NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game Volume 1 Chapter 1 Part 2

Chapter 1 - Bagian 2
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Aku sulit tidur hari itu, mungkin karena semua ketegangan pengakuan besok, ketika Barato-san akan menyatakan cintanya padaku.

Bahkan di sekolah, pikiranku masih agak linglung.

Ruang kelas kosong dan sunyi, hampir membuatku tertidur.

Saat itulah seseorang memanggilku yang linglung.

Memalingkan kepalaku ke arah suara itu, hal pertama yang kulihat adalah paha yang terlihat dari roknya.

..... Tidak, tidak, tidak, ingat, pertama yang kau lakukan adalah melihat wajah mereka!

“H-Hei, Misumai…..Bolehkah aku meminta waktumu sepulang sekolah hari ini?”

Melihat ke atas, suara itu, seperti yang diharapkan, milik Barato-san.

Rambut cokelat panjangnya yang halus bergoyang ke kiri dan ke kanan saat suaranya sedikit bergetar.

“Ah, ya. Tidak apa-apa, Barato-san.”

"Terima kasih. Kalau begitu, sampai jumpa lagi sepulang sekolah.”

Di pagi hari di dalam kelas dengan hampir tidak ada siswa, kata Barato-san kepadaku.

Dia terlihat santai namun agak gugup, mungkin karena dia tahu apa yang akan terjadi nanti.

Setelah mengatakan itu, dia kembali kepada dua temannya.

Aku tidak suka terlambat. Jadi, aku selalu datang ke sekolah lebih awal. Tapi hari ini, entah kenapa, Barato-san datang lebih awal dariku.

Mungkin dia datang di pagi hari agar tidak menimbulkan keributan?

Kedua temannya tidak menatapku dengan cara yang tidak wajar, tetapi malah mengelus punggung Barato-san saat mereka mendorongnya, lalu berkata, 

'Kamu melakukan yang terbaik, Nanami-chan, kamu melakukan yang terbaik ……!'

Jika aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, aku mungkin salah memahami adegan itu.

Sepertinya dia memiliki keberanian untuk berbicara denganku.

Tapi kenyataannya, dia tidak pandai berurusan dengan laki-laki. Jadi, kemungkinan besar dia akan merasa gugup terhadap laki-laki mana pun.

Sejak saat itu, kami tidak pernah berbicara lagi sampai pelajaran hari ini selesai.

Aku pada dasarnya sendirian atau hanya berbicara dengan teman sekelasku, sementara dia bergaul dengan teman-temannya dan gadis-gadis lain di kelasnya. 

Namun, mustahil bagiku untuk tidak menyadarinya, karena terkadang aku meliriknya.

Aku ingin tahu apakah itu sama untuknya, karena ada kalanya tatapan kami bertemu.

Dan setiap kali itu terjadi, dia akan panik dan memalingkan wajahnya dengan pipinya yang memerah…Jika aku tidak tahu ini adalah permainan hukuman, aku mungkin salah paham.

Dia pasti gugup. Aku juga gugup, tapi berkat saran Baron-san, aku bisa tetap tenang.

Sebelum aku menyadarinya, sekolah telah berakhir dan saat yang menentukan telah tiba.

“Misumai-kun, bisakah kamu ikut denganku sebentar?”

Di ruang kelas yang kosong sepulang sekolah, di mana hanya ada kami berdua, Barato-san mengatakan itu padaku.

Teman-temannya sama sekali tidak ada di sini.

Karena ini adalah permainan hukuman, kupikir dia akan mengaku di sini di kelas, tapi sepertinya dia akan mengubah lokasi.

Kami tidak mengatakan sepatah kata pun satu sama lain, karena aku tetap diam dan mengikutinya.

Aku seharusnya tenang, tetapi dengan setiap langkah yang kuambil, aku tampaknya semakin gugup.

Dan dengan setiap langkah yang dia ambil, dia akan menggerakkan pinggulnya, membuat rok pendeknya bergoyang dari kanan ke kiri, menarik mataku ke arahnya…Hei, tunggu, hentikan! Ingat apa yang Baron-san katakan padamu kemarin!

Lihat, wanita jauh lebih sensitif terhadap tatapan daripada yang dipikirkan pria. Saat menerima pengakuan, kau harus menatap langsung ke matanya. Jangan biarkan matamu berkeliaran ke belahan dadanya, pahanya atau bagian tubuh lainnya .......

Ya, benar…tenang…tetap tenang. Lihat lurus ke depan, jangan melihat ke tempat lain.

Aku mulai tenang saat mengingat nasihat Baron-san.

Kami terus berjalan dalam diam sampai kami tiba di belakang gedung sekolah.

Tidak ada tanda-tanda orang lain dan tidak ada kemungkinan orang melihat kami.

Namun, kurangnya popularitas membuat tempat ini berbahaya dalam arti bahwa tidak ada yang akan menyadarinya dan berbagai potongan kayu dan bahan lain yang ditempatkan di sana juga secara fisik berbahaya.

“Oke… kalau begitu… kurasa ini tempat yang tepat…!”

Dia menggumamkan sesuatu pada dirinya sendiri, lalu berhenti dan berbalik menghadapku. Momentum putaran tubuhnya menyebabkan roknya bergoyang-goyang dan aku hanya bisa mengaguminya.

Gestur itu saja sudah cukup membuat jantungku melompat. Tapi, aku harus tetap tenang. Ini adalah pengakuan permainan hukuman, jangan salah paham. Tapi meski aku tahu itu, mau tak mau aku merasa gugup berada dalam situasi ini.

“Terima kasih sudah datang, M-Misumai-kun. Aku punya…sesuatu yang ingin aku katakan…sebenarnya…kamu tahu apa yang akan kukatakan…kan?”

Dia mengambil langkah jauh dariku dan mulai berbicara.

Aku tidak tahu apakah 'jarak' itu dimaksudkan sebagai peringatan bagiku…atau tanda bahwa dia tidak terbiasa dengan pria…tapi aku hanya akan diam dan mendengarkannya sampai dia selesai sebelum menjawab.

“Maaf, tapi aku biasanya tidak berbicara denganmu… Barato-san. Jadi, aku tidak begitu yakin kenapa kau mengundangku ke sini. Aku tidak punya banyak uang untukmu atau semacamnya, kau tahu?"

