NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Igirisu Eikoku Kanojo Volume 1 Chapter 2

Chapter 2 - Pendekatan Yang Dilakukan Gadis Suci


"Kisaragi-san. Ayo kita pulang bersama.."

"Hah?"

Setelah pelajaran terakhir selesai, ketika aku ingin meninggalkan kelas. Tiba-tiba, seorang gadis berjalan mendekatiku.

.... Ya, gadis itu adalah Hiragi Stella. Gadis yanh dikenal sebagai 'Gadis Suci' di kelas kami.

"Ada apa tiba-tiba mengajakku pulang bersama?" kataku, menatap curiga ke arah Gadis Suci itu.

Seperti biasa, dia hanya memberikan senyum malaikat sebagai tanggapan.

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia pikirkan...

"Tidak ada yang khusus kok. Hanya saja, aku ingin pulang bersamamu. Bolehkan?"

Bahkan jika aku mengatakan 'Ya, tidak apa-apa'...  Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin pulang bersamamu. 

Salah satu alasannya adalah karena aku tidak benar-benar ingin terlibat terlalu jauh dengannya, dan—

'Cih.'

'Bikin iri aja anjim.'

.... Kecemburuan.

Benar, itu karena sebagian besar anak laki-laki menatapku dengan tatapan membunuh.

Mata dengan penuh kebencian dan kata-kata yang mereka ucapkan, jelas itu tertuju padaku.

Itu sebabnya, aku harus memberinya alasan untuk menolaknya seperti pria sejati. Lebih dari tatapan ini dan kesehatan mentalku akan beresiko.

Itu sebabnya, aku harus memberinya alasan untuk menolaknya seperti pria sejati. Lebih dari tatapan ini dan kesehatan mentalku akan beresiko.

"Ah. Kau tahu, aku sudah membuat janji dengan Souta dan Toudou untuk pulang bersama hari ini, jadi—.”

“Ara? Souta dan aku akan berkencan hari ini. Jadi, kami tidak bisa ikut denganmu.”

“Maksudku, aku punya urusan yang harus diselesaikan sepulang sekolah hari ini, jadi—.”

“Hm? Bukannya hari ini kamu punya waktu luang, Manaka?"

“Lihat, rumah kita mungkin berlawanan arah, jadi—.”

"Lah, kan kamu bisa mengajaknya mengobrol di jalan sampai kalian berpisah?"

“..…”

Oooi!? Aku tidak punya cara untuk menolak sama sekali!? Sebaliknya, kupikir kalian akan mendukungku di sini !? Meskipun aku memancarkan aura 'Aku tidak ingin pulang bersamanya' ini!?

“(…Kenapa kalian tidak membantuku di sini!?)”

Aku mengeluh kepada mereka dengan suara kecil.

"(Yah, kami hanya berpikir 'Bukankah lebih baik bagimu untuk pulang dengan orang lain selain kami sesekali?' Jadi, kau tahu, cari teman sana!")

"(Kau membuatnya terdengar seperti aku seorang penyendiri.)"

Bahkan aku, setidaknya pernah pulang bersama teman sekelasku selain kalian...

“(Berhentilah mengeluh—juga, bukankah ini kesempatan yang bagus?)”

"(…Maksudmu?)"

Aku menjawab, sambil memiringkan kepalaku pada pernyataan Toudou.

“(Sementara kalian berdua sedang dalam perjalanan pulang bersama, ambil kesempatan itu untuk mencoba dan mencari tahu apa yang sedang dipikirkan Gadis Suci itu. Jika kamu berhasil, maka kita akan menang.)"

Untuk apa Toudou bersaing dengannya? Maksudku, setelah menang, apa yang akan dia lakukan?

…Tetap saja, mungkin menyenangkan untuk mengetahui apa yang dia pikirkan.

Kenapa dia tiba-tiba mencoba untuk terlibat denganku? Itu, aku pasti perlu mencari tahu.

"(Oke, aku akan mencoba mencari tahu.)" 

“(Ya, aku akan menyerahkannya padamu. Dan juga, setelah kamu mengetahui apa yang Gadis Suci itu pikirkan, maka—.)”

"(Maka...?)"

Mengatakan itu, Toudou kemudian mengeluarkan pistol setrum dari tasnya dan menyerahkannya kepadaku.

"(Kalau begitu gunakan ini untuk membuangnya.)"

"(Apakah sesuatu terjadi di antara kalian?)"

Percuma saja aku menanyakan hal itu padanya.

