NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Saikyou Degarashi Ouji no An’yaku Teii Arasoi V9 Epilogue

 Penerjemah: Chesky Aseka

Proffreader: Chesky Aseka


Epilogue

Pemberontakan Pangeran Ketiga, Gordon.

Itu berujung pada jeda pertempuran sementara ketika Gordon dan William, yang mendukungnya, mundur ke wilayah utara Kekaisaran. 

Setelah gagal menggulingkan ibu kota, hal terpenting bagi Gordon dan William adalah memperkuat posisi mereka. Di pihak Kaisar, prioritasnya adalah memulihkan keadaan ibu kota terlebih dahulu.

Waktu yang Silver peroleh dengan susah payah harus dimanfaatkan untuk melakukan pemulihan secepat mungkin, kalau tidak, Kekaisaran akan menghadapi tekanan invasi yang dahsyat dari negara-negara lain. 

Namun pemberontakan kali ini dipimpin oleh militer. Karena itu, tidak semua pasukan di berbagai daerah bisa dipercaya, membuat Kekaisaran sulit melakukan pergerakan besar-besaran.

Meski demikian, para pejabat tinggi dari berbagai negara yang menghadiri upacara peringatan penobatan Kaisar berhasil dievakuasi ke selatan, sementara warga sipil yang tinggal di dekat perbatasan dipindahkan sementara ke wilayah tengah Kekaisaran.

Mereka memilih pasukan yang masih bisa dipercaya, menempatkan keluarga kekaisaran sebagai komandan untuk memastikan pengawasan, dan dengan itu, barulah pertahanan minimum untuk serangan balik berhasil disusun. 

Di tengah masa sibuk itu, Kaisar Johannes sudah menetapkan satu keputusan.

Yaitu. 

“...Putri Kedua, Zandra, telah bersekongkol dengan Pangeran Ketiga, Gordon, untuk memberontak terhadap Kaisar dan menjerumuskan ibu kota ke dalam kekacauan. Mengingat beratnya dosa tersebut, hukuman mati biasa tidaklah cukup. Maka, Zandra akan dijatuhi hukuman minum Anggur Kekaisaran. Namun, eksekusi akan dilakukan pada waktu yang ditentukan kemudian.” 

Setelah menyampaikan keputusannya kepada para menteri, Johannes memerintahkan semuanya mundur dan duduk seorang diri di atas takhta. 

Alasan eksekusi Zandra ditunda karena mengeksekusinya sekarang tidak memberi keuntungan apa pun.

Kekuatan utama pemberontak berada di bawah Gordon, bukan Zandra. Membunuh Zandra saat ini tak akan menggoyahkan moral musuh, bahkan bisa memicu perlawanan dari para pengikutnya.

Sekarang waktunya untuk fokus pada Gordon dan negara-negara asing. Karena itu, keputusan eksekusi ditangguhkan sampai situasi stabil. 

Namun, penundaan itu sama sekali bukan penghiburan bagi Johannes. 

Dia menutup mata, pikirannya melayang ke masa lalu. 

Sejak kecil, Zandra adalah anak yang cerdas. Mungkin berkat pengaruh ibunya, dia cepat tertarik pada sihir dan menunjukkan bakat yang mengejutkan banyak orang.

Tak diragukan lagi, dia termasuk yang paling berbakat dalam sejarah keluarga kekaisaran. Semua orang percaya bahwa suatu hari dia akan menjadi penyihir luar biasa. 

Namun Johannes tidak pernah terlalu suka mengirim Zandra ke medan perang. Sebagai seorang putri kekaisaran, dia tidak perlu melakukannya, apalagi saudara-saudaranya telah membuktikan kecakapan mereka.

Lizelotte sudah menonjol sebagai jenderal, dan dalam hati, Johannes ingin putrinya yang kedua tumbuh sebagai wanita yang anggun. 

Ketika masih kecil, Zandra paling suka duduk di pangkuan Johannes. Entah di ruang takhta atau ruang pribadinya, dia selalu memanjat naik tanpa ragu.

Seolah itu adalah tempat istimewanya, dia akan duduk di pangkuan sang ayah sambil membaca buku sihir yang sulit. 

Johannes masih bisa membayangkan Zandra kecil dengan jelas.

Putri yang dia sayangi. Dia merasa telah memberikan kasih sayang sebagai seorang ayah, sebisanya. 

