

"Aaan... Ah, bubur yang disuapi oleh Youshin rasanya enak sekali..."

"Bukan, yang membuatnya Mutsuko-san tahu."

Tidak apa-apa, rasanya jadi lebih enak karena disuapi. Lagipula, kenapa ya bubur bisa seenak ini saat sedang sakit.

Padahal biasanya aku tidak begitu ingin memakannya... aneh sekali.

"Oh iya... Youshin, terima kasih ya. Sudah repot-repot datang menjenguk."

"Tentu saja aku datang. Aku tidak menyangka, begitu aku sembuh, giliran Nanami yang sakit, rasanya seperti bertukar posisi..."

"Ehehe... maaf sudah membuatmu khawatir."

"Yah, aku juga minta maaf sudah menularkan flunya... sepertinya memintamu menemaniku sampai tertidur itu memang kelewatan ya..."

Mendengar suara Youshin yang terdengar khawatir itu membuat jantungku sedikit berdebar. Sebenarnya, aku belum memberitahunya soal aku yang mencium pipinya pada saat itu.

Karena itu, Youshin berpikir kalau aku sakit karena telah merawatnya. Memikirkan hal itu, dia menundukkan kepalanya seolah merasa bertanggung jawab.

Tidak, bukan begitu, Youshin. Aku tertular bukan karena merawatmu. Aku yakin aku tertular karena faktor lain... lagipula itu hanya di pipi, dan ada kemungkinan bukan itu penyebabnya.

Benar, belum tentu aku tertular karena itu... kan. Iya, mungkin aku tertular karena penyebab lain. Meskipun aku tidak tahu karena apa sih.

Untuk sekarang, lebih baik aku tidak mengatakan hal yang tidak perlu. Karena mungkin aku akan dimarahi.

...Saat itu, aku sama sekali tidak berpikir kalau pemikiran inilah yang akan menjadi pemicu masalah.

"Katanya kondisi badanmu tidak begitu parah"

"Ah, un. Kemarin yang paling parah... besok sepertinya aku sudah bisa ke sekolah. Tapi, aku tidak yakin bisa membuat bekal atau tidak..."

"Tidak, jangan memaksakan diri. Kalau begitu, biar aku saja yang membuatkannya..."

"Tidak, tidak, Youshin kan baru sembuh, kamu juga tidak boleh memaksakan diri."

Aku khawatir flunya akan kambuh jika dia memaksakan diri... tapi, Youshin ternyata tidak mau mengalah. Bagaimana ya... ini benar-benar langka, tapi kami jadi seperti berdebat.

Hanya saja, karena kami berdua setuju untuk tidak saling memaksakan diri, perdebatan itu pun berakhir dengan cepat.

Karena ini langka, aku jadi ingin melanjutkannya sedikit lebih lama.

...Yah, kalau jadi aneh nanti bisa jadi pertengkaran, jadi lebih baik tidak usah. Lagipula, Youshin juga mengerti soal itu, jadi perdebatan kami berakhir di tengah jalan.

"Yah, untuk sementara kita makan di kantin... atau mampir ke minimarket saat berangkat juga boleh. Apa kantin lebih murah ya? Aku harus mulai berhemat..."

Wah, mendengar kata 'berhemat' dari mulut Youshin itu benar-benar langka... Bukan berarti dia biasanya boros, sih, tapi dia jarang sekali mengatakan soal berhemat.

Tapi aku juga sama... aku sudah menghabiskan banyak uang saku di Hawaii, jadi aku harus berhemat. Aku juga harus mulai kerja paruh waktu lagi...

"Ngomong-ngomong Youshin, apa kamu sudah ke tempat kerja paruh waktumu?"

"Aku belum ke sana... sejak pulang dari Hawaii, aku langsung sakit. Aku juga ingin memberikan oleh-oleh, tapi belum sempat..."

"Benar juga ya... Aku juga, untuk orang yang bisa kutitipkan lewat Ibu sih tidak apa-apa, tapi untuk Nao-chan dan Tooru-san, aku ingin memberikannya secara langsung..."

Aku ingin cepat sembuh... pikirku, dan sepertinya aku tidak sengaja menggumamkannya, karena Youshin terlihat sedikit malu setelah mendengarnya.

"Hmm, katanya kalau flu ditularkan ke orang lain bisa cepat sembuh... mau coba menularkannya padaku? Bercanda..."