Selain itu, itu bukanlah barang yang seharusnya tidak dimiliki gadis SMA, kan? Kenapa kau memiliki barang seperti itu?

"(Btw, Todou. Darimana kau mendapatkan barang itu?)"

(Ah, aku memesannya di Shopee. Jangan khawatir, ini hanya untuk jaga-jaga, kau tahu? Kita tidak akan tahu 'kan bahaya di sekitar kita?)"

…Jangan sentuh topik ini lagi, Kisaragi Manaka. Kendalikan dirimu... mengatakan padanya bahwa dia bahkan lebih berbahaya pasti akan membuatmu menjadi sasaran penggunaan pistol setrum ini...

“(Yah, kurasa kau benar tentang dunia yang berbahaya saat ini, tapi…)”

“(Tenang saja, barang ini hanya berharga 5.000 yen.)"

Tidak ada yang mengkhawatirkan tentang situasi keuanganmu, blok.

“Kalau begitu, maukah kamu pulang bersamaku?”

Saat kami bergumam diam-diam, Gadis Suci, yang menonton kami, bertanya sekali lagi.

“Ah, ya. baiklah."

Aku menghadapi Gadis Suci, setuju sambil tetap tenang.

Bagaimanapun, aku memutuskan untuk mengembalikan pistol setrum ke Toudou. Lagi pula… tidak mungkin aku menggunakannya.
 ♦ ♦ ♦

“Eh. Jadi rumahmu juga ke arah ini, Kisaragi-san!”

"Ya, apa kau juga?"

"Iya!" 

Gadis Suci itu menganggukkan kepalanya seolah dia sedang bersenang-senang.

Kami saat ini dalam perjalanan pulang, akhirnya lolos dari tatapan membunuh dari anak laki-laki saat kami meninggalkan kelas.

Melihat sekeliling, ada siswa/i lain yang sedang dalam perjalanan pulang, sama seperti kita, berserakan.

Dan, di sebelahku adalah sosok Gadis yang cantik yang diterangi oleh sinar matahari.

…Sungguh, ini tidak pernah terpikirkan sampai sekarang. Fakta bahwa aku akan pulang bersama dengan “Gadis Suci” paling populer di sekolah. Kita tidak benar-benar tahu apa yang dunia sediakan untuk kita.

"Hei, Gadis Suci, apa kau selalu pulang dengan seseorang?"

“Tidak, aku selalu pulang sendirian, kau tahu? Selain itu--"

Mengatakan itu, Gadis Suci itu kemudian berjalan di depanku sebelum berbalik dan mengarahkan jari telunjuknya ke arahku dengan manis sambil menatap wajahku.

“—bisakah kamu berhenti memanggilku “Gadis Suci”? Bahkan aku punya nama, namaku Hiiragi Stella!”

“…Bukankah itu baik-baik saja?”

"Tidak! Aku tidak suka dipanggil seperti itu!”

"Begitukah…?"
 
Gadis Suci itu menggembungkan pipinya dengan manis untuk menunjukkan ketidaksenangannya.
 
Aku tergoda untuk mencolek pipinya, tetapi aku menahan diri.

“Lalu, aku harus memanggilmu apa?”

"Hmph, pikirkan saja sendiri, Kisaragi-san."

Uwah, merepotkan sekali..

Meskipun dia menolak bagaimana seseorang merujuknya, dia masih menyerahkannya kepada mereka untuk memutuskan apa yang harus memanggilnya. Tidak bisa ditolong. Aku akan memikirkan sesuatu.

"Kau." [TN: 'Omae']

"Ditolak."

"Kamu." [TN: 'Anata']

"Bukan."

"Anda?" [TN: 'Anata-sama']

“Muu! Kenapa kamu tidak memanggilku dengan namaku saja!?”

Kaulah yang menyuruhku untuk memikirkannya, kan? Tolong jangan mengeluh padaku...

“.... Haa, yaudah.. bagaimana dengan 'Hiragi'..?"

“Yah, itu lebih baik daripada sebelumnya~"

Seperti yang aku katakan sambil menghela nafas, Hiiragi terlihat senang saat dia memberikan persetujuannya.

…Are, apa gadis ini selalu seperti ini? 

Dia tersenyum pada siapa saja dan semua orang. Tapi, hari ini ekspresinya terlihat tulus. Melihat sosoknya saat dia berjalan di depanku, rasanya gaya berjalannya sangat hidup.

"Kenapa kau begitu senang..?"

Aku bergumam pada diriku sendiri saat aku berjalan di belakang Hiiragi.