Di mana letak kesalahannya? Apa yang kurang?

Pertanyaan itu berulang kali dia tanyakan pada dirinya sendiri, hingga akhirnya dia sadar pertanyaan itu tak ada gunanya lagi. 

Eksekusi sudah ditetapkan. Tidak akan diubah.

Anggur Kekaisaran adalah racun mengerikan yang membuat seseorang menderita selama tujuh hari tujuh malam tanpa mati. Sekali diminum, tak ada penawarnya. Dalam sejarah, belum ada seorang pun yang berhasil diselamatkan.

Mungkin anggur itu adalah racun terkuat di seluruh benua. Dan dia harus menjatuhkannya kepada putrinya sendiri. Johannes ingin berpaling dari kenyataan.

Tapi dia tak bisa melarikan diri dari dilema.

Saat keadaan sedang tidak stabil seperti sekarang, justru dirinya harus menunjukkan kepemimpinan yang tegas sebagai kaisar. 

Namun tetap saja, dia tak bisa menahan diri untuk memikirkan hal itu. 

“Andaikan Wilhelm masih hidup...” 

Putra yang paling dia percaya.

Penerus takhta yang diakui semua orang. Karena itu, konflik perebutan takhta diyakini tak akan terjadi.

Johannes pun percaya hal yang sama. Itulah sebabnya dia mencurahkan kasih sayang kepada semua anaknya. 

Namun perebutan takhta tetap terjadi.

Semua itu bermula sejak kematian Wilhelm.


* * *


Dengan langkah gontai, Johannes mendatangi kamar Al.

Akibat racun saat pemberontakan, Al masih belum bangun. Dia datang untuk melihat keadaannya. 

Namun, ternyata sudah ada seseorang di sana. 

“Mitsuba...”

“Paduka, Anda datang untuk melihat kondisi Al?” 

Di sana berdiri Mitsuba, Selir Keenam sekaligus ibu kandung Al. 

Johannes mengangguk pelan dan menatap Al yang tertidur di atas ranjang. 

“Dia... masih belum bangun?”

“Ya. Sepertinya dia akan butuh waktu yang lama. Tapi nyawanya tidak dalam bahaya, begitu katanya.”

“Hmm... Pada pemberontakan kali ini, Arnold sudah bekerja keras. Sungguh... dia sudah melakukan banyak hal. Dia putra yang bisa kupuji. Saat dia bangun nanti, akan kuberi dia hadiah.” 

“Al tidak akan menginginkan hadiah, Paduka. Yang dia inginkan hanyalah kedamaian.”

“Benar juga... Maafkan aku. Karena aku kaisar yang tak berguna, dia tak bisa mendapat kedamaian itu.” 

Yang Al inginkan hanyalah ketenangan bagi dirinya dan keluarga. Itu saja cukup. Johannes pun memahaminya.

Namun sekarang masa penuh kekacauan. Dia tak bisa memberikannya. 

“Selama kita tak bisa mempercayai militer sepenuhnya, kita harus mengandalkan para pangeran. Saat Arnold bangun, dia pasti akan kembali ke medan perang. Dia mungkin tak bisa pulang ke ibu kota selama bertahun-tahun.”

“Sebagai pangeran, itu tanggung jawab yang tak bisa dihindari. Meski anak ini membencinya, dia tetap harus memikulnya.”

“...Tanggung jawab, ya... Apa dengan membunuh saudara sendiri bisa disebut tanggung jawab...?” 

Hati Johannes terluka setelah memutuskan hukuman mati Zandra. Meski putrinya telah berbuat dosa berat, dia tetaplah anak yang dia cintai. Namun kepada para bawahannya, dia tak boleh menunjukkan kelemahan, karena dia seorang kaisar. 

Tapi di sini hanya ada Mitsuba dan Al yang terbaring.

Yang duduk di sini adalah Johannes sebagai seorang ayah. 

Karena itulah, dia membiarkan kegelisahannya keluar. 

“...Tergantung pada situasi, mungkin aku harus memerintahkan Arnold untuk menebas Gordon...”

“Sejak dia ikut dalam perebutan takhta, dia pasti sudah siap menanggung kemungkinan harus melawan saudaranya sendiri. Tak perlu cemas.”

“Menggeser seseorang dalam perebutan kekuasaan berbeda dengan membunuhnya di medan perang...! Saat aku memutuskan menghukum Zandra, dadaku terasa sakit. Seolah hatiku hendak hancur. Meski tak bisa kukatakan di depan semua orang... Apa pun yang terjadi, dia tetap putriku...”

