NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Igirisu Eikoku Kanojo Volume 1 Chapter 1

Chapter 1 - Gadis Suci di kelasku


Sudah sebulan sejak aku masuk SMA.

Aku sudah cukup terbiasa dengan lingkungan baru dan sudah mendapatkan cukup banyak teman di kelas.

Sekarang aku bisa dengan santai berjalan melewati gerbang sekolah, yang sebelumnya kulewati dengan gugup dan cemas. Apalagi pintu kelas yang sebelumnya terasa berat, kini terasa ringan.

Dan aku—Kisaragi Manaka, saat memasuki ruang kelas yang sudah familiar ini, pertama-tama—merasa cemburu.

"Fufu, seperti biasa Souta sangat keren~♡"

"Ahaha, nggak juga~"

Yang kulihat adalah adegan sahabatku berbaring di pangkuan seorang gadis berambut cokelat panjang sebahu, wajah bulat, kulit putih mulus.

Mereka berdua mulai menggoda didepanku bahkan suasana di sekitar mereka sekarang hanya berwarna merah muda.

Jika pepatah, 'Kemalangan orang lain rasanya seperti madu', memiliki antonim, pasti akan menjadi, 'Keberuntungan orang lain rasanya seperti racun,' bukan'

Sebagai buktinya, beberapa anak laki-laki di kelas kami jelas merasa tertekan oleh adegan ini. Mereka menggigit bibir dan meneteskan air mata darah.

"Nee, hari ini pulang bareng yuk~"

"Mnm, tentu saja.. Ayo pulang, bergandengan tangan, seperti biasa."

"Yay~"

“””Ukiiii..!!!””” 

Setiap kali mereka berdua menggoda satu sama lain, aku akan selalu mendengar suara-suara aneh yang datang dari anak laki-laki lain di kelas.

Apa yang kurasakan setiap kali mereka berdua bertindak seperti itu?

Iri? Kecemburuan? Atau mungkin kepahitan?

—Tidak, bukan seperti itu.

"Semuanya, keluarkan garamnya! Ya, sebarkan ke arah mereka! Singkirkan keberadaan yang disebut riajuu! Usir mereka dari kelas kita!" [TN: Menunjukkan seseorang tidak diinginkan) untuk menyebarkan garam (untuk memurnikan spiritual)]

"""Riajuu mati sana!!!"""

Itu semua—campuran dari emosi-emosi itu.

Siapa yang pantas melihat pemandangan seperti ini pagi-pagi sekali!?

Setelah melihat adegan bucin dua sejoli itu itu, rasanya kami hampir muntah!

Bagi kami nolep, kami hanya bisa melihat riajuu tidak lebih dari penjajah luar!

Ayo! Sekarang adalah waktunya untuk mengeluarkan garam dan memercikkannya ke seluruh riajuu terkutuk ini!

Kemudian, aku mengambil segenggam garam dari tas yang diberikan kepadaku dan hendak melemparkannya ke mereka.

Namun, gadis dengan rambut cokelat, yang juga menggoda sahabatku beberapa saat yang lalu, berdiri dan berjalan ke arahku—

“Sudah hentikan!”

—dan menamparku sekeras yang dia bisa.

◆◆◆

“Selamat pagi, Manaka.”

“Ah, pagi.”

Aku menjawab sambil menggosok pipiku yang bengkak saat aku duduk di kursiku.

Orang yang menyapaku adalah sahabatku sejak SMP, Sakuragi Souta.

Rambut cokelat dan wajah tampan yang menyegarkan.

Itulah kata-kata yang sepenuhnya menggambarkan sahabatku ini.

Dia memiliki fitur wajah yang tampan dan kepribadian baik.

Dikombinasikan dengan kemampuan atletiknya, dia populer di kalangan gadis-gadis di sekolah meskipun baru sebulan sejak dia mendaftar.

Namun, tidak ada gadis yang mengaku pada Souta sejak dia masuk sekolah.

... Dan mengapa begitu?

"Astaga... Jangan lakukan hal bodoh seperti itu pagi-pagi sekali."

Itu karena Souta sudah memiliki keberadaan bernama 'pacar' yang dia cintai.

Dia adalah gadis dengan rambut cokelat panjang sebahu yang duduk tepat di sebelah Souta, mendesah pada dirinya sendiri. Ya, gadis itu adalah pacar tercinta Souta .

Namanya: Toudou Miyuki.

"Tidak, sebaliknya, kupiir kau yang bodoh di sini. Menampar pipiku dengan keras setelah menunjukkan kepadaku adegan bucinmu pagi-pagi sekali.”

"Terus? Tidak peduli apa yang kita lakukan dan di mana pun kita melakukannya; itu bukan urusanmu, kan?"

Yap, tirani yang paling keji.

"Tidak, kurasa tidak baik memukul orang seperti itu."