"Aku tidak bermaksud untuk merampokmu atau melakukan hal seperti itu!"

'Aku tidak tahu apa-apa tentang permainan hukuman ini.' atau setidaknya, begitulah seharusnya.

Jadi, aku bercanda tentang hal itu dan dengan sengaja berpura-pura bahwa aku tidak tahu untuk apa aku dipanggil.

Untuk saat ini, aku tidak yakin apakah aku bisa lolos begitu saja, tetapi sejauh yang kutahu, ini seharusnya baik-baik saja.

“Um…yah…itu…erm…aku…aku……”

Tergagap terus-menerus, dia mencoba menyampaikan maksudnya. Orang yang berdiri di depanku tampak seperti seorang Ojou-sama yang akan membuat pengakuan dengan berani. Sulit dipercaya bahwa ini adalah pengakuan permainan hukuman.

Meski ini adalah kebohongan. Tapi, tetap saja.. situasi ini masih membuatku gugup. Meski begitu, aku mencoba tetap tenang dan menatap lurus ke wajahnya, tidak sedikitpun aku mengalihkan pandanganku dari matanya.

Namun, semakin aku melihat wajahnya, semakin aku menyadarinya, dan mataku mulai berkeliaran.

Ingat, Baron-san memberitahuku bahwa jika hal seperti itu terjadi, aku harus sedikit melihat ke atas daripada melihat ke bawah.

Kalau kau melihat ke bawah, kau akan melihat tubuhnya, tetapi kalau kau melihat ke atas, maka kau tidak akan dapat melihat tubuhnya, jadi…lihat…lihat.

Mengikuti saran dari kemarin, aku mengangkat pandanganku sedikit lebih tinggi.

Dan karena nasihat itu, aku bisa melihatnya, tetapi pada saat yang sama, itu juga mengejutkanku.

“A-aku menyukaimu…M-Misumai-kun….jadi…to-tolong…. b-berkencanlah denganku.. Um, maksudku.. aku ingin kamu menjadi p-pacarku.."

Segera setelah aku melihat ini, aku mulai berlari ke arah Barato-san bahkan sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya.

Aku terutama bermain video game, menonton video dan melakukan latihan kekuatan saat aku di rumah. 

Bisakah aku melakukannya? Tapi, jarak antara kami berdua agak jauh …

Aku belum pernah mendengar tentang latihan kekuatan yang membuat kakiku berlari lebih cepat dan aku belum pernah benar-benar mencoba 'berlari' sebelumnya, tetapi meski begitu, aku harus berhasil. Bahkan kalau kau tidak memiliki keberanian, kau harus percaya pada diri sendiri! Jadikan itu kenyataan!!

Apa yang kebetulan kulihat adalah ember besar yang mengintip dari jendela di gedung sekolah. Aku pernah mendengar tentang ember yang digunakan untuk menyapu dan membersihkan. Itu seharusnya benda itu. Ujung ember itu sekarang mulai mengintip keluar jendela sedikit demi sedikit.

Melihat hal itu, aku langsung ingat bahwa ini adalah tempat di mana siswa/i terkadang membuang isi ember karena tidak mau repot membuang air kotor setelah dibersihkan.

Dan sekarang, di bawah ember itu, adalah Barato-san. Kalau aku tidak melakukan sesuatu segera, dia akan tersiram air kotor.

Saat aku memikirkan hal itu, tubuhku bergerak tanpa sadar.

Terkena air tidak selalu berarti kau akan menderita cedera yang mengerikan. Ini hanya masalah basah dan terkena air koto saja.

Beberapa orang mungkin mengatakan itu hukuman yang pantas karena dia mengaku padaku karena permainan hukuman.

Tapi bagiku, untuk sesaat, tidak berpikir begitu. Meskipun ini adalah pengakuan permainan hukuman, dia tetap merasa malu, dan ditambah lagi, dia juga memberikan yang terbaik hanya untuk merangkai kalimat itu bersamaan.

Aku tahu semua ini hanyalah kebohongan. Tapi meski begitu, dia mencoba untuk menemukan keberanian untuk mengaku padaku meskipun dia tidak berpengalaman dengan laki-laki dan sebagai hasilnya...Aku hanya tidak tega melihatnya tertutup kotoran seperti ini.

“Eh? Ehhhhhhhhhhhh!!!????”

Barato-san berteriak saat dia menyadari bahwa aku mendekatinya, tapi aku mengabaikan fakta itu dan melindunginya. 

Terima kasih Tuhan, aku berhasil!

Saat aku merasa sedikit lega, air dingin menghantam punggungku dan menyebar ke seluruh tubuhku.

Ini lebih menyakitkan dari yang kukira! 

Dingin, kotor dan sakit!

Air dingin yang membasahi seragamku telah menghilangkan semua panas tubuhku sekaligus, membuatku kedinginan dan menggigil.

Sialan! 

Jangan gunakan air dingin seperti itu untuk membersihkan!

Gunakan sesuatu yang lebih hangat lain kali!

Dan, jangan membuangnya ke luar jendela, astaga!!

“Eh….? Eh…..!? A-Apa!? Apa ini!? Apakah ini… air!? Kenapa….!?"

Tiba-tiba, gadis yang menutup matanya akhirnya memahami situasinya dan melihat sekeliling di bawahku.

Aku memandangnya dan bertanya-tanya apakah aku telah mengotori bagian belakang kemejanya karena tanah tidak tertutup trotoar atau apakah pakaianku yang sedikit acak-acakan itu memalukan bagi matanya.

Lalu, sebelum aku bisa mengatakan apa-apa lagi… sesuatu yang berat menghantam kepalaku.

Pada saat yang sama, sebuah ember memasuki bidang penglihatanku.

Rupanya, orang yang mengosongkan isi ember itu dikejutkan oleh teriakan Barato-san dan menjatuhkan ember itu.

.... Oi, masih ada lagi 'ya?

Ada sedikit air tersisa di dalam ember, dan air yang tumpah dari ember itu meresap ke tanah….Syukurlah, jika itu mengenainya, dia mungkin akan terluka.

Saat itulah aku menatap wajah Barato-san dan melihat titik merah di pipinya.

Apa dia terluka...?

“Apa kau baik-baik saja, Barato-san? Apa kau terluka?"

“Aku… baik… tidak, tunggu, apa kamu baik-baik saja, Misumai-kun!?”

