-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 2 Chapter 7

Chapter 7 – Naik dan Turun


Pagi itu, begitu dia tiba di sekolah, tangan Koyuki digenggam erat oleh Yui.

"Shirogane-san! Terima kasih banyak!"

"... Eeh?"

Koyuki hanya bisa mengedipkan matanya pada senyum lebar tersebut.

Saat dia bingung, Ketua kelas mendekatinya dengan senyum berseri-seri.

Dia memotong kebingungan Koyuki dengan lambaian tangannya.

"Aku dengar kamu memecahkan masalah adik perempuan Yui dengan sangat baik."

"Ah, oh. Maksudmu Yuna-chan."

Ketika mereka mengatakan itu, akhirnya aku mengingat apa yang mereka maksud.

Pada akhir pekan kemaren, aku merawat Yuna-chan, adik perempuan Yui, bersama Naoya.

Saat itu, aku membantu Yuna-chan dalam memperbaiki hubungannya dengan teman baiknya.

Setelah kami menyelesaikan masalah itu, kami semua pulang ke rumah Naoya untuk makan malam. Dalam perjalanan ke pulang, kami berhenti di sebuah minimarket dan makan es krim bersama, dan tidak membicarakan apa pun selain obrolan santai.

Ini musim panas yang panas dan lembap, dan ada banyak serangga, yang tidak aku sukai.

Itu adalah musim yang seharusnya menjadi musim yang paling tidak aku sukai, tetapi menghabiskan waktu bersama Naoya membuatnya menjadi kenangan yang tak tergantikan bagiku.

Yui dan Ketua kelas terdiam dan saling memandang ketika aku menceritakan hal tersebut.

"Um.. ? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh...?"

"Oh, tidak. Aku tidak berpikir bahwa kalian berdua mesra sekali.." 

"Fueee!?"

Kata-kata Yui membuat wajah Koyuki menjadi merah padam.

Untuk beberapa alasan, Ketua kelas juga seolah terlihat menderita dengan memegang dadanya.

"Itu terlalu manis sehingga aku tidak bisa memprosesnya... Tunggu... biarkan aku meluruskannya... inilah yang disebut dengan lovey-dovey..." [TN: lovey-dovey disini tidak ditranslate karena sepertinya lebih cute aja didenger, dibanding dengan kata “mesra”.]

"Tidak, bukan seperti itu!"

Koyuki tidak punya pilihan selain membela diri dengan bingung.

Oh, itu lovey-dovey... Benarkah!?

Hanya mereka berdua, mengasuh anak-anak kecil dan makan es krim bersama di malam hari.

Koyuki tidak memikirkan hal itu sama sekali.

Dia mengira lovey-dovey adalah tentang berpegangan tangan, saling memberi makan es serut, ... dan seterusnya…

Tapi dilihat dari reaksi Yui dan teman-temannya, hal biasa semacam itu seperti yang dia lakukan dengan Naoya juga termasuk dalam lovey-dovey.

Begitu... begitu... Jadi, itu juga termasuk dalam lovey-dovey...

Dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan ini, Koyuki tidak bisa menahan diri untuk tidak membeku dengan wajahnya yang menjadi merah cerah.

Dia merasa seperti telah menaiki tangga kedewasaan tanpa menyadarinya.

Karena memikirkan hal tersebut, dia sama sekali tidak menyadari senyum jahil yang dia terima dari mereka berdua.

Yui mengangkat bahunya.

“Yah, ini bukan pertama kalinya Shirogane-san dan Naoya bersikap lovey-dovey. Jadi, aku akan membiarkannya untuk saat ini.”

“Apa yang kamu bicarakan, Yui? Itu hal yang penting untuk dibahas. Kita harus mengetahui detailnya lebih dalam lagi.”

“Aku akan membahasnya nanti. Topik utama yang harus dibahas saat ini adalah hal yang lain.”

“Oh, maksudmu ... tentang Yuna-chan?”

"Tentu saja!"

Yui meraih tangan Koyuki dan tersenyum.

"Terima kasih banyak, Shirogane-san. Yuna sangat senang."

"Tapi Naoya-kun lah yang merawatnya, aku tidak melakukan apa-apa..."

"Itu tidak benar. Kamu membantunya berbaikan dengan temannya, kan?"

"Ah, siapa pun bisa melakukannya."

Aku hanya sedikit memberi dorongan kepada Yuna-chan....

Bahkan jika itu bukan Koyuki...lebih tepatnya, Naoya bisa melakukannya dengan lebih cerdas.

Tapi Yui menggelengkan kepalanya.

"Itu tidak benar. Yuna, kau tahu, dia agak pendiam akhir-akhir ini di rumah. Aku sedikit khawatir padanya. Aku meminta Naoya untuk menjaganya tempo hari, sebagian karena kupikir itu akan dapat membuat moodnya menjadi lebih baik."

"Jadi begitu..."

"Aku terkejut karena dia pulang dalam suasana hati yang sangat baik."

Rupanya, Yuna melaporkan bahwa Koyuki sudah membantunya.

Yui memberitahunya sambil tersenyum

"Kupikir meskipun itu bukan apa-apa untuk Shirogane-san, itu sangat berarti bagi Yuna. Jadi, terima kasih. Yuna juga sangat berterima kasih atas bantuanmu, Shirogane-san."

"Umm, iya. Sama-sama."

Mendapati rasa terima kasih tulus dari Yui, Koyuki hanya bisa mengangguk.

Koyuki memang tidak pandai bersosialisasi dengan orang lain.

Dia takut dengan apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Jadi, dia mengatakan hal-hal yang tidak dia sukai dan menjauhkan orang darinya. Itu sebabnya dia selalu sendirian.

Dia tidak pernah berpikir bahwa dia akan dapat membantu seseorang dan mendapatkan ucapan terimakasih sedalam ini.

.... Ini semua berkat Naoya-kun..

Berkat Naoya-kun, aku bisa sedikit berubah.

Naoya-kun mungkin mengatakan 'Itu semua karena usahamu, Koyuki.Tapi, jelas semuanya juga karena aku bertemu dengannya.

Koyuki merasakan sakit di hatinya saat dia menyadari hal ini.

Lalu tiba-tiba, Ketua kelas mengangkat suaranya seolah-olah dia terkesan.

"Shirogane-san sangat baik. Dia mengirim garam ke saingannya."

"Apa yang kamu maksud dengan saingan?"

"Adik Yui tergila-gila pada Sasahara-kun, kan?"

"Yah, dia bilang dia menyerah pada Naoya untuk selamanya."

"Eh, benarkah?"

"Mn, benar. 'Koyuki-chan adalah satu-satunya orang yang cocok untuk Naoya Onii-chan!', katanya"

Yui meniru nada suara adiknya dan berkata kepada Ketua kelas, yang tampak keheranan.

Ngomong-ngomong, dalam perjalanan pulang, Yuna-chan berkata padaku, 'Aku mendoakan kebahagianmu, Koyuki-chan! Aku sudah menyerah pada Naoya Onii-chan...'

"Jadi, dia benar-benar menyerah padanya...meskipun dia begitu menempel pada Naoya-kun."

"Kurasa kesukaannya pada Shirogane-san sudah melebihi rasa sayangnya pada Naoya..."

"Oh! Jadi, maksudnya. kamu berhasil mengalahkan sainganmun. Nah, itulah yang aku maksud dengan 'Saingan' tadi, Shirogane-san.."

"Tapi, kurasa aku tidak mengalahkannya..."

Koyuki hanya bisa tertawa kecil pada Ketua kelas yang tersenyum bersemangat.

Bagaimanapun, tampaknya benar bahwa jumlah saingan yang mengincar Naoya sudah berkurang dan dia lega mendengarnya.

Meskipun Naoya selalu mengatakan bahwa di dalam hatinya adalah "Perasaanku hanya untuk Koyuki"...

Ya, aku rasa lebih baik tidak memiliki saingan dalam cinta... Tidak peduli berapa banyak hati yang kumiliki, sepertinya itu tidak akan cukup...

Koyuki gugup sekaligus iri pada Yuna, yang mampu menunjukkan kasih sayangnya secara langsung.

Betapa bahagianya jika dia bisa dengan jujur mengatakan kepadanya betapa dia menyukai Naoya seperti Yuna.

... Tapi mungkin itu masih terlalu dini.

Mengingat perilaku Yuna, Koyuki menggelengkan kepalanya.

Dia dengan mudah memeluknya erat dan mencium pipi Naoya.

Tidak mungkin Koyuki bisa melakukan hal yang begitu berani. Itu tidak mungkin tanpa sedikit lebih banyak pengalaman.

Koyuki merenungkan ini dan Yui tersenyum lalu melanjanjutkan pembicaraannya.

"Btw, Yuna punya pesan untukmu. 'Datanglah ke rumahku lain kali', katanya."