“Saya tahu. Saya tahu betapa dalamnya kasih sayang Anda pada anak-anak.” 

“Aku tak apa... Aku seorang kaisar. Meski terluka, aku bisa menerimanya sebagai bagian dari tugasku... Tapi Arnold berbeda. Dia bukan kaisar. Dia tidak mengejar takhta. Dia bahkan tidak menikmati kehormatan sebagai anggota keluarga kekaisaran. Tapi dia bisa dipaksa membunuh saudaranya sendiri. Itu yang membuatku khawatir... Anak ini terlalu menyayangi keluarganya...” 

Johannes mengelus rambut Al yang sedang tidur, menghela napas panjang. 

Mitsuba pun merapat, menemani Johannes. Tak banyak tempat di mana dia bisa menunjukkan kelemahannya.

Setidaknya di sini, biarlah dia menjadi seorang ayah biasa yang cemas pada anaknya. 

“Tidak apa-apa. Al tidak sendirian. Seperti halnya Anda tidak sendirian.”

“...Bagaimana bisa keadaan menjadi seperti ini? Dulu aku pikir anak-anakku tak akan saling berseteru. Kupikir tak ada kaisar sepanjang sejarah yang seberuntung aku. Tapi... Lihat sekarang...” 

Johannes meletakkan tangan kanannya di atas tangan Al yang terbaring.

Al masih hidup. Itu saja sudah merupakan satu-satunya penghiburan. 

Mitsuba menggenggam tangan kiri Johannes dengan lembut. 

Kini, tak ada wibawa kaisar yang tersisa pada dirinya. Dia tampak rapuh, seakan bisa hilang kapan saja.

Ironis sekali. Karena diberkahi pewaris yang begitu cemerlang, dia justru mencurahkan kasih sayang yang dalam kepada anak-anak lainnya.

Namun kini, setelah kehilangan sang pewaris, dia harus menyaksikan anak-anak yang dia cintai saling bertarung. 

Kaisar-kaisar sebelumnya memahami risiko itu, dan karena mengetahui masa depan yang menanti, mereka tidak terlalu memanjakan anak-anak mereka. Itu semacam langkah pencegahan dari kaisar-kaisar terdahulu.

Johannes tidak mengambil langkah itu dan kini dia menanggung lukanya. 

“Mitsuba... Pada akhirnya, dari semua anakku, berapa banyak yang akan tetap bertahan melalui masa sulit itu...?”

“Merisaukan masa depan memang wajar. Tapi percayalah sedikit pada putra-putri Anda. Mereka putra-putri Anda. Mereka pasti akan menjadi kekuatan Anda, dan mereka akan bertahan.” 

Mitsuba menenangkan Johannes.

Setelah mendengar itu, Johannes berbisik lembut menyetujui lalu perlahan bangkit dari sisi ranjang.

Dia kemudian menegakkan punggungnya dan meninggalkan kamar dengan wibawa seorang kaisar. Masih banyak tugas yang menunggunya. 

Setelah Mitsuba mengantar kepergiannya, dia kemudian melihat kembali ke arah Al yang tidur. 

Wajah tidur itu tenang, tanpa sedikit pun bayangan kecemasan. 

Dengan senyum kecil, Mitsuba menyentuh pipi Al. 

“Katanya itu adalah putra kebanggaannya. Harusnya kamu senang karena dipuji Ayahanda-mu yang sangat kamu kagumi.”

Dia tersenyum, lalu beranjak dari sisi ranjang. Pada saat itu, pintu kamar terbuka. 

“Ah, Nyonya Mitsuba!”

“Kebetulan sekali, Fine. Tolong jaga Al, ya?”

“B-Baik!” 

Mitsuba menyerahkan perawatan Al kepada Fine, lalu meninggalkan kamar. Tak seperti Johannes, Mitsuba tidak merasa cemas.

Al bukan lagi Al yang dulu. Di sisinya kini ada banyak orang.

Selama pemberontakan, Al menunjukkan betapa kuatnya ikatan yang dia miliki dengan banyak orang.

Karena itu, dia yakin, ke depannya Al pun akan baik-baik saja. 

Begitulah apa yang diyakini Mitsuba.


Previous Chapter | ToC | 

Post a Comment

Post a Comment

close