Penerjemah: Randika Rabbani
Proffreader: Randika Rabbani
BAB 1
“PESTA JAMUAN MAKAN”
Bagian 1
Liburan musim dingin hampir berakhir, dan semester baru sudah di depan mata.
Aku, 【Leon Fou Bartfort】, yang bereinkarnasi ke dalam otome game itu, menghabiskan waktu di bekas wilayah kekuasaan Count Offrey.
Sekarang telah diubah menjadi wilayah kekuasaan Viscount Bartfort yang baru didirikan, dan tempat ini sibuk dengan berbagai persiapan untuk mengatur wilayah di bawah sistem pemerintahan baru.
Bangsawan yang memiliki wilayah kekuasaan di Kerajaan Holfort secara garis besar terbagi menjadi dua jenis.
Tuan tanah di daratan utama yang memiliki wilayah kekuasaan di benua tempat ibu kota Kerajaan berada, dan tuan tanah yang memiliki pulau terapung independen, seperti keluargaku, keluarga Baron Bartfort.
Tuan tanah tipe pertama memiliki banyak keuntungan karena memiliki tanah di daratan utama, tetapi mereka juga rentan terhadap perselisihan kecil dengan bangsawan tetangga.
Keuntungan tuan tanah tipe yang kedua adalah bahwa banyak dari mereka yang memerintah satu pulau terapung, sehingga kecil kemungkinan terjadi masalah feodal.
Keluarga Viscount Bartfort yang baru didirikan juga memiliki pulau terapung sebagai wilayah kekuasaannya.
Meskipun merupakan bangsawan baru, situasinya sedikit berbeda kali ini.
Itu karena ada bangsawan lain yang mendukung kami.
Dari keluarga Bartfort, ada kakakku, 【Nicks Fou Bartfort】.
Dan dari keluarga Roseblade yang bekerja sama dengan kami, ada 【Dorothea Fou Roseblade】.
Dengan mengirimkan orang-orang dari kedua keluarga, keluarga Viscount baru yang memiliki sejarah dan hubungan pun lahir.
Mungkin ada bangsawan yang meremehkan kami sebagai pendatang baru di dunia sosial, tetapi keluarga Count Roseblade yang memiliki sejarah, tradisi, dan bahkan kekuatan mendukung kami.
Hanya ada sedikit bangsawan yang secara terbuka meremehkan kami, dan di permukaan, kami diterima di dunia sosial— atau begitulah katanya.
Aku juga tidak tahu detailnya.
Karena ini adalah cerita yang kudengar dari keluarga baruku, senpaiku di akademi, 【Deirdre Fou Roseblade】, selama liburan.
Ketika aku mendengarnya, aku terkejut dan berpikir, "Betapa bangsawannya cerita ini."
Yah, pokoknya.
Bekas wilayah kekuasaan Count Offrey kini diperintah oleh keluarga Viscount Bartfort yang baru.
Seharusnya Nicks terlalu sibuk untuk memiliki waktu luang, tetapi dia adalah kakak yang baik yang peduli pada keluarganya karena dibesarkan di daerah pedesaan.
Dia mengundangku dan tunanganku, 【Marie Fou Lafan】, untuk makan malam.
Dia selalu menjadi orang yang baik, tapi aku sedikit khawatir tentang kakakku.
"Apa gunanya mengundang kami untuk makan malam ketika sedang sesibuk ini? Bukankah akan lebih mudah untuk mengelola wilayah ini, kalau kau makan malam dengan orang-orang berpengaruh di wilayah ini?"
Jika aku berada di posisi Nicks, aku akan menghabiskan waktuku kepada hal yang lebih bermanfaat seperti mengundang orang-orang berpengaruh untuk makan malam dan berbicara dengan mereka.
Lagipula, meskipun wilayah kekuasaan Count Offrey yang lama telah berubah menjadi wilayah kekuasaan Viscount Bartfort yang baru, bukan berarti penduduknya akan diganti seluruhnya.
Mungkin ada banyak penduduk yang merasa cemas dengan Nicks sebagai tuan mereka yang baru, sehingga dia harus memperbaiki hubungan dengan penduduk melalui orang-orang yang berpengaruh.