"Maaf, Souta♪"

Saat Souta memperingatkannya, Toudou meminta maaf dengan nada lembut, berbeda dengan nada kasar yang dia gunakan sebelumnya.

Perbedaan antusiasme antara diriku dan dia... membuatku meringis tanpa sadar.

"Haa, aku tidak keberatan kalian bermain game cinta. Tapi, setidaknya pikirkan lokasi untukku. Kalau tidak, kecemburuanku akan mencapai batasnya."

"Dimengerti, ndan!"

Setelah mengatakan itu, Souta mengangguk sambil menepuk kepala Toudou.

Oi, apanya yang mengerti!? Bukankah saat ini kalian saling menggoda satu sama lain? Dasar bajingan!

"Kalau kau cemburu, kenapa kau tidak mencari pacar sendiri?"

"Kau mengatakan seolah-olah itu mudah untuk mendapatkannya."

Kalau mendaptkan pacar semudah itu, maka semua anak laki-laki di seluruh dunia yang tidak berhasil memilikinya tidak akan melotot dengan mata penuh kecemburuan terhadap riajuu sepertimu, tahu?

Apa kau sudah gila? Dasar bajingan.

“Tapi, kalau itu kau, Manaka, aku yakin kau bisa mendapatkannya dengan mudah.”

"Ya. Kau tidak berguna dengan spesifikasi tinggi. Jadi, kalau kau menginginkannya, kau bisa mendapatkan sepuluh-tidak, bahkan mungkin dua puluh pacar."

"Terlalu banyak."

Kalau aku memiliki banyak pacar, itu akan membuatku terlihat seperti pakboi.

"Yah, meskipun kalian mengatakan itu, aku tidak benar-benar ingin punya pacar."

"Tapi, kau malah menaburkan garam ke seluruh tubuh kami ..."

"Ini dan itu berbeda."

Meskipun aku bilang aku tidak ingin punya pacar, melihat sahabatku main mata dengan pacarnya di depanku membuatku ingin muntah.

"Hadeh… Manaka. Apa kau masih belum bisa melupakan cinta pertamamu itu ?"

Toudou berkata, menatapku sebelum mendengus.

"Tidak bisa melupakan—Itu benar, aku masih tidak bisa melupakannya dan aku juga tidak bisa menghilangkannya.” kataku, sambil bersandar di sandaran kursiku sebelum mengalihkan pandanganku ke langit-langit.

Aku masih tidak bisa melupakan perasaan itu.

Ini pertama kalinya aku merasakan perasaan itu.

Bahkan setelah satu tahun berlalu, aku tidak bisa membuang semua itu.

“Tetap saja, kalau kau terus mengejar cinta pertamamu itu tidak peduli berapa lama waktu berlalu, kau tidak akan bisa mendapatkan pacar, tahu?”

“…Aku tahu itu.”


Kenyataannya, melupakan cinta pertamaku adalah yang terbaik.

Meski begitu, aku masih belum bisa melupakan cinta pertamaku itu. Sejujurnya, aku juga ingin melupakannya. Tapi-

"Hah ... singkatnya, kau, harus melupakan bahwa cinta pertamamu akan menjadi yang terbaik, kan?"

Toudou berkata sambil menghela nafas. Kemudian, perlahan, seolah-olah ada sesuatu di dalam mejanya, dia menyelipkan tangannya ke dalam dan mengeluarkan sebuah tongkat—

"Tunggu, tunggu, tunggu! Kau! Apa yang ingin kau lakukan padaku dengan beda itu!?"

“Eh? Yah, aku hanya berpikir bahwa jika aku memukulmu dengan ini. Mungkin, kau bisa melupakannya .."

"Aku bahkan mungkin kehilangan semua ingatanku, tahu!"

Apa yang gadis ini pikirkan?

Bukankah idenya terlalu aneh? Apa yang terjadi dengan asuhan Souta?

Seharusnya juga ada batasan untuk tindakan drastis seperti itu, bukan?

Seharusnya juga ada batasan untuk tindakan drastis seperti itu, bukan?

"Tapi, yah jujur, aku sangat ingin kau punya pacar, apa pun yang terjadi ..."

"Itu… tapi, kenapa?"

Kemudian, Toudou mengembalikan benda itu ke dalam mejanya dan bergumam dengan sedikit malu;

"Karena aku berhutang budi padamu......aku ingin kau bahagia."

"....."

Kata-kata itu benar-benar membuatku bahagia, tetapi di suatu tempat di hatiku berpikir itu tidak mungkin.

Begitu aku sudah memendam perasaan cinta ini, aku tidak bisa merasakan jantungku berdebar kencang setiap kali aku berbicara dengan gadis-gadis lain selain waktu itu dan aku merasa agak hampa.

Aku ingin tahu apakah aku bisa menemukan seseorang yang bisa membuat jantungku berdebar lebih kencang dari sebelumnya?

"Sungguh, permintaan yang sulit."