"Eh? Ya, aku baik-baik saja, hanya sedikit basah dan dingin, itu saja.."

“Haa, kamu sama sekali tidak baik-baik saja! Kepalamu berdarah!”

Ketika dia mengatakan itu, aku menyadari bahwa aku menggunkan kepalaku untuk menghalangi ember yang akan mengenainya. Itu sebabnya, bintik-bintik merah di pipinya sangat mirip dengan darahku.

“Ah, maaf…aku tidak bermaksud menodai pakaianmu dengan darahku…Tapi, kau tidak basah kan, Barato-san?”

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku! Aku baik-baik saja! Sebalinya, kamu yang...!!"

Itulah beberapa kata terakhir yang kudengar.

Begitu aku berdiri untuk mencoba menjauh dari Barato-san, tubuhku mulai gemetar. Tampaknya dampak pendaratan ember di kepalaku jauh lebih besar dari yang kuduga. Perasaan pusing menyerangku begitu aku berdiri dan tubuhku langsung roboh.

“Misumai! Misumai!?”

Aku mendengar suara yang meneriakkan namaku dengan prihatin tepat sebelum aku kehilangan kesadaran.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

"Um, dimana ini? UKS?"

Aku berasumsi hal pertama yang kulihat ketika aku bangun adalah surga ... tapi tidak, hal pertama yang kuperhatikan adalah langit-langit ruang UKS dan itu adalah langit-langit yang pernah kulihat sebelumnya. Jadi, tidak sulit untuk mengetahuinya. di mana aku sekarang.


Tunggu, kenapa aku di sini?

Mari kita lihat...Aku cukup yakin... Barato-san memanggilku...dan mengaku padaku.

Oh, itu benar, sebuah ember jatuh di atas kepalaku.

“Misumai-kun!? Syukurlah kamu baik-baik saja!!”

Aku mendengar suara seorang gadis datang dari sisiku saat aku sedang berpikir. Itu adalah suara gadis yang memanggilku tadi, Barato-san. 

.... Apa dia yang membawaku ke sini?

“Ah, ya… Apa kau yang membawaku ke sini, Barato-san? Terima kasih…Aku cukup berat, bukan?”

"Syukurlah... kamu baik-baik saja! Hiks.. hiks..."

Dia tidak menanggapi kata-kataku. Tapi, dia sangat bahagia sampai air mata mengalir di pipinya.

Maaf aku membuatmu khawatir, tapi di saat yang sama, aku juga sedikit senang kau mengkhawatirkan pria sepertiku.

…Tapi kau tidak perlu mengkhawatirkanku lagi. Aku senang Barato-san baik-baik saja, untuk sebagian besar. Bagaimanapun, dia masih mengenakan seragam sekolahnya yang biasa dan sepertinya belum berganti pakaian.

“Uhm, Barato-san, apa pakaianmu kotor? Kau tidak terluka, kan?”

“Iya… Aku sangat berterima kasih padamu, Misumai-kun…aku baik-baik saja…tunggu, cukup tentangku! Apa kamu baik-baik saja!, Misumai-kun? Ada banyak darah dan kamu juga basah kuyup oleh air kotor dari ember. Mungkin ada beberapa kuman di ember itu. Apa kamu merasakan sakit?"

Apakah aku benar-benar berdarah sebanyak itu? Aneh…Aku tidak merasakan sakit khusus saat ini, mungkin karena aku sudah dirawat…pendarahan di kepalaku sudah berhenti. Jadi, kenapa?

Yah, sedikit nyeri, mungkin? Tapi itu saja. Aku tidak merasakan apa-apa lagi saat ini… jadi, ya, aku seharusnya bisa bangun.

"Aku baik-baik saja. Tapi, aku senang kau tidak terluka.”

Saat aku duduk di tempat tidur, aku tersenyum padanya. Tapi, dia langsung memalingkan wajahnya dariku dan melihat ke samping.

Eh? Apakah aku secara tidak langsung menyinggung perasaanya? Aku tidak berpikir ada hal khusus yang membuatnya marah.

Dia tampak agak bingung dan membuka mulutnya, membuang muka.

“Ah…M-Misumai-kun…bisakah kamu tetap berbaring? I-Itu akan sedikit…lebih…menyenangkan bagiku….”

Dia melirik ke samping, wajahnya memerah. Aku pikir ada sesuatu yang salah dan ketika aku melihat ke bawah pada tubuhku sendiri…Aku menemukan bahwa… Aku tidak mengenakan apa-apa di tubuh bagian atasku. Aku telanjang… telanjang!! Tidak, tunggu, aku masih mengenakan celanaku.

Meskipun hanya bagian atas tubuhku yang terlihat, fakta bahwa seorang gadis menatapku telanjang untuk pertama kalinya membuat wajahku semakin panas di detik berikutnya.

“A-aku minta maaf…..! Karena menunjukkan sesuatu yang tidak sedap dipandang...!"

Terburu-buru, aku menyembunyikan diri di bawah selimut tempat tidur.

“Eh…tidak….uhm. Misumai-kun ternyata berotot, ya? Pria macho kurus….? Ah, tunggu, tidak!! Jangan salah paham. Bukannya aku melihatmu lebih dekat atau semacamnya!?”

Aku tidak terlalu banyak bergaul dengan teman-temanku dan yang kulakukan selama di rumah adalah nge-gane atau melakukan latihan otot. Jadi, kurasa kau bisa mengatakan bahwa tubuhku agak berotot.

Meskipun awalnya aku berpikir bahwa melakukan ini sama sekali tidak ada gunanya, tetapi ini cukup berguna untuk pertama kalinya.

Aku malu seorang gadis melihatku setengah telanjang untuk pertama kalinya dan Barato-san juga malu ketika dia bilang kepadaku bahwa dia sudah melihat tubuhku. Jadi, kami berdua terdiam.

Keheningan canggung terjadi di antara kami berdua, itu ... sampai guru UKS masuk.

“Ada apa dengan kalian berdua, menjadi merah seperti itu? Kalian tidak menggunakan ruangan ini sebagai tempat pertemuan, kan?”

Kata-katanya yang memecah keheningan di antara kami, membuatku dan Barato-san semakin tersipu. Namun, bahkan sebelum kami bisa mengatakan apa pun, dia melanjutkan.