"Ah. Mn, kalau kamu tidak keberatan aku ingin datang berkunjung."

"Oh, tentu saja! Shirogane-san akan selalu diterima!" kata Yui sambil tersenyum lebar.

Tapi kemudian, mungkin dia seperti memikirkan sesuatu dan tiba-tiba meletakkan tangannya di bahunya.

"Oh, ya. Bolehkah aku memanggilmu "Koyuki-chan" juga?"

"Ah, tidak apa-apa kok.. Eh, tunggu? Barusan kamu bilang apa?"

Koyuki terkejut pada permintaan tak terduga tersebut.

Yui, di sisi lain, tidak peduli.

"Karena Yuna memanggilmu begitu. Bukankah tidak adil kalau aku, sebagai Kakak perempuannya, tidak dapat memanggilmu dengan nama depanmu?"

"Yah, benar juga sih, tapi..."

"Nah, kan? Kamu juga bisa memanggilku dengan nama depanku."

"Aa, ughh..."

Koyuki pun merasa malu.

Ini adalah pertama kalinya dia memanggil seorang teman dengan nama depan mereka sejak terakhir kali dia memanggil teman baiknya dengan nama depannya di sekolah dasar.

Ditambah lagi, hatinya tertusuk oleh tatapan Yui saat yang menatapnya dengan penuh harapan.

Di masa lalu, Koyuki mungkin akan mengatakan sesuatu seperti "Hah, kau terlalu sombong dengan santai memanggil gadis cantik sepertiku dengan nama depannya' untuk menyembunyikan rasa malunya. Bahkan jika aku tidak mengatakan banyak, aku pasti akan melarikan diri.

Namun, Koyuki menaruh banyak kekuatan di kakinya.

Tidak, jangan lari, Koyuki...! Kamu harus berani!

Itu adalah hal terpenting yang Naoya ajarkan padanya.

Mengumpulkan semua keberanian yang dia bisa kumpulkan, Koyuki mengeluarkan suaranya.

Meski begitu, pada kenyataannya, dia masih tertunduk dan suaranya terdengar seperti suara nyamuk.

"Yu... i-chan"

"Iya? Sekali lagi!"

"Y-Yui-chan...!"

"Yapp! Bagus sekali, Koyuki-chan!"

"Eh, ya...?"

Koyuki terheran-heran saat Yui menepuk kepalanya dan dia tidak punya pilihan selain melakukan apa yang diperintahkannya. Namun, di dalam dadanya, terdapat perasaan yang kuat.

Luar biasa...! Memanggil satu sama lain dengan nama depan...! Aku berhasil, aku berhasil...!

Itu adalah momen pencapaian bagi Koyuki, menjalin pertemanan.

Koyuki bersemangat, tetapi tiba-tiba sesuatu terlintas dipikirannya...

Eh? Ketua kelas tidak seperti biasanya. Biasanya dia sangat agresif...

Sementara itu, kepala Koyuki terus dibelai oleh Yui.

..........

Ketua kelas hanya menatap pemandangan ini tanpa menyela.

Matanya, mengintip dari balik kacamatanya, agak terguncang.

Dia terlihat ... iri.

Koyuki sama sekali tidak mengerti mengapa Ketua kelas terlihat seperti itu.

Koyuki khawatir akan hal itu.

Jadi, Koyuki pun mencoba berbicara dengannya.

"Bagaimana dengan Ketua kelas?"

"Heee?"

"Kamu mau memanggil Koyuki-chan dengan nama depannga juga, kan?" seru Yui.

"Ah, Err..."

Untuk sesaat Ketua kelas menahan diri dan gelisah.

Tapi kemudian dia tersenyum, menggelengkan kepalanya.

“Kupikir terlalu dini untuk mencapai tahap itu. Aku mungkin akan mencoba untuk lebih dekat denganmu terlebih dahulu.”

"Baiklah..."

Aku sudah berusaha keras untuk berani, tetapi Ketua kelas dengan sopan menolakku.

Yui menatap Koyuki, yang sedikit terlihat kecewa dan mengatakan.

"Ada apa denganmu? Bukankah kamu dan Koyuki-chan sudah cukup dekat?"

“Meskipun kamu mengatakan itu. Tapi, aku harus siap untuk hal semacam ini.”

"Hmm… Begitu 'ya ..."

"Kupikir, aku sedikit mengerti perasaan Ketua kelas..."

Butuh waktu lama juga bagi Koyuki untuk terbiasa memanggil Naoya dengan panggilan "Naoya-kun".

Jadi, aku dapat bersimpati dengan perasaan itu.

Tapi, Ketua kelas bukanlah orang yang pemalu sepertiku, kan?

Dia memanggil Yui dengan nama depannya dan terbuka serta ramah kepada orang lain di kelas. Kupikir kemampuan komunikasinya cukup baik.

Ini membuat tingkahnya semakin mencurigakan bagi Koyuki.

Koyuki terus berpikir dan kebingungan, namun Ketua kelas pun tersenyum.

Aku tidak melihat lagi adanya ekspresi gelap pada wajah Ketua kelas seperti sebelumnya.

"Jadi mulai sekarang, tolong lebih ramah lagi denganku. Aku juga akan memanggilmu dengan nama depanmu suatu hari nanti!"

"Ummm... ya. Aku mengerti."

Koyuki tidak punya pilihan lain selain menganggukkan kepalanya.

Sementara mereka berbicara, Yui dengan senang hati membuat pernyataan.

"Kalau begitu, untuk memperdalam persahabatan kita, mari kita berhenti di suatu tempat dalam perjalanan pulang hari ini, oke? Aku akan mentraktir Koyuki-chan dan Ketua kelas!"

"Apa!? Tidak usah, kamu tidak perlu mentraktirku..."

"Haha. Sejujurnya, aku ingin berterima kasih padamu karena sudah menjaga adikku. Aku punya uang dari Ibuku. Jadi, kenapa kamu tidak menerimanya saja?"

"Yah, jika itu alasannya, aku akan menerima tawaranmu..."

"Yup, aku pegang kata-katamu! Bagaimana denganmu, Ketua kelas?"

"Aku..."

Ketua kelas tergagap dan tatapannya entah mengarah kemana.

"Aku yakin kamu akan dapat mengetahui lebih banyak tentang masa depan Koyuki-chan dan Naoya. Mari kita bicara tentang masa depan mereka berdua."

"Apa maksudmu dengan masa depan... tidak ada yang istimewa dengan hal itu."

"Hmm... tidak ada yang istimewa ya. Tapi, sebentar lagi kalian akan pacaran, kan?"

"Ugh... yah, itu..."

Yui dengan santai mengucapkan kata-kata ini dan Koyuki hanya bisa terdiam.

Suatu hari nanti aku pasti akan mengatakan "Aku mencintaimu" dan menjadikan Naoya-kun sebagai pacarku.

Itu tentu saja tujuan utamaku.

Oh, pacaran... bisakah aku melakukannya dengan benar?

Bahkan ketika Yuna hendak merebut Naoya, Koyuki tidak dapat melakukan tindakan apapun.

Bahkan jika mereka benar-benar pacaran, apa yang bisa dia lakukan?

Faktanya, dia akan lebih mudah merasa malu dan kebingungan. Jadi, dia hanya bisa melihat masa depan di mana dia akan terus lari dari Naoya.

Koyuki memalingkan wajahnya dan mengangkat satu tangan dengan pose menolak.

"Tidak, um, aku tidak ingin melakukan itu untuk saat ini..."

"Eh, kenapa?"

"Karena kupikir aku tidak akan sanggup untuk saat ini..."

"Hmmm... Tidakkah lebih baik untuk melakukannya terlebih dahulu dibanding terus-menerus memikirkannya?"

"Yui-chan, bagaimana rasanya saat kamu pertama kali pacaran dengan Kouno?"

"... Aku bahkan tidak bisa melihat wajahnya."

"Nah, kan!"

Wajah Koyuki berpaling dan dia berkata, "Seperti yang sudah kuduga.”.

Bahkan Yui yang energik pun bisa seperti itu.

Maka tentu Koyuki akan terlihat lebih buruk pada situasi yang sama.

"Jadi, sampai aku terbiasa, aku baik-baik saja dengan hubungan kita sekarang..."

"Hmm... kalau kamu mengatakan itu, maka baiklah..."

......

Bibir Yui berkedut saat dia mengatakan itu, tetapi dia seperti tidak bisa menjelaskannya.

Ketua kelas juga meletakkan tangannya di dagu sambil berpikir. Kacamatanya yang tebal terlihat berkilauan bagaikan di film-film detektif.

Dia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi pada akhirnya, dia hanya memberi senyuman lembut.

"Aku ada tugas komite yang harus dilakukan. Jadi, kurasa aku tidak bisa ikut untuk saat ini. Kupikir kalian bertiga bisa pergi tanpa aku."