Menatap langit-langit, aku bergumam seolah itu masalah orang lain.

 ◆◆◆

'Selamat pagi, semuanya.'

Saat kami membicarakan hal seperti itu, pintu kelas tiba-tiba terbuka, memperlihatkan sosok seorang gadis saat dia masuk.

'Selamat pagi, Stella-chan!'

'Hm, pagi.'

Gadis itu tersenyum dan membalas salam gadis-gadis lain sebelum duduk di kursinya, rambut pirangnya berkibar di udara.

Kemudian, dalam sekejap mata, teman sekelas lainnya membentuk kerumunan di sekitar tempat duduknya.

'Selamat pagi, Hiiragi-san!'

'Stella-chan, apa kau mengganti sampomu?'

'Seperti yang diharapkan dari Gadis Suci ... hari ini dia juga inut...'

Kerumunan yang mengelilinginya tidak memandang jenis kelamin.

Mereka berebut untuk menjadi yang pertama berbicara dengannya saat mereka datang dari segala arah sekaligus.

.... Apakah benar-benar sulit untuk menjadi yang terakhir?

"Haha, "Gadis Suci" seperti biasa dia sangat populer, bukan?" [TN: "Holy Maiden' = 'Gadis Suci']

"Ya. Setiap kali dia datang ke sekolah di pagi hari, pasti berakhir seperti ini."

Itulah kata-kata yang keluar dari mulut Toudou dan Souta saat mereka berdua menyaksikan pemandangan seperti itu terbentang di depan mata mereka.

.... Tentu saja, tidak peduli berapa kali aku melihat pemandangan ini, itu tidak pernah berhenti membuatku takjub.

'Fufu, terima kasih teman-teman.'

Di dalam kerumunan itu, sebuah suara keluar dari gadis cantik berambut pirang yang dikelilingi saat dia menunjukkan senyum kecil kepada mereka.

Namanya Hiiragi Stella. Meskipun ibunya setengah Inggris, dia lahir dan besar di Jepang. Dia memiliki rambut pirang panjang dan mata biru.

Dia memiliki penampilan yang membuatnya terlihat seperti orang Inggris, sosok kecil, mungil dan wajah seperti anak kecil yang cantik. Kepribadiannya yang lembut dan kebaikannya kepada semua orang membuatnya populer, tidak hanya di kelasku, tetapi juga di seluruh sekolah.

Dan ini membuatnya mendapat julukan "Holy Maiden/Gadis Suci".

Dikatakan bahwa mereka yang telah berbicara dengan Gadis Suci itu segera ditawan oleh kemurahan hati dan kelembutannya.

Sejak dia mendaftar di sekolah ini, jumlah siswa laki-laki maupun perempuan yang mengaku padanya tampaknya melebih angka lima puluh.

.... Oi, bahkan gadis-gadis telah mengaku padamu, ya. Itu membuatku sedikit iri, kau tahu..

“Tentu saja, tidak peduli berapa kali aku melihatnya, dia tidak pernah berhenti membuatku takjub.”

Aku mengucapkan kata-kata itu saat aku melihat pemandangan yang terjadi di depanku.

“Ara? Kau sekarang mengincar dia juga, ya? Meskipun kau bilang kau tidak bisa melupakan cinta pertamamu.”

"Jangan asal ngomong. Aku bahkan tidak pernah berinteraksi dengannya sekali pun."

Aku membalas Toudou, mengangkat bahuku.

Aku? Mengincarnya? Omong kosong apa itu?

Sejak mendaftar di sekolah ini dan menjadi teman sekelasnya, bahkan sekalipun; Aku tidak pernah berinteraksi dengannya.

Yah, setengah dari alasannya adalah karena dia seorang wanita yang jauh dari kemampuanku. Mau tak mau aku merasa gentar.

Dan setengah lainnya adalah—

"Ada sesuatu tentang dia yang membuatku tidak senang."

“Ara? Kebetulan sekali. Aku juga merasakan hal yang sama.”

"Oh? Kau juga?"

"Ya."

Itu tak terduga. Aku tidak tahu Toudou merasakan hal yang sama.

Kupikir hanya aku yang memiliki perasaan tidak nyaman ini dan tidak pernah berpikir bahwa ada seseorang yang bisa berhubungan.

"Dia lebih imut dariku dan aku tidak menyukainya."

"Itu hanya kecemburuan, sialan."

'Toudou merasakan hal yang sama' apanya njir.

Ini benar-benar berbeda, sialan..

“Tidak, jangan khawatir tentang itu. Bagiku, Miyuki adalah yang paling imut nomor satu."

“…Souta~”

Oi, berhenti menggoda di depanku...

Bisa nggak kalian memikirkan bagaimana perasaanku melihat kalian berdua menggoda begitu dekat di depanku sambil berpegangan tangan?

Aku akan mati karena diabetes, kau tahu?