——Ini adalah ilmu yang kupelajari di akademi.
Meskipun aku pikir aku tidak akan pernah menggunakannya, aku perlu mengingatnya untuk ujian.
Aku tidak pernah membayangkan akan mengajari kakakku seperti ini.
Mendengar ucapanku yang penuh dengan kebaikan, Nicks tersenyum.
"Tidak seperti aku yang berasal dari kelas biasa, adikku yang belajar tentang manajemen wilayah di kelas atas, memang sangat bisa diandalkan."
Mendengar kata-katanya yang menusuk, aku mengalihkan pandanganku dan hanya tersenyum dengan mulutku.
"Kan? Kau boleh lebih mengandalkanku."
Ketika aku mengangkat bahuku dengan percaya diri, Nicks tertawa kering.
"Menurutku, Leon, kau lebih cocok daripada aku. Bagaimana? Mau jadi Viscount sekarang?"
"Aku menolak. Posisi Viscount terlalu... terlalu..."
Aku mencoba untuk merendahkan diri dan mundur sebagai adik laki-laki, tetapi Nicks tidak menyerah.
"Kata-katamu tidak terdengar seperti orang yang telah menjual kakaknya."
"Tidak sampai menjual juga. Aku hanya memikirkan kebahagiaanmu, Kak."
"Pembohong!"
Rupanya, Nicks tidak mengerti kebaikanku.
Meskipun aku telah menjadikannya sukses sebagai penggantiku, dia mengatakan hal yang kejam.
"Gelar Viscount atau semacamnya tidak penting, kan? Lagipula, kakak bisa menikahi wanita cantik dan luar biasa seperti kakak ipar Dorothea."
Ketika aku melihat ke kursi di sebelah Nicks, aku melihat kakak ipar Dorothea sedang makan dengan sopan.
Kakak ipar Dorothea adalah sosok wanita cantik berambut pirang seperti dalam lukisan.
Rambutnya yang panjang dan berkilau memiliki poni yang rapi.
Badannya pun sempurna.
Payudara dan pinggulnya besar, tapi perutnya tetap ramping karena dia rajin berolahraga.
Dia memiliki tubuh yang terlatih dengan baik.
Hanya saja, ketika diam, dia memberi kesan yang sangat dingin kepada orang-orang di sekitarnya.
Bahkan sekarang, ketika dia makan dalam diam, jika hanya dilihat dari kesannya, dia terlihat seperti wanita yang dingin dalam sikap dan hatinya.
"Fufu, Sayang tidak perlu khawatir tentang apa pun. Dalam hal manajemen wilayah, aku akan selalu berada di sisimu dan mendukungmu dengan sepenuh hati."
(TLN : Dorothea manggil Nicks dengan ‘Honey’, tapi tetep gw TL Sayang aja biar enak)
Meskipun ekspresinya tidak menunjukkan emosi apa pun sebelumnya, kakak ipar Dorothea sedikit memerah dan tersenyum bahagia ketika dia melihat Nicks.
Meskipun Nicks dipanggil "Sayang" oleh Dorothea, dia tidak terlihat malu-malu dan malah menundukkan kepalanya dengan wajah yang sangat lelah.
"Jika aku berhutang budi lebih banyak lagi padamu, aku takut... Ti-tidak, aku akan mengandalkanmu, Dorothea-san."
Mungkin karena dia tidak tahan melihat Nicks yang lemah, Dorothea-san berdiri dari tempat duduknya.
Pada saat itu, rantai berbunyi gemerincing.
"Karena kita sudah menikah, panggil aku Dorothea saja!"
Mungkin dia tidak ingin melihat Nicks yang tidak berdaya.
Nicks berkata dengan ragu-ragu,
"Ta-tapi, keluargaku dan Dorothea-sa... keluarga Dorothea memiliki perbedaan kekuatan yang sangat besar, kan? Aku merasa posisiku lebih lemah... atau seperti... hanya sebagai menantu."
Meskipun kedua keluarga mendukung mereka, sebagian besar biaya ditanggung oleh keluarga Roseblade.
Wajar jika Nicks merasa tidak enak.
Kakak ipar Dorothea menyemangati Nicks yang murung.