Youshin mengatakannya dengan nada bercanda, tapi setelah mendengarnya, aku tanpa sadar langsung nyeletuk.

"Eh? Youshin juga berpikir seperti itu?"

Begitu... Wah, aku benar-benar menggali kuburanku sendiri.

Ekspresi tertawa Youshin perlahan berubah menjadi datar, dan pada akhirnya, dia memiringkan kepala sambil mengerutkan kening.

Lalu, dengan satu kata pelan...

"...Juga?"

Ah, sudah kuduga, Youshin pasti akan menyadarinya. Aku sudah yakin dia akan sadar. Aku mengatakan hal yang tidak perlu. Lihat, sekarang dia menatapku dengan tatapan anehnya yang langka.

Sambil masih berbaring di tempat tidur, aku yang merasa sedikit bersalah perlahan menyelinap masuk ke dalam selimut... tapi... gagal... Aku tidak bisa kabur.

Tidak, bukan berarti selimutku ditarik paksa. Youshin pada dasarnya tidak melakukan hal-hal paksa seperti itu.

Meskipun kadang-kadang, aku berharap dia mau sedikit memaksa... tidak, bukan itu masalahnya.

Aku yang sedang bersembunyi di dalam selimut merasakan sebuah tatapan... lalu aku mengeluarkan hanya bagian atas wajahku dari selimut. Dan benar saja, Youshin sedang menatapku dengan tatapan curiga.

Menerima tatapan itu, aku sedikit memiringkan kepala dengan imut sambil tersenyum...

"...Nanami, apa yang kamu lakukan?"

Bukankah itu agak jahat? Apa sudah pasti aku telah melakukan sesuatu? Yah, memang sudah pasti sih. Apa kamu benar-benar meragukan pacarmu yang imut ini?. Ah... kamu mencurigaiku ya...

Oke, uhm... Memang aku melakukan sesuatu. Sial, rasanya Youshin semakin lama semakin bisa membaca pikiranku.

Meskipun begitu, aku mencoba melakukan perlawanan yang sia-sia.

"Jahat sekali, langsung berasumsi aku sudah berbuat salah."

"Bukan begitu, tapi belakangan ini kalau tidak ada yang menghentikan, Nanami bisa lepas kendali... jadi mau tidak mau aku berpikir, apa kamu sudah melakukan sesuatu..."

Wah, argumen Youshin benar-benar tidak bisa disangkal. Sebenarnya'suara untuk menyanggah itu bunyinya seperti apa ya. Apa beda dengan 'gyafun'?

(Tln: Maksudnya kayak “Hahh”, mungkin kalian lebih familiar dengan *sigh*)

Sambil mencoba lari dari kenyataan, aku yang masih belum menyerah ini mencoba melancarkan perlawanan terakhir.

"Youshin, apa kamu tidak percaya padaku...? Jahat sekali, padahal kita sudah bersumpah cinta di gereja..."

"Tidak, pada dasarnya aku sangat setuju dengan Nanami. Aku sangat setuju, tapi ini masalah yang berbeda."

...Dibilang ‘sangat setuju' membuatku sedikit senang. Ah, sudahlah, aku menyerah saja.

"...Kamu tidak akan marah?"

"Tidak, yah, sepertinya aku tidak akan marah sih... Memangnya kamu melakukan sesuatu yang membuatku harus marah?"

"Ehehehe... sebenarnya..."

Baiklah... sambil memasang pertahanan terakhir sebagai perjuangan terakhir, aku pun mengakui perbuatanku pada Youshin. Baru saja kulihat di atas kepala Youshin seperti ada tanya tanya, tapi dia langsung ternganga karena terkejut.

Melihat ekspresi terkejutnya itu, aku tiba-tiba jadi merasa malu.

"Kenapa kamu melakukan hal seperti itu..."

"Eeeh...? Yah, itu... kalau ditularkan padaku, mungkin kamu bisa lebih membaik..."

"Dan kamu benar-benar tertular karena itu?"

"Lalu, karena entah kenapa aku jadi ingin menciummu..."

...Ah, dia sedikit marah. Tekanan tanpa kata-katanya sedikit menakutkan. Lagipula, rasanya ini pertama kalinya Youshin marah seperti ini.

"Kamu kan bisa tertular, jadi tidak boleh cium sembarangan. Lagipula aku belum mandi, jadi aku kotor. Meskipun Nanami sudah menyeka tubuhku..."