"Begitukah? Yah, lain kali aku akan mengajakmu lagi."

"Aku berjanji. Mari kita bersenang-senang bersama lain kali, Shirogane-san."

"Yup, tentu saja!"

Koyuki menganggukkan kepalanya pada Ketua kelas yang berseri-seri.

Pasti menyenangkan pergi jalan-jalan bersamanya....

Antisipasi seperti itu muncul dari lubuk hatinya dan pada saat yang sama, sebuah tekad muncul di benaknya.

Suatu hari nanti, aku akan berteman dengan Ketua kelas juga... dan kemudian aku akan memanggilnya dengan nama depannya!

Membayangkan hari ketika dia bisa memanggilnya Emika-chan, Koyuki dengan kuat mengepalkan tangannya.

* * *

Sepulang sekolah.

"Nah, Koyuki-chan. Mau pilih yang mana? Ah, kamu bisa memesan apa pun yang kamu suka."

"Ugh...tapi mereka semua terlihat sangat enak, aku tidak bisa memutuskan...!"

Di sebuah meja di restoran keluarga, Yui dan Koyuki merenungkan menu yang akan mereka pilih.

Karena ini adalah puncak musim panas, ada bagian khusus pada menu yang cocok dengan musim panas.

Parfait dengan semangka dan melon, air serut mangga, es krim dingin dan lainnya… Ada menu warna-warni yang berjejer dan keduanya bersemangat dengan Naoya yang juga ada di sana.

"Yah, kurasa kita bisa meluangkan waktu untuk menentukannya."

Naoya mengawasi mereka berdua dan menenggak jus jeruknya dengan santai.

Disana, Koyuki dengan cemas memiringkan kepalanya.

"Naoya-kun, apa kamu yakin tidak mau yang lain dan hanya minuman jus saja? Maaf membuat seolah-olah hanya aku yang ditraktir..."

"Aku tidak keberatan. Karena kali ini, Koyuki yang ingin ditraktir oleh Yui."

"Eee, ini sebagai ucapan terima kasih untuk hari itu."

"Tidak, tidak, aku belum pernah mendapatkan ucapan terima kasih semacam ini sebelumnya."

"Heeee! Benarkah?"

"Hmmm. Naoya dan aku adalah tetangga. Jadi, ini adalah situasi yang saling menguntungkan." kata Yui dengan tenang pada keheranan Koyuki.

Naoya, yang tinggal sendirian, terkadang diundang ke rumah Yui untuk makan malam dan menerima banyak sayuran dari pedesaan. Sebagai balasannya, dia mengurus beberapa pekerjaan rumahnya.

Jadi, ini pertama kalinya dia diundang ke restoran keluarga seperti ini.

Yui menatap wajah Koyuki dengan senyum nakal.

"Karena kali ini spesial. Selain Naoya, aku harus berterima kasih pada Koyuki-chan dengan sunguh-sungguh!"

"Dengan kata lain, aku hanya digunakan sebagai umpan." kata Naoya.

"Eeeh... Maaf, sudah merepotkanmu Yui."

"Itu tidak benar. Aku benar-benar ingin berterima kasih padamu untuk Yuna."

Koyuki mengangkat alis meminta maaf pada Yui. Tapi, Yui mengatakan padanya dengan tegas.

Dia sepertinya sangat memperhatikan Yuna dan Eris.

Yui meraih tangan Koyuki dan tersenyum.

"Aku benar-benar ingin kamu datang mengunjungi kami lain kali. Aku akan menunggumu bersama Yuna."

"Umm, ya!" jawab Koyuki, dengan wajah berbinar.

Aku ikut senang untukmu Koyuki....

Naoya menyipitkan mata pada senyum tersebut dan meminum sisa jusnya.

Sebelum aku menyadarinya, mereka memanggil satu sama lain dengan nama yang berbeda dan jarak di antara mereka tampaknya tumbuh jauh lebih dekat.

Dibandingkan hari-hari sebelumnya ketika dia pertama kali berbicara dengan Yui, ekspresi Koyuki lebih lembut dan sepertinya Naoya tidak perlu lagi mengkhawatirkannya.

Jadi hari ini, dia memutuskan untuk memainkan peran sebagai pendukung yang mendampingi Koyuki. Aku siap untuk menunggu mereka memotret makanan-makanan disini dan membagikannya satu sama lain.

Ngmong-ngomong, Ketua kelas tidak ikut karena ada urusan yang harus diselesaikan.

Dia pasti sudah menebak bahwa ini akan menjadi malam khusus perempuan dan melarikan diri. Naoya diam-diam memutuskan untuk melakukan hal yang sama lain kali.

"Hei, kalian berdua. Cepatlah pilih atau kita akan pulang terlambat."

"Yah, meski kamu bilang begitu. Tapi, menu-menu disini semua terlihat enak. Oh ya, kau tahu, pancake spesial ..."

"Pancake...! Kedengarannya luar biasa!"

"Haha... kalian harus memutuskannya sebelum matahari terbenam, ya?"

Naoya diam-diam terkekeh saat Koyuki meliriknya.

Ini akan memakan waktu lebih lama...

Bersiap untuk pertempuran panjang, dia pun berdiri untuk mengisi ulang minumannya.

Karena restoran keluarga ini dekat dengan SMA Otsuki, ada beberapa kelompok siswa di restoran selain Naoya dan yang lainnya. Namun, karena ini masih awal musim panas, ada banyak kursi kosong.

Aku berpikir bahwa jika kita tinggal sedikit lebih lama, aku tidak perlu khawatir tentang pandangan pelayan pada kami.

Pada saat aku memikirkan hal tersebut. Seakan seperti bel yang berbunyi, menandakan akhir dari sebuah ketenangan.

"Oh, itu dia! Itu Yui-chan!"

"Eeeeh?"

Tiba-tiba, suara yang cerah dan ceria terdengar.

Mereka bertiga melihat ke atas sekaligus dan melihat seorang gadis berdiri tepat di sebelah mereka.

Dia mengenakan seragam SMA Otsuki yang sama dengan Koyuki dan yang lainnya. Tapi, dia adalah gadis fashionable yang terlihat mencolok dibanding yang lain.

Rambutnya yang panjang dicat pirang dan dia menggunakan hiasan rambut di satu sisi kepalanya. Dia memakai riasan tebal, bulu mata palsu dan lensa kontak berwarna. Kukunya dihiasi dengan nail art yang modis dan seragam sekolahnya terbuka di bagian dada.

Dilihat dari manapun, tampak dia benar-benar memiliki amunisi yang lengkap.

Dia adalah seorang gal, yang dipenuhi dengan kepercayaan diri dan keceriaan.

"Hnm... Aaa!"

Pada awalnya, Yui sedikit terkejut, tetapi dia segera sadar dan mengeluarkan suara yang riang.

"Ehh? Apa yang kamu lakukan di sini? Kupikir kamu sibuk."

"Hehehe. Tiba-tiba aku punya waktu luang..."

Yui dan gal tersebut saling tersenyum.

Keakraban mereka menjadi fakta bahwa mereka saling mengenal dengan baik.

Melihat mereka berdua, Koyuki diam-diam berbicara dengan Naoya.

"Ohh...gadis yang sangat mencolok. Aku ingin tahu apakah ada orang semacam itu di sekolah kita."

"Eeeh? Apa yang kau bicarakan, Koyuki? Aku mengenalnya, tahu."

"Eeeh...? Tapi, sepertinya aku belum pernah melihatnya..."

Koyuki hanya memiringkan kepalanya dengan bingung.

Mungkin karena memperhatikan kekhawatiran Koyuki, gadis itu melambaikan tangannya dengan ramah padanya.

"Hei, aku Mika. Senang bertemu denganmu, Shirogane-chan!"

"Aa... bagaimana kamu tahu namaku..."

"Karena kamu begitu terkenal. Kamu adalah 'Putri Salju dengan lidah beracun' kan?"

"Ahaha... memang benar orang kadang memanggilku seperti itu. Tapi, aku tidak suka dipanggil begitu... yah..."

"Apa? Jadi, kamu bukanlah tipe orang yang "toxic"? Tapi, aku ingin mendengar apa yang kamu katakan biasanya. Kamu bisa mengatakan apa saja padaku... ayolah..."

"Eeeeeee...... Ugh, bahkan jika kamu tiba-tiba meminta sesuatu seperti itu..."

Seseorang tiba-tiba muncul menghadapinya, terlebih lagi seorang gal yang mencolok

Dihadapkan dengan karakter yang tidak terlalu dia kenal, Koyuki pun menjadi malu dan dirinya merasa tertekan.

Dan itu pasti menarik.

Mika melihat dan menampilkan ujung jari-jarinya yang berhias nail art yang mengkilap dan dirinya tertawa.

