Chapter 3 - Makan malam bersama Gadis Suci
“Hm, hm 🎵"
Saat ini, aku berada di dapur bersiap untuk membuat makan malam hari ini, sambil menyenandunhkan lagu anime favoritku.
Ngomong-ngomong, menu makan malam hari ini adalah Kari, makanan yang paling disukai orang Jepang.
Nah, kari adalah makanan yang enak, bukan?
Cara buatnya juga simple gak ribet. Sangat cocok untukku yang tinggal sendirian..
.... Yosh, sedikit lagi.
Sambil menunggu kari-nya matang. Aku menyiapkan piring dan bahan tambahan lainnya di meja.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya kari yang kubuat sendiri sudah siap untuk di sajikan.
Okeh. Ayo cepat selesaikan, lalu melanjutkan membaca beberapa Light Novel favoritku.
"Ittadakima—"
Dan, pada saat yang sama..
*pin pon*
Sebelum aku bisa menikmati sesendok kari buatanku sendiri, aku mendengar suara bel dari pintu masuk.
"Astaga, siapa lagi sih yang datang di jam segini?"
...... Antara kang sales yang ingin mempromosikan jualannya atau Souta yang datang untuk bermain. Itu adalah dua kemungkinan yang bisa kupikirkan.
Haa.. mau bagaimana lagi.
"Ya, ya.. tunggu sebentar."
Aku berhenti berpikir dan menuju pintu.
"Um, ini aku. Selamat malam, Kisaragi-san.."
Ketika aku membuka pintu, aku melihat Hiiragi berdiri di sana dengan pakaian kasualnya.
Warna pink dari pakaian itu semakin menambah keimutan Hiiragi.
Terlebih lagi, dia tampaknya baru keluar dari kamar mandi. Itu karena aku bisa mencium aromanya...
T-tidak.. Apa yang aku pikirkan!? Pergilah pikiran sesat!
“Ahem, ada apa... Hiragi?"
Dengan enggan aku mengalihkan pandanganku darinya.
"Ah, um ...... aku mau minta tolong padamu."
"Ya, apa itu?"
Dengan gelisah dan wajahnya yang merah, dia menoleh padaku. Dan angkat bicara.
"Um, a-aku takut keluar malam."
“……”
Kenapa kau mengatakan itu padaku? Bukankah kau tidak takut sendirian?
“Aku takut pergi berbelanja sendirian……”
"B-begitu……”
..... Apa dia memintaku untuk menemaninya?
Untungnya. Toserba atau supermaket terdekat masih buka di jam segini. Sangat mungkin untuk pergi berbelanja sendiri.
Tapi, aku tidak bisa menemaninya...
Aku sudah membuat makan malam.
Jika aku pergi menemaninya belanja, kari yang kubuat tadi pasi menjadi dingin.
"Jadi, itu sebabnya ......"
Untuk saat ini, mau tidak mau aku harus menolaknya. Lagipula, aku sudah membuat kari dan perutku juga sudah kelaparan..
"Maaf, aku tidak bisa pergi berbelanja denganmu."
"Bolehkah aku ikut makan bersamamu?"
"Huh?"
Kata-kata Hiiragi membuatku mengeluarkan suara yang aneh.
……Um. Jadi, maksudmu? Bukan menemanimu berbelanja. Tapi 'biarkan aku makan bersama' ya?
Aku agak terkejut, ternyata dugaanku salah.
“S-Sebenarnya—”
◆ ◆ ◆
"Begitu, ya..."
Aku mendengar situasi Hiiragi di luar pintu. Setelah mengatakan itu, Hiragi benar-benar malu. Wajahnya lebih merah dari sebelumnya.
"Itu artinya. Persediaan mie cupmu sudah habis. Kau berencana membelinya hari ini. Tapi, karena sudah malam kau takut keluar sendirian, ya?"
"Mnm..."
Jadi begitu, biasanya dia hanya makan mie cup saja 'ya?
Aku tidak pernah nenyangka dia yang dikenal sebagai gadis suci menghabiskan makan malamnya dengan mie cup saja..
Aku membayangkan kehidupan Hiiragi sambil memegang kepalaku.
"Apa kau tidak punya bahan makanan yang lain? Contohnya, sandwich atau semacamnya."
"Nggak ada.."
"Serius?
"Mnm.."