"Tidak ada bagian manapun dari Youshin yang kotor kok...? Kalau untuk Youshin, apapun akan..."

"Seorang gadis tidak boleh mengatakan hal seperti itu."

Aduh, aku dimarahi... Mana cara marahnya seperti sedang menasihati anak kecil. Rasanya seperti... cara marahnya seperti seorang ayah...

Apa nanti saat Youshin punya anak, dia akan marah seperti ini ya? Tidak, ini bukan marah, tapi lebih seperti sedang menceramahiku...

"Tapi tetap saja, apa flu-ku benar-benar tertular padamu ya..."

Gawat, Youshin jadi murung... Uuh, aku tidak bermaksud begitu, tapi aku membuatnya salah paham... tidak, mungkin juga bukan salah paham...

"Tapi begini, Youshin, coba pikirkan seperti ini... fakta bahwa flu-mu tertular padaku itu artinya..."

"Artinya...?"

"Rasanya seperti... aku dan Youshin jadi menyatu..."

"Seorang gadis tidak boleh mengatakan hal seperti itu."

Aku dimarahi lagi dengan kalimat yang sama. Un, aku juga sadar kalau pikiranku tidak berjalan dengan baik karena baru mau sembuh. Aku sadar aku baru saja mengatakan hal yang aneh.

Padahal aku hanya mencoba mencairkan suasana... Ah, sepertinya Youshin mengerti, raut wajahnya berubah menjadi 'mau bagaimana lagi'.

...Begitu pikirku, tapi ternyata senyumnya berubah menjadi sedikit jahil. Loh? Kenapa Youshin tersenyum seperti itu?

Dia mendekat...

"Kalau begitu, aku juga akan mencium Nanami."

"Tunggu, Youshin?! Aku belum mandi...!! Aku memang sudah diseka, tapi sebagai seorang gadis, aku mohon jangan..."

"Tidak ada bagian manapun dari Nanami yang kotor kok."

"Kata-kataku dikembalikan...?! Waaah... Youshin merundunggkuu..."

Mungkin karena dia puas melihat reaksiku... Youshin tersenyum kecut sambil mengelus kepalaku dengan perlahan. Padahal rambutku sedikit berantakan karena berbaring...

"Ciumannya nanti kalau flu-nya sudah sembuh ya."

"Baik..."

Kalau dinasihati dengan senyum kebapakan seperti itu, aku jadi tidak bisa berkata apa-apa lagi. Curang sekali.

Yah, aku juga salah sih.

"...Tidak, aku senang kok kamu menciumku. Tapi, kalau Nanami sampai sakit, aku jadi khawatir... Jadi jangan terlalu memaksakan diri ya."

"Ada apa tiba-tiba...?"

"Yah, aku tidak terbiasa marah, jadi aku tidak mau kalau sampai Nanami terluka."

Mendengar hal semanis itu membuatku ingin langsung memeluknya, tapi aku harus menahan diri. Nanti setelah flu-nya sembuh, aku akan memeluknya erat-erat.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Lagipula, bulan Desember ada banyak acara, jadi kalau aku sakit sekarang, nanti di bulan Desember aku bisa sehat terus bukan..."

"Kenapa kamu jadi positif secara paksa begitu..."

"Habisnya... di bulan Desember ada ulang tahun Youshin juga..."

"...Huh?"

Sial, mungkin karena aku sedikit melamun, aku jadi tidak sengaja mengatakannya... Tapi aku memang berencana mengatakannya suatu saat nanti, jadi hanya sedikit lebih cepat saja, tidak masalah...

...Loh? Kenapa reaksi Youshin aneh. Rasanya seperti dia tidak begitu memahaminya.

Atmosfernya terasa seperti sedang membicarakan orang lain.

"Ulang tahunmu, Youshin. Ulang tahunmu. Dulu aku sudah dengar kalau itu bulan Desember, tapi aku juga sudah bertanya tanggal pastinya pada Shinobu-san untuk persiapan..."

...Loh? Tiba-tiba Youshin melipat tangannya dan menggoyangkan badannya... apa dia sedang bingung?

Setelah berpikir sejenak, Youshin melepaskan lipatan tangannya, lalu menunjukkan ekspresi yang sulit diartikan... seperti senyum kecut yang bercampur dengan rasa takjub.

"...Kalau dipikir lagi, bulan depan... ulang tahunku ya."

"Kamu tidak sadar?!"

Memangnya bisa begitu?!


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close