"Hahaha! Shirogane-chan sangat serius! Itu lucu!"

Setelah tertawa sejenak, dia menyeka air mata dari sudut matanya dan mengulurkan tangan kanannya.

Dia melanjutkan pembicaraannya dengan senyum ramah.

"Ngomong-ngomong, senang bertemu denganmu, Shirogane-chan!"

"Yah, um, senang bertemu denganmu…?"

Koyuki meraih tangannya.

Dari ekspresi wajah Koyuki, sangat jelas dia berpikir "Gal, menakutkan!"

Melihat Koyuki dan Mika seperti ini, kepala Yui penuh dengan rasa ingin tahu.

"Eh, apa? Maksudmu?"

"Ya. Ini menarik, bukan?"

"Hahaha. Kalau begitu aku akan ikut, Mika!"

"Terima kasih, Yui!"

Yui dan Mika saling tersenyum.

[TN: Alur percakapan Yui dan Mika di atas memang akan membingungkan, tapi kalian pasti akan mengerti nanti jika sudah lanjut membacanya.]

Naoya adalah satu-satunya orang yang sedang berpikir keras melihat suasana tersebut.

... Haruskah aku diam saja?

Meskipun dia memiliki banyak hal untuk dikatakan, dia sedikit ragu untuk terlibat dalam percakapan para gadis tersebut. Meskipun dia sering dikatakan kurang peka karena blak-blakan, dia masih bisa melihat situasi dan kondisi dari waktu ke waktu.

Saat dia menatap kosong pada ketiga gadis itu, Koyuki mendekatinya dari samping dan seolah-olah terlihat panik.

"Gal menakutkan...! Naoya-kun, apa yang harus aku lakukan...?"

"Hmm…kupiki kau hanya harus bersikap biasa saja."

"Apa maksudmu dengan biasa?"

"Seperti saat kita selalu berbicara di kelas?"

"Tidak, aku tidak bisa melakukan itu! Aku sama sekali tidak tahu bagaimana cara berbicara dengannya...!"

Koyuki hanya menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi dengan wajah pucat.

Namun, Mika tidak terganggu oleh situasi ini dan berbicara dengannya dengan ramah.

"Hei, hei, kedengarannya menarik. Bolehkah dia bergabung dengan kita?"

"Aku tidak keberatan. Bagaimana denganmu, Koyuki?"

"Fuehh? Hmm..."

Ketika ditanya oleh Yui, Koyuki melirik Mika dengan sedikit keraguan.

Sejujurnya, dia masih belum biasa terbiasa dengan Mika. Tetapi, dia mencoba menahan suaranya dan bertanya pada Yui dengan nada berbisik.

"(Apa Mika-san itu temanmu Yui-chan?)"

"(Yup, benar. Dia temanku dan dia gadis yang baik.)"

"Yah, kalau begitu... mungkin aku juga ingin berteman dengannya.."

Wajah Mika berseri-seri saat mendengar ini.

"Terima kasih! Oh, apa dia juga tidak keberatan?" [TN: Mika merujuk pada Naoya.]

"Oh, tentu. Aku hanya pendamping tambahan di pesta para gadis. Mau aku ambilkan minum?"

"Tentu! Aku ingin soda!"

"Tunggu..., aku akan ikut dengan Naoya-kun!"

Koyuki bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti Naoya ke bar minuman.

Naoya tersenyum diam-diam pada ekspresi Koyuki yang sedikit tegang.

"Kau sudah melakukan yang terbaik, Koyuki. Itu membutuhkan banyak keberanian, bukan?"

"Tidak, Ini hanya tentang mengobrol bersama."

Koyuki menatap Naoya dengan tatapan kosong dan mencoba untuk tegar.

Tapi, segera keberanian itu kehilangan efeknya dan alisnya menurun.

"Tapi, aku tidak yakin apakah aku benar-benar bisa akrab dengannya... dia bukan tipe orang yang banyak kuajak bicara dan aku khawatir... aku akan menyebabkan masalah bagi Yui..."

"Hmm, kupikir dia menyukaimu, Koyuki. Jadi, kurasa semuanya baik-baik saja."

"Benarkah? Yah, kalau Naoya-kun mengatakan itu.."

Koyuki menuangkan soda ke dalam gelas sambil merenungkannya.

Sementara itu, dia tampaknya sudah mengambil keputusan. Dia mengepalkan tinjunya.

Dia terlihat seperti akan memasuki ruang Istana Raja Iblis.

"Jika itu masalahnya, aku akan melakukan yang terbaik. Aku akan mendapatkan lebih banyak teman!"

"Ya, iya. Itu semangat yang bagus."

Naoya mengangguk setuju.

Yah, aku hanya akan mengawasi seperti yang sudah biasa aku lakukan sebelumnya...

Ini adalah pesta para gadis. Jika Koyuki menginginkannya, maka tidak akan ada ruang untuk Naoya berada disana seharusnya.

Tapi begitu dia kembali ke meja, dia tahu bahwa rencananya akan segera berantakan.

Mika tersenyum dan menatap Naoya tepat di depannya.

Naoya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengedipkan matanya.

"Um, Ada apa?"

"Bukan apa-apa. Yui memberitahuku bahwa kamu adalah Sasahara-kun."

"Ya, tapi kenapa...?"

"Btw, apakah kamu pacar Shirogane-chan?"

"Pa-pacar!?"

Dia mengucapkan kata 'pacar' dengan santainya, yang membuat wajah Koyuki merah padam mengeluarkan sebuah suara kaget.

Dia terus mencoba untuk mengutarakan sesuatu, tapi ....

"Aku tidak berpikir kamu akan mengganggap dia pacarku. Kalau aku memiliki orang aneh seperti dia sebagai pacar, aku yakin aku akan kerepotan. Tapi, yah, kau tahu... itu..."

Kata-kata arogan tersebut berangsur-angsur memudar.

Akhirnya, Koyuki menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara sangat kecil seperti nyamuk.

"Um, untuk saat ini.. dia bukan pacarku."

"Oh. Kau sudah melakukannya dengan sangat baik."

Meskipun dia sudah berbicara dengan sangat pedas sebelumnya, tetap saja dia sekarang sudah jauh lebih jujur dari sebelumnya.

Naoya cukup senang dengan perkembangan ini.

Sayangnya, kesenangan ini tidak berlangsung lama.

Senyum Mika semakin dalam dan dia menatap wajah Naoya.

"Itu berarti kamu jomblo 'kan, Sasahara-kun?"

"Hmm, anggap saja begitu."

"Heh, tepat sekali! Kamu tahu, kamu itu tipeku."

"Huh...?"

"Iya...?"

Naoya melihat ke langit-langit dan berteriak, sementara Koyuki mengangkat wajahnya.

Mata Mika menyipit dan dia menatap Naoya seolah sedang mengevaluasinya. Matanya yang menggunakan lensa kontak besar, mengingatkanku pada predator yang sedang berburu mangsanya.

"Dan wajahnya juga tidak buruk. Terlebih lagi, dia adalah satu-satunya laki-laki yang bisa bergaul dengan 'Putri Salju dengan lidah beracun'. Itu lebih menarik! Jadi, aku akan mencobanya."

"Tunggu sebentar."

Menyela pembicaraan Mika, Naoya menghela nafas.

"Aku senang kau memujiku. Tapi, bolehkah aku mengatakan satu hal dulu?"

"Apa?"

Mika mencondongkan tubuh ke depan dengan rasa ingin tahu.

Sambil meletakan tangannya di bahu Koyuki, Naoya membuat sebuah pernyataan untuk Mika.

"Perasaanku hanya untuk gadis ini. Jadi, maaf saja. Aku menolak rencanamu."

"Eee..."

Mika seketika terdiam, namun segera tertawa terbahak-bahak setelahnya.

"Pft, ahaha.. Ini sama sepertu yang Yui katakan. Ini seperti trik sulap dan itu terjadi dalam sekejap! Ini lucu sekali!"

Dia menggebrak meja dan berguling-guling tertawa dengan tangan di perutnya.

Koyuki, di sisi lain, hanya mengedipkan matanya seolah-olah dia tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

"Mika-san, memangnya apa yang hendak kamu katakan padanya?"

"Hmm? Ah, sesuatu seperti 'Kalau begitu, bagaimana dengan mencoba pacaran denganku'. Itu yang ingin aku katakan padanya."

"A-Apaa...!?"

Jeritan Koyuki bergema di seluruh restoran keluarga dan pelanggan di sekitar restoran menoleh.

Namun, Koyuki, yang terpojok, tidak menyadarinya.

Sambil menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi, dia mengangkat suaranya lebih tinggi.

"Tidak, tidak, tidak! Sama sekali tidak boleh!"

"Ehhh! Tapi, kalian belum pacaran, kan?'

"Ugh...! Yah, kamu benar.. Tapi...!"

