NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mushoku Tensei: Redundancy Jilid 2 Bab 15

 Penerjemah: Kryma

Proffreader: Kryma


Bab 15

Yakiniku di Kediaman Greyrat


Aku berpikir.

Bagaimana caranya agar aku bisa menyampaikan kelezatan nasi pada keluargaku?

Selama ini, aku sudah meminta Aisha untuk membuatkan berbagai macam masakan seperti onigiri dan TKG (Tamago Kake Gohan)*. Aisha benar-benar seorang jenius, dan semuanya terasa lezat.

(TL Note - TKG (Tamago Kake Gohan): Makanan Jepang yang sangat sederhana, terdiri dari nasi panas yang diaduk dengan telur ayam mentah dan sedikit kecap asin.)

Akan tetapi sayangnya, persepsi keluargaku hanyalah, "Papa Rudy sedang makan makanan aneh lagi," dan tidak ada kesan bahwa mereka menikmati nasi karena rasanya yang lezat.

Mereka memang makan nasi goreng sambil bilang itu enak, tetapi itu bukanlah 'nasi'. Nanahoshi pasti akan berkata begitu. Nasi goreng itu lebih terasa seperti 'nasi goreng' daripada sekadar nasi, 'kan?

Kenapa mereka tidak bisa memahami kehebatan nasi?

Suatu hari saat aku sedang memusingkan hal itu, tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Benar juga, di kehidupanku yang dulu, meskipun nasi adalah makanan pokok, ia bukanlah hidangan utama.

Hidangan utama adalah masakan yang lain, dan nasi hanyalah pelengkapnya... tidak, bukankah hidangan utama yang paling pas untuk menyantap nasi-lah yang justru disebut sebagai 'makanan lezat' yang sesungguhnya?

Benar, misalnya saja ikan salmon asin, tonkatsu, dan kari.

Kalau dipikir-pikir, nasi goreng mungkin juga begitu. Tidak, kari juga mirip. Memang tidak baik mendiskriminasi, ya.

Intinya, sebuah booster untuk membuat nasi yang hambar terasa selezat mungkin. Sebuah hidangan utama dengan rasa yang kuat.

Itulah kunci untuk menyampaikan kehebatan nasi.

Lalu, apa solusi yang paling optimal?

Apa booster untuk menyantap nasi yang paling dicintai di Jepang?

Setelah memikirkannya, jawabannya langsung muncul.

Benar, itu adalah 'Yakiniku'.

Maka dari itu, aku memutuskan untuk mengadakan pesta yakiniku di taman.

Aku membuat tungku api unggun yang besar, membuat jaring pemanggang, dan menyiapkan arang serta daging.

Para istriku menatapku dengan pandangan yang sedikit jengkel seolah berkata, "Rudy mulai berbuat aneh lagi...", tetapi begitu mereka mengerti bahwa intinya aku ingin anak-anak mencoba makanan ala petualang, mereka pun dengan aktif membantuku.

Pemilihan daging adalah yang paling kuperhatikan. Bagaimanapun juga, di dunia ini tidak banyak negara yang beternak sapi potong.

Yang memakan daging sapi pun hanya sebagian kalangan kaya, dan dagingnya jarang sekali ada di pasar umum.

Daging sapi dengan lemak yang pas, tekstur yang lembut, dan bisa langsung terasa lezat hanya dengan diiris dan dipanggang, bukanlah sesuatu yang bisa ditemukan dengan mudah.

...Sebenarnya aku ingin berkata begitu, tetapi setelah melakukan riset, sepertinya Orsted tahu di mana bisa mendapatkan daging seperti itu, dan akhirnya daging itu ditemukan dengan mudah di Benua Begaritt.

Seekor monster mirip sapi yang disebut 'Sand Aurochs'. Setelah kami kalahkan, potong, panggang, dan makan, rasanya memang memiliki tekstur dan rasa yang paling mirip dengan daging sapi.

Aku membawa pulang daging itu, memisahkannya berdasarkan bagian, lalu merendam sebagiannya dengan saus manis-gurih.

Dan juga, nasi dalam jumlah besar.