"Jangan bilang kamu hanya menantu! Ayo kita kembangkan wilayah ini bersama-sama!"
Kakak ipar Dorothea menggenggam tangan kanan Nicks dengan kedua tangannya.
Dia menatap Nicks dengan lembut.
"Dorothea-san."
"Panggil aku Dorothea saja. Tidak perlu sungkan diantara kita, Sayang."
Dia pasti sangat mencintai Nicks.
Aku sama sekali tidak meragukan hubungan mereka.
Tidak sedikit pun... tapi keduanya, yang saling menatap dan berpegangan tangan, sedang dirantai bersama.
Mereka berdua mengenakan kalung dan diikat dengan rantai.
Seharusnya ini menjadi pemandangan yang indah, seorang istri yang menyemangati suaminya yang lemah, tetapi kalung dan rantai itu merusak semuanya dan mengubahnya menjadi pemandangan yang negatif.
Aku merasa seperti sedang menonton pertunjukan komedi dari kehidupan sebelumnya.
Aku diam-diam mengalihkan pandanganku kembali ke makanan dan mulai menggerakkan pisau dan garpu.
"Daging rebus ini, enak."
Potongan daging yang tidak hancur meskipun ditusuk dengan garpu, lalu meleleh di mulutku saat aku memakannya.
Dagingnya memiliki tingkat kekerasan yang sempurna untuk dipotong dengan pisau.
Saat dimakan, rasa jus daging dan sup menyebar di mulut, dan dagingnya sangat empuk sehingga terasa meleleh saat dikunyah.
Meskipun aku sudah mulai makan lagi, Nicks dan kakak ipar Dorothea masih asyik dengan dunia mereka sendiri.
Meskipun Nicks banyak mengeluh, dalam waktu singkat dia tampaknya sudah sangat terpengaruh oleh kakak ipar Dorothea.
... Meskipun Nicks telah banyak berubah, aku puas dengan penampilannya yang bahagia.
Jika mereka berdua bahagia, tidak ada alasan bagi orang ketiga untuk ikut campur.
Setelah menelan daging yang bahkan tidak perlu kunyah, aku menjadi khawatir dengan Marie yang dari tadi tidak ikut dalam percakapan.
Ketika aku melihat ke samping, dia menghabiskan dagingnya.
"Kukira kamu diam saja, ternyata kamu asyik makan dagingnya, ya?"
Meskipun porsinya cukup banyak, Marie tampak masih belum puas.
"Aku terkejut karena tingkat kematangannya sangat sempurna. Ini benar-benar berbeda dengan daging panggang biasa. Aku mau tambah lagi."
Marie, yang tampaknya telah jatuh cinta dengan hidangan rebusan ini, tampaknya lebih mementingkan nafsu makannya daripada tata krama makan.
"Benar-benar seperti Marie," kataku sambil tersenyum kecut kepada kakakku.
"Aku iri padamu yang bisa memprioritaskan nafsu makan bahkan di tempat seperti ini. Kak, maaf, bisakah kau minta disiapkan porsi tambahan untuk Marie?"
Ketika aku bertanya, Nicks, yang sedang menatap kakak ipar Dorothea, menoleh ke arahku.
Namun, mereka berdua masih berpegangan tangan.
"Kurasa tidak masalah... Tidak masalah, kan, Dorothea?"
Kakak ipar Dorothea tampak malu ketika Nicks memanggil namanya dengan canggung.
Aku terkejut bahwa dia masih bisa merasa malu meskipun mereka berdua mengenakan kalung dan dirantai bersama.
"Ya, tidak masalah. Seseorang, tolong siapkan."
Ketika kakak ipar Dorothea memberi perintah dengan suara tenang, para pelayan yang melayani kami tampak bingung dan saling berpandangan.
Kakak ipar Dorothea mengerutkan kening.
"Apakah kalian tidak mendengar perintahku? Dia adalah keluargaku. Tidak masalah jika dia tidak sopan di sini."
Mengira para pelayan marah dengan pelanggaran tata krama Marie, kakak ipar Dorothea memberi perintah lagi.
Namun, orang yang tampaknya adalah kepala pelayan mendekati kakak ipar Dorothea dan menjelaskan situasinya dengan ekspresi sulit.