"Kalau begitu, apa kamu mempunyai hak untuk mengatakan tidak?"

"Ugh, itu...!"

Koyuki tersedak oleh kata-kata Mika.

Tampaknya dia sudah mengakui pada dirinya sendiri bahwa yang dikatakan Mika memang benar.

Namun, sepertinya dia tidak bisa mundur begitu saja, dia memegang erat lengan Naoya dan menatap putus asa pada lawannya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tetap saja, tidak boleh! Aku tidak akan memberikan Naoya-kun kepadamu!"

"Fufu, kalau kamu berkata begitu. Aku mungkin akan lebih tergoda untuk mengambilnya darimu."

"Grrrr... Aku tidak akan menyerahkan Naoya-kun!"

"Um, Koyuki. Tenang dulu. Hei?"

Naoya dengan lembut menenangkan Koyuki yang meremasnya dengan erat.

Caranya menempel padaku membuatnya menekan dadanya ke lenganku. Sejujurnya, meskipun itu adalah perasaan yang menyenangkan, kesehatan mental Koyuki adalah yang paling utama.

"Sudah kubilang bahwa perasaanku hanya untukmu, oke? Apa kau tidak mendengarku?"

"Aku tahu! Tapi...."

Koyuki menempel padanya dan melirik Mika dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Kemudian, dia menaruh lebih banyak kekuatan di lengannya dan mengarahkan wajahnya ke Naoya.

"Berbeda dengan Yuna-chan. Kali ini seorang gadis seusiaku dan gadis itu juga imut! Mana mungkin aku akan tinggal dam saja! Selain itu, Sakuya pernah memberitahuku bahwa rata-rata anak laki-laki menyukai gadis yang terlihat mencolok tapi pada mereka!"

"Kau mendengarkan 90% dari apa yang dikatakan Sakuya-chan."

Sakuya benar-benar menambahkan lebih banyak pengetahuan yang tidak perlu pada Koyuki.

Meskipun aku memperdebatkan maksudnya sambil menghela nafas, wajah Koyuki tetap terlihat panik seolah-olah itu adalah akhir dunia.

"Tapi...tapi...Naoya-kun sangatlah manis, sangat keren, sangat perhatian... sehingga tidak mengherankan jika gadis-gadis lain akan sangat menyukainya..."

Sambil melirik tajam ke arah Mika, Koyuki menyatakan dengan jujur seluruh hal yang dipikirkannya tentang Naoya dan tampak jelas di wajahnya “Sepertinya aku tidak akan bisa akur denganmu!”. Ya sepertinya itu semua dapat tersampaikan ke Mika.

Melihat Koyuki yang berada dalam keadaan waspada dan panik, alis Yui sedikit berkerut.

Dia menoleh dengan pandangan kritis dan mencolek lengan Mika di sebelahnya.

"Hei, Mika. Kamu berlebihan, tahu."

"Eh... Itu hanya sapaan ringan, kan?"

"Oh, kamu akan mengakui perasaanmu kepada seorang laki-laki hanya sebagai sapaan?"

"Benar.."

Mika tersenyum kecut mendengar seruan Koyuki.

"Dengar, ya ... Kalau kamu lambat, gadis lain mungkin akan mencurinya darimu, kau tahu? Kalau kamu memang memiliki perasaan suka terhadap seseorang. Kamu harus memperjuangkan sehingga kamu bisa mendapatkan orang itu. Kau tahu, dunia ini sekarang ada pada zaman peperangan cinta."

"Ugh... itu argumen yang masuk akal..."

"Oi, kau sendiri juga belum pernah pacaran, kan?"

"Aku hanya sedang selektif sekarang. Sulit menemukan yang sesuai dengan seleraku."

Mika mengangkat bahu dan tersenyum sinis pada Yui, yang mengolok-oloknya.

Kemudian dia menatap Naoya dan menjilat lidahnya.

"Kurasa aku tertarik padamu, Sasahara-kun, serius? Aku akan melakukannya untukmu kapan pun kamu mau, sebanyak yang kamu mau dan seerotis yang kamu mau.'

"Haha, aku menolak. Ini, Koyuki. Makanlah desert dan buat moodmu lebih baik."

"Uhhh..."

Dia tersenyum menolak Mika dan menyerahkan menu kepada Koyuki.

Koyuki terlihat kecewa, tetapi pada akhirnya, dia memilih parfait dengan tumpukan semangka dan melon.

Sementara itu, Yui juga memesan pancake dan puding a la mode dan tak lama kemudian pesanan untuk mereka bertiga pun datang. Suasana menjadi lebih santai saat desert mereka tiba.

Mata Koyuki berbinar saat dia melihat parfait setinggi matanya berada di depannya.

"Woah...! Besar sekali!"

"Hei.... Desert di sini terlihat luar biasa dan rasanya juga tak kalah. Ayo, ayo, makan!"

"Terima kasih, Yui! Selamat makan!"

Koyuki memasukkan sendoknya ke dalam es krim melon, lalu memakannya.

Kemudian wajahnya bersinar. Dia sepertinya sangat menyukainya. Dia terus makan es krim, cookies dan potongan buah dalam suasana hati yang baik.

Aku bisa merasakan kabut kekhawatiran yang dia rasakan sebelumnya memudar.

Berbeda dengan Koyuki, Mika memakan pudingnya dalam potongan-potongan kecil dan berkata.

"Chieh, aku ditolak ya? Oke, makanan manis bagus untuk orang yang patah hati..."

"Yah, menyerah saja. Tidak ada yang bisa mengganggu hubungan Naoya dan Koyuki-chan."

"Meski kamu mengatakan itu. Tapi, mereka belum pacaran 'kan? Kalau begitu, kurasa masih ada kesempatan bagiku untuk memanfaatkanmu."

"Mnnnn!"

Alis Koyuki berkedut.

Komentar Mika, yang bisa dianggap provokasi, pasti membuatnya lengah.

"... Naoya-kun..."

"Ya, 'Ahh' ..."

Bahkan tanpa mengatakan semua ini, aku langsung tahu apa yang ingin dia lakukan.

Koyuki dengan cepat mengulurkan sendoknya ke arah Naoya dan dia melahapnya.

Es krim melon meleleh dengan baik dan memiliki tekstur yang bagus. Semangka yang ditambahkan sebagai bonus juga sangat manis.

Setelah menikmati rasa manisnya, Naoya sangat tersentuh.

Akhir-akhir ini aku sering mengalami hal semacam ini. Es serut di kolam renang, bubur saat dia merawatku hingga aku sehat kembali...

Aku sudah terbiasa dengan ciuman tidak langsung.

Koyuki mengendus dan menatap Mika setelah melihat Naoya puas dengan suapannya.

"Heh.... Bagaimana? Dia hanya akan menurut denganku."

"Apa aku hewan peliharaan atau semacamnya?"

Aku hanya dapat tertawa mendengarnya.

Mika menatapnya kosong. Dia tidak berpikir Koyuki akan bertindak sejauh ini.

Namun, seolah-olah dia sudah mendapatkan kembali ketenangannya, dia tersenyum dan berkata,

"Oh, sepertinya menarik! Aku juga ingin mencobanya. Ini dia, Sasahara-kun. Ahhh!"

"Fuee?"

"Tidak, tidak, jangan 'Ahh' padaku.."

Mika menyendok sesendok pudingnya sendiri dan menyodorkannya pada Naoya.

Naoya hanya bisa menertawakan suapan yang tak terduga itu.

Koyuki, yang seharusnya bangga dengan kemenangannya, menjadi panik.

"Bukankah tidak sopan menyuapi anak laki-laki yang baru saja kamu temui!?"

"Eee? Ini hal biasa, kan?"

"Itu ciuman tidak langsung, kau tahu!? Apanya yang biasa saja?!"

"Hm, bukakah kamu pernah melakukannya dengan teman-temanmu? Jadi, itu hal yang biasa."

"Sama dalam arti yang berbeda! Itu memalukan, tahu!'

"Kalau begitu kamu sama tak tahu malunya denganku, Shirogane-chan."

"Tidak, aku tidak! Aku ... berbeda pokoknya!"

Wajah Koyuki berubah merah padam dan dia menggelengkan kepalanya.

Dia tidak bisa memberikan alasan yang layak.

Tetap saja, dia menatap tajam ke arah Mika dan mengalihkan pandangannya ke sendok di tangannya.

"Hmph! Aku harus melakukan sesuatu! Ini Naoya 'Ahh'!"

"Nom!"

Koyuki langsung menggigit puding yang disuapkan ke Naoya.

Setelah mengunyah dan menelannya dengan ekspresi misterius di wajahnya, dia tersenyum tanpa rasa takut.

"Hmph. Lain kali kamu melakukan hal yang sama lagi, aku akan memakannya untukmu. Aku sudah menyegel gerakan itu!"