......Apakah gadis ini benar-benar baik-baik saja? Kenapa orang tuanya berani membiarkannya hidup sendiri?
Tetap saja, meninggalkan Hiiragi di sini tidak masuk akal.
Sejujurnya, aku tidak punya kewajiban untuk melakukan itu pada seseorang yang pertama kali terlibat denganku hari ini——
“Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.."
Hiiragi mundur, wajahnya merah saat dia menunduk seolah dia merasa bersalah.
Kurasa membiarkannya ikut malam bersamaku lebih baik daripada membiarkannya berbelanja sendirian.
“Yaudah, ayo masuk ke dalam."
"Eh?”
Kata-kataku membuat Hiiragi mendongak kaget.
"Kau belum makan malam, kan?"
"Mnm..."
"Barusan aku membuat kari."
"Kari?"
"Ya, kalau nggak mau. Maka, tidak apa-apa."
"T-tunggu.. Aku mau!"
"Kalau begitu, ayo masuk."
"Iya.. Um, Kisaragi-san."
"Hm?"
"Terima kasih..." kata Hiragi, dengan senyum di wajahnya.
“!?”
Melihat ekspresi itu membuatku gugup tanpa sadar.
Sambil merasakan wajahku memerah, aku membiarkan Hiiragi masuk ke dalam kamarku.
“Wah! Ini sangat enak, Kisaragi-san!"
Sambil mengatakan itu, Hiiragi mengisi mulutnya dengan kari yang kubuat.
......Pada akhirnya, aku harus menyiapkan porsi satu piring kari untuknya.
Yah, aku tidak masalah. Tapi, tetap saja... membiarkan gadis masuk ke kamar laki-laki, itu sedikit...
Tidak, apa yang kupikirkan?
Cepat bei dia makan dan katakan padanya untuk kembali ke kamarnya.
--Tetapi,
“Mn, ternyata kamu benar-benar pinta masak, ya. Kisaragi-san..."
Hiiraghi tersenyum cerah dan memuji makananku.
Melihat itu, aku merasa dadaku menjadi sangat hangat.
Entah kenapa, mendengar pujian darinya.. membuatku sangat senang.
Lagipula, sudah lama sejak aku bisa makan malam dengan orang lain seperti ini dan melihat Hiragi memakan masakanku dengan ekspresi bahagia, juga membuatku senang.
... Yah, kurasa makan malam dengan dia seperti ini bukan hal yang buruk juga.
◆ ◆ ◆
""Terima kasih untuk makannya.""
Hiiragi, setelah menghabiskan kari yang kubuat, mengusap perutnya seolah dia puas.
“Kisaragi-san, makasih sudah mengizinkanku ikut makan malam bersamamu.." kata Hiiragi, sambil menundukkan kepalanya.
"Jangan di pikirkan."
“Ah, anu… apa ini cukup untuk membayar makananmu?"
Hiiragi mengeluarkan uang sepuluh ribu yen dari dompet kecilnya.
Huh? 10.000 yen!? Makananku seharga 10.000 yen!? Itu terlalu mahal! Tidak, ini bukan waktunya untuk itu!
“Tidak, tidak.. kau tidak perlu membayarnya. Santai saja, oke?"
"Begitu?"
"Ya. Oh benar juga. Cuma mau ngasih tahu saja. Jangan mengeluarkan uang sebanyak itu di depan orang lain. Bagaiamana jika orang lain mengambilnya?"
"Maafkan aku……"
Saat aku mengingatkan dengan lembut, Hiiragi membuat ekspresi muram.
......Sialan, hanya sedikit pengingat, namun aku merasa sangat bersalah pada Hiiragi.
"K-kalau begitu. Sebagi gantinya, bilang saja padaku apapun yang ingin kamu lakukan."
“Ha? Tidak, kan sudah bilang.."
"T-tapi!"
Hiiragi mendekat ke wajahku.
Oi, wajahmu terlalu dekat!
Wajah Hiiragi tepat di depan mataku.
Bibir merah mudanya dan mata birunya tepat berada di depan wajahku.
S-sial! Jika terus begini, aku akan kehilangan kendali!
“H-Hiiragi-san……Wajahmu terlalu dekat…”
“Fueh!? M-Maafkan aku!"
Setelah menyadari tindakanya yang begitu tiba-tiba, Hiragi menjauh dariku dengan wajah merah merona.