"Nyonya.…. Sebenarnya, hidangan rebusannya sudah habis."
"Apa katamu? Seharusnya kalian punya cadangan, kan?"
"Tidak, kami sudah menyajikan semuanya, termasuk cadangannya."
"..…Ha?"
Pandangan kakak ipar Dorothea dan Nicks tertuju pada Marie.
Aku juga mengalihkan pandanganku ke Marie, dan dia menjulurkan lidahnya dan mengetuk kepalanya sendiri dengan ringan.
"Sebenarnya, aku sudah minta tambah saat kalian bertiga asyik mengobrol."
Kurasa kami bertiga sedikit terkejut dengan Marie yang mengaku telah menghabiskan semuanya dengan imut.
Sebagai tunangannya, aku menegur Marie.
"Kamu minta tambah tanpa izin? Bisakah kamu sedikit mengendalikan nafsu makanmu?"
Marie mulai mencari alasan saat aku menghela nafas karena terkejut.
"Karena itu benar-benar enak! Aku sudah makan berbagai macam makanan sejak meninggalkan rumah, tapi hidangan rebusan ini masuk tiga besar hidangan terbaik."
Ketika dia menyebut tentang rumahnya, kakak ipar Dorothea sedikit tertarik.
"Rumahmu adalah keluarga Lafan, kan? Aku sudah mendengar tentang situasimu dari Deirdre. Kudengar kamu tampaknya dipaksa menjalani kehidupan yang sangat sulit."
Perlakuan keluarga Lafan terhadap Marie hampir seperti seorang pelayan.
Tidak, karena aku mendengar bahwa dia tidak diberi gaji atau makanan, perlakuannya mungkin lebih buruk daripada seorang pelayan.
Biasanya, itu adalah masa lalu yang tidak ingin diingat, tetapi Marie mulai berbicara dengan nada nostalgia.
"Aku masih marah ketika mengingatnya. Perlakuan terhadapku sangat berbeda dengan kakak laki-laki dan perempuanku. Kalau dipikir-pikir, para pelayan juga kabur, dan tidak ada yang bisa melakukan pekerjaan rumah jika aku tidak melakukannya. Mungkin karena aku mulai tumbuh dewasa, mereka memperlakukanku seperti pelayan. ...... Yah, itu tidak apa."
Marie mencoba untuk mengabaikan cerita tentang bagaimana dia diperlakukan sebagai pelayan meskipun dia terlahir sebagai putri bangsawan.
Namun, bagi kakak ipar Dorothea, itu adalah cerita yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
"Itu tidak apa-apa!? Kamu didiskriminasi meskipun kalian adalah anak-anak yang sama? Tidakkah kamu merasa marah?"
Marie menatap langit-langit, seolah-olah dia sedang mengingat keluarganya.
"Aku memang marah, tapi mereka sudah menjadi orang asing dan tidak ada hubungannya denganku lagi. Yang paling menyakitkan adalah mereka tidak menyediakan makanan untukku. Mereka menyimpan makanan untuk diri mereka sendiri, tapi tidak untukku! Itu tidak bisa dimaafkan, kan?"
Kakak ipar Dorothea, yang dimintai persetujuannya oleh Marie, mengangguk dengan ekspresi kesulitan.
"Y-ya benar sekali. Itu tidak bisa dimaafkan... aku yakin masih ada banyak hal lain yang tidak bisa dimaafkan, tapi tidak menyediakan makanan itu terlalu keterlaluan. La-lalu... bagaimana kamu bisa bertahan hidup?"
Kakak ipar Dorothea mungkin mengerti bahwa dia tidak seharusnya bertanya, tetapi dia tampaknya tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.
Nicks dan aku tidak bisa berkata apa-apa karena sedih mendengar cerita Marie.
Tanpa menyadari suasana hati kami yang canggung, Marie dengan gembira mulai menceritakan bagaimana dia menjalani hari-harinya di keluarga Lafan.
"Ketika aku masih kecil, aku mendapatkan makanan dari hutan di sekitar rumah! Aku membaca semua buku tentang tumbuhan dan tanaman liar di rumah dan menghafal semua jenis yang bisa dimakan."