"Hei, bagaimana kalau kita pergi ke karaoke dalam perjalanan pulang hari ini?"

"Ide bagus! Kau bisa ikut dengan kami juga, Stella-chan!”

“Maafkan aku, tapi aku sudah punya rencana sepulang sekolah hari ini…”

Bahkan ketika aku terus-menerus dibombardir oleh rasa manis, percakapan seputar gadis suci itu semakin panas.

…Kupikir.. lebih baik aku pergi dan bergaul dengan mereka daripada tinggal di sini, melihat mereka berdua menggoda…

 ◆◆◆

Setelah sekolah.

Setelah kelas selesai dan semua orang sudah pulang, aku ditinggalkan di kelas, membersihkan garam yang berserakan di lantai.

Yah, itu karena Sensei melihat garam dalam jumlah besar yang aku taburkan, dan—

'Oi, Kisaragi. Kau punya banyak nyali yang menyebarkan garam ke seluruh lantai. Bersihkan sepulang sekolah dan saat kau melakukannya, tulis permintaan maaf tertulis, mengerti?'

—membuatku membersihkannya sendirian.

Bukan hanya aku, kau tahu? Yang lain juga melakukannya secara serempak, tahu?

Pertama, protesku sangat diabaikan dan aku ditinggalkan sendirian, dengan sapu di satu tangan, untuk membersihkan semuanya.

Sementara pasangan yang menyebabkan masalah—

'Maaf, aku ingin membantumu, tapi, kami berjanji untuk berkencan hari ini.'

—meninggalkanku dan pulang.

Sial, Riajuu lebih baik musnah saja!

Sambil memikirkan hal-hal seperti itu, aku melanjutkan bersih-bersih.

Setelah menyapu semua garam ke dalam pengki, aku pergi ke tempat sampah untuk membuangnya.

"Oh? Ini sudah penuh, ya.”

Aku hendak membuang garamnya. Tapi, ketika aku membuka tutup tempat sampah, kantong sampah di dalamnya sudah penuh dengan sampah.

"......Atau haruskah aku membuangnya begitu saja."

Pada tingkat ini, berpura-pura tidak tahu sedikit disayangkan.

Jadi aku mengambil kantong sampah dari tempat sampah dan menutupnya rapat-rapat, lalu mengeluarkan kantong itu dari kelas.

Tempat pembuangan sampah seharusnya berada di belakang gedung sekolah.

Aku pergi ke belakang gedung sekolah untuk membuang kantong sampah agar aku bisa segera pulang.

◆◆◆

'Hei, mau jalan-jalan dengan kami?'

'Ayolah, ini akan menyenangkan, tahu~?'

'L-lepaskan aku, t-tolong!'

Di bawah matahari terbenam, aku tiba di belakang gedung sekolah membawa kantong sampah yang berat, tiba-tiba, suara seseorang memasuki telingaku.

“… Masih ada siswa di sini, ya?”

Seharusnya tidak ada siswa yang masih di sini dan jika ada, mereka pasti siswa yang menghadiri kegiatan klub mereka.

Alu tidak berpikir ada orang yang masih berada di sekolah.

Merasa penasaran, aku pergi ke sumber suara.

Suara itu datang dari seberang tempat teduh dari tempat pembuangan sampah.

Ketika aku mencapai tempat di mana aku bisa mendengarnya dengan jelas, aku perlahan-lahan mencondongkan tubuh ke bawah naungan untuk melihat suara itu.

'Kenapa tidak~? Meskipun kami sudah mengundangmu sebanyak ini?'

'Mungkin, kau tidak ingin berbicara dengan kami? Ah, itu benar-benar menyakiti perasaan kami~.'

Ada dua siswa laki-laki dan satu siswa perempuan.

Siswa perempuan itu terlihat sangat ketakutan saat tangannya dicengkeram oleh siswa laki-laki, membuatnya tidak bisa melarikan diri.

"…Pemandangan yang memuakkan untuk dilihat." kataku, saat aku merasakan perasaan menjijikkan membuncah di dalam dadaku.

Kemungkinan besar siswa laki-laki itu adalah senior dan secara paksa mencoba menyeret gadis itu untuk bergaul dengan mereka.

Aku terkejut melihat bahwa masih ada anak nakal yang melakukan hal-hal semacam ini saat ini, tetapi lebih dari itu, aku lebih khawatir tentang kenyataan bahwa gadis yang ketakutan itu tampak familier.

Seorang gadis dengan rambut pirang halus, suara yang pasti pernah kudengar sebelumnya dan sosok mungil yang gemetar—

“…Bukankah itu Hiiragi?”

Gadis yang diganggu oleh para berandalan itu, yang mengejutkanku, adalah gadis suci di kelas kami.

Apa yang kau lakukan di sini? Dan bagaimana kau bisa terlibat dengan mereka?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul di benakku.