"Hmmm...begitukah. Mmm-hmm~"

"Ehh, A-Apa? Kenapa kamu tertawa?"

Dia seharusnya sudah kalah, tetapi Mika tersenyum licik dengan matanya yang menyipit.

Dia sengaja meletakkan tangannya di dahinya dan berkata dengan malu-malu.

"Kalau begitu, itu artinya aku dan Shirogane-chan berciuman secara tidak langsung."

"Hyahhhh!"

Koyuki membeku, memegang mulutnya.

Sementara itu, Mika kembali menempelkan sendok di depan Naoya.

"Jadi, aku juga ingin melakukan itu dengan Sasahara-kun. Oke ini dia. 'Ahhhh"!"

"Tidak, terima kasih."

Naoya dengan tegas menolak suapan itu.

"Maaf. Tapi, aku tidak tertarik 'Ahh' dari gadis lain selain Koyuki."

"Kamu sangat keras kepala 'ya. Bahkan jika Shirogane-chan adalah cinta sejatimu, tidak apa-apa untuk bermain dengan gadis lain sebentar, kan?"

"Tidak!"

Bukan Naoya, melainkan Koyuki yang dengan tegas membalaskan pertanyaan tersebut.

"Ya, ya. Mika sangat cepat terbawa suasana."

"MUGUUH!"

Yui kemudian mengiris pancakenya sendiri menjadi irisan besar dan memasukkannya ke dalam mulut Mika.

Mika bergumam dengan mulut penuh pancake.

"Tapi kita selalu melakukan ini, bukan? Bermain gim dan semacamnya."

"Yup, mari kita lakukan."

"Gim?"

"Aa, aku ingat ada ini."

Saat Naoya memiringkan kepalanya bertanya, Yui mengaduk-aduk isi tasnya.

Apa yang dia tarik keluar dari dalam adalah sebuah kotak seukuran telapak tangannya. Ketika tutupnya dibuka, ada lusinan kartu seperti kartu remi di dalamnya.

"Ini permainan kartu seperti biasanya, tetapi setiap kartu memiliki instruksi di atasnya. Orang yang menjadi pemenang mengambil satu kartu secara acak dan yang kalah akan dihukum menjalankan instruksi yang tertulis pada kartu tersebut..."

"Kami sering memainkannya dengan teman-teman. Tapi aku dengar, kartu ini sebenarnya dimainkan saat kencan buta."

"Begitukah. Aku tidak tahu ada begitu banyak jenis permainan kartu saat ini."

Aku meminjam kartu dari Yui dan membolak-baliknya.

Angka, sekop dan simbol lainnya ditulis di sudut-sudutnya dan sebuah perintah tertulis dengan jelas di tengahnya.

Pemenang peringkat kedua dan peringkat pertama saling memakan desertnya dan seterusnya.

Koyuki mengintip dengan penuh minat dan menghela napasnya.

"Itulah mengapa kalian berdua sangat dekat... masuk akal."

"Eeeeh. Nggak juga kok."

"Aku tidak mengatakan itu sebagai pujian."

Koyuki memberikan pandangan sekilas ke Mika, yang menggaruk kepalanya dan terlihat malu.

Namun, orang tersebut tidak terpengaruh oleh tatapan dinginnya dan berkata tanpa basa-basi.

"Karena kita di sini, mengapa kita berempat tidak memainkan beberapa permainan? Seperti bermain Bubba-doke atau semacamnya..." [TN: entah itu salah TL atau memang permainan kartu disana ada yang namanya begitu.]

"Hmmm... aku yakin kamu akan mencoba menggoda Naoya-kun lagi, kan? Aku tidak akan terhasut oleh trik murahan itu."

"Shirogane-chan, kenapa kamu tidak mencoba saja untuk menang? Dalam game ini, pemenang akan mendapat hak istimewa."

"Hak istimewa? Apa itu?"

“Kamu dapat bermain menggantikan orang yang dihukum. Dan kau tahu...”

Mika mengambil setumpuk kartu dari Naoya, mengeluarkan sebuah kartu dan membaliknya.

Di atasnya tertulis, "Peluk orang yang berada di posisi kedua”.

"Jika aku menjadi yang terakhir dan mencoba memeluk Sasahara-kun, yang berada di urutan kedua, dengan kartu ini...jika Shirogane-chan menjadi pemenangnya, kamu bisa mengambil hakku untuk memainkan hukumannya. Jadi, kamu bisa memeluk Sasahara- kun, bukan aku."

"Oh, begitu… memeluknya..."

Koyuki melirik Naoya dan memikirkannya dengan sedikit senyuman di wajahnya.

Sepertinya dia benar-benar tertarik.

"Tapi untuk melakukan itu, aku pasti harus memenangkan permainan..."

"Hahaha… Nah, Shirogane-chan..."

Senyum Mika semakin dalam saat dia mengibaskan kartu asnya.

"Kamu tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengalahkanku. Kalau begitu, mau bagaimana lagi."

"Apaaaaaa? Tentu saja tidak!"

Terlalu mudah untuk dipahami. Koyuki menerimanya secara langsung.

Dia mengangkat matanya dan mengarahkan jari telunjuknya ke arahnya.

"Lihat saja! Aku akan menghajarmu sampai jadi bubur tanpa ampun! Ayo kita mulai!"

"Yosh! Begitulah seharusnya!"

Koyuki, itu benar-benar sebuah jebakan.....

Naoya tidak punya pilihan selain memegangi dahinya dan memikirkan hal yang pernah terjadi sebelumnya.

Sepertinya Koyuki sudah lupa tempo hari ketika dia kalah dari Yuna dalam permainan gunting-batu-kertas untuk peran Istri dalam permainan rumah-rumahan. Naoya mencoba menenangkan Koyuki dan membuatnya berubah pikiran, tetapi nyala api semangat juang di matanya mengisyaratkan bahwa dia tidak akan mengubah keputusannya.

"Jangan hentikan aku, Naoya-kun! Ada beberapa pertarungan dimana seorang wanita tidak boleh kalah didalamnya!"

"Yup, itu benar! Lagipula, ini hanya untuk bersenang-senang!"

Setelah mengocok kartu permainannya, Mika mengacungkan tinjunya ke arah Koyuki.

"Kalau begitu ayo kita main... jangan mencoba mengalah, Shirogane!"

"Hah, tanpa kamu mengatakan itu. Aku tahu!

"Aku bisa melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, Naoya."

"Kebetulan sekali, Yui. Tentu saja, aku juga."

Yui dan Naoya tidak bisa melakukan apa-apa selain saling memandang dengan tenang saat percikan api terbang di antara mereka berdua.

Hasilnya...

"Yey~! Aku berada di posisi terakhir!"

"Ughhh... posisi ketiga...!"

Mika terus menjaga jokernya sampai akhir dan Koyuki kalah ditengah-tengah.

Dengan demikian, hak atas permainan penalti jatuh ke tangan Mika. Naoya mengelus dagunya seperti menyadari sesuatu dan di sebelah Koyuki hanya dapat menggertakkan giginya karena frustrasi.

"Jadi begitu. Dalam permainan kartu ini, kalau kau memiliki target yang ingin kau serang, kau harus berada di posisi pertama atau mempertahankan posisi terakhir."

"Yah, kalau kamu bertujuan untuk mencari penalti, itulah yang aku bicarakan. Jika ini dimainkan di sebuah pesta, aku yakin ini akan sangat menyenangkan dan membawa kita semua menjadi lebih dekat."

"Tapi, kita sudah punya pasangan. Jadi, itu tidak masalah.."

"Hei.."

"Ngomong-ngomong, Naoya-kun, bukankah kamu terlalu kuat..."

Saat aku sedang melakukan percakapan yang hangat dengan Yui, Koyuki datang kepadaku dengan air mata di matanya.

"Aku agak menduga dia bakal mengambil posisi pertama. Tapi... bagaimana dia bisa mendapatkannya begitu mudah?"

"Hmm ya, itu karena aku bisa membaca kartu lawan dengan mudah."

"Eh... bahkan kamu bisa melalukan trik sulap semacam itu? Kalau begitu, bagaimana dengan ini?"

“Delapan diamond.”

"Haaaaaa!!??"

Ketika Naoya menebak kartu yang ditunjukkan oleh Koyuki dengan tepat sasaran, teriakan kembali terdengar.

Kebetulan, aku tidak hanya dapat membacanya, tetapi aku juga bisa memprediksi siapa yang akan menarik kartu yang mana.

Oleh karena itu, dimungkinkan untuk mengantisipasi kartu yang akan datang padaku dan membuangnya satu per satu. [TN: Wew ini mah harusnya nambah genre supranatural wkwkwkwk.] [ED: Esper ..]

"Jadi, aku yang akan dihukum. Oke... kartu ini!"

Mika mengambil kartu dari dek.