♦ ♦ ♦

"Fufu, benarkah itu? Jadi, kamu sudah berteman dengan Sakuragi-san dan Toudou-san sejak SMP...”

"Yah, begitulah."

Kami melanjutkan obrolan kosong kami. Saat kami berdua berjalan cukup jauh dari sekolah, secara mengejutkan aku mendapati percakapanku dengan Hiiragi cukup menyenangkan.

Pada awalnya, aku mencoba untuk menyelidiki niatnya, tetapi ketika kami terus berbicara, percakapan menjadi lebih menyenangkan dan aku lengah.

…Apakah ini yang mereka sebut “Kekuatan dari Gadis Suci?”

“Mereka benar-benar membuatku kesulitan, kau tahu?” 

“Kamu mengatakan itu. Tapi, kamu terlihat seperti sedang bersenang-senang saat bersama mereka, Kisaragi-san.”

"Menurutmu begitu?"

Apa itu benar-benar seperti yang terlihat di wajahku?

Aku sudah bersama mereka sejak SMP. Jadi, aku tidak begitu tahu.

Selain itu, saat aku bersama mereka, aura bucin mereka membuatku mual. Ditambah lagi, Toudou langsung menjadi kasar di setiap hal kecil dan Souta sangat tampan sehingga yang bisa kurasakan di dalam diriku hanyalah kecemburuan—apakah itu benar-benar menyenangkan?

“Itu, Kisaragi-san… Dan sejujurnya, aku merasa iri…”

Kata-katanya cocok dengan ekspresinya; Hiiragi memang terlihat iri saat mengucapkan kata-kata itu—dan bahkan sepertinya ada rasa kesepian.

.... Mungkin itu hanya imajinasiku?

Seperti yang lain, dia juga hanya seorang gadis. Ketika semua orang di sekitarnya menyebutnya sebagai “Gadis Suci”, yang bisa dia lakukan hanyalah menunjukkan senyuman yang sama seperti biasanya. Di suatu tempat di dalam dirinya, dia pasti merasa stres.

Yah, bukan berarti itu ada hubungannya denganku…

'Dasar pira berhati diingin.' Mungkin itulah yang kau pikirkan. Tapi, coba lihat. Aku belum pernah melakukan kontak nyata dengan Hiiragi sampai hari ini. Bisa dibilang ini adalah pertama kalinya aku mengobrol santai dengannya.

Selain itu, Hiragi dan aku tidak memiliki hubungan khusus, kami juga tidak terlalu dekat. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk terlibat dengan beban apa pun yang dia bawa.

“Oh, ya. Aku baru ingat. Apakah benar orang tuamu dari Inggris? Aku pernah mendengar bahwa rambutmu alami ..."

Berdiri di sampingnya, aku bisa melihat dengan jelas bahwa rambutnya tidak menunjukkan tanda-tanda diwarnai. Matanya juga, tidak seperti mata hitam khas orang Jepang, menunjukkan mata biru yang jernih.

Apakah orang tuanya benar-benar orang Inggris atau bukan telah ada dalam pikiranku dan karena aku sedikit penasaran, aku memutuskan untuk menanyakannya melihat bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk melakukannya.

…Ini adalah salah satu topik percakapan biasa, bukan?

"Ya itu benar. Ibuku orang Inggris dan Ayahku orang Jepang.

“Inggris… Hmm, begitu.”

Jika dia memiliki darah Inggris, maka dapat dimengerti mengapa dia terlihat seperti orang asing.

Inggris artinya mereka menggunakan bahasa Inggris, kan? Jika Ibunya orang Inggris, apakah itu berarti dia pandai bahasa Inggris?

"So you can speak english, right?"

“E-Eeh?”

“"So you can speak english, right?"

"U-Um.. Kisaragi-san, barusan kamu ngomong apa?"

Dalam upaya untuk memastikan tebakanku, aku mencoba berbicara dengannya dalam bahasa Inggris. Namun, Hiiragi, yang tiba-tiba diajak bicara dalam bahasa Inggris, hanya menunjukkan tanda tanya di wajahnya—atau lebih tepatnya, itulah kesan yang kudapat darinya.

"Aku bertanya 'Jadi, kau bisa bahasa Inggris, kan?' itu yang aku tanyakan.."

“E-Ehehe, aku malu mengakuinya.. Tapi, maaf.. aku ndak bisa bahasa Inggris."

Yah, aku punya firasat bahwa dia tidak mengerti...

“Yah, setiap orang punya kelemahannya masing-masing. Ngomong-ngomong, berapa nilaimu pada tes bahasa Inggris terakhir kali?”

"3-32 ..."