Namun, saat aku melihat air mata mengalir di matanya, pertanyaan-pertanyaan itu tidak penting lagi. Aku tahu bahwa aku harus bergerak di sini.

Aku tidak pernah berbicara dengannya sekali pun, aku juga tidak pernah terlibat dengannya sebelumnya.

Mungkin tidak terlalu merepotkan jika aku menutup mata di sini dan pergi.

Namun-

“Yah, baiklah, Gadis Suci. Sepertinya kau dalam masalah."

Aku keluar dari tempatku bersembunyi dan memanggil para berandalan seolah-olah aku sedang menegaskan diriku sendiri. (ED: T-pose pada mereka)

Pada akhirnya, begitu kita melihat seseorang dalam masalah, kita tidak bisa mengabaikannya sekarang, bukan?

"Apa? Siapa kau?"

Ketika aku meletakkan kantong sampah dan pergi ke arah Hiragi, salah satu dari berandalan itu memperhatikanku.

Satu lainnya masih tidak melepaskan tangan Hiragi itu, tetapi memalingkan wajahnya ke arahku.

.... Ugh~~ sangat menakutkan, sangat menakutkan.

Jangan menatapku seperti itu. Kalau aku kencing di celana, apa kau bertanggung jawab?

"K-kamu …"

Gadis suci itu juga sepertinya mengenaliku setelah melihatku dari dekat.

"Ini pertama kali kita bertemu, ya? --Ah tidak, bukan itu. Lama tidak bertemu? ——Aku punya perasaan bahwa ini juga bukan masalahnya."

Bagaimana aku harus mengatakannya dengan benar?

Percuma saja muncul seperti pahlawan, tapi aku tidak bisa memikirkan kata-kata selanjutnya.

..... Ugh, seperti yang diharapkan, aku tidak memiliki kualitas seorang pahlawan.

“Oi, kenapa kau di sini? Kau murid baru, kan?"

“Ya, itu benar. Namaku Kisaragi Manaka. Salam kenal, bro."

"Aku tidak menanyakan namamu."

Oh kawan, apa yang kalian ingin tanyakan padaku?

Tiba-tiba, aku memiringkan kepalaku sambil berpikir.

"Sudah cukup. Kau cepat pergi sana. Kita sedang sibuk."

"Bahkan kalau kau mengatakan itu, aku juga punya urusan dengan dia……"

Aku melirik ke samping.

Penampilanku mengejutkan gadis itu, tetapi dia masih gemetar dengan air mata di matanya.

"Banyak bacot. Kalau kau masih ingin bernafas. Cepat pergi dari sini!"

Tiba-tiba, salah satu dari mereka mencoba mendekatiku.

Uwa~......Menakutkan, cuy.

"Dimengerti. Aku akan pergi bersama gadis itu. Jadi, bisakah kalian melepaskan dia?"

"Hah!? Dia ini mau bergaul dengan kami. Bagaimana mungkin aku membiarkannya pergi."

“Itu benar~”

Aku menghela nafas kecil.

Sebenarnya karena aku merasa tidak nyaman, aku muncul. Tapi, aku tidak memiliki rencana selanjutnya...

Meskipun aku memperhatikan mereka, sepertinya mereka tidak akan mendengarkan sama sekali......Benar juga!

"Sensei! Ada siswa di sini yang menindas adik kelas!"

Aku berbalik dan berteriak keras.

Namun, kata-kataku tidak mencapai telinga siapa pun dan tidak ada tanda-tanda guru muncul.

"Tempat ini di belakang sekolah, bagaimana guru datang ke sini?"

"I-Itu ..."

Apakah itu aneh? Kalau ini di anime atau manga, mereka akan mengatakan 'Cih, guru! Oi, ayo pergi' dan lari meninggalkan gadis itu. Kupikir akan baik-baik saja untuk bertindak seperti karakter stereotip ……

Seperti yang diharapkan dari para Senpai, mereka sepertinya bukan orang idiot.

"Dari tadi kau ingin mencari masalah dengan kami, bukan? Sepertinya kau ingin sekali dipukul."

Si idiot itu meraih kerah bajuku.

"H-hentikan! Kamu di sana, cepat pergi dari sini!"

Gadis suci itu berbalik ke arahku dan berteriak seperti itu.

Tidak, jika itu yang kau pikirkan. Bisakah kau mengatakannya sedikit lebih awal? Bagaimana aku bisa lari kalau aku dicengkram seperti ini? Tidak, itu bagus bahwa kau khawatir tentang hal itu sekalipun.

"Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini."

Whush. Pertama aku mendorong senpai itu menjauh, lalu meraih tangan gadis suci itu dan lari dari tempat itu.

“Eh~?”

Meskipun gadis suci itu menunjukkan keterkejutannya padaku, aku tetap meraih tanganya dan membawanya pergi.