Setelah itu, Hiiragi menundukkan kepalanya sekali lagi.
Apakah gadis ini menyadari situasi saat ini?
Dua orang (laki-laki dan perempuan) di kamar seperti ini.
Apa dia benar-benar tidak memperhatikan itu? Atau mungkin karena dia percaya padaku?
Terlebih lagi, sekarang dia memiliki terlalu banyak celah. Jika aku pria bajingan, mungkin aku akan memanfaatkan ini dan menyerangnya.
Meskipun belum lama ini, kami berdua dekat. Tapi, entah kenapa.. suasana ini, seperti kami sudah saling kenal sejak lama.
“K-kalau begitu......setidaknya biarkan aku membersihkan kamar ini.”
Hiiragi dengan wajah masih merah merona, melihat ke sekitar kamarku dan mengatakan itu.
Kamarku benar-benar berantakan. Seperti seragam sekolahku yang tergeletak begitu saja, buku-buku yang kubaca juga masih berserakan dan di tambah lagi, tumpukkan sampah yang menggunung.
Setelah aku memikirkannya, aku baru menyadarinya bahwa aku membiarkan seorang gadis seperti dia masuk ke kamar dengan keadaan berantakan seperti ini.
Ini benar-benar memalukan....
"T-tidak usah, aku bisa membersihkannya nanti." kataku, membuat gerakan menolak tawarannya.
Yah, meskipun aku mengatakan aku melakukannya, pada kenyataannya aku akan membiarkannya lagi.
Aku buruk dalam bersih-bersih, karena bagiku itu sangat merepotkan. Jadi, aku membiarkannya begitu saja.
......Mungkin aku bahkan tidak tahu bagaimana menjadi rapi.
"Bohong! Kisaragi-san, kamu pasti menganggapnya merepotkan dan membiarkannya, bukan!? Kamu akan sakit jika kamu tidur dengan kondisi kamar berantakan seperti ini, kau tahu!?"
……Ugh! K-kenapa dia tahu pikiranku? Apakah aku tipe orang yang menunjukkan wajahku dengan mudahnya? Atau dia seorang Esper?
“Meski begitu, aku tidak bisa membiarkan gadis sepertimu membersihkan kamarku.."
"Tidak apa-apa, ini sebagai ucapan terima kasihku padamu, Kisaragi-san.."
"Uh-huh.. Baiklah, kalau begitu. Sebelumnya, terima kasih."
Aku menghela nafas pada tekad Hiiragi dan dengan enggan menyetujuinya membersihkan kamarku.
“Iya~!”
Saat aku menerimanya, Hiiragi tersenyum bahagia.
Aku tidak percaya bahwa pria sepertiku akan meminta seorang gadis membersihkan kamarku.
Ngomong-ngomong, dia bilang bahwa kulkasku ksonng, kan?
Kurasa aku bisa memasukkan sisa kari yang kubuat hari ini untuk sarapan besok.
Sambil memikirkan itu, aku memasuki dapur agar tidak mengganggu Hiiragi yang mulai membersihkan kamarku.
◆ ◆ ◆
"Bagaimana menurutmu, Kisaragi-san?"
“......Wow, ini benar-benar menakjubkan.”
30 menit kemudian.
Setelah selesai mencuci piring dan memasukkan sisa kari ke dalam kulkas, Hiragi memanggilku. Dan tanpa pikir panjang aku langsung menghampirinya.
Di sana, aku melihat suatu hal yang tidak terduga.
.... Apa ini?
Seragam sekolahku, yang tergeletak di lantai di gantung di lemari. Buku-buku yang bertebaran di kasurku juga di susun rapi di rak buku. Terakhir, sampah yang dipilah dan diikat dengan hati-hati.
Lantai atau jendela, bersih mengkilap. Ini benar-benar jauh lebih bersih dari sebelumnya. Seperti pertama kali kau datang ke kamar ini.
"Aku tidak menyangka.. ternyata kau benar-benar pandai dalam hal bersih-bersih……”
"Fufu~, tentu saja!" kata Hiragi, sambil membusungkan dadanya dengan bangga.
......Glup, oppainya lumayan juga njir
Tidak, tidak.. apa yang kau pikirkan Manaka!
"Tapi tetap saja, kau tidak memiliki keterampilan alami seorang gadis."