“Begitu, mari kita mencoba yang terbaik.”

Ah, aku yakin gadis ini adalah salah satu dari orang-orang seperti itu. Orang-orang yang dimulai dengan "ba" dan diakhiri dengan "ka". [TN: Tolol wkwk]

Padahal, penampilan dan suasananya benar-benar membuatnya sulit untuk dibayangkan.

“Ibuku mungkin orang Inggris, tapi… aku dibesarkan di Jepang…”

"Oh, begitu 'ya ... Maaf."

Menjadi bias sangat buruk. Aku merasa seperti telah mengatakan sesuatu yang kasar pada Hiiragi.

Tetap saja… bukankah nilai bahasa Inggrisnya terlalu buruk?

Sambil memikirkan hal-hal seperti itu, kami terus berjalan.

Waktu berlalu dan aku sudah berada di dekat apartemenku. Dengan demikian, menandai akhir dari pengalaman “pulang bersama Hiiragi”. 

Aku juga… tidak menemukan sesuatu yang istimewa.

“Kalau begitu, apartemenku ada di arah ini, jadi…” kataku, menunjuk jariku ke sudut jalan dan hendak pergi ke jalan yang berbeda darinya.

“Ah, aku juga menuju ke arah ini.”

“Eh, begitu…”

Jadi begitu, rumah Hirgai searah denganku, ya? Di deretan rumah yang sama denganku.

Rumah Hiiragi ternyata sangat dekat dengan rumahku, ya?

Dengan pemikiran ini di benakku, kami mulai berjalan lagi.

"Rumahku di arah ini ..."

“Rumahku juga.”

""...""

“Kalau begitu, sampai jumpa besok—”

“…Aku juga pergi ke arah sana.”

""......""

“Kalau beg—”

“—sama…”

"".....""

Pertukaran semcam itu terus berlanjut di antara kami—

“Aku tinggal di apartemen ini…”

“…Aku juga tinggal di apartemen ini.."

Akhirnya, aku sampai di rumah tercinta.

Dibangun 11 tahun yang lalu, ini adalah apartemen pribadi 1K 3 lantai, dan aku tinggal di lantai dua.

Untuk mengkonfirmasi kecurigaanku, aku dengan takut melirik ke kotak surat yang ada didepan. Di sana, nama "Hiiragi" dapat dilihat tertulis di kotak surat kamar 303 dengan cara yang mudah dimengerti.

"Apa kita ... mungkin tinggal di apartemen yang sama?"

“S-Sepertinya begitu…” kata Hiragi, dengan wajah terkejut sambil melihat papan nama didepannya.

Eh? Tunggu sebentar? Aku belum pernah melihatnya di sini, kau tahu?

Aku sudah tinggal di sini selama lebih dari sebulan sekarang. Meskipun namanya tertulis indah di papan nama. Aku tidak pernah memperhatikan sama sekali! Apalagi, aku belum pernah melihatnya di sini! 

"Jadi kau ... tinggal sendiri, ya."

“…Kisaragi-san juga, kamu tinggal sendiri, ya.”

Pada wahyu yang mengejutkan ini, kami berdua tercengang untuk sementara waktu.

“Atau lebih tepatnya, Hiiragi, bisakah kau benar-benar hidup sendirian? Apa kau baik baik saja? Apa kau makan dengan benar?”

“T-Tolong jangan mengejekku! Bahkan aku bisa melakukan sesuatu seperti hidup sendiri!”

Hiragi memprotes sambil membusungkan dadanya dengan bangga. Namun saat dia melakukan itu, yang lebih ditekankan adalah dadanya yang seperti anak SMA—

Tidak, tidak.. Apa yang kau pikirkan, Manaka!?
 
“Aku juga sudah dewasa, tahu! Aku bisa bersih-bersih dan mencuci pakaian!”

"Hou ... kau bisa bersih-bersih dan mencuci pakaian, katamu?"

"Ya!"

Begitu, jadi begitu. Dia benar-benar hidup sendirian 'ya ....

"Bersih-bersih?"

"Bisa!"

"Mencuci."

"Sempurna!"

"Memasak."

"......"

Gadis Suci cantik dari kelas kami tiba-tiba terdiam ketika aku mengajukan pertanyaan seperti itu. Dan sepertinya dia tidak bisa melakukan salah satu tugas paling penting untuk hidup sendiri.

“Heh, begitu.. Jadi, gadis paling cantik di kelasku tidak bisa memasak 'ya~"

“T-Tentu saja, aku bisa! Kalau cuma masak air, a-aku juga bisa melakukannya!”