Instruksi yang tertulis di atasnya adalah ....

"Kau berhasil mendapatkan jackpot! Mainkan permainan Pocky dengan pasangan favoritmu."

"Waa, permainan pocky?" [TN: Kalau kalian sudah biasa baca genre romcom, kalian pasti sudah tahu dengan permainan ini. Namun buat yang belum tahu, permainan pocky akan menempatkan 2 orang untuk memakan 1 batang pocky pada tiap ujungnya. Jadi sudah jelas jika kedua orang tersebut sudah mencapai titik tengah, apa yang akan terjadi wkwkwkwk]

Koyuki berteriak seolah dia akan pingsan.

Dia terbiasa dengan ciuman tidak langsung, tetapi dia belum siap untuk melihat hal yang lebih dari itu.

Sementara Koyuki gemetar, Mika menunjuk Naoya dengan Pocky yang sudah ia bawa.

"Tentu saja, aku akan memilih Sasahara-kun! Sekarang, tolong bersikap lembut padaku!"

"Ahhhhhhhh..."

Wajah Koyuki berubah menjadi merah dan biru, dan dia menatap Naoya dan Mika secara bergantian.

Posisi ketiga ada di tengah-tengah. Jadi menurut aturan permainan, dia tidak punya hak untuk menyela. Namun, dia masih harus mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa untuk menghentikan mereka.

Koyuki bisa dengan jelas merasakan kebuntuan yang dialaminya. Dia hampir menangis.

Melihat itu, Naoya tersenyum dan mengulurkan telapak tangannya ke Mika.

"Kalau begitu, aku akan skip. Posisi pertama bisa menolak untuk memainkan permainan penalti, kan?"

"Yah, begitulah peraturannya, tapi.... Aku sedang tidak dalam moodnya untuk ini. Apa kamu tidak mau mengambil kesempatan langka ini untuk bermain pocky dengan gadis cantik ini?"

Mika mencondongkan tubuh ke depan dengan pocky di mulutnya.

Dia memajukan tubuhnya dengan santai sehingga belahan dadanya terlihat sepenuhnya. Ekspresinya yang sensual, napasnya yang panas dan cara dia menatapmu, semuanya tentu akan memicu daya tarik bagi seorang pria.[TN: Seandainya ada illustrasi di bagian ini. Hiks]

Jelas bahwa dia memiliki pengalaman untuk menggunakan semua amunisinya tanpa ragu-ragu.

Mika mengundangnya untuk bergabung dengannya.

"Mungkin kita bisa menempuh rute harem? Apa kamu benar-benar puas hanya dengan satu gadis?"

"Sayangnya, aku tidak tertarik pada siapa pun kecuali Koyuki."

"Naoya-kun…"

Jawaban langsung Naoya membuat mata Koyuki berkaca-kaca.

Aku lega melihat bahwa dia tampaknya mengerti bahwa aku bersungguh-sungguh.

Kata "Harem" tentu terdengar menarik. Namun, jika itu membuat gadis yang kucintai sedih, aku tidak menginginkan sebuah harem.

"Lagi pula, kupikir sudah waktunya untuk menghentikan ini..."

"Itu sangat membosankan. Aku tidak keberatan untuk menjadi pacar kedua, kau tahu?"

"Tidak! Tentu saja tidak."

Sambil melambaikan tangannya di udara, Naoya menghela nafas kecil.

Ada alasan lain mengapa dia tidak bisa menerima undangan ini.

Itu karena dia adalah teman Koyuki.

"Jika kita melangkah lebih jauh, Koyuki tidak akan menyukainya, Ketua kelas...."

"Eeeeh!?"

"...Iya?"

Mika membeku dan Koyuki mengangkat alisnya dengan curiga.

"Naoya-kun... apa yang baru saja kamu katakan?"

"Hmm? Kataku, 'Ketua kelas'.."

"... Mika, apa kamu ketua kelas Naoya...?"

"Tidak, dia berada kelas Koyuki. Kau tahu, gadis berkacamata dan kepang?"

"Ketua kelas!?"

Koyuki menatap Mika dengan mata terbuka lebar.

Dia tidak tahan dengan tatapan itu...

"... Chieh, aku ketahuan ya?"

Bibir Mika berkedut dan dia mengacak-acak kepalanya.

Kemudian wig emasnya terlepas dan rambut hitam muncul di balik wignya.

Itu seperti transformasi magical girl. Koyuki membeku dengan mulut terbuka.

Melihat ini, Yui tersenyum masam.

"Kan sudah kubilang. Naoya pasti mengetahuinya kalau kamu menggunakan penyamaran seperti itu."

"Aku hanya berbicara dengan Sasahara-kun sekali, tahu. Jadi, bagaimana dia bisa tahu itu aku?"

"Bahkan jika kau mengatakannya, bentuk tubuhmu, postur tubuhmu dan suaramu sama saja.”

"Ehhh... Kamu seperti software pengenal wajah... Kupikir aku banyak berubah dengan riasan ini."

Mika, Ketua kelas, mengeluarkan cerminnya dan menepuk wajahnya sambal melihatnya dengan cermin itu.

Riasannya sempurna dan suaranya lebih tenang daripada saat kami berbicara dengannya sebelumnya.

Tidak akan mudah untuk mengenalinya kecuali orang itu sangat dekat dengannya. Tapi tentu saja, itu tidak akan berhasil pada Naoya.

Sementara kami membicarakan hal ini, Koyuki, yang telah membeku, membuka mulutnya.

"Jadi, kamu beneran Ketua kelas..? Kamu benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda..."

"...Tentu saja ini aku. Lihat, kupikir kamu bisa tahu dari kacamata ini."

"Nah, itu baru ketua kelas!"

Saat dia mengenakan kacamata berbingkai hitam dengan senyum masam di wajahnya, Koyuki akhirnya mengenalinya.

Dengan rambut hitamnya yang dikepang dan seragam sekolah yang digunakan dengan benar, maka dia dengan cepat berubah menjadi sosok yang biasa terlihat di sekolah.

Yui mengangkat bahunya.

"Kamu pasti kaget. Dia seperti ini saat masih SMP. Aku hanya melihatnya di foto. Tapi seseorang memang dapat berubah, kan?"

"Kalau dipikir-pikir, dia memang mengatakan sesuatu tentang 'sudah berubah dibanding sebelumnya' Tapi, kupikir itu semua ada batasnya..."

"Maaf karena mengejutkanmu, Shirogane-san. Tapi... sudah berapa lama kamu tahu kalau itu aku, Sasahara-kun?"

"Sejak pertama kali kita bertemu, tentu saja."

Naoya menjawabnya dengan datar.

Aku pandai mengingat wajah orang dan aku sudah menyaksikan dia berbicara dengan Koyuki berkali-kali di sekolah. Itu sebabnya, aku mengenalinya pada pandangan pertama.

"Aku tahu kau ingin mengejutkan Koyuki. Jadi, aku tutup mulut. Tapi, aku tidak bisa membiarkan lebih jauh lagi... Maaf, aku sudah mengambil hakmu untuk mengungkapkan ceritanya."

"Meskipun aku hampir melihatnya setiap hari. Tapi, aku tetap tidak bisa mengenalinya..."

Koyuki sepertinya terlihat sangat kebingungan.

Namun, seolah-olah dia segera menyadari sesuatu, dia mendengus dan menekan mulutnya.

"Tunggu, kalau itu maksudmu, ... Ketua kelas, kamu mengincar Sasahara-kun!"

"... Nggak kok."

Mendengar itu, Ketua kelas tersenyum masam dan menggelengkan kepalanya.

Dia menghela nafas, menurunkan bahunya dan mengakui kesalahannya.

"Shirogane-san bilang kalau kamu ragu-ragu untuk membuat kemajuan dengannya. Maka aku pikir memiliki saingan yang dekat dengan usia kita mungkin akan membuatmu sedikit cemas dan terpancing. Jadi, aku mencoba untuk mendorongnya seperti ini..."

"Maksudmu... ini semua hanya akting? Untuk membuatku merasa cemas?"

"Iya... aku benar-benar minta maaf..."

"Hmm, ya, aku menghargai perhatianmu."

Pasti benar bahwa dia mengkhawatirkan Naoya dan Koyuki. Semua rangkaian tindakannya untuk mempermainkan Naoya terlihat sangat serius. Itu sebabnya Naoya ikut bermain dalam aktingnya.

Tetap saja, aku tahu ada sesuatu yang seharusnya aku katakan dengan benar.

Naoya menatap lurus ke arah Ketua kelas dan memberitahunya.

"Maaf. Tapi, jangan paksa aku untuk melakukan itu lagi. Aku akan menunggu sampai Koyuki benar-benar yakin dengan perasaannya."

"Naoya-kun..."

"... Aku mengerti."

Ketua kelas pun tertawa kecil mendengar kata-kata tersebut.