Kakak ipar Dorothea teriak karena terkejut.
"Ka-kamu makan rumput liar!?"
Sambil memasang ekspresi "apa yang kamu bicarakan?", Marie menunjukkan kesalahan Dorothea.
"Tidak ada tumbuhan yang disebut rumput liar di dunia ini. Semua tumbuhan, kecuali spesies baru, memiliki nama. Ah, tapi memang ada jenis tumbuhan yang tidak beracun tapi tidak layak untuk dimakan. Haa... Aku juga beberapa kali hampir mati."
Saat Marie menatap ke kejauhan, kami merasa seperti sedang menyaksikan kebenaran yang seharusnya tidak kami ketahui.
Mungkin karena menyadari tatapan iba kami, Marie buru-buru bersuara riang, seolah-olah tidak semuanya menyedihkan.
"Tapi, tapi! Setelah aku bisa masuk ke hutan, aku juga bisa makan daging. Setelah aku belajar menggunakan senapan buru, pola makanku membaik tahu~. Aku bisa makan hewan liar. Memang sulit untuk memprosesnya setelah diburu, tapi—"
Marie menceritakan kegagalan masa lalunya dengan diselingi candaan, tapi Nicks menutupi wajahnya dengan tangan kanannya.
Dia menangis sambil terisak.
Kakak ipar Dorothea juga menjadi serius.
"Kamu... berburu sendirian?"
"Ya, karena tidak ada yang mengajariku. Tapi, aku belajar dengan membaca buku."
"Be-begitu..."
Kakak ipar dorothea bingung dengan ceritanya.
Dia mungkin tidak menyangka bahwa pertanyaannya yang hanya karena penasaran akan mengungkap sisi gelap Marie sedalam ini.
Dia tampaknya sangat menyesal, tetapi di sini Marie semakin memperlihatkan sisi gelapnya.
"Berbicara tentang berburu, yang paling enak adalah tupai. Nilai plusnya adalah mereka lebih aman untuk diburu daripada mangsa lainnya."
Marie, yang teringat akan masa lalu, mengenang rasa tupai.
Bagi kakak ipar Dorothea, makan tupai tampaknya tidak bisa dipercaya.
"Tupai!? He-hewan kecil yang lucu itu!? Ka-kamu... memakannya!?"
Di samping Dorothea yang terkejut, Nicks juga melebarkan matanya.
Keluarga Baron Bartfort memang miskin, tapi mereka tidak mengalami masa kecil yang sekeras Marie.
Marie mengalami masa kecil yang lebih sulit daripada aku atau Nicks.
Meski begitu, Marie tampak bahagia saat mengingat rasa tupai.
Dia berkata seolah-olah air liurnya akan menetes.
"Aku merasa bahagia ketika menemukan tupai yang terperangkap. Karena itu adalah sumber protein yang berharga dan juga lezat, itu yang terbaik."
Tidak mungkin dia hanya melihat hewan lucu sebagai protein, kan!?
Marie juga menjelaskan secara detail tentang cara memanfaatkan tupai.
"Karena kulit hewan bisa dijual, jadi aku bisa membeli pakaian bekas baru dengan uang itu. Tapi, aku juga beberapa kali mengalami hal-hal menakutkan di hutan. Babi hutan dan beruang sangatlah kuat. Aku pernah butuh waktu setengah hari untuk mengalahkan mereka."
Me-mengalahkan babi hutan dan beruang—katanya!?
Aku entah bagaimana bisa menebak alasan mengapa tinju Marie begitu kuat.
Untuk memastikannya, aku bertanya,
"Be-benarkah kamu melawan babi hutan dan beruang?"
Meskipun Marie berkata, "Tentu saja tidak,"
"Tentu saja aku tidak bisa menang melawan mereka jika mereka tidak terluka, jadi aku mengincar hewan buas yang terkena perangkap. Meski begitu, aku butuh waktu setengah hari untuk mengalahkan mereka. Tapi setelah itu, dagingnya sangat enak~. Dan juga, karena kulitnya bisa dijual, itu enak dalam dua arti. Aku bisa membeli satu set pakaian bekas baru."
Apa itu pakaian bekas baru!?
Kalau sudah bekas, berarti bukan baru!