Aku bisa mendengar teriakan marah di belakang kami. Tetap saja, tidak ada tanda-tanda mereka mengejar, aku tidak tahu apakah temanya khawatir dengan orang yang kudorong atau karena dia tidak ingin mengejar sampai akhir.

Meskipun aku tidak tahu ke mana, tetapi dalam pikiranku, kupikir aku harus melarikan diri dari tempat itu terlebih dahulu.

◆◆◆

‎"Fiuh~……Aku sangat lelah hari ini."

Aku menyeka sedikit keringat dari dahiku.

Tempat kami berlari berada di arah yang berlawanan dengan halaman belakang sekolah. Halaman belakang sekolah lain tetapi berlawanan arah dengan tempat pembuangan sampah.

Dihajar oleh Toudou, lalu harus melarikan diri dari para berandalan, sangatlah sulit.

“……”

Yang terpenting, untuk beberapa alasan gadis suci itu menatapku dengan tatapan kosong.

Apakah ada yang aneh dengan penampilanku? ... Yah, tidak masalah.

Aku melepaskan tangannya ..

"Apa kau baik-baik saja?"

"Iya, terima kasih banyak."

Gadis suci itu masih bingung, tapi entah bagaimana menanggapi kata-kataku.

"Tapi, yah.. tadi itu benar-bemar menakutkan. Kenapa kau sampai berurusan dengan para berandalan itu."

"Iya, mereka sebenarnya bukan orang jahat, tapi mereka benar-benar membuatku merasa sedikit canggung sekarang……"

Sungguh gadis yang baik hati...

Aku tidak peduli ketika aku seperti ini, jangan salahkan mereka dan mengatakan mereka bukan orang jahat.

——Bahkan sekarang dia sendiri gemetar.

(Kehabisan kata-kata...)

Itu sebabnya aku tidak menyukainya.

"Tapi, Kisaragi-san berlari sangat cepat......Aku, sepertinya aku kehabisan napas."

Gadis suci itu mengatur napasnya saat dia berbicara..

"Hmm? Itu hal biasa."

Karena alasan tertentu, aku menjadi bersemangat. Aku tidak berpikir itu akan berguna dalam hal ini. Kalau aku tidak diberitahu bahwa aku menyukai pelari cepat, aku tidak akan melatih diri sendiri~.

Di dunia ini, kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.

"Ah, btw. Kau tahu namaku, ya?"

"Eh, bukankah kamu tadi menyebutkan namamu. Selain itu, aku juga ingat semua nama temanku di kelas." katanya, sambil tersenyum.

Senyumnya bersinar di bawah matahari terbenam, sangat indah. Senyuman itu tiba-tiba membuat jantungku berdegup kencang.

......Sekarang, aku merasa aku mengerti kenapa semua orang begitu tergila-gila denganya.

"Yah, sepertinya kau sudah baik-baik saja. Kalau begitu, sampai jumpa." kataku, sambil berjalan memunggungi gadis suci itu.

Karena kalau aku tidak segera membuang sampahnya dan menulis laporan, aku akan pulang terlambat.

Sekarang, kalau aku kembali, aku tidak akan bertemu dengan orang-orang itu lagi, kan? Mereka pasti sudah pergi ...... Datang dan lihat, lalu pulang.

"T-tunggu sebentar!"

Tiba-tiba, gadis itu dengan kuat menggenggam bahuku saat aku ingin pergi.

"Ah, maafkan aku! Aku senang kamu sudah menyelamatkanku. Ern, kalau bisa. Aku ingin membalas kebaikanmu.."

Ketika aku memikirkan apa yang akan dia katakan, apa kau ingin membalas budi?

"Jangan khawatir. Kau tidak perlu memikirkan itu."

"T-tapi! Aku ingin membalas kebaikanmu itu!"

"……Haa~"

Aku menghela nafas.

Gadis kecil itu salah paham.

Sejujurnya, aku menyelamatkannya bukan untuk membuatnya berhutang budi padaku. Tapi, aku hanya kesal melihat para berandalan itu mengganggu seorang gadis.

"Dengar, pada kesempatan ini, aku akan menjelaskannya kepadamu."

Aku berbalik, menghadap wajah gadis suci yang terlihat imut dan membuka mulutku.

"Jika memungkinkan, aku tidak ingin terlibat denganmu. Melihatnya dengan ekspresi yang menarik perhatian orang membuatku sangat tidak nyaman. Mungkin, kau juga sangat lembut secara alami, tetapi cara menahan diri agar kau bisa tersenyum pada siapa pun ...... aku tidak menyukainya sama sekali."

“———!?”

“Mungkin aku salah paham. Tapi, saat aku melihatmu, aku memikirkannya. Itu sebabnya, kau tidak perlu merasa berhutang budi padaku. Itu saja."

Aku dengan dingin mengatakn itu padanya, yang tidak menunjukkan dirinya di luar.

Mendengar itu, dia terkejut dan mengerutkan bibirnya.