Kemudian dia membungkuk kepada mereka berdua.

"Aku benar-benar minta maaf, Shirogane-san dan Sasahara-kun. Aku memang terlalu ikut campur. Aku melakukan sesuatu yang bisa membuatmu membenciku..."

"Eh? Tidak, tidak. Memang benar, aku sedikit terkejut... Tapi, aku tidak membencimu kok. Dan, jangan meminta maaf kepadaku lagi."

Koyuki menanggapi sikap Ketua kelas dengan kebingungan.

Namun setelah berdehem membersihkan tenggorokannya, dia perlahan mendongak dan tersenyum padanya.

"Aku tahu kamu mengkhawatirkanku 'kan, Keta kelas? Jika itu masalahnya, tidak apa-apa. Aku memaafkanmu."

"Shirogane-san..."

"Tapi, kamu tidak boleh melakukan itu lagi padaku!"

Dia menjulurkan jari telunjuknya dengan kuat dan menunjuk Naoya di sebelahnya.

"Tidak peduli seberapa setia Naoya-kun sebagai pelayanku... Dia mungkin bisa berubah menjadi serigala jika dia dirayu oleh gadis yang begitu cerdas dan cantik! Aku yakin bahkan Ketua kelas akan menjadi mangsanya karena dia sangat ganas meskipun penampilannya tidak berbahaya!"

"Karena 'Aku tahu Naoya-kun bukan tipe yang akan selingkuh dari pacarnya. Tapi aku tidak tahan melihatnya diserang oleh gadis seperti itu......! Aku tidak ingin itu terjadi lagi!' Yah, aku senang kau akhirnya mengerti bahwa aku hanya tertarik padamu, Koyuki."

"M-Muu, berhentilah membaca pikiran orang!"

"Ohh! Kamu benar-benar penerjemah pribadi Shirogane-san. Yui ternyata benar."

"Iya kan? Lucu melihat mereka berdua."

"Meski begitu, ini bukanlah tontonan..."

Koyuki bergumam dan menyodok parfait yang tersisa.

Melihat Koyuki seperti itu, ekspresi tegang Ketua kelas memudar dan menjadi lebih santai.

"Jangan khawatir. Aku tidak akan main-main dengan Sasahara-kun lagi. Karena kamu.... temanku yang berharga, yang aku sayangi."

"Ketua kelas...!"

Wajah Koyuki bersinar.

Dia meremas tangannya.

"Aku sangat senang! Kamu adalah teman kedua yang kumiliki setelah Yui......!"

"Ehhh. Itu pertama kalinya aku mendengar hal itu."

"Senang nelihatmu bahagia, Koyuki."

"Mnm!"

Saat Naoya tersenyum, Koyuki juga memberinya senyuman lebar.

Koyuki menceritakan apa yang dia maksud kepada Ketua kelas yang penasaran, sambil menggenggam erat tangannya.

"Sejak aku berselisih dengan seorang gadis yang dekat denganku di sekolah dasar ... aku belum pernah bisa berteman lagi dengan orang lain. Itu sebabnya, aku senang mendengarmu berkata begitu."

"... Begitu, ya."

Ketua kelas ragu sejenak, lalu tersenyum canggung.

Ini adalah reaksi yang tampak seperti rasa prihatinnya dengan situasi Koyuki.

Tapi, Naoya diam-diam melirik ke arah mereka.

Hm? Kenapa Ketua kelas seperti merasa menyesal?

Naoya menangkap bahwa apa yang dia rasakan sekarang adalah penyesalan, kepahitan..., dan perasaan negatif semacam itu terhadap dirinya sendiri.

Namun, dia sudah meminta maaf dan merenungkan apa yang dia lakukan dalam mode penyamaran galnya sebelumnya.

.. Tidak mungkin, kan?

Hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah sebuah kemungkinan.

Tapi, jika benar itu akan menjadi cerita yang konyol. Sementara Naoya merenung sendirian, Koyuki cukup penasaran terhadap suatu hal dan berbicara dengan Ketua kelas.

"Kenapa kamu menyamar dengan pakaian yang lebih sopan ketika masuk SMA? Kamu benar-benar berbeda dari dirimu yang tadi."

"Eh? Yah... aku tidak benar-benar ingin menonjol di SMA..."

Mata Ketua kelas melebar dan dia menghindar dari tatapan Koyuki.

Tingkah lakunya jelas mencurigakan.

Akhirnya, seolah-olah dia sudah tidak tahan lagi, dia bangkit dari tempat duduknya.

"Ah, aku akan menghapus riasanku! Aku sudah setengah jalan menghapusnya."

"Ketua kelas!?"

"Apa kamu baik-baik saja, Ketua kelas!?"

Kakinya menyandung kaki meja saat dia buru-buru pergi dan terjatuh ke lantai.

Dan dia terjatuh dengan wajah terlebih dahulu mencapai lantai. Tidak hanya Koyuki, tetapi juga Yui pun menjadi sangat khawatir.

"Maaf...aku baik-baik saja. Sungguh..."

"Tentu saja tidak! Uhh, beneran kamu nggak apa-apa?'

Koyuki bergegas dan menawarkan sapu tangannya.

Dia menyeka wajah Ketua kelas dan membersihkannya.

"Kurasa dia tidak berdarah. Tapi, mungkin kita harus mendinginkan lukanya sediki--...?"

"Shirogane-san? Ada apa?"

Kemudian, Koyuki tiba-tiba berhenti berbicara.

Dia menatap wajah Ketua kelas.

Dia sudah menyeka wajahnya dengan sapu tangan, yang telah mengubah penampilannya secara signifikan.

Sebagian besar riasannya sudah hilang dan sepertinya dia tidak hanya kehilangan kacamatanya tetapi juga lensa kontaknya. Matanya yang panjang serta terlihat dingin dan sendu dan hidungnya yang lurus memanjang.

Dia sudah berubah dari mode galnya yang berkilau menjadi cantik yang alami.

Melihat ini, Yui berseru, "Oh, woah!”

“Ini adalah pertama kalinya aku melihat Ketua kelas tanpa riasan. Dia selalu memakai riasan tipis. Tapi Koyuki-chan, bukankah kamu terlalu lama menatapnya...?”

“…………”

Yui memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu.

Koyuki, bagaimanapun, tidak peduli dan berdehem.

Dengan mata tertuju pada wajah Ketua kelas, dia memanggil namanya dengan sangat gugup.

Bukan dengan " Ketua kelas" atau "Mika-san.

Melainkan dengan nama panggilan yang mengacu pada satu orang yang penting bagi Koyuki.

"... Chie-chan?"

"Hnhp...........!?"

Wajah Ketua kelas berubah menjadi panik dan di saat berikutnya dia benar-benar membiru.

Dia ragu-ragu sejenak, lalu berkata.

"Maaf..."

Dalam waktu singkat, dia tiba-tiba melarikan diri, mengambil tasnya dan melemparkan tagihannya di atas meja.

"Tunggu sebentar! Apa kamu benar-benar Chie-chan? Hei!!!!"

Koyuki berteriak di belakangnya, tetapi langkah kakinya tidak berhenti.

Dia berlari keluar dari pandangan dalam sekejap seolah-olah dia akan membanting pintu restoran tersebut.

Koyuki, yang ditinggalkan, hanya bisa menatap dengan cemas ke arah Ketua kelas berlari.

Yui berkedip pada kejadian yang tiba-tiba saja terjadi.

"Eeeee, apa artinya ini?"

"Ahhh... seperti yang bisa kau bayangkan, aku mungkin juga tidak menyangka ini akan terjadi."

Naoya hanya bisa menghela nafas.

Tampaknya intuisinya sebelumnya benar.

TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah (Retallia): 

Jika ada hal yang bisa saya kritisi dari LN ini, mungkin dalam hal illustrasinya. Bukan masalah kualitas gambarnya, tapi betapa iritnya illustrasi karakter-karakter penting lain yang ada. Untuk chapter sepanjang ini bahkan tidak ada satupun illustrasi, padahal jelas banyak kejadian yang menurut saya sangat seru di chapter ini, seperti misalnya penampakan ketua kelas dalam mode galnya. Atau jika kita melihat di chapter sebelumnya, illustrator lebih memilih menggambar Koyuki yang menunjuk dibanding kejadian apapun yang berkaitan dengan Eris dan Yuna. Aku sendiri yakin banyak dari kalian yang mulai melupakan wajah Yui wkwkwkwk. Oke, sepertinya kita sudah akan mencapai puncak dari cerita di volume 2 ini. Sampai jumpa di chapter penutup berikutnya ^^] [ED: Plot twist? Nope, kalau kalian baca-nya memperhatikan setiap tindakan dan sikap Ketua kelas terhadap Koyuki, kalian pasti sudah mengetahuinya..]





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close