“Ini, Nak, aku membawakanmu baju ganti. Aku juga sudah mengemasi pakaian kotormu untukmu. Jadi, kamu bisa membawanya pulang nanti dan mencucinya sendiri.”

Dia itu rupanya membawakanku baju ganti.

Banyak hal yang ingin kutanyakan. Tapi, aku masih agak lega karena perawat memecah keheningan di antara kami. Saat aku meluangkan waktu untuk berganti pakaian, aku mendengar Barato-san meninggalkan ruangan untuk sementara.

Pakaian yang dibawakan oleh guru UKS untukku adalah seragam sekolah kami.

Aku diberitahu bahwa sekolah selalu menyediakan baju ganti untuk kejadian seperti ini. Oleh karena itu, aku senang... aku tidak harus pergi ke sekolah dan mengikuti pelajaran dengan mengenakan seragam olahraga sendirian..

Sementara aku mengenakan seragam sekolahku, perawat memberi tahuku apa yang terjadi.

Rupanya, aku dibawa ke UKS oleh seorang guru laki-laki yang dipanggil oleh Barato-san setelah aku pingsan.

Ternyata, dia tidak bisa menggendongku dengan baik karena cedera kepalaku. Lalu, dia menyadari bahwa dia tidak bisa melakukannya sendiri. Jadi, dia berlari ke ruang guru tanpa mengedipkan mata, mengatakan bahwa ada seorang anak laki-laki yang terluka dan meminta bantuan.

Kau cukup tenang, Barato-san.

Jika aku berada di posisimu, aku akan sangat panik untuk mencoba dan membawa orang itu sendirian.

Selain itu, mereka masih belum bisa mengidentifikasi individu yang membuang air kotor dari jendela.

Tidak ada kamera cctv di sekolah. Jadi, mustahil untuk mengidentifikasi individu tersebut. Paling-paling, yang bisa dilakukan sekolah hanyalah mengeluarkan peringatan keras kepada setiap kelas.

Yah, bukan berarti aku peduli tentang semua itu.

“Kamu seharusnya berterima kasih pada gadis itu. Dia telah menjagamu sejak kamu dibawa ke UKS. Enak, bukan? Bagaimanapun, kamu bisa mengalami masa muda."

Saat dia mengatakan itu kepadaku, pipiku memanas secara alami. Untuk saat ini, aku memilih untuk tidak menanggapi kata-katanya dan terus berganti pakaian dalam diam.

“Luka di kepalamu itu tidak terlalu serius. Tapi, aku sudah merawat lukanya. Apa kamu merasa lebih baik sekarang? Kalau kamu merasakan sakit…..atau pusing…… Aku sarankan kamu segera pergi ke rumah sakit.”

Ketika aku selesai berganti pakaian, aku melihat beberapa kain kasa di kepalaku. Tapi selain itu, aku tidak merasakan sakit, mual atau ketidaknyamanan lainnya. Mungkin aku tidak perlu pergi ke rumah sakit lagi.

Aku hanya akan memberitahu orang tuaku bahwa aku terluka ketika aku sampai di rumah.

“Sekarang setelah pacarmu selesai berganti pakaian. Kamu boleh masuk lho.. Tapi, kamu sepertinya tidak bisa menyembunyikan rasa malumu, kan? Hora, mukamu merah banget."

Guru memanggil Barato-san dan bertukar tempat dengannya. Ketika dia masuk, wajahnya masih merah.

Dan juga, aku bukan pacarnya…tapi dia mengaku padaku, meskipun dalam bentuk permainan hukuman.

Jadi, aku bertanya-tanya apakah aku ada di posisi itu?

“M-Misumai-kun.. apa kamu baik-baik saja?"

“Ya, aku baik-baik saja, Barato-san. Aku mendengar bahwa kau memanggil seorang guru. Terima kasih banyak."

“Mmm….. tidak, akulah yang seharusnya berterima kasih kepadamu.. Um, t-terima kasih sudah melindungiku…Misumai-kun….”

Melindungi?

Tidak, aku hanya mencoba melindungimu dari seember air itu. Ini bukan masalah besar….walaupun aku sedikit malu mendengarmu mengatakan itu.

Ada keheningan yang aneh di antara kami berdua. Mari kita lihat ... Aapa yang harus kubicarakan dalam situasi seperti ini? 

….Ingat saran Baron-san…

Tunggu .... 

Aku sama sekali tidak diberi nasihat tentang apa yang harus dikatakan jika seseorang melukai diri sendiri selama percakapan.

Lalu apa yang harus aku katakan untuk memulai percakapan seperti itu!?

"N-nee, bagaimana dengan j-jawabanmu...?"

"Eh?"

Saat aku mati-matian mencoba mengingat nasihat yang kudapatkan kemarin dan aku menyadari bahwa tidak ada nasihat yang diberikan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini sampai Barato-san menggumamkan 'jawabanmu'.

.... Jawabanku?

“Aku menyatakan…perasaanku…kepada Misumai-kun. Jadi, aku bertanya-tanya…apa jawabanmu…untuk itu…kamu…ingat?”

Saat dia menyisir rambut cokelat mudanya dengan jari-jarinya, dia memiringkan kepalanya sedikit menjauh dariku.

Pipinya sedikit diwarnai dengan sedikit merah vermillion.

Kami berdua agak memerah hari ini.

…..Oh ya. Aku tidak mengatakan apa-apa tentang itu karena aku berlari ke arahnya bahkan sebelum aku bisa menjawab.

Aku lupa tentang jawabannya karena aku berasumsi bahwa aku sudah menerima pengakuan itu.

Barato-san menggeliat dengan cemas.

Meskipun dia terlihat seperti gadis tipe gyaru yang flamboyan, penampilannya seperti gadis yang murni dan polos.

... Mungkinkah ini adalah dirinya yang sebenarnya?

Mari kita lihat...Aku yakin Baron-san mengatakannya. Ketika kau memberikan jawaban, kau harus melihat langsung ke mata orang tersebut…tatap dia…matanya… astaga… ini sangat memalukan… ayo diriku, semangat!

"Um, meskipun aku tidak tahu kenapa kau memilihku. Tapi, kalau kau tidak keberatan denganku.. Maka, aku berharap bisa bekerja sama denganmu, Barato-san.”

Balasanku mengubah wajahnya yang tampak cemas menjadi senyuman.