... Yah, menurutku memperlihatkan penampilan seseorang kepada siapapun bukanlah hal yang buruk..

Tapi, aku tidak suka itu.

Benar saja, ketika aku berinteraksi dengan orang lain, aku ingin mendengar cerita dengan jujur dan kemudian menjadi lebih dekat dengan mereka.

Ini hanya alasan egois untuk diriku sendiri.

Menggunakannya untuk memaksakan pada gadis suci itu benar dan salah.

Dewi bersayap dari hidupnya sendiri. Ini adalah hal pribadi, tidak perlu mengatakannya dari mulut orang lain.

.... Sejujurnya, aku pasti marah pada hak itu.

Rasa frustrasi menyaksikan pemandangan yang tidak menyenangkan, mungkin bertahan di suatu tempat.

.... Menyedihkan, tidak ada yang salah dengan itu.

"Maaf, aku berkata terlalu banyak——Itu saja. Jadi, jangan berhutang budi padaku dan tolong bersikaplah seperti biasa."

Aku merasa bersalah saat melihat wajah gadis suci yang terlihat sedih, lalu pergi seperti ingin melarikan diri.

Gadis suci itu hanya berdiri diam di sana tanpa bergerak.

"Sungguh, itu tidak terlihat sepertiku sama sekali ya~………"

Aku belum pernah merasakan hal ini sampai sekarang. Jadi, kenapa aku mengatakan hal-hal seperti itu?

Ada sedikit duri di dadaku, setelah aku selesai membuang kantong sampah, aku meninggalkan tempat itu.

◆◆◆

"Hei, Souta."

"Ada apa, Manaka? Kenapa kau memasang wajah serius seperti itu?"

Kemarin setelah aku selesai membuang sampah dan menulis laporan, dan sekarang pagi hari berikutnya, sebelum kegiatan kelas.

Aku menatap sahabatku Souta yang duduk tepat di depanku dengan ekspresi serius.

Seisi kelas masih menggemakan suara lucu para gadis atau suara menjijikan dari anak laki-laki seperti biasanya.

"Tidak ...... aku bertanya-tanya kapan kau akan mengerti perasaanku lagi."

“......Mengerti perasaanmu?”

"Oh, itu dia."

"Meskipun kau mengatakan itu. Tapi, aku tidak mengerti."

Souta memiringkan kepalanya, mengabaikan pembicaraan seriusku.

.... Ge-! Kenapa kau tidak mengerti? Menurutmu berapa tahun kita berteman baik, huh!?

“…Kalau kau berpura-pura bodoh, biarkan aku meluruskan ini.”

"Tapi, aku tidak berpura-pura bodoh?"

Bacot! Kau tidak perlu menjawab setiap perkataanku!

"Dengar, yang ingin kuatakan padamu itu—"

Aku menarik napas dalam-dalam.

"Oi, Manaka! Minggir, jangan menghalangi jalanku! Ah, Souta♪ rambutmu kotor, Manaka! Sialan kau!"

"Hah!? Kenapa aku?"

Toudou menyela, lalu mengangkat pandangannya, menatapku seolah dia sedang melihat sampah.

"Astaga, kalian berdua pagi-pagi sudah berisik."

"Tidak, pacar lu aja yang berisik."

"Hah~! Apa maksudmu 'berisik'! Dasar jones akut!"

"Ugh!"

Aku membeku pada sikap kuat Toudou.

.... Itu benar, tapi bisakah kau meluangkan waktu untukku sebentar?

Aku ingin kau di sana untuk memahami situasi dan tidak mengganggu saat Souta dan aku sedang berbicara ......

"…… Yaudah, maap."

Takut akan tatapan Toudou, aku secara spontan mengucapkan permintaan maaf.

Sungguh, kenapa gadis ini begitu menakutkan?

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan, Manaka?"

"Hmm? ......Ahh, aku ingin mengatakan 'Kau menyebalkan, bantu aku' tidak, lupakan saja."

"Tidak usah mengulangi kata-kataku!"

Gadis ini sangat berisik.

'Selamat pagi~'

Saat aku mengangkat bahuku ke arah Souta dengan ketakutan, pintu kelas terbuka dan aku mendengar suara ceria, suara yang tidak akan pernah kulupakan.

'Selamat pagi Stella-chan!'

'Selamat pagi, Gadis Suci-sama!'

'Aa…… seperti biasa, hari ini dia terlihat imut...~'

Setelah gadis itu menyapa semua orang di kelas, aku mendengar bisa mendengar suara anak laki-laki yang menjijikkan.

Huh.....Seperti yang diharapkan, hanya ketika gadis suci datang ke sekolah suasana di kelas berubah.

Teman-teman dekat yang baru saja berbicara satu sama lain, ketika gadis suci itu tiba, mereka segera menghentikan percakapan mereka dan datang untuk menyapanya.

.... Apakah ini semacam agama?

'Fufu~, selamat pagi.'