“Ugh~……! Berisik.."
Namun, aku benar-benar merasa keterampilan membersihkannya luar biasa.
Siapa sangka hanya dalam waktu 30 menit, dia bisa merapikan kamarku.
"Terima kasih, Hiragi."
"Tidak, anggap saja ini sebagai balas budi."
"Begitu……"
Aku melihat gadis suci yang memiliki sedikit senyum di wajahnya, lalu tiba-tiba menyadari sesuatu dan membuka mulutku.
“Ah, benar juga.. Ini ambil.”
Mengatakan itu, aku menyerahkan nasi dan kotak kari padanya.
"Tadi kau bilang, kau tidak memiliki apapun untuk di makan, kan? Ambil ini untuk sarapan besok."
"Eh, tidak. Aku tidak bisa menerimanya. Sudah mengizinkanku ikut makan malam bersamamu lebih dari cukup, itu sebabnya..."
Namun, Hiiragi melambaikan tangannya tanpa berniat menerimanya.
Aku mengabaikannya dan dengan enggan mendorong kotak itu padanya.
“Sudah, terima saja. Kau juga sudah membantuku membersihkan kamarku. Biarkan aku membalas kebaikanmu."
“T-tapi—”
"Nggak usah malu-malu, ambil saja."
Saat aku menegang, Hiiragi dengan enggan menerima kotak itu.
"Terima kasih banyak, Kisaragi-san"
“~!?”
Jantungku tiba-tiba berdetak kencang ketika Hiiragi mengucapkan terima kasih sambil tersenyum.
......Kenapa wajahku menjadi sangat panas saat aku melihatnya tersenyum seperti itu?
"S-sama-sama. Cepat pulang, kau seharusnya tidak tinggal di rumah anak laki-lali terlalu lama, kau tahu."
“Fufu~, kamu benar. Kalau begitu, aku pulang dulu."
Sambil menghindari topik dengan wajah panasku, aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain.
Aku mengantarnya ke pintu depan.
"Oh, ya. Kisaragi-san.. kalau kamarmu berantakan lagi. Bilang padaku, aku akan membantu membersihkannya..."
“......Aku akan berusaha agar tidak berantakan lagi.”
Aku menundukkan kepalaku sedikit dan membuka pintu untuk Hiiragi.
"Ah—”
Kemudian, seolah mengingat sesuatu, dia menoleh ke arahku yang masih menahan pintu agar tetap terbuka.
“Terima kasih banyak untuk hari ini......Seperti yang diharapkan, Kisaragi-san adalah orang yang baik.”
"B-begitu ..."
"Mnm, kalau begitu. Sampai jumpa."
Setelah mengatakan itu, Hiragi berjalan melewati pintu dan pulang.
Tapi, sebelum dia berjalan pergi menjauh, aku tanpa sadar memanggil namanya.
“O-Oi, Hiragi!”
"Mnm, ada apa?"
Hiiragi memiringkan kepalanya saat melihatku.
“E-Ern, kalau kau mengalami masalah dengan makan malam lagi. Kau boleh datang ke kamarku."
"Iya~!"
Mendengar kata-kataku, kali ini gadis suci itu tersenyum bahagia dan kembali ke kamarnya.
Mengikuti sosok itu, aku berdiri tercengang di depan pintu.
Kenapa aku mengejar Hiiragi?
Kenapa aku mengatakan kepadanya untuk datang makan di sini lagi?
Kenapa aku bertindak seperti ini, di depan seorang gadis yang baru saja terlibat denganku hari ini?
"Haa ... apa yang kupikirkan."
Kalau kau tidak ingin terlibat dengan gadis itu, kenapa kau mencoba untuk terlibat dengannya?
......Bahkan aku tidak mengerti diriku lagi.
Senyum di wajahnya itu, masih membekas di pikiranku.
Emosi yang kurasakan ini.. Kira-kira apa, ya?
Bahkan jika aku menghabiskan sepanjang malam di kamar yang rapi, aku tidak bisa menemukan jawaban itu.
Catatan Penerjemah:
Yo, mimin Sipoi di sini.. Mungkin gw dah ngasih tau lewat FP dan gw mau tekankah lagi. Untuk project ini sementara gw pake TL VIE. Jadi, maap nih jika ada kata yang kurang tepat...
29 comments