Senyumnya menyerupai bunga. Tidak, itu lebih mirip dengan ladang bunga sakura. Bahkan jika semua ini adalah kebohongan, hanya bisa melihat senyum ini saja membuatku merasa beruntung sebagai seorang pria.

Tapi, bahkan senyuman seperti itu bisa memberiku ide yang salah. Ini adalah permainan hukuman. Jadi, aku harus berhati-hati.

Senyum kecil muncul di wajahnya untuk sesaat, tetapi segera memudar. Dan kemudian, dia menggembungkan pipinya...dan menggumamkan sesuatu.

“Nami…”

"Apa?"

Itu namanya depannya ...

Ya, aku tahu. Tapi, kenapa dia menggumamkan naman depannya?

Sebelum aku sempat bertanya, jawabannya datang dengan cepat.

“Nanami…panggil aku Nanami mulai sekarang…karena kita sudah pacaran…Aku juga akan memanggilmu dengan nama depanmu, Youshin.”

Itu adalah jenis isyarat yang pasti akan diikuti oleh pria mana pun jika seseorang mengatakan sesuatu yang sangat lucu dengan tatapan seperti itu. Gerakannya sendiri sangat lucu, bagi hati seorang pria.

Sejujurnya, memanggil anak perempuan dengan nama depan mereka adalah bentuk perilaku anti-sosial.

Aku selalu menganggap seseorang seperti dia berasal dari dimensi yang sama sekali berbeda dariku.

Tapi, sekarang aku akan mengatakannya.

Satu-satunya kekhawatiranku adalah bahwa aku tidak akan bisa mengatakannya dengan baik.

“Erm….y-ya…m-mengerti. Mohon bantuanya... , Na…N-Na….Nanami-san………”

Aku bisa mengatakannya.

Setelah banyak usaha, aku berhasil mengatakannya. Dan setelah aku mengatakannya, aku menyadari bahwa ini jauh lebih memalukan daripada yang kukira. Itu membuatku merasa semua lembek di dalam.

Ugh, aku ingin tahu apakah aku akan terbiasa dengan ini.

“Iya, mohon bantuannya juga, Youshin-kun.”

Dia tersenyum padaku seperti bunga sakura lagi. Ya, senyum ini membuatku ingin melakukan yang terbaik. Panggil aku dengan nama dan aku akan melakukan yang terbaik.

Aku mengulurkan tangan kananku ke arahnya. Meskipun ini bukan sesuatu yang Baron-san sarankan untukku lakukan, entah bagaimana aku memutuskan untuk mengulurkan tangan kananku dan meminta jabat tangan.

Awalnya dia sedikit ragu, tetapi dia masih membalas jabat tanganku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku memegang tangan seorang gadis; tangannya lembut, hangat…dan sangat kecil.


“Ada apa dengan kalian berdua? Oh…kalian belum pacaran, ya? Wow, aku sudah melihat beberapa hal yang menarik. Bagaimanapun, ini adalah masa muda. Aku ucapkan selamat kepada kalian! Tapi, ingat jangan melewati batas, oke? Ah, tapi.. kalau kalian ingin melakukannya jangan lupa pake kondom, ngerti?"

Kami buru-buru melepaskan tangan kami ketika kami mendengar kata-kata guru UKS yang diam-diam mengintip ke dalam ruangan.

Wajahnya berubah menjadi merah cerah, begitu juga dengan wajahku, ketika kami mendengar kata-kata guru itu.

Nih, guru ngomong apa sih!?

“Sensei… itu bukanlah hal yang seharusnya dikatakan seorang guru, bukan?"

“Itu sebaliknya, Nak. Karena kamu berada di SMA, kami harus memberi kalian pengetahuan tentang seks yang tepat. Karena jika kita menyuruh mereka untuk tidak melakukannya, mereka akan semakin ingin melakukannya. Dan jika kita menyuruh mereka melakukannya, mereka akan segera melakukannya.”

Guru menjawab protesku dengan wajah dingin.

Yah, kemungkinan itu terjadi padaku dan 'pacar' ku dalam arti hubungan selama satu bulan adalah nol, tetapi aku akan menerima saran dari orang dewasa dengan tangan terbuka. 

Aku akan mengingat ini, bersama dengan saran yang diberikan Baron-san kepadaku.

Kemudian, setelah memeriksaku, dia memberi tahuku bahwa aku bisa pulang. Jadi, kami berdua pulang bersama.

Saat kami berjalan pulang bersama, Barato-san…tidak, Nanami-san tetap diam. Aku juga tidak tahu harus berkata apa dalam situasi seperti ini. Jadi, percakapan kami pasti akan singkat dan canggung.

Bahkan ketika aku berbicara dengannya, Nanami-san agak linglung, seolah-olah dia sedang demam. 

Aku ingin tahu apa yang terjadi?

Bahkan sekarang, aku menyesal tidak bertanya pada Baron-san apa yang harus aku bicarakan dalam situasi seperti ini.

Ini adalah pertama kalinya aku pulang dengan seorang gadis. Jadi, aku pasti gugup. Kemudian terpikir olehku bahwa mungkin Nanami-san sama gugupnya denganku.

Aku terdiam, berpikir akan lebih baik bagiku untuk tidak berbicara dengannya, tetapi akhirnya, Nanami membuka mulutnya seolah dia telah mengambil keputusan.

"Hei…mari kita lakukan…seperti…bertukar nomor telepon, aplikasi, sesuatu yang bisa membuat panggilan telepon? Apa kamu memiliki aplikasi untuk itu?"

“Ah ya. Aku hampir tidak pernah menggunakannya. Tapi, aku punya kok.”

"Kalau kamu tidak menggunakannya, lalu kenapa kamu memilikinya?"

“Kau bisa mendapatkan item dan informasi kalau kau mendaftar untuk game resmi melalui aplikasi ini.”

Menyembunyikan mulutnya di balik teleponnya, Nanami tertawa kecil. Aku bertanya-tanya apakah dia akan mengolok-olokku, tetapi apa yang dia lakukan agak tidak terduga.

“Jadi, aku yang pertama? Aku sangat senang bahwa aku adalah orang pertama yang ada dalam daftar kontakmu ..."

Reaksi macam apa itu? Kawaii bener njir!

Kemudian aku bertanya kepada Nanami bagaimana melakukannya dan kami bertukar informasi kontak. Ikon lumba-lumba yang lucu muncul di aplikasiku dan di sebelahnya ada nama yang ditulis dalam hiragana, "Nanami."