Jadi, maksudmu kau hanya bisa membuat mie cup?

“Bagaimana denganmu, Kisaragi-san? Apa kamu bisa memasak!?”

“Hm, aku? Tidak sepertimu, aku bisa memasak, lihat."

“Kamu bisa… memasak, ya…”

Setelah mengatakan itu. Hiragi, untuk beberapa alasan, menatapku lekat-lekat. 

Hentikan, Hiragi~. Kalau kau menatapku terlalu banyak, aku akan malu, kau tahu...

“Lalu, bagaimana dengan bersih-bersih dan mencuci pakaian?”

“…...”

"Bersih-bersih dan mencuci."

“...…”

"Moshi-moshi? Nee, bagaimana dengan bersih-bersih dan mencuci?”

“…Ndak bisa."

"Are, apa? Aku tidak bisa mendengarnya, tahu?"
 
"Ugh... aku tidak bisa!" kataku, sambil memalingkan wajahku dari Hiragi yang tiba-tiba mendekat untuk mendengar jawabanku.

Mau bagaiaman lagi, kan? Aku tidak bisa melakukan hal yang tidak aku kuasi, tahu! 

Apa!? Hanya tidak bisa bersih-bersih dan memcuci tidak seburuk itu, kan!? Kau tahu? Orang-orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kan? 

“…Haa, sepertinya kita sudah mengekspos titik kuat dan lemah kita.”

"…Kamu benar."

Mengatakan itu, kami berdua menurunkan bahu kami secara bersamaan. Yang membawa kita kembali ke pertanyaan, 

Kenapa kita melakukan pertukaran semacam ini di depan apartemen kita?

"Pokoknya, ayo masuk ke dalam."

“Ah, Mn.”

Kami berdua sedikit lelah, tetapi kami tetap menaiki tangga apartemen.

“Kalau begitu, aku di sini, jadi…”

Berjalan ke lantai dua, aku kemudian memberi Hiiragi teriakan keras sebelum menuju ke kamarku. 

“U-Uhm!”

Kemudian, Hiiragi memanggilku dari belakang. Memalingkan kepalaku ke arahnya, aku melihat wajahnya, merah seperti apel, menunduk malu-malu.

“A-Aku..  cukup bersenang-senang hari ini.. K-Kalau begitu, sampai jumpa besok…"

Meninggalkan kata-kata itu, Hiiragi berlari ke tangga.

“Menyenangkan, huh?” kataku sambil melihat sosoknya menghilang dari pandanganku sebelum menuju ke kamarku sendiri.

“Menyenangkan,” kata yang menggambarkan perasaanku hari ini.

Aku bertanya-tanya mengapa aku merasakan emosi ini? Bukankah aku baru saja mengatakan bahwa aku tidak ingin terlibat dengannya karena aku tidak suka ekspresinya yang dipaksakan?

“…Tidak, hari ini berbeda.”

Setidaknya, itu bukanlah ekspresi yang Hiiragi berikan padaku hari ini.

Itu tidak terasa seperti dia memperlakukanku seperti yang dia lakukan dengan kepribadian “Gadis Suci”-nya, melainkan sebagai seorang gadis, sebagai Hiiragi Stella.

…Apakah itu sebabnya… Aku juga bersenang-senang hari ini?

Di samping itu-

“…Kenapa… aku tidak bisa menghilangkan wajahnya dari pikiranku?”

Ini adalah perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Dengan rasa ingin tahu terhadap perasaanku yang baru ditemukan ini, aku memasuki kamarku.


Catatan Penerjemah: 

Kalian mungkin terheran-heran, kenapa mimin UP ulang, kan? Oke, jangan terburu-buru untuk berkomentar.. Memang benar chapter 2 udah mimin terjemahkan, bahkan LN ini sudah mimin terjemahkan sampai Interlude.. Terus kenapa di up ulang? Simple, kemarin mimin ngambil terjemahan dari Nguyen (Viet) dan yah, hasilnya se-adanya.. Dan, kali ini.. Mimin ganti dari sumber terjemahan EN, lebih enak dan nyaman untuk di baca, bukan~? Kedepannya mimin juga bakal ganti terjemahan chap3 dan seterusnya.. Nah, itu saja~ Selamat membaca~




|| Previous || Next Chapter ||
2 comments

2 comments

  • Tear
    Tear
    26/1/22 08:55
    Up
    Reply
  • Arcturus
    Arcturus
    17/1/22 10:17
    Setelah berbulan-bulan menunggu akhirnya update juga
    Reply
close