Melihat jumlah anggota keluarga kami, mungkin kami bisa menghabiskan satu ekor sapi utuh, jadi sebagai cadangan aku juga meminta beberapa ekor ayam untuk dipotong.

Persiapan pun selesai.

Dan beginilah, pesta yakiniku di kediaman Greyrat dimulai.

Kami mengelilingi tungku api, masing-masing memanggang dagingnya sendiri, mencelupkannya ke saus, atau terkadang tidak sama sekali, lalu memasukkannya ke mulut selagi masih panas.

Mungkin tidak berlebihan jika ini disebut barbeku. Tapi, barbeku itu seharusnya memanggang daging berukuran besar secara perlahan, sedangkan kali ini dagingnya diiris tipis-tipis, jadi menyebutnya 'yakiniku' mungkin lebih tepat.

"Coba kalian makan dengan meniru caraku."

Aku berkata begitu dengan seserius mungkin, lalu memanggang daging yang telah dipukul-pukul, disayat, dan direndam saus hingga empuk, memantul-mantulkannya di atas nasi, memasukkannya ke dalam mulut, dan saat rasa manisnya menyebar, aku langsung menyendok nasi masuk ke mulut. Lezat.

Ya, ini dia.

Aku adalah tipe orang yang bisa makan hanya dengan nasi, tetapi bagi pemula, daging pasti diperlukan.

"Ooh~"

Yang menunjukkan minat paling besar, entah kenapa, adalah Lara.

Ia langsung meletakkan beberapa lembar daging sekaligus di atas panggangan.

Dan kemudian, ia menatap lekat-lekat daging yang sedang dipanggang dengan mata yang berbinar. Mungkin ia hanya merasa senang memanggang daging, tetapi selama ia tertarik, itu sudah cukup.

Melihat itu, para istriku dan anak-anak yang lain pun mulai memanggang daging. Lilia, yang sudah selesai membagikan nasi pada semua orang, memasang wajah sedikit bingung seolah bertanya, "Lalu aku bagaimana?", karena yakiniku adalah sesuatu yang dinikmati dengan cara memanggangnya sendiri... meskipun begitu, tolong suapi Zenith, ya.

Dan beberapa puluh menit kemudian, aku merasakan keberhasilan dari rencanaku.

"Tambah nasi!"

Ars dan Sieg, dan sekalian juga Eris, mulai meminta tambahan nasi.

Semua orang menyantap nasi mereka dengan lahap.

Makan nasi bersama dengan daging. Ternyata ini memang jawaban yang benar.

Akhirnya, aku berhasil membawa budaya makan nasi ke dunia ini. Begitulah pikirku.

...Akan tetapi, tiba-tiba mataku tertuju pada seorang anak di sebelahku yang terus-menerus memanggang daging.

Nasi yang ada di sampingnya, sama sekali belum tersentuh.

"...Lara, nasinya juga dimakan."

"Kenapa? Daging lebih enak. Kalau aku makan nasi, nanti aku tidak bisa makan banyak daging. Leo juga tidak makan nasi."

Sambil berkata begitu, Lara menatap Leo yang sedang memakan bongkahan daging mentah agak jauh dari sana.

Leo melirik ke sini sejenak seolah berkata "Ada apa?", tetapi kemudian langsung mengalihkan pandangannya kembali ke daging mentah seolah berkata "Itu urusanmu." Biasanya Leo akan menasihati Lara, tetapi itu hanya jika Lara melakukan kesalahan yang umum. Kali ini adalah egoku, jadi mungkin maksudnya aku harus menyelesaikannya sendiri.

"...Yah, sudahlah, tidak apa-apa."

Pada akhirnya, aku tidak bisa menemukan kata-kata yang pas dan hanya bisa memaksakan diri untuk berkata begitu.

Lagi pula, tidak ada aturan wajib harus makan nasi saat yakiniku.

Dimulai dari keberhasilan ini, aku akan terus menciptakan masakan-masakan lain yang cocok dengan nasi, tetapi itu adalah cerita yang lain.


Previous Chapter | ToC | 

0

Post a Comment

close