Aku belum pernah melihat ikon imut seperti ini sebelumnya.

Selama percakapan kami, aku berharap dia akan lebih menentangnya karena ini adalah permainan hukuman...Tapi apakah itu hanya imajinasiku, atau apakah dia tampak senang dengan hal itu ketika kami bertukar kontak?

Aku benar-benar tidak mengerti pikiran wanita.

Jika ini semua hanya akting, aku punya firasat bahwa dia bisa menjadi aktris terkenal.

Setelah itu, ketegangan di antara kami perlahan mereda. Lalu, Nanami dan aku melanjutkan percakapan kami, meskipun sedikit canggung. Itu benar-benar hanya percakapan sederhana, hanya dengan sedikit penyelidikan di sana-sini dari pihak lain tentang kehidupan sehari-hari mereka. Tapi, aku terkejut mendapati diriku menikmati percakapan itu.

Seperti kata pepatah, waktu berlalu ketika kau bersenang-senang. 

Akhirnya, tiba saatnya bagi kami untuk berpisah.

Sejauh yang kutahu, Nanami dan aku akan dipisahkan di stasiun. Jadi, meskipun kami pulang bersama, kami tidak benar-benar pulang bersama.

Di ambang perpisahan, aku mengatakan kepadanya, “Sampai jumpa besok, Nanami-san,” dan dia balas tersenyum dan berkata, “Sampai jumpa besok, Youshin-kun.”

Setelah kami berpisah di stasiun, aku pulang sendirian. Entah kenapa, mungkin itu yang terlihat dari raut wajah Nanami, tapi anehnya aku merasa kesepian padahal aku akan pulang sendiri seperti biasanya.

Aku baik-baik saja dengan ini sampai kemarin.

Ketika aku memikirkan hal ini, aku sudah sampai di rumah. Sejak saat itu, seperti biasa orang tuaku pulang, aku makan malam, mengganti pakaian, lalu mabar.

Sampai saat itu, ini adalah rutinitasku yang biasa. Namun, ada satu hal yang berbeda hari ini.

[Jadi, bagaimana hasilnya? Ayolah, kau tidak perlu menyembunyikannyaeritakan. Ceritakan semuanya padaku, Canyon-san]

Saat aku duduk dan memasuki ruang obrolan, ini adalah hal pertama yang dikatakan Baron-san.

Dilihat dari pesannya saja, aku sudah tahu kalau Baron-san sedang menyeringai di belakang layar. 

... Dia seharusnya sudah tahu bagaimana hasilnya.

Tapi yah, sebagai imbalan atas saran yang kuterima, aku seharusnya memberinya laporan tentang bagaimana hasilmya...dan karena dia akan memberiku nasihat di masa depan tentang apa yang harus kulakukan, setidaknya aku harus memberinya sesuatu.

[Yah, aku menerima pengakuan seperti yang direncanakan, bersama dengan beberapa hal yang terjadi…]

[Oh, berbagai hal? Aku ingin mendengar lebih banyak tentang 'berbagai hal' yang kau bicarakan ini]

Ya…aku tahu dia akan mengatakan itu.

Sementara itu, aku akan memainkan game sambil mengetik tentang detail di obrolan, dari cerita bagaimana aku menyelamatkannya hingga cerita tentang bagaimana kami pulang bersama.

Tapi, aku menghilangkan bagian Nanami yang melihatku setengah telanjang. Aku tidak ingin mereka salah paham yang hanya membuatku malu.

Mendengar laporanku, Baron-san mengirimiku balasan yang menyenangkan.

[Yah, itu masa muda untukmu. Aku tidak pernah berpikir bahwa kau akan dapat menyelamatkan seorang gadis dari keadaan darurat, tetapi itu adalah takdir. Apa kau seperti itu? Seorang Pahlawan yang memiliki kualitas segalanya?]

Tidak, aku hanya seorang penyendiri yang senang melakukan latihan otot dan suka ngegim. Menyelamatkannya hanyalah sebuah kebetulan.

[Tapi, dalam perjalanan pulang, aku merasa tersesat. Kami berdua terdiam ... Aku tidak tahu kesamaan apa yang kami miliki. Jadi, aku menyesal tidak bertanya kepada Baron-san apa yang harus kukatakan sebelumnya]

[Untuk mengandalkanku untuk topik seperti itu, aku tidak terkesan ... yah, dalam hal ini, kau harus mencoba mendengarkannya terlebih dahulu, daripada berbicara tentang dirimu sendiri]

[Itu terlalu sulit...]

Meskipun kau memintaku untuk mendengarkan, Nanami hampir tidak mengatakan apa-apa dan dari awal, dia sendiri tampak sedikit menjaga jarak, tidak peduli apa yang kukatakan.

Satu-satunya hobiku adalah melatih otot dan bermain game. Jadi, akan membosankan baginya jika aku membicarakan hal itu......meskipun percakapan di antara kami menjadi agak eksploratif saat kami mendekati stasiun.

Yah, aku menikmati percakapan eksplorasi, jadi begitulah.

[Hal pertama yang harus kau lakukan adalah bertanya padanya tentang hobinya, tunjukkan bahwa kau tertarik padanya dan kemudian kembangkan topiknya. Kalau kau membuat kesalahan, jangan hanya berbicara tentang dirimu sendiri]

Tidak tahu apa yang kualami, Baron-san terus memberiku saran.

Bertanya tentang hobinya… kalau dipikir-pikir, aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang dia. Satu-satunya hal yang kutahu adalah bahwa dia adalah seorang gadis yang mengaku kepadaku karena permainan hukuman, tidak lebih dari itu.

Kupikir aku akan mulai dari sana, seperti yang dikatakan Baron-san.

[Kau pasti tahu banyak hal, kan, Baron-san? Apa kau cukup populer saat itu di sekolah?]

[Tidak, itu semua dari internet. Hampir tidak mungkin bagiku untuk menjadi populer ketika aku masih sekolah. Kau bisa menemukan informasi sebanyak yang kau inginkan di dunia sekarang ini. Ini sangat mudah bro]

Kembalikan semua kekagumanku padamu, Baron-san ....

Tapi yah, aku yakin ada banyak informasi tentang itu di internet… haruskah aku mulai mencarinya dari sekarang?

