Penerjemah: Kryma
Proffreader: Kryma
Bab 11
Ratapan Chris
Christina Greyrat sedang mengamuk.
"Nggak mau, nggak mau, nggak mau, nggak mau!"
Ars dan Aisha yang ia sayangi, tahu-tahu sudah tidak ada di rumah.
Tanpa berdiskusi sedikit pun dengannya.
Seharusnya, jika mereka berdua mau pergi, mereka harus meminta izin pada Chris, dan menanyakan apa Chris mau ikut. Dan jika Chris menyatakan akan ikut, mereka harus membawanya.
Tentu saja, jika Chris bilang tidak mau, mereka tidak boleh membawanya, dan lagi pula, mereka juga tidak boleh pergi jika Chris tidak ikut. Apalagi sampai memaksa Chris ikut, itu adalah tindakan yang tidak termaafkan.
Keinginan Chris adalah mutlak. Chris adalah makhluk yang begitu mulia.
Meskipun begitu, Chris juga adalah makhluk yang lemah.
Meskipun orang-orang di sekitarnya mengabaikan keinginan Chris, Chris tidak bisa menghukum mereka.
Yang bisa Chris lakukan hanyalah berguling-guling di lantai, menghentak-hentakkan tangan dan kakinya sambil berteriak.
Hari itu, saat ia bangun pagi, sosok Ars dan Aisha tidak ada.
Ars adalah kakaknya yang telah ia tunjuk untuk menata rambutnya dengan apik setelah Lucy pergi. Aisha tidak perlu disuruh pun akan melakukannya, dan lagi pula ia yang paling jago, jadi ia hebat.
Chris mencari mereka berdua, dan begitu tahu mereka tidak ada, ia menanyakan keberadaan mereka pada mamanya. Dan begitu tahu mereka tidak akan pulang untuk sementara waktu, ia pun langsung berteriak di lantai.
Berkali-kali pukulan punggung tangan Chris menghantam lantai, tetapi lantainya tidak bergeming sedikit pun.
Papa dan para Mama mencoba membujuknya, membuatnya berhenti menangis, memanjakannya, lalu membuatnya berhenti menangis lagi.
Akan tetapi, Ars maupun Aisha tidak kunjung kembali.
Chris sangat menyayangi keluarganya.
Ia juga sangat menyayangi Ars dan Aisha.
Terutama Aisha, karena probabilitas ia akan menuruti keinginan egois Chris sangat tinggi, jadi ia sangat menyayanginya.
Ars hanya sesekali saja mau menurutinya jadi ada sedikit bagian yang ia benci, tetapi saat di luar rumah ia akan melindungi Chris, dan jika ia lelah ia akan memberinya gendongan punggung, jadi ia sangat menyayanginya.
Lagi pula, Ars lebih bisa diandalkan daripada Sieg.
Dan entah kenapa ia juga keren. Kakak yang bisa diandalkan dan keren adalah sosok satu-satunya yang tak tergantikan bagi Chris, dan tidak berlebihan jika ia dibilang sangat ia sayangi.
Sieg? Chris juga suka Sieg karena ia mau menuruti perkataannya, tetapi ia tidak punya kekerenan yang unik seperti Ars. Yah, ia suka Sieg, tapi hanya sebatas nilai pas-pasan.
Kesampingkan dulu soal Sieg.
Fakta bahwa Ars dan Aisha tidak akan pulang untuk sementara waktu membuat amarah Chris tak tertahankan.
Akan tetapi, setelah ia sadar bahwa apa pun yang ia lakukan mereka tidak akan kembali, ia pun berhenti menangis.
Sebagai gantinya, ia memutuskan untuk bertanya pada mamanya setiap hari, "Apa hari ini mereka pulang?"
Saat dijawab tidak, ia akan bertanya kapan mereka akan pulang, tetapi tidak ada yang memberinya jawaban.
Ini adalah hal yang tidak bisa diterima. Padahal jika Chris yang bertanya, mereka harus menjawabnya dengan benar.
Mamanya memang berkata, "Nanti juga mereka pulang," tetapi mereka tidak kunjung pulang.
Bagi Chris, 'nanti' itu paling lama adalah tiga puluh menit lagi, bukan berhari-hari.
Untungnya, Chris tidak selalu berada di rumah.
Ia telah berusia tujuh tahun dan mulai bersekolah bersama Lili.
Di sekolah, Chris dikenal sebagai nona muda yang sempurna, murid teladan yang baik hati, jadi ia tidak pernah mengamuk. Setidaknya begitulah yang Chris pikirkan.
Karena itu, ia menumpuk semua kekesalannya dan melampiaskannya sepuasnya saat tiba di rumah.
"NGAAAAAAH!"
Menarik-narik sulur Beat, menjambak bulu Leo, atau memukul-mukul bagian keras Jirô.
Saat ia melakukan itu, mereka akan bersikap lembut padanya, tetapi jika para Mama melihatnya, ia akan dimarahi.
"Mereka semua tidak suka, tahu! Kenapa kau melakukan hal seperti itu!?"
Terutama Mama Merah yang akan sangat marah.
"Habisnya..."
Kata-kata setelah 'habisnya' tidak keluar karena ia sebenarnya hanya sedang melampiaskan kekesalannya yang terpendam.
Dan Chris juga mengerti bahwa ia tetap akan dimarahi jika ia jujur mengatakannya.
Karena itu Chris tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Tetapi bagi Chris, itu adalah alasan yang sah.
"Lakukan yang ini saja!"
Mama Merah tidak akan terus-menerus memarahi dengan kata-kata.
Jika Chris sedang mengamuk, biasanya ia akan memberinya pedang kayu dan menyuruhnya berlatih.
Chris adalah seorang gadis yang bercita-cita menjadi seorang putri. Ia tidak mau mengayunkan benda seperti pedang kayu.
"...Baaiik."
Akan tetapi, ia tahu tidak ada gunanya berguling-guling di lantai dan merengek di hadapan Mama Merah.
Mama-mama yang lain mungkin akan melihatnya dengan perasaan "mau bagaimana lagi," tetapi Mama Merah berbeda.
Ia akan melipat tangannya dengan ekspresi 'sama sekali tidak akan kumaafkan' dan menatapnya dari atas. Dan sampai Chris berhenti menangis, ia sama sekali tidak akan mengalah.
Karena itu, Chris juga tidak akan melakukan hal yang sia-sia di hadapan Mama Merah.
"YAAAAAAH!"
Karena itu, Chris mencurahkan segalanya pada ilmu pedang.
Sampai saat di mana tenaganya benar-benar habis, bahkan untuk merengek sekalipun.
Hari-hari seperti ini, mungkin akan terus berlanjut sampai Ars dan Aisha kembali.
Previous Chapter | ToC |



Post a Comment