Setelah gadis suci membalas salamnya kepada semua orang, dia seharusnya mengambil tempat duduknya sendiri. Tapi, dia malah mendekati kami—Hm? Kenapa dia datang ke sini? Kursimu ada di sana, kan?

"Selamat pagi, Kisaragi-san."

"……Ya?"

Setelah itu, entah kenapa, dia datang ke mejaku dan menyapaku dengan santai.

Itu membuatku terkejut.

'Oi, oi! Kenapa Stella-chan kita menyapa orang tak berguna itu!?'

'Orang itu ...... Apakah dia memahami kelemahan gadis suci itu?'

Padhal hanya menyapaku saja, aku diberitahu kata-kata kasar seperti itu.

Apa kalian benar-benar teman sekelasku?

"Jarang sekali, kau akan menyapa pria yang kehadirannya seperti katak."

"Lu juga sama, brengsek."

Nih cewek ngajak ribut mulu..

Meskipun begini tetapi aku juga memiliki hati kaca yang rapuh yang bisa terluka.

"Iya.. kami memiliki kesempatan untuk berbicara kemarin, jadi kami menjadi dekat."

"Hmm~m, begitukah……"

Gadis suci itu tidak ragu pada tatapan Toudou tetapi masih mengarahkan senyum gadis sucinya yang biasa ke arahnya.

Melihat itu, Toudou tampak geli, mendengus dan memalingkan wajahnya

"……Jadi, apa yang terjadi?"

Aku menghela nafas kecil, bertanya tanpa melihat wajah gadis suci itu.

......Tidak mungkin dia tidak mengingat apa yang kukatakan kemarin.

Tapi, kau datang ke sini dengan sengaja untuk terlibat denganku seperti ini—apa tujuannya?

"Tidak ada yang istimewa, aku hanya berpikir untuk mengenal lebih dekat teman sekelasku. Jadi, aku datang untuk menyapa."

"Hou ..."

Teman sekelas, ya? Benar juga..

Kemarin aku mengucapkan kata-kata dingin kepadanya, namun aku bisa mengucapkan kata-kata ini.

Dia sangat tangguh.

"Nee~"

Gadis suci dengan wajah imut mendekatiku, lalu berbisik lembut di telingaku.

"Aku sudah penasaran dengan Kisaragi-san. Aku masih belum membalasnya kemarin—Mulai sekarang, kalau kita bisa menjadi dekat, aku akan bahagia."

Setelah itu, gadis suci itu tersenyum padaku lagi dan kembali ke tempat duduknya.

....? Kenapa dia berbisik di telingaku?

Aku melihat wajahku menjadi sedikit merah dan mengalihkan pandangan terkejutku ke belakang gadis suci yang pergi.

“......Sejak kapan kau menjadi begitu dekat dengannya?”

"Itu benar, Manaka. Sejak kapan kalian berdua menjadi dekat."

Aku tidak bisa menanggapi kata-kata yang keluar dari mereka berdua.

......Kemarin aku mengucapkan kata-kata seperti itu, tapi dibisikkan di telingaku oleh gadis suci itu.

Banyak emosi yang bercampur menjadi satu, aku hanya bisa duduk di sana dengan tatapan bingung.



|| Previous || Next Chapter ||
17 comments

17 comments

  • Tear
    Tear
    26/1/22 08:44
    Fufun
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    27/12/21 14:24
    Nexttt!!!
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    24/12/21 11:13
    Lanjut min
    Reply
  • Febriannn
    Febriannn
    14/10/21 11:41
    Chapter 2 nya cara bukanya gimana
    • Febriannn
      Unknown
      30/11/21 15:08
      blom ada
    Reply
  • Lana
    Lana
    3/10/21 22:54
    Mangat min
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    26/9/21 09:13
    Lanjutttttt
    Reply
  • Kang rebahan
    Kang rebahan
    23/9/21 21:44
    Ini aman kan,ngga ada niat tersembunyi kan?( ntah knp gara gara gw suka liat heroine yg kadang deket cuma ngambil untung langsung parno )
    Reply
  • Pter
    Pter
    21/9/21 13:30
    Next
    Reply
  • Pann
    Pann
    20/9/21 23:32
    Next gasss
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    20/9/21 21:46
    Keren min, ditunggu lanjutannya
    Reply
  • 8man
    8man
    20/9/21 19:38
    Mantap ditunggu lanjutannya
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    19/9/21 15:14
    Pokoknya, semangat
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    17/9/21 15:50
    nexttt!!!!
    Reply
  • LegaliZ
    LegaliZ
    17/9/21 12:14
    Mantap,, semangaat min
    Reply
  • Oniscorn
    Oniscorn
    17/9/21 06:08
    Mantap, semangat min!
    Reply
  • Ardian Budi Prastyo
    Ardian Budi Prastyo
    16/9/21 22:55
    UWWWWOOOOOOOOOH
    Reply
close