Kakak ipar Dorothea menutup mulutnya dan memanggil pelayan dengan melambaikan tangannya.
Dia sudah menangis tersedu-sedu!?
Seberapa parah cerita Marie sampai membuat kakak ipar Dorothea menangis!?
"Nyo-nyonya, ada yang bisa kami bantu?"
Para pelayan juga terkejut dengan cerita Marie, dan beberapa dari mereka bahkan menangis.
"Untuk gadis ini... Marie-chan, tolong siapkan hidangan daging. Karena hidangan rebusan butuh waktu lama, bisakah kalian membuatkan steak?"
Marie menggaruk kepalanya karena malu dengan perhatian kakak ipar Dorothea.
"Bolehkah? Ah, maaf kalau aku seperti memaksa~"
Marie tampaknya hanya merasa sedikit tidak enak karena telah merepotkan mereka.
Itu salah! Itu karena ceritamu!
Mendengar bahwa dia dibesarkan tanpa cinta dari orang tuanya, dipaksa bekerja seperti pelayan di rumah, dan menjalani kehidupan mandiri, aku merasa kasihan padanya.
Aku tidak menyangka situasinya akan separah ini.
Saat aku menatap Marie dengan bingung, Nicks mendekat sambil melepas kalungnya.
Dia meletakkan tangannya di kedua bahuku dan menggenggamnya erat.
"Leon!"
"A-apa? Sakit, oi?"
Mata Nicks tampak rumit saat menatapku.
Dia tampak marah padaku, tapi dia berusaha keras untuk menahannya.
"Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu, dan aku ingin memukulmu sekarang. Sejujurnya, aku berencana untuk menghina dan menyiksamu sebelum memukulmu hari ini."
Itu kejam.
Apa yang kau pikirkan tentang adikmu yang lucu ini?
Nicks menekan amarahnya padaku.
"Tapi! ... Tapi, aku akan menelan perasaan ini."
"O, oh?"
"Jadi, kau harus membahagiakan Marie-chan. Itulah permintaanku."
Nicks menangis di depanku.
Lagian, Aku tidak perlu diberitahu oleh Nicks.
Aku ingin membuatnya bahagia—atau lebih tepatnya, mental Marie sudah terlalu kuat.
Setelah mendengar cerita ini, aku menyadari bahwa Marie lebih liar dan tangguh daripada yang kubayangkan.
Meskipun penampilannya rapuh, dia sebenarnya sangat kuat.
Dia sekuat jenderal perang di era Sengoku.
Marie menatap steak yang dibawa oleh para pelayan dengan mata berbinar.
Begitu steak diletakkan di atas meja, dia mengambil pisau dan garpu di kedua tangannya dan bersiap untuk makan.
"Uwaah~. Itadakimasu~!"
Melihat Marie mulai makan steak yang tebal dan besar, kakak ipar Dorothea mengeluarkan sapu tangan dan menyeka air matanya.
"Makan yang banyak, ya."
Marie, yang telah membuat kakak ipar Dorothea menangis, asyik dengan steaknya.
Setelah mengungkapkan sisi gelapnya kepada orang-orang di sekitarnya, dia tidak terluka sedikit pun. Apakah mentalmu terbuat dari baja?
Mulai sekarang, aku memutuskan untuk tidak pernah membiarkan Marie menceritakan kisah masa lalunya lagi.
Aku sudah memikirkannya sebelumnya, tapi Marie terlalu malang, bahkan di kehidupan sebelumnya juga.
Jika cerita Marie benar, dia dibunuh oleh pacarnya di kehidupan sebelumnya, kan?
Kudengar dia punya anak perempuan, tapi mereka hidup terpisah... Apa yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi gadis semalang ini?
Aku pernah bercanda bahwa Marie mungkin dikutuk, tapi setelah mendengar cerita ini, aku merasa dia benar-benar dikutuk.
Meski begitu, Marie sendiri sekarang sedang makan steak dengan gembira.
Aku benar-benar berpikir bahwa seharusnya aku meminta Marie untuk melakukan ritual pemurnian saat kami pergi ke pulau terapung bergaya Jepang untuk karyawisata kemarin.



Post a Comment