[….Kupikir itu tidak akan berhasil… .Kamu harus putus dengannya, Canyon-san, selagi ada waktu sebelum kamu terluka…]

Peach-san mengetik beberapa kata. Aku bisa tahu dari pesannya saja bahwa itu adalah jenis tulisan yang menyampaikan rasa dendam.

Dia mungkin mengkhawatirkanku, karena dia selalu menentang hubunganku dengan Nanami. Aku berterima kasih atas perhatiannya. Tapi, aku tidak bisa memaksa diriku untuk mengucapkan selamat tinggal padanya sekarang.

Dan juga dalam arti mempertahankan diri. Bahkan hanya memikirkannya, memiliki gelar pria yang menolak Nanami benar-benar mengerikan.

[Yah, aku sudah melukai diriku sendiri secara fisik dengan menggunakan kepalaku sendiri. Jadi, kurasa aku tidak bisa melukai diriku lebih jauh dari itu]

[Eh….? Kamu terluka ….?]

Peach-san bereaksi terhadap pernyataanku. Aku mengatakan pada mereka tentang kejadian tadi. Saat aku tertimpa air kotor dan luka dikepalaku, lalu Nanami yang agak panik memanggil guru laki-laki dan membawaku ke UKS.

[Canyon-san, kau terluka saat mencoba menyelamatkannya? Aku tidak mendengar tentang itu sebelumnya. Apa kau baik-baik saja? Melukai diri sendiri seperti itu. Kau harus pergi ke rumah sakit… ini bukan waktunya untuk main game!]

[…Apa…kepalamu…benar-benar baik-baik saja?]

Baik Baron dan Peach-san sepertinya mengkhawatirkanku. Baron-san tampak sedikit kesal karena aku tidak memberitahunya tentang detail itu dalam penjelasanku lebih lanjut.

Aku memberi tahu mereka bahwa aku baik-baik saja. Tapi, mereka berdua sangat mengingatkanku untuk pergi ke rumah sakit jika aku merasa ada yang tidak beres.

….Hmm, kurasa aku baik-baik saja, tapi sekarang setelah mereka menyebutkannya, aku mulai sedikit gugup. Ketika orang tuaku pulang, aku akan membicarakannya dengan mereka.

Ketika aku mengatakan ini kepada Baron-san dan yang lainnya, mereka dengan enggan menerima saranku. 

Memikirkan bahwa mereka begitu mengkhawatirkanku, aku merasa sangat bersyukur.

[Kalau begitu, sekarang setelah kau berhasil menerima pengakuannya dan mulai pacaran…mari kita tentukan beberapa tujuan untuk minggu ini]

[Tujuan minggu ini?]

Baron-san mengatakan sesuatu yang aneh.

Apa yang kau maksud: tujuan minggu ini!

Setiap kali aku memiliki pertanyaan, Baron-san akan segera memposting jawabannya di obrolan.

[Mari kita lihat. Pertama-tama, kau harus berpegangan tangan dengannya.. Tidak ada yang salah dengan itu karena kalian sudah pacaran, kan? Oh, dan jangan terlalu memaksa diri, oke? Kau hanya bisa melakukannya jika dia bertingkah seperti dia ingin berpegangan tangan]

Baron-san tiba-tiba memberiku rintangan yang begitu besar. 

Berpegangan tangan dengan seorang gadis...Aku belum pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya sepanjang hidupku.

Ah… tapi…

[Aku berjabat tangan dengannya hari ini. Tapi, itu bukan berarti kita berpegangan tangan….]

[Yah, itu tidak bisa dihindari. Karena berpegangan tangan adalah rintangan yang terlalu tinggi, bagaimana kalau hanya melakukannya dalam perjalanan ke sekolah dan pulang?]

Rintangan seperti itu yang diberikan kepadaku sudah lebih dari cukup. 

Bergandengan tangan dalam perjalanan ke dan dari sekolah adalah situasi yang aku yakin sebagian besar anak laki-laki akan menyukainya. Tapi, bagaimana aku bisa mendapatkan tingkat kedekatan itu?

Dan aku bahkan tidak punya teman yang bisa kuandalkan untuk memberi tahuku apa yang disukai seorang gadis. 

Alasan sulitnya menemukan cinta di dunia nyata adalah karena cinta tidak dapat dinyatakan secara numerik dan bahkan jika bisa, angka tersebut tidak akan terlihat.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan.

[Kau berpikir terlalu keras. Kau akan melakukannya pada hari Jumat. Itu terserah padamu sih. Kalau kau ingin mendaptkan informasi tentang apa yang disukai gadis itu. Aku serahkan kepadamu]

Jumat, ya.. Sekarang hari selasa. Jadi, aku hanya punya tiga hari lagi…atau dua hari kalau kau mengecualikan hari ini. Bukankah itu sedikit terlalu banyak untuk diminta?

Selain itu, kau harus memberi tahuku bagaimana melakukannya. Jangan serahkan semuanya padaku—aku mohon.

Saat aku hendak membalas chat…Aku menerima pesan tepat waktu dari Nanami-san.

Tentu, kami bertukar informasi kontak, tetapi aku tidak berharap untuk mendengar pesan darinya pada hari pertama dan aku segera menampilkan pesan itu secara refleks tanpa mempersiapkan mental untuk itu.

Ketika aku melihat pesan di aplikasi, mataku melebar.

"Karena kita sudah berpacaran, ayo pergi ke sekolah bersama besok. Maukah kamu menemuiku di stasiun jam 7:30?"

Pesan yang kulihat langsung ditandai sebagai telah dibaca. Jika aku tidak menampilkan pesannya, aku mungkin bisa mendiskusikannya dengan Baron-san tanpa pesan itu terbaca. Jadi, aku panik dan segera melaporkannya kembali kepadanya.[duality check]

[Aku dalam masalah, Baron-san! Dia mengajakku berangkat ke sekolah bersama besok! Apa yang harus kulakukan!?]

[Terus!? Kan sudah kubilang tadi!.Ayo balas saja!! Dan pastikan kau membalas dengan cara yang menunjukkan bahwa kau senang pergi ke sekolah bersamanya!! Jangan hanya menjawab singkat. Cepat!!]

Respons Baron-san terhadap kepanikanku sangat cepat.

Sebuah kalimat yang menyampaikan kebahagiaan? Apa artinya itu!? Maaf, tapi aku tidak ahli dalam hal ini. Aku tidak bisa mengungkapkan kebahagiaanku dalam ketikan!!

Setelah pesan ditandai sebagai telah dibaca, aku merenungkan teks itu sebentar. Bagaimana jika dia mengira aku belum membacanya?

Tidak tidak Tidak! Kau tidak bisa menyimpulkan sesuatu seperti itu! Kalau kau tidak bisa memikirkan hal lain, langsung saja ke intinya! Cepat dan ambi balas!

"Aku tak sabar untuk pergi ke sekolah bersamamu, Nanami-san. Jam 07:30, ya ? Oke, aku menantikannya."

Aku tahu ini terdengar sangat kaku, tapi ini yang terbaik yang bisa kulakukan untuk saat ini. Aku tidak bisa membuat sesuatu yang lebih hebat dari ini. Ini perasaan jujurku.

Aku sangat ingin melihat apa yang akan dia pikirkan tentangku dan segera pesanku dibaca. Dan Nanami-san dengan cepat membalasku.

"Aku juga menantikannya."

Hanya itu yang dia balas kepadaku, tetapi aku bertanya-tanya apa itu. Aku tidak bisa menahan pipiku untuk tidak tersenyum. Yah, ini adalah pertama kalinya seorang gadis mengatakan bahwa dia berharap untuk pergi ke sekolah denganku... Jadi, tidak heran aku tersenyum.

[Aku akan menemuinya di stasiun kereta besok jam 7:30. Apa yang harus aku lakukan, Baron-san?]

[…Kuharap kau mulai berpikir sedikit untuk dirimu sendiri. Tapi …ya, kalau kau ingin bertemu dengannya jam 7:30 pagi, sebaiknya kau tiba di tempat pertemuan sedikit lebih awal, katakanlah, jam 7:00 pagi?]

... Bukankah itu terlalu cepat?

Seolah menjawab pertanyaanku, Baron-san melanjutkan.

[Lebih baik sedikit lebih awal. Ini jauh lebih baik daripada terlambat. Terlambat ...... adalah hal terburuk yang dapat kau lakukan. Bahkan jika kau tidak berniat, itu akan membuat orang berpikir bahwa kau tidak menghormati mereka. Dan…….]

[Dan….?]

Baron-san berhenti sejenak sebelum melanjutkan menggodaku.

[Apa kau tidak ingin melihat pacarmu yang cantik sesegera mungkin?]

Pacar yang cantik…. saat dia berkata, pipiku mulai merosot.

Sekali lagi, aku diberitahu bahwa Nanami adalah pacarku, meskipun hanya sebulan dan ketika aku menyadarinya, aku tidak bisa menahan pipiku untuk tidak tersenyum lagi.

[Oke, Canyon-kun. Kau harus membuatnya menyukaimu mulai sekarang. Jadi ... berikan prioritas padanya di atas hal lain. Oh, dan jangan khawatir tentang event dalam game apa pun. Kami akan mengurusnya. Serahkan saja tim kepadaku dan kau bisa fokus untuk mengenalnya terlebih dahulu]

Aku sudah memprioritaskan gane lebih dari apa pun dalam hidupku dan kau memintaku untuk mengubah prioritasku? Bagaimana aku bisa melakukan itu?

Game itu juga di tengah-tengah event dan aku ingin melanjutkannya...Lebih penting lagi, aku tidak ingin memberi timku rasa aman yang salah dengan menarik diri...Aku berterima kasih kepada Baron-san karena mengatakan itu. , tapi aku merasa sedikit bersalah pada saat yang sama.

[Akan ideal jika dia bisa menikmati hobi bermain game yang sama denganmu...tapi mari kita kesampingkan itu untuk saat ini. Kau harus mengenalnya terlebih dahulu. Yah, tidak apa-apa. Bisa dibilang cinta membuat seseorang menjadi lemah. Jika dia menyukaimu, dia pasti akan melakukannya denganmu]

Itu benar...Jika Nanami-san dan aku bermain game bersama, aku yakin itu akan sangat menyenangkan.

Aku mencoba membayangkannya sedikit, tapi…tidak. Keterampilan imajinasiku yang buruk tidak dapat menggambarkan pemandangan dengan baik.

Tetap saja, Baron-san benar. Aku harus pergi lebih awal dari biasanya besok.

[Oke. Aku akan pergi lebih awal besok. Jadi, aku akan pergi tidur dulu. Selamat malam]

[Ya, selamat malam. Aku harap semuanya berhasil untukmu]

[Hati-hati, Canyon-san]

Pesan terakhir dari Peach-san sepertinya menunjukkan bahwa dia masih mengkhawatirkanku.

Aku tidak bisa benar-benar menoleh ke arah Baron-san atau Peach-san... heck, aku bahkan tidak tahu di mana mereka tinggal atau seperti apa mereka...pikirku, sambil mencoba tertidur dan memikirkan Nanami-san, orang yang mengajakku berangkat ke sekolah bersama.

Tetapi…

Besok…bertemu…dengan Nanami-san…pergi ke sekolah bersama…dengannya…Nanami-san…Nanami-san adalah pacarku…

Saat aku berbaring di tempat tidur, aku hampir tidak bisa menghadapi kenyataan. Aku mematikan lampu, tetapi aku tidak bisa tidur karena aku terus melihat pesan di smartphoneku…

Aku yakin hari ini aku akan kesulitan untuk tidur.

Anehnya aku merasa bersemangat dan butuh waktu hampir satu jam lebih lama dari biasanya untuk tertidur, yang membuatku menyadari betapa sederhananya diriku ini.




|| Previous || Next Chapter ||
7 comments

7 comments

  • Unknown
    Unknown
    19/3/22 17:44
    Lanjuttt!! Semangat min!!
    Reply
  • Arcturus
    Arcturus
    14/2/22 18:00
    Omoshiroi
    Reply
  • Tear
    Tear
    3/2/22 13:58
    Awalnya yg bgus
    Reply
  • Daydream
    Daydream
    28/12/21 02:36
    Terima kasih min. Semangat
    Reply
  • Yntkts
    Yntkts
    23/12/21 13:26
    Lanjut min
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    22/12/21 07:38
    Kawaii👍 ❤😍
    Reply
  • Kang rebahan
    Kang rebahan
    21/12/21 22:31
    Akhirnya upp,semangat